Berita Borneotribun.com: Gaza Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Gaza. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gaza. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Februari 2024

Hamas Minta Waktu Lebih untuk Pertimbangkan Proposal Gencatan Senjata

Asap mengepul di atas gedung-gedung di tengah pengeboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, pada 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Asap mengepul di atas gedung-gedung di tengah pengeboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, pada 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
JAKARTA - Puluhan orang dilaporkan tewas dalam serangan semalaman di Jalur Gaza pada Minggu (4/2), setelah Hamas mengatakan mereka memerlukan lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan proposal yang akan menghentikan perangnya dengan Israel di wilayah Palestina.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, sedikitnya 92 orang tewas semalam, termasuk dalam apa yang disebut oleh kantor media kelompok itu sebagai pengeboman Israel terhadap sebuah taman kanak-kanak di Rafah tempat para pengungsi berlindung.
Seorang anak laki-laki membawa jerigen kosong di Rafah di Jalur Gaza selatan di tengah pertempuran antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Seorang anak laki-laki membawa jerigen kosong di Rafah di Jalur Gaza selatan di tengah pertempuran antara Israel dan kelompok Hamas Palestina, 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Seorang yang selamat dari serangan tersebut, Ahmad Bassam al-Jamal, menyampaikan kisah tragisnya kepada AFP, "Anak-anak baru saja tidur dan tiba-tiba pengeboman terjadi. Kamar tidur menimpa anak-anak saya. Tuhan mengambil satu anak saya dan tiga anak lolos dari kematian. Anakku sekarang adalah seorang syahid di surga."

Kota yang pernah menjadi rumah bagi 200.000 orang kini menampung lebih dari separuh penduduk Gaza, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Seorang perwakilan dari badan kemanusiaan PBB, OCHA, menyebut Rafah sebagai "tempat yang menimbulkan keputusasaan", dan menyatakan keprihatinan atas apa yang mungkin terjadi selanjutnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memperingatkan pada Kamis bahwa militer akan mencapai Rafah dalam waktu dekat.

Para mediator internasional melakukan sidang di pengadilan penuh untuk menyetujui usulan kesepakatan gencatan senjata yang disepakati pekan lalu di Paris. 

Namun, pejabat tinggi Hamas di Lebanon, Osama Hamdan, mengatakan bahwa Hamas membutuhkan lebih banyak waktu untuk "mengumumkan posisi kami" terkait usulan tersebut.
Orang-orang memeriksa kerusakan akibat pengeboman Israel di Rafah di Jalur Gaza, Palestina, 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Orang-orang memeriksa kerusakan akibat pengeboman Israel di Rafah di Jalur Gaza, Palestina, 3 Februari 2024. (Foto: AFP)
Perang di Gaza terjadi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil. 

Israel melancarkan serangan militer besar-besaran yang telah menewaskan sedikitnya 27.238 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan melakukan kunjungan krisisnya yang kelima ke Timur Tengah dalam beberapa hari mendatang untuk mendorong proposal gencatan senjata. 

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne juga mengunjungi wilayah tersebut.

Mesir Mendorong Gencatan Senjata di Jalur Gaza dan Menegaskan Penolakan Terhadap Pemindahan Paksa Warga Palestina

Beberapa orang dewasa dan anak-anak Palestina sedang berjalan mencari perlindungan (ANTARA/Anadolu)
Beberapa orang dewasa dan anak-anak Palestina sedang berjalan mencari perlindungan (ANTARA/Anadolu)
JAKARTA - Mesir mengeluarkan seruan untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza pada Minggu (4/2), sambil menegaskan kembali penolakan terhadap pemindahan paksa warga Palestina dari wilayah tersebut. 

Seruan ini muncul setelah pertemuan antara Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry, dan Menteri Luar Negeri Prancis, Stephane Sejourne, di Kairo.

"Mesir menegaskan kembali penolakan terhadap pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza," kata Shoukry dalam konferensi pers setelah pertemuan.

Dia juga menekankan bahwa "Masalah Palestina harus ditangani melalui kerangka politik yang komprehensif," sambil memanggil untuk penetapan kerangka waktu untuk pembentukan negara Palestina.

Sejourne dari Prancis juga menyerukan gencatan senjata di wilayah Palestina, menyatakan kekhawatirannya atas meningkatnya ketegangan di kawasan Laut Merah.

Presiden Mesir, Abdel-Fattah al-Sisi, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Prancis tersebut untuk membahas hubungan bilateral dan situasi di Jalur Gaza. 

Keduanya menegaskan penolakan mereka terhadap tindakan apapun yang bertujuan mengusir warga Palestina dari wilayah mereka.

Dalam sebuah pernyataan, kepresidenan menyatakan bahwa diskusi tersebut juga membahas upaya Mesir untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk mengakhiri krisis di sana.

Pembicaraan tersebut juga mencakup perkembangan di Sudan, Libya, dan Laut Merah, termasuk ketegangan yang meningkat di Laut Merah akibat serangan terhadap kapal komersial yang diduga terkait dengan Israel oleh kelompok Houthi Yaman dan serangan udara balasan AS.

Israel telah melancarkan serangan besar-besaran di Gaza sebagai respons terhadap serangan yang dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober. 

Serangan tersebut telah menewaskan ribuan warga Palestina dan melukai puluhan ribu lainnya. 

Di sisi lain, hampir 1.200 warga Israel juga dilaporkan tewas dalam serangan-serangan Hamas.

Dampak serangan Israel ini sangat merusak, menyebabkan sebagian besar penduduk Gaza menjadi pengungsi dan infrastruktur di wilayah tersebut hancur parah. 

Situasi ini juga telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan di Gaza.

Sumber: Antara/Anadolu/Cindy Frishanti
Editor: Yakop

Sabtu, 27 Januari 2024

Kecaman Jokowi Terhadap Pernyataan PM Israel

Presiden Jokowi (Foto: BPMI Setpres)
Presiden Jokowi (Foto: BPMI Setpres)
JAKARTA - Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), mengeluarkan kecaman keras terhadap pernyataan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, yang menolak solusi dua negara dalam isu Israel-Palestina.

Dalam pernyataannya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/01/2024), Jokowi menegaskan, “Pernyataan ini sama sekali tidak dapat diterima.”

Selain itu, Jokowi juga mengutuk keras serangan Israel terhadap kamp pengungsi Khan Younis di Gaza yang telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan luka-luka. 
“Sudah terlalu panjang daftar pelanggaran hukum internasional yang dilakukan oleh Israel,” tambahnya.

Sebelumnya, Jokowi menerima laporan dari Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, mengenai partisipasinya dalam debat terbuka Dewan Keamanan PBB yang membahas isu Gaza. Retno juga menolak tegas pernyataan PM Netanyahu dalam debat tersebut.

“Sebelum berangkat ke New York, saya telah menyampaikan ke Menlu untuk terus membawa suara tegas Indonesia dalam mendukung perjuangan bangsa Palestina. Harus tegas disampaikan,” ungkap Jokowi.

Tak hanya itu, Jokowi menegaskan penolakan Indonesia terhadap masuknya kapal Israel ke wilayah Indonesia. 

“Sekali lagi saya menegaskan kembali pelabuhan-pelabuhan di Indonesia tidak akan digunakan untuk melayani kepentingan Israel,” tandasnya.

Pengadilan Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tidak Memutuskan Gencatan Senjata di Gaza

Hakim di Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan tindakan darurat terhadap Israel menyusul tuduhan Afrika Selatan bahwa operasi militer Israel di Gaza adalah genosida yang dipimpin negara, di Den Haag, Belanda, 26 Januari 2024. REUTERS/Piroschka van de Wouw
Hakim di Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan tindakan darurat terhadap Israel menyusul tuduhan Afrika Selatan bahwa operasi militer Israel di Gaza adalah genosida yang dipimpin negara, di Den Haag, Belanda, 26 Januari 2024. REUTERS/Piroschka van de Wouw
JAKARTA - Pengadilan tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Jumat tidak sampai pada keputusan yang memerintahkan gencatan senjata di Gaza dalam kasus genosida, namun menuntut agar Israel berusaha menghindarkan kematian dan kerusakan dalam serangan militernya di daerah kantong kecil di pesisir pantai tersebut.

Afrika Selatan mengajukan kasus tersebut, yang merupakan inti dari salah satu konflik paling sulit diselesaikan di dunia, dan telah meminta Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) untuk memerintahkan Israel supaya menghentikan operasinya.

Dalam keputusan yang sangat dinanti-nantikan yang dibuat oleh panel terdiri dari 17 hakim, Mahkamah Internasional memutuskan untuk tidak membatalkan kasus tersebut – dan memerintahkan enam tindakan sementara untuk melindungi warga Palestina di Gaza.

"**Pengadilan sangat menyadari besarnya tragedi kemanusiaan yang terjadi di wilayah tersebut dan sangat prihatin dengan terus hilangnya nyawa dan penderitaan manusia**," kata hakim ketua Joan E. Donoghue.

Keputusan hari Jumat ini hanya bersifat sementara; dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mempertimbangkan seluruh kasus yang diajukan oleh Afrika Selatan. Israel menolak tuduhan genosida dan meminta pengadilan membatalkan tuduhan tersebut.

Sementara kasus ini berlanjut ke pengadilan, Afrika Selatan telah meminta para hakim "**sebagai hal yang sangat mendesak**" untuk menerapkan apa yang disebut sebagai tindakan sementara.

Dalam daftar teratasnya, Afrika Selatan mengajukan permintaan agar pengadilan memerintahkan Israel "**segera menghentikan operasi militernya di Gaza dan terhadap Gaza**." Namun pengadilan menolak melakukan hal itu.

Afrika Selatan juga meminta Israel untuk mengambil "**langkah-langkah yang wajar**" untuk mencegah genosida dan memberikan akses pada bantuan yang sangat dibutuhkan.

Pengadilan memutuskan bahwa Israel harus berusaha membatasi kematian dan kerusakan.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh mengatakan dia berharap keputusan tersebut akan "**mencakup tindakan segera untuk menghentikan agresi dan genosida terhadap rakyat kami di Jalur Gaza… dan aliran bantuan yang cepat untuk menyelamatkan orang-orang yang kelaparan dan terluka, dan sakit dari ancaman kematian perlahan yang mengancam mereka**."

Pada hari Kamis, juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy mengatakan bahwa Israel mengharapkan pengadilan untuk membatalkan "**tuduhan palsu dan tidak masuk akal**."

Israel sering memboikot pengadilan internasional dan penyelidikan PBB karena dianggap tidak adil dan bias. Namun kali ini, mereka mengambil langkah yang jarang dilakukan, yaitu mengirimkan tim hukum tingkat tinggi – sebuah tanda betapa seriusnya mereka menangani kasus ini dan kemungkinan adanya ketakutan bahwa perintah pengadilan untuk menghentikan operasi akan menjadi pukulan besar bagi posisi negara itu di dunia internasional.

Seorang pejabat Israel mengatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkumpul dengan para pejabat tinggi hukum, diplomatik, dan keamanan pada hari Kamis untuk mengantisipasi keputusan tersebut. Dia mengatakan Israel yakin dengan kasusnya namun mendiskusikan "**semua skenario**." Pejabat itu berbicara tidak menyebutkan jati dirinya karena dia membahas pertemuan rahasia.

Israel melancarkan serangan udara dan darat besar-besaran di Gaza setelah militan Hamas menyerbu komunitas Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 250 orang lainnya.

Serangan tersebut telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan memaksa hampir 85 persen dari 2,3 juta penduduknya meninggalkan rumah mereka.

Lebih dari 26.000 warga Palestina telah terbunuh, kata Kementerian Kesehatan di daerah kantong yang dikelola Hamas itu pada hari Jumat. Kementerian tidak membedakan jumlah korban tewas antara kombatan dan warga sipil, namun mengatakan sekitar dua pertiga dari mereka yang tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Militer Israel mengklaim sedikitnya 9.000 orang yang tewas dalam konflik hampir empat bulan itu adalah militan Hamas.

Para pejabat PBB telah menyatakan kekhawatirannya bahwa akan semakin banyak orang yang meninggal karena penyakit, dan setidaknya seperempat penduduknya menghadapi kelaparan.

Menjelang putusan tersebut, Marieke de Hoon, seorang profesor hukum internasional di Universitas Amsterdam, mengatakan bahwa menurutnya kemungkinannya kecil pengadilan akan membatalkan kasus ini karena batasan hukum yang harus diselesaikan oleh Afrika Selatan pada tahap awal ini lebih rendah daripada batasan hukum yang hendak diterapkan untuk memutuskan patut tidaknya tuduhan tersebut.

"**Standarnya…bukan, apakah telah terjadi genosida, tapi standarnya lebih rendah**," katanya. "**Apakah masuk akal bahwa ada risiko genosida yang akan menimbulkan tanggung jawab Israel untuk mencegah genosida?**."

Namun De Hoon juga tidak menyangka pengadilan dunia itu akan memerintahkan diakhirinya operasi militer Israel. "**Tadinya saya kira mereka akan enggan untuk menyerukan gencatan senjata penuh, karena saya pikir mereka akan menyadari bahwa hal itu di luar kemampuan mereka saat ini**," katanya dalam sebuah wawancara telepon.

Langkah-langkah sementara yang diambil oleh Mahkamah Internasional mengikat secara hukum, namun tidak jelas apakah Israel akan mematuhinya.

Tanggapan AS, sekutu utama Israel, atas perintah apa pun merupakan

 kuncinya, karena AS memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB dan dengan demikian dapat memblokir tindakan-tindakan yang bertujuan memaksa Israel untuk patuh.

AS mengatakan Israel mempunyai hak untuk membela diri, namun juga menyatakan perlunya negara itu melindungi warga sipil di Gaza dan mengizinkan lebih banyak bantuan yang masuk ke kawasan itu.

Kasus genosida ini menyerang identitas nasional Israel, yang didirikan sebagai negara Yahudi setelah pembantaian enam juta orang Yahudi oleh Nazi selama Perang Dunia II.

Identitas Afrika Selatan sangat penting dalam membawa kasus ini. Partai yang berkuasa, Kongres Nasional Afrika, telah lama membandingkan kebijakan Israel di Gaza dan Tepi Barat dengan sejarah mereka sendiri di bawah rezim apartheid yang didominasi oleh minoritas kulit putih, yang membatasi sebagian besar orang kulit hitam pada "**tanah air**" mereka sebelum berakhir pada tahun 1994.

Antony Blinken Minta Perlindungan Warga Sipil di Gaza, Serangan Israel di Gaza: 20 Orang Tewas dan 150 Cedera

Warga Palestina berdiri di tengah puing-puing masjid dan bangunan yang runtuh akibat pemboman Israel di sekitar kota Rafah di selatan Jalur Gaza pada 24 Januari 2024. (Foto: AFP)
Warga Palestina berdiri di tengah puing-puing masjid dan bangunan yang runtuh akibat pemboman Israel di sekitar kota Rafah di selatan Jalur Gaza pada 24 Januari 2024. (Foto: AFP)
JAKARTA - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Kamis (25/1) kembali menyerukan perlindungan warga sipil, menyusul serangan maut terhadap sebuah tempat perlindungan PBB di Gaza. Seruan itu muncul saat ada laporan bahwa tembakan Israel menghantam kerumunan orang Palestina yang sedang menunggu bantuan.

"Saya menyerukan agar perlindungan terhadap warga sipil di Gaza dijamin sepenuhnya, termasuk perlindungan terhadap fasilitas kemanusiaan yang sangat penting," tegas Blinken dalam pernyataannya.

Sedikitnya 20 orang tewas dan 150 lainnya cedera akibat serangan Israel terhadap kerumunan orang yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan di Kota Gaza, menurut para pejabat kesehatan Gaza. Israel mengatakan sedang menyelidiki laporan tersebut.

Pernyataan tersebut diikuti oleh gerak maju pasukan Israel di Khan Younis, yang meninggalkan ribuan warga Gaza mencari tempat perlindungan yang aman. Keadaan semakin genting setelah tembakan tank Israel menyerang fasilitas yang menampung 43 ribu pengungsi Palestina, menurut laporan PBB.

Di Angola, Blinken menegaskan kembali pentingnya melindungi fasilitas-fasilitas seperti itu. "Kami telah mengkomunikasikan hal ini kepada pihak Israel, dan menurut pemahaman saya, mereka sedang menyelidiki insiden ini," katanya.

Israel, sementara itu, mengklaim bahwa bangunan yang menjadi target serangan adalah tempat di mana Hamas beroperasi.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperkuat rencananya untuk mendirikan zona penyangga di sepanjang perbatasan dengan Gaza. "Hamas datang untuk memusnahkan kami; kami akan memusnahkan mereka. Kami akan memperdalam akar kami di negara kami, kami akan menyingkirkan musuh-musuh kami. Kami akan berada di sini, dan mereka tidak akan berada di sana," tegas Netanyahu.

Tidak seperti rencana Netanyahu, AS tidak mendukung zona penyangga yang akan mencakup wilayah Palestina. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan memperlebar kesenjangan antara Israel dan sekutunya.

Robert Blecher, direktur program Future of Conflict di International Crisis Group, mengungkapkan ketegangan di Washington. "Tingkat frustrasi di DC meningkat. Dan penyebabnya antara lain karena PM Israel Netanyahu secara terbuka; secara khusus menolak permintaan yang telah diajukan AS. Saya yakin Washington merasa tidak enak memberikan dukungan yang hampir-hampir tak terbatas, dukungan tanpa syarat, untuk apa yang dilakukan Israel dan membiarkan perdana menteri negara itu praktis meludahi wajah Anda," ujarnya.

Israel telah menolak desakan Washington mengenai pembentukan negara Palestina setelah perang berakhir. Ini memicu peringatan dari Sekjen PBB Antonio Guterres. "Penolakan ini dan pengingkaran hak untuk tetap adil kepada rakyat Palestina akan memperpanjang tanpa batas konflik yang telah menjadi ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan global," tuturnya.

Dalam bulan-bulan yang banyak menimbulkan korban dalam konflik yang telah berlangsung puluhan tahun itu, Palestina memperkirakan hampir 26 ribu orang tewas akibat kampanye militer Israel di Gaza sejak 7 Oktober, ketika Hamas menyerang berbagai target di Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang lainnya. [uh/ab]

Jumat, 26 Januari 2024

Afrika Selatan Tuntut Israel di ICJ atas Serangan Gaza

Dengar pendapat publik mengenai kasus genosida Afrika Selatan terhadap Israel dimulai di ICJ di Den Haag, Belanda, pada 11 Januari 2024. ANTARA/Dursun Aydemir-Anadolu
Dengar pendapat publik mengenai kasus genosida Afrika Selatan terhadap Israel dimulai di ICJ di Den Haag, Belanda, pada 11 Januari 2024. ANTARA/Dursun Aydemir-Anadolu
JAKARTA - Israel mengharapkan bahwa Mahkamah Internasional (ICJ) akan menolak tuduhan genosida yang diajukan terhadap negara itu terkait dengan konflik di Jalur Gaza. 

Juru bicara pemerintah Israel, Eylon Levy, menyatakan keyakinannya kepada wartawan pada hari Kamis (25/1), "Kami memperkirakan ICJ akan menolak tuduhan palsu dan tidak masuk akal ini."

Pengadilan yang berbasis di Den Haag, Belanda, dijadwalkan untuk memberikan putusan atas gugatan genosida yang diajukan oleh Afrika Selatan terhadap Israel pada hari Jumat. 

Afrika Selatan mengajukan gugatan tersebut pada 29 Desember 2023, menuntut ICJ untuk mengeluarkan perintah terhadap Israel atas dugaan pelanggaran Konvensi Genosida selama serangan di Gaza.

Afrika Selatan menuntut sembilan perintah sementara dari ICJ, termasuk penghentian operasi militer Israel di Gaza dan langkah-langkah untuk mencegah genosida warga Palestina serta memastikan bantuan kemanusiaan tersedia bagi para pengungsi.

Serangan Israel di Jalur Gaza, yang dimulai setelah serangan oleh kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober 2023, telah menyebabkan ribuan kematian dan luka-luka di antara warga Palestina dan Israel. 

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), perang tersebut telah menciptakan situasi krisis kemanusiaan di Gaza, dengan sebagian besar penduduk menjadi pengungsi dan infrastruktur yang rusak parah.

Kamis, 27 Mei 2021

Sebuah Pameran Karya Seniman Arab Terkemuka Galang Dana untuk Rekonstruksi di Gaza Palestina

Sebuah Pameran Karya Seniman Arab Terkemuka Galang Dana untuk Rekonstruksi di Gaza Palestina
Pengunjung melihat karya seni dalam pameran yang diadakan untuk penggalangan dana bagi Gaza, di Galeri Orient, Amman, Yordania, 25 Mei 2021. (REUTERS / Jehad Shelbak)

BorneoTribun Internasional - Sebuah pameran yang menampilkan karya sejumlah seniman Arab terkemuka digelar di ibu kota Yordania, Amman, untuk menggalang dana bagi upaya rekonstruksi di Gaza.

Keprihatinan akan situasi yang dihadapi warga Palestina di Jalur Gaza mendorong sejumlah seniman Arab terkemuka di Yaman untuk berbuat sesuatu. Mereka menggelar dan menjual karya mereka lewat sebuah pameran di Galeri Orient di Amman.

Galeri Orient menyelenggarakan pameran untuk penggalangan dana bagi Palestina, bekerja sama dengan Klub Alumni Universitas Amerika Beirut di Amman, dan Asosiasi Taawon. (Galeri Facebook / Orient)

Panitia penyelenggara mengatakan, lebih dari 30 seniman yang memiliki koneksi erat dengan galeri itu selama 25 tahun terakhir berpartisipasi dalam pameran tersebut. Mereka menyumbangkan karya mereka untuk dijual guna mengumpulkan dana yang sangat dibutuhkan bagi upaya rekonstruksi Gaza.

Galeri Orient menyelenggarakan pameran untuk penggalangan dana bagi Palestina, bekerja sama dengan Klub Alumni Universitas Amerika Beirut di Amman, dan Asosiasi Taawon. (Galeri Facebook / Orient)

Hala Jardaneh adalah direktur pelaksana Galeri Orient. "Pameran ini diadakan untuk mendukung rakyat Palestina dengan segala penderitaan mereka selama periode ini. Ini adalah tanggung jawab semua orang Arab, tidak hanya tanggung jawab Palestina saja atau Yordania saja.”

Sebanyak 50 buah karya senilai 82.000 dinar atau hampir 116 ribu dolar AS, dijual dalam pameran yang berlangsung dari Selasa hingga Kamis itu.

Pengunjung melihat karya seni dalam pameran yang diadakan untuk mengumpulkan dana bagi Gaza, di Galeri Orient di Amman, Yordania 25 Mei 2021. (REUTERS / Jehad Shelbak)

Maha Abu Samaan, seorang seniman keturunan Palestina yang terlibat dalam proyek penggalangan dana itu, merasa senang bisa berpartisipasi. "Sebagai seniman dan warga Palestina, saya ingin mendukung rakyat Palestina melalui kegiatan budaya. Sebagai seniman Palestina, saya ingin mengekspresikan diri untuk mendukung Palestina."

Pendapat serupa diungkapkan Abdulrahman Hamdan, seorang seniman Palestina lain yang juga terlibat. "Sebagai seniman, ini adalah satu-satunya hal yang dapat saya lakukan untuk mendukung negara saya, Palestina. Mungkin saya tidak dapat pergi ke sana untuk melakukan apa pun, tetapi setidaknya saya dapat melakukan sesuatu untuk mereka dan menyumbang kepada mereka dengan karya seni saya."

Dana yang terkumpul selama acara itu akan disumbangkan ke Welfare Association-Taawon, sebuah LSM Palestina yang misinya terfokus pada pembangunan berkelanjutan.

Menurut para petugas medis Palestina, ratusan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 254 orang di Gaza dan melukai lebih dari 1.900 orang. Serangan-serangan itu juga menghancurkan beberapa bangunan komersial, sejumlah gedung apartemen dan banyak rumah pribadi di berbagai penjuru kawasan kantong pantai kecil itu.

Militer Israel menyebutkan jumlah korban tewas di pihak Israel mencapai 13 orang, dengan ratusan lainnya terluka, akibat serangan roket Hamas dan militan-militan Palestina lainnya di Gaza. Banyak warga Israel terpaksa mengungsi hingga sejauh Tel Aviv.

Gaza, dengan populasi sekitar dua juta orang, sekarang menghadapi tugas membangun kembali infrastruktur yang hancur setelah konflik keempat dengan Israel sejak Hamas menguasai daerah kantong itu pada 2007. [ab/uh]

Oleh: VOA

Senin, 24 Mei 2021

Pejabat PBB Prihatin dengan Krisis Kemanusiaan di Gaza

Pejabat PBB Prihatin dengan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Situasi di Gaza pasca perang sangat memprihatinkan, di mana sedikitnya 300 gedung, termasuk 1.000 unit rumah, hancur.

BorneoTribun Internasional - Pejabat-pejabat PBB hari Minggu (23/5) menunjukkan keprihatinan mereka dengan skala kehancuran di Gaza, pasca gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran terbaru antara Israel dan kelompok militan Hamas.

Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Palestina, Lynn Hastings, mengatakan sekitar 300 gedung di Gaza, termasuk 1.000 unit rumah, hancur. Ditambahkannya, enam rumah sakit dan 11 klinik layanan kesehatan rusak, dan satu rumah sakit tidak dapat berfungsi karena kurangnya layanan listrik.

logo
KONFLIK TIMUR TENGAH
Pejabat PBB Prihatin dengan Krisis Kemanusiaan di Gaza
1 jam yang lalu
Situasi di Gaza pasca perang sangat memprihatinkan, di mana sedikitnya 300 gedung, termasuk 1.000 unit rumah, hancur. 
Situasi di Gaza pasca perang sangat memprihatinkan, di mana sedikitnya 300 gedung, termasuk 1.000 unit rumah, hancur.

Lihat komentar

Pejabat-pejabat PBB hari Minggu (23/5) menunjukkan keprihatinan mereka dengan skala kehancuran di Gaza, pasca gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran terbaru antara Israel dan kelompok militan Hamas.

Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Palestina, Lynn Hastings, mengatakan sekitar 300 gedung di Gaza, termasuk 1.000 unit rumah, hancur. Ditambahkannya, enam rumah sakit dan 11 klinik layanan kesehatan rusak, dan satu rumah sakit tidak dapat berfungsi karena kurangnya layanan listrik.

Warga Palestina merayakan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang dimediasi Mesir, di Jalur Gaza, Jumat, 21 Mei 2021.
BACA JUGA:
Diplomat Mesir Berusaha Perkuat Gencatan Senjata Israel-Palestina
“Masyarakat internasional bekerja keras mendistribusikan barang-barang penting, termasuk obat-obatan dan bahan bakar. Minggu ini saya mengeluarkan hampir 18 juta dolar dari dana kemanusiaan Palestina. Koordinator bantuan darurat di New York akan mengeluarkan tambahan anggaran 4,5 juta dolar. Ini semua untuk memulihkan akses masyarakat pada layanan paling dasar seperti perawatan kesehatan dan air bersih,” ujarnya.

Kepala Badan PBB Urusan Pengungsi Palestina, Philippe Lazzarini, mengatakan ia “sangat frustrasi dengan episode aksi kekerasan ektrem yang tidak berperikemanusiaan,” dan menambahkan hal itu “membuat kondisi di Gaza mundur beberapa tahun.”

Hamas dan beberapa kelompok bersenjata lainnya menembakkan lebih dari 4.000 roket ke arah Israel.

Israel membalas dengan melancarkan ratusan serangan udara terhadap apa yang disebutnya sebagai sasaran militan.

Lebih dari 250 orang tewas, sebagian besar warga Palestina. Namun Israel mengatakan sedikitnya 200 orang yang tewas itu adalah militan.

Gaza telah berada di bawah blokade Israel-Mesir yang melumpuhkan wilayah itu sejak kelompok militan Hamas merebut kekuasaan dari pasukan yang setia pada Otorita Palestina yang didukung secara internasional pada tahun 2007. [em/lt]

Oleh: VOA

Kamis, 20 Mei 2021

Pemerintah RI harap penghentian kekerasan yang berkelanjutan di Gaza

Pemerintah RI harap penghentian kekerasan yang berkelanjutan di Gaza
Pelajar mengikuti aksi solidaritas untuk Palestina di Cipondoh, Kota Tangerang, Banten, Kamis (20/5/2021). Aksi yang diikuti berbagai elemen pelajar dan masyarakat tersebut untuk mengutuk penyerangan Israel ke Palestina sekaligus penggalangan dana sebagai bentuk dukungan dan bantuan untuk masyarakat Palestina. (ANTARA/Fauzan/rwa)

BorneoTribun Jakarta -- Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengharapkan penghentian kekerasan secara berkelanjutan di Gaza, yang kembali menjadi sorotan menyusul pecahnya pertempuran antara Israel dan gerilyawan Palestina.

Gencatan senjata tersebut diharapkan dapat diupayakan melalui sesi debat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khusus membahas isu Palestina dan Timur Tengah pada Kamis (20/5) pagi waktu New York.

“Yang jelas harus ada gencatan senjata atau penghentian aksi kekerasan dan saling serang. Karena kita sangat prihatin dengan keselamatan manusia, jadi tidak bisa menunggu sampai serangan-serangan itu berhenti,” kata Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Febrian A Ruddyard dalam pengarahan media virtual.

Penghentian kekerasan di Gaza, menurut Febrian, harus diupayakan secara berkelanjutan karena wilayah itu telah berkali-kali menjadi sasaran dalam konflik antara Israel-Palestina.

“Saat ini mengingat korban jiwa yang besar, sudah saatnya Majelis Umum berpikir untuk membuat suatu mekanisme yang memungkinkan berhentinya kekerasan, bukan hanya sementara tetapi sekaligus menyelesaikan masalahnya,” ujar Febrian.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah tiba di New York pada Rabu (19/5) untuk menghadiri serangkaian pertemuan yang akan membahas situasi Palestina. Di New York, Menlu RI telah bertemu dengan Presiden Sidang ke-75 Majelis Umum PBB Volkan Bozkir serta Presiden Dewan Keamanan PBB Zhang Jun.

Pertemuan Majelis Umum PBB tentang Palestina dan Timur Tengah dilaksanakan setelah kegagalan Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk menghentikan agresi Israel atas wilayah Palestina.

Pertempuran antara Israel dan Hamas, faksi Palestina yang mengontrol wilayah Gaza, meletus sejak 10 hari lalu.

Hamas melancarkan serangan roket setelah adanya bentrokan antara polisi keamanan Israel dengan jamaah di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, dan menyusul kasus pengadilan oleh pemukim Israel untuk mengusir warga Palestina dari lingkungan di Yerusalem Timur yang dicaplok Israel.

Permusuhan kali ini adalah yang paling serius antara Hamas dan Israel selama bertahun-tahun, dan berbeda dari konflik Gaza sebelumnya. Hal itu telah memicu aksi kekerasan jalanan antara orang Yahudi dan Arab di kota-kota Israel.

Pejabat medis Palestina menyatakan 223 orang telah tewas dalam 10 hari pengeboman udara, sementara otoritas Israel mengatakan korban tewas di negara mereka sebanyak 12 jiwa.

Oleh: Antaranews

Rabu, 19 Mei 2021

Kapal Selam dan Mobil milik Hamas Target Ledakan Israel

Kapal Selam dan Mobil Target Ledakan Israel
Ledakan terjadi dijalur Gaza setelah Israel melakukan serangan udara.

BorneoTribun Internasional - Kapal selam milik Hamas melepaskan roket ke arah kapal angkatan laut Israel.

Dikutip Mail Online, IDF (Israeli Defence Forces) mengatakan para militan di dalam mobil telah tewas kena target rudal.

Foto-foto mobil tersebut kemudian menunjukkan atapnya robek dalam pola yang menunjukkan sebuah rudal "Ninja" terbelah enam.

Rudal tersebut rirancang untuk menembus mobil, membunuh target dengan kerusakan yang cukup parah.

Selain itu, Pasukan pertahanan Israel tidak merinci apa yang akan ditargetkan Hamas dengan kapal selam mereka yang penuh dengan bahan peledak itu.

Kapal selam yang dihancurkan itu dioperasikan dari pantai di Gaza, kedalamannya beberapa meter dan diarahkan ke target, yang bisa jadi pantai israel atau kapal angkatan laut Israel.

Israel juga mengklaim berhasil menghancurkan 65 target lainnya milik Hamas di jalur Gaza.

Israel, Militan Palestina, Lancarkan Serangan Lintas Perbatasan

Israel, Militan Palestina, Lancarkan Serangan Lintas Perbatasan
Seorang pria Palestina memeriksa bangunan enam lantai yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, Selasa dini hari, 18 Mei 2021. (AP)

BorneoTribun Internasional -- Israel melancarkan serangan udara, Selasa pagi (18/5) di Jalur Gaza, sementara militan Palestina menembakkan roket ke arah Israel, melanjutkan gelombang kekerasan antara kedua pihak yang telah berlangsung selama lebih dari sepekan.

Tidak ada laporan segera mengenai korban dari serangan terbaru ini. Serangan Israel kembali berfokus terhadap Kota Gaza, sementara militan menembakkan roket mengaktifkan sirene di Israel Selatan.

Pertempuran tersebut memicu keluarnya pernyataan keprihatinan dari masyarakat internasional dan upaya diplomatik untuk menghentikan kekerasan.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, Selasa (18/5) mengadakan pembicaraan dengan menteri-menteri luar negeri Uni Eropa untuk membahas cara terbaik mendukung upaya peredaan konflik.

Para pejabat AS telah berbicara mengenai upaya untuk bekerja di balik layar untuk menenangkan situasi, termasuk berkoordinasi dengan negara-negara lain di kawasan.

Bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, 18 Mei 2021. (REUTERS / Suhaib Salem)
Bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, 18 Mei 2021. (REUTERS / Suhaib Salem)

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki, hari Senin (17/5) mengatakan kepada wartawan, “Kami ingin mendeeskalasi sesegera mungkin,” dan bahwa berbagai tindakan akan diperlukan dari pihak Israel dan Hamas untuk mengakhiri kekerasan.

“Cara paling efektif yang kami rasa dapat dilakukan adalah melalui diplomasi yang tenang dan intensif, dan ini adalah fokus kami sekarang ini,” kata Psaki.

Dalam pembicaraan telepon hari Senin (17/5) dengan PM Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Joe Biden menegaskan kembali dukungan bagi Israel untuk “membela diri dari serangan roket membabi buta,” sambil juga mendorong Israel untuk “memastikan perlindungan bagi warga sipil tak berdosa.”

“Presiden menyatakan dukungannya bagi gencatan senjata dan membahas dialog AS dengan Mesir dan mitra-mitra lain ke arah tujuan itu,” kata pernyataan dari Gedung Putih.

Sejak pertempuran dimulai pada 10 Mei, sedikitnya 200 orang Palestina telah tewas, termasuk sedikitnya 59 anak-anak dan 35 perempuan, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Sedikitnya 10 orang Israel tewas dalam serangan-serangan roket, termasuk seorang bocah berusia enam tahun.

Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan ia akan mengadakan pembicaraan dengan Netanyahu dalam beberapa hari mendatang dan menyerukan gencatan senjata “sesegera mungkin.” Ia menambahkan bahwa Perancis mendukung upaya mediasi Mesir dalam konflik itu, yang menjadi kunci dalam mengakhiri pertempuran terdahulu antara Israel dan militan Palestina.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan ia berbicara hari Senin (17/5) dengan Netanyahu dan menyatakan dukungan bagi Israel untuk membela diri. [uh/ab]

Oleh: VOA

Serangan Udara Israel Kembali Hantam Gaza

Serangan Udara Israel Kembali Hantam Gaza
Asap dan kobaran api membubung di atas gedung saat serangan udara oleh Israel di tengah meningkatnya konflik bersenjata antara Israeli dan Palestinian di Kota Gaza, 17 Mei 2021.

BorneoTribun Internasional -- Israel, Senin (17/5), menghantam Kota Gaza dengan serangan udara, menewaskan seorang komandan senior militan Palestina, sementara kelompok militan Palestina memulai lagi serangan roket ke Israel.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sejak pertempuran dimulai pada 10 Mei, sedikitnya 200 warga Palestina telah tewas, termasuk setidaknya 59 anak-anak dan 35 perempuan. Semenara di pihak Israel, sedikitnya 10 orang tewas dalam serangan roket Hamas, termasuk seorang anak berusia 6 tahun.

Militer Israel mengatakan pihaknya telah menghancurkan terowongan sepanjang 15 kilometer di Gaza yang digunakan oleh Hamas, serta gedung lima lantai yang menampung Kementerian Urusan Agama yang dikelola Hamas. Serangan ini menewaskan komandan bersenjata Jihad Islam untuk Gaza utara, Hussam Abu Harbeed.

Sebagai tanggapan, Jihad Islam menembakkan roket ke Ashdod, kota pesisir di Israel. Para pejabat mengatakan tujuh orang terluka.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pidatonya, Senin (17/5) mengatakan Israel akan “terus menyerang target terror” dan akan “terus beroperasi selama diperlukan untuk mengembalikan ketenangan dan keamanan bagi semua warga Israel.”

Sayap bersenjata Hamas bertekad akan menembakkan lebih banyak roket.

Juru bicara Abu Ubaida mengatakan, “Musuh kriminal Zionis meningkatkan pemboman rumah dan apartemen dalam beberapa jam terakhir, dan karena itu, kami memperingatkan musuh bahwa jika tidak segera menghentikannya, kami akan melanjutkan serangan roket ke Tel Aviv,” menurut kantor berita Reuters.

Juga pada Senin (17/5), seorang pria Israel meninggal karena luka-lukanya setelah diserang minggu lalu oleh sekelompok warga Arab di pusat kota Lod, komunitas campuran Yahudi-Arab yang telah menjadi titik panas dalam pertempuran terakhir. [lt/em]

Oleh: VOA

Selasa, 18 Mei 2021

Menlu China 'Sesalkan' AS Blokir Pernyataan DK PBB soal Gaza

Menlu China 'Sesalkan' AS Blokir Pernyataan DK PBB soal Gaza
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi

BorneoTribun Internasional -- China hari Minggu (16/5) menyatakan kekecewaan bahwa Amerika memblokir pernyataan Dewan Keamanan (DK) PBB tentang kekerasan Israel-Palestina sewaktu PBB mendesak upaya internasional yang lebih besar untuk menghentikan pertumpahan darah.

"Sayangnya, hanya karena halangan satu negara, Dewan Keamanan belum bisa berbicara dengan satu suara," ujar Menteri Luar Negeri Wang Yi pada sesi virtual. China memegang jabatan ketua bergilir DK PBB. "Kami meminta Amerika agar memikul tanggung jawab semestinya."

Amerika, sekutu utama Israel, menunda sesi DK itu dari minggu lalu dan menunjukkan sedikit antusiasme untuk menulis pernyataan.

Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan sedang bekerja di belakang layar dan bahwa pernyataan Dewan Keamanan dapat menjadi bumerang.

Dalam sambutan terbuka, pemerintahan Biden dengan tegas mengatakan bahwa Israel dibenarkan untuk membela diri dalam menanggapi tembakan roket oleh Hamas, namun juga mendesakkan de-eskalasi.

Wang mendesak gencatan senjata segera dan meminta DK PBB "bertindak tegas," termasuk mengulangi dukungan bagi solusi dua negara.

Ia mengatakan bahwa China, yang telah memperluas perannya di dunia, akan dengan senang hati menjadi tuan rumah pembicaraan antara wakil-wakil Israel dan Palestina.[ka/lt]

Oleh: VOA

Minggu, 16 Mei 2021

Israel Bom Rumah Pemimpin Hamas di Gaza

Israel Bom Rumah Pemimpin Hamas di Gaza
Asap mengepul dari serangan udara Israel di kompleks Hanadi di Kota Gaza, yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, pada 11 Mei 2021. (Foto: AFP/Mohammed Abed)

BorneoTibun Internasional -- Israel mengebom rumah pemimpin Hamas di Gaza Minggu pagi (16/5), sementara kelompok militan itu meluncurkan sejumlah roket ke Tel Aviv. Pertikaian antara pasukan Israel dan militan Palestina itu memasuki hari ketujuh tanpa tanda-tanda akan mereda.

Sedikitnya empat warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di daerah kantong pantai, kata para pejabat kesehatan. Banyak orang terluka, sementara suara bombardir terdengar semalaman.

Warga Israel berbondong-bondong memasuki tempat perlindungan sementara sirene yang memperingatkan datangnya roket pecah di Tel Aviv dan sebelah selatan kota Beersheba. Sekitar 10 orang terluka ketika lari menuju tempat perlindungan, kata paramedis.

Sedikitnya 149 orang tewas di Gaza sejak kekerasan dimulai pada Senin (10/5), termasuk anak-anak, kata para pejabat kesehatan. Israel telah melaporkan 10 tewas, termasuk dua anak.

Para utusan dari AS, PBB dan Mesir berusaha memulihkan ketertiban, tapi belum memperlihatkan tanda-tanda kemajuan. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu pada Minggu (16/5) untuk membahas kekerasan terburuk antara Israel dan Palestina dalam beberapa tahun.

Baik Israel dan Hamas berkeras mereka akan melanjutkan serangan lintas batas, sehari setelah Israel menghancurkan gedung 12 lantai di Kota Gaza yang ditempati media AS Associated Press dan media Qatar Al Jazeera. [vm/ft]

Oleh: VOA

Kamis, 11 Maret 2021

Yehya Al-Sinwar Terpilih kembali Memimpin Hamas di Jalur Gaza untuk Masa Jabatan Kedua

Pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Yehya Al-Sinwar memberikan keterangan kepada media di Gaza, 28 Oktober 2019. (Foto: dok).

BorneoTribun Internasional - Yehya Al-Sinwar terpilih kembali untuk memimpin Hamas di Jalur Gaza untuk masa jabatan kedua, kata para pejabat pada Rabu (10/3). Hal ini mencerminkan kendali yang dimilikinya atas sayap baik politik maupun militer dari kelompok Islam yang menguasai daerah kantong Palestina.

Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza sejak tahun 2017, dibebaskan dari tahanan Israel ketika terjadi pertukaran tahanan pada tahun 2011 setelah mendekam lebih dari 20 tahun dipenjara.

Sementara mendukung oposisi Hamas untuk hidup berdampingan dengan Israel, Sinwar mempertahankan hubungan konfrontatif yang relatif stabil dengan Israel di seberang perbatasan Gaza. Ia juga mengupayakan hubungan yang lebih baik dengan Mesir untuk mempertahankan sejumlah pembatasan di sepanjang perbatasannya dengan Gaza, sebuah teritori kecil di pantai Mediterania.

"Kemenangan Sinwar menunjukkan pria itu mempertahankan cengkeraman yang kuat di dalam gerakan, terutama pada komponen di sayap militernya yang vital," kata analis politik Gaza, Adnan Abu Amer.

"Kemenangan itu akan memungkinkan Sinwar untuk menerapkan kebijakannya, baik di dalam Gaza atau dengan negara-negara regional termasuk penanganan konflik dengan Israel."

Penantang utama Sinwar dalam pemilihan itu, yang hanya terbuka bagi anggota Hamas, termasuk mereka yang mendekam di penjara Israel, adalah Nizar Awadallah, seorang pejabat lama dan rekan negosiator dari kesepakatan pertukaran tahanan tahun 2011.

Hamas masih harus memilih pemimpin untuk Tepi Barat yang diduduki Israel. Beberapa sumber menyatakan identitasnya akan dirahasiakan guna melindungi dirinya dari ancaman Israel atau pemerintahan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, sebuah entitas yang bermusuhan dengan Hamas. 

Untuk mengisi jabatan pemimpin politik Hamas, yang juga membawahi sayap militernya, akan membutuhkan waktu lebih lama. Pemimpin tertinggi Hamas adalah Ismail Haniyeh, yang juga tinggal di Gaza.

Haniyeh kali ini menghadapi tantangan dari mantan ketua dari kelompok tersebut, Khaled Meshaal, yang tinggal di Qatar. [mg/jm]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno