Berita Borneotribun.com: Drone Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Drone. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Drone. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Januari 2024

Tiga Tentara Amerika Tewas dalam Serangan di Yordania, Gedung Putih Siapkan Respon Terhadap Serangan di Timur Laut Yordania

Presiden Amerika Joe Biden.
Presiden Amerika Joe Biden.
JAKARTA - Gedung Putih menanggapi serangan drone musuh yang menewaskan tiga tentara Amerika dan melukai puluhan lainnya di Yordania.

Presiden Amerika Joe Biden hari Senin (29/1) melangsungkan pertemuan dengan anggota tim keamanan nasionalnya di Gedung Putih untuk membahas perkembangan terbaru pasca serangan pesawat nirawak terhadap instalasi pasukan Amerika di timur laut Yordania, dekat perbatasan Suriah. Serangan itu menewaskan tiga tentara Amerika dan melukai puluhan lainnya.

Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, Menteri Pertahanan Lloyd Austin, Direktur National Intelligence Avril Haines, dan Kepala Staf Gedung Putih Jeff Zients adalah sebagian pejabat yang hadir dalam pertemuan itu. Belum ada keterangan dari hasil pertemuan ini.

Namun dalam dua konferensi pers terpisah, juru bicara Dewan Keamanan Nasional dan juru bicara Pentagon, sama-sama mengatakan Amerika akan "menanggapi" serangan itu. Tetapi belum ada rincian soal waktu, bentuk, dan luasnya tanggapan yang dimaksud.

"Kami tidak menginginkan perang lagi," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, hari Senin (29/1).

"Kami tidak ingin mengeskalasi, namun kami pasti akan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk melindungi diri kami sendiri, untuk melanjutkan misi ini dan merespons dengan tepat serangan-serangan ini."

Ketika drone musuh terbang mendekati sasaran pada ketinggian rendah, salah satu drone Amerika juga sedang terbang kembali menuju pangkalan AS kecil di kawasan gurun itu, yang dikenal dengan nama Tower 22. 

Drone AS itu kemungkinan secara tidak sengaja membiarkan drone musuh melintas, menurut laporan awal yang dikutip oleh salah seorang pejabat secara anonim, karena tidak berwenang memberikan tanggapan.

Kirby menegaskan, sehari setelah Biden berjanji akan "menuntut pertanggungjawaban semua pihak pada waktu dan dengan cara sesuai pilihan kami," bahwa pemerintah AS tidak ingin terlibat dalam konflik lain di Timur Tengah.

Namun Kirby juga menekankan bahwa kesabaran Amerika semakin tipis setelah selama lebih dari dua bulan pasukan AS di Irak, Suriah dan Yordania, serta kapal Angkatan Laut AS dan kapal-kapal komersial di Laut Merah diserang kelompok-kelompok proksi Iran. 

Kelompok-kelompok tersebut, termasuk pemberontak Houthi di Yaman dan Kataeb Hezbollah di Irak, mengatakan bahwa serangan-serangan tersebut merupakan tanggapan terhadap operasi militer Israel yang masih berlanjut di Gaza.

Menteri Intelijen Iran Ismail Khatib hari Senin (29/1) mengatakan kelompok-kelompok militan yang didukung Iran telah membuat keputusan sendiri tentang bagaimana menghadapi "kehadiran agresif" Amerika di kawasan itu.

"(Kelompok) perlawanan di kawasan ini mengambil tindakan terhadap kehadiran agresif Amerika berdasarkan keputusan dan kebijakannya sendiri. Mereka bertindak berdasarkan apa yang mereka anggap benar."

Pernyataan itu disampaikan sehari setelah serangan pesawat nirawak Sabtu malam (27/1) yang menewaskan tiga tentara Amerika dan melukai puluhan lainnya di timur laut Yordania, dekat perbatasan Suriah.

Presiden Joe Biden pada hari Minggu (28/1) mengatakan Amerika "akan menanggapi" serangan tersebut. Biden menyalahkan milisi yang didukung Iran atas korban jiwa pertama di pihak Amerika setelah berbulan-bulan serangan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok semacam itu terhadap pasukan Amerika di seluruh Timur Tengah, sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober lalu.

Dengan meningkatnya risiko eskalasi militer di wilayah tersebut, para pejabat Amerika berupaya mengidentifikasi secara pasti kelompok yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. 

Namun mereka menilai salah satu kelompok yang didukung Iran berada di balik serangan tersebut.

Sejumlah personel Amerika telah luka-luka, termasuk beberapa yang mengalami cedera otak traumatis, dalam serangan itu. [em/rd/jm]

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Sabtu, 03 Juli 2021

BSF Luncurkan Teknologi Anti Drone

BSF Luncurkan Teknologi Anti Drone
BSF Luncurkan Teknologi Anti Drone.

BORNEOTRIBUN.COM - Setelah ancaman dari drone dan terowongan lintas batas BSF meluncurkan Teknologi Anti Drone. 

Langkah ini dilakakuan sebagai inisiatif untuk menggali ke dalam 500 perusahaan di India untuk menemukan solusi untuk tantangan keamanan perbatasan ini. 

BSF Meluncurkan Teknologi Anti Drone
Bekerja sama dengan Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi (MeitY), BSF pada hari meluncurkan BSF Hi-tech Undertaking for Maximising Innovation (BHUMI) untuk menemukan sistem yang tepat untuk mendeteksi dan menghancurkan drone dari terowongan dengan bantuan dari salah satu perusahaan di India. 

BSF mengatakan inisiatif ini adalah bagian dari misi Atmanirbhar Bharat dan akan mengharuskan Startup India & lembaga utama untuk mengembangkan solusi pribumi yang hemat biaya untuk manajemen perbatasan Inisiatif ini diluncurkan pada fungsi yang diselenggarakan di kantor pusat BSF dengan DG Rakesh Asthana dan Sekretaris MeitY Ajay Sawhney. 

Salah satu tantangan utama yang dihadapi BSF saat ini adalah deteksi terowongan bawah tanah lintas batas di sepanjang perbatasan barat yang memiliki implikasi serius bagi keamanan nasional kita. 

Sudah saatnya upaya berorientasi hasil yang tersatat untuk mengatasi masalah terowongan bawah tanah lintas batas ini dengan solusi teknologi yang inovatif. 

Lebih lanjut, ada juga persyaratan mendesak untuk mengembangkan Teknologi Anti-Drone untuk menghentikan ancaman drone yang digunakan untuk narco-terorisme & serangan terhadap instalasi vital.

Perkembangan ini datang beberapa hari setelah dua drone menjatuhkan dua ID terpisah di pangkalan IAF di Jammu merusak atap sebuah bangunan dan melukai dua personel. 

Insiden ini disebut-sebut sebagai serangan teror pertama yang pernah diluncurkan di India melalui drone. 

BSF sebelumnya mendeteksi senjata dan amunisi yang dijatuhkan oleh drone di Jammu. Tahun lalu, bahkan telah menembak jatuh satu drone tersebut.

MeitY memiliki kumpulan 500 perusahaan yang dapat digunakan untuk membantu BSF menemukan solusi untuk setiap kendala yang terjadi dilapangan. 

Dan perusahaan-perusahaan itu bisa juga diharapkan untuk dapat membantu dalam menemukan solusi komunikasi di tempat-tempat di mana tidak ada jaringan dan juga mendeteksi komunikasi yang tidak sah di zona mati.

Bidang vital penting operasional lainnya adalah perlunya mengembangkan solusi teknologi dalam mendeteksi keberadaan perangkat elektronik di bidang operasi saat ini yang sedang digunakan oleh elemen anti-nasional di beberapa Negara untuk melakukan sebuah kejahatan & kegiatan yang memiliki bantalan langsung pada keamanan nasional kita.

Dalam hal ini BSF telah menemukan solusi untuk sistem komunikasi alternatif yang dapat terbukti efektif di bidang penyebaran  yang ditandai dengan medan yang berbeda & bergelombang yang mencakup bentangan panjang area bayangan di mana tidak ada komunikasi yang memungkin. 

Skenario seperti itu berdampak langsung pada kemanjuran operasi dan dominasi perbatasan. (*)

Rabu, 26 Mei 2021

Polandia akan Akuisisi 24 Drone Tempur Buatan Turki

Polandia akan Akuisisi 24 Drone Tempur Buatan Turki
Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden Polandia Andrzej Duda menyaksikan upacara penandatanganan perjanjian yang dilakukan oleh Menteri Pertahanan kedua negara di Ankara, Turki, Senin, 24 Mei 2021.

BorneoTribun Internasional - Turki dan Polandia menandatangani kesepakatan untuk penjualan drone tempur buatan Turki.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Senin (24/5), bahwa dengan kesepakatan itu Polandia menjadi negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) dan Uni Eropa pertama yang membeli pesawat nirawak Bayraktar TB2 buatan Turki.

Perjanjian itu ditandatangani dalam lawatan tiga hari Presiden Polandia Andrzej Duda ke Turki.

Berdasarkan kesepakatan itu, Polandia akan menerima 24 drone bersenjata, stasiun kendali darat dan terminal data, Anadolu Agency, kantor berita pemerintah Turki melaporkan. Diperkirakan drone pertama akan dikirim tahun depan.

"Kami adalah salah satu negara terbaik dalam hal unmanned aerial vehicles (UAV) atau pesawat nirawak," ujar Erdogan dalam konferensi pers bersama. "Kami merasa sangat senang berbagi pengalaman, kemampuan dan potensi kami dengan sekutu NATO kami, Polandia."

Ia menambahkan, "Dengan dokumen yang baru saja ditandatangani, Turki akan, untuk pertama kali dalam sejarah, mengekspor UAV ke negara yang merupakan anggota NATO dan Uni Eropa."

Turki sebelumnya menjual drone ke Azerbaijan, Ukraina, dan Qatar. Drone Bayraktar TB2 berperan penting dalam kemenangan Azerbaijan atas Armenia dalam konflik Nagorno-Karabakh tahun lalu. 

Turki diketahui telah menggunakan drone-drone itu dalam operasi lintas batas melawan militan Kurdi di Suriah dan Irak. [ka/jm]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno