Berita Borneotribun.com: Kesehatan Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 27 Maret 2024

Wapres Ma'ruf Amin Apresiasi Penurunan Angka Stunting Di Kalimantan Barat

Wapres Ma'ruf Amin Apresiasi Penurunan Angka Stunting Di Kalimantan Barat
Wapres RI, Prof. Dr. K.H. Ma'aruf Amin beserta Ibu Hj. Wury Ma'ruf Amin, berkunjung ke Posyandu Surya Sehat, Jl Parit H. Husin I Pontianak. (Adpim Pemprov Kalbar)
PONTIANAK - Diakhir rangkaian kunjungan kerja Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI), Prof. Dr. K.H. Ma'aruf Amin beserta Ibu Hj. Wury Ma'ruf Amin, berkunjung ke Posyandu Surya Sehat, Jl Parit H. Husin I Pontianak, Rabu (27/3/2024).

Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat, dr. Harisson, M.Kes., bersama Pj. Ketua TP-PKK Kalbar, Ny. Windy Prihastari Harisson, S.STP., M.Si., turut mendampingi Wapres dalam kunjungan tersebut.

Wapres RI, Prof. Dr. K.H. Ma'aruf Amin beserta Ibu Hj. Wury Ma'ruf Amin, berkunjung ke Posyandu Surya Sehat, Jl Parit H. Husin I Pontianak. (Adpim Pemprov Kalbar)
Hj. Wury Ma'ruf Amin, berkunjung ke Posyandu Surya Sehat, Jl Parit H. Husin I Pontianak. (Adpim Pemprov Kalbar)
Pj. Gubernur melaporkan bahwa berdasarkan data SKI Tahun 2023, angka prevalensi stunting di Kalbar menurun.

"Hasil SKI tahun 2023 stunting di Kalbar mencapai 24,5% atau turun 3,3% dari hasil SKI tahun 2022 sebesar 27,8%. Sedangkan data E-PPGBM pada bulan Februari 2024, angka stunting di Kalbar telah mencapai 15,3%, dimana Kota Pontianak mencatat capaian 6,4%," ungkap Harisson.

Penanganan stunting di Kalbar dilakukan sinergitas dengan menggandeng organisasi perempuan seperti TP-PKK, Bhayangkari, Persit Chandra Kirana dan Organisasi istri-istri ASN serta tentara.

"Kita bersinergi dan bergerak bersama dalam mencegah terjadinya stunting serta mengatasi kasus-kasus stunting yang ada di seluruh pelosok Kalbar. Maka dari itu, Pemerintah Provinsi tidak dapat bergerak sendiri dalam menangani kasus stunting, dengan menggandeng pemangku kepentingan lainnya serta mengedukasi masyarakat tentang pencegahan stunting," bebernya.

Dirinya mengatakan dalam menangani stunting terdapat beberapa program yakni makanan bergizi untuk ibu hamil dan baduta dan pelayanan kesehatan.

"Kami memiliki program untuk memberikan makanan bergizi seimbang di pos pelayanan terpadu (posyandu) se-Kalbar. Makanan bergizi seimbang dan pelayanan kesehatan merupakan faktor penting dalam upaya pencegahan stunting," katanya.

Terakhir dirinya berharap dengan adanya kunjungan kerja Wapres RI khususnya di Posyandu ini dapat memberikan motivasi serta mengatasi masalah kesehatan di Kalbar.

"Saya berharap dan mengajak kepada seluruh warga dan kader posyandu dapat mengambil peran masing-masing untuk peduli dan berupaya agar masa depan tidak ada lagi bayi-bayi lahir dan tumbuh dalam kondisi stunting," tutup Harisson.

Wapres RI, Prof. Dr. K.H. Ma'aruf Amin beserta Ibu Hj. Wury Ma'ruf Amin, berkunjung ke Posyandu Surya Sehat, Jl Parit H. Husin I Pontianak. (Adpim Pemprov Kalbar)
Wapres RI, Prof. Dr. K.H. Ma'aruf Amin beserta Ibu Hj. Wury Ma'ruf Amin, berkunjung ke Posyandu Surya Sehat, Jl Parit H. Husin I Pontianak. (Adpim Pemprov Kalbar)
Dalam hal ini, Wapres mengapresiasi langkah-langkah Pemprov. Kalbar dalam menurunkan angka stunting.

"Saya senang sekali apa yang sudah dilakukan oleh Provinsi Kalbar dalam menurunkan angka stunting. Mudah-mudahan Provinsi Kalbar cepat mencapai angka yang ditargetkan oleh Pemerintah yakni 14 persen," harap K.H. Ma'ruf Amin.

Di posyandu tersebut, Wapres beserta Ibu Wury dan Pj. Gubernur beserta Ibu Windy meninjau pelayanan posyandu tersebut, serta memberi makan-makanan bergizi kepada anak baduta.

Diakhir peninjauan Wapres dengan didampingi Pj. Gubernur menyerahkan sembako pada orang tua anak stunting dan menyerahkan bingkisan berupa tas sekolah kepada anak-anak sekolah.(wnd)

Kamis, 21 Maret 2024

Jokowi Tinjau Fasilitas Kesehatan RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie di Kalimantan Barat

Jokowi Tinjau Fasilitas Kesehatan RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie di Kalimantan Barat
Jokowi Tinjau Fasilitas Kesehatan RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie di Kalimantan Barat.
PONTIANAK – Polresta Pontianak melaksanakan pengamanan kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo beserta rombongan melakukan kunjungan kerja di Provinsi Kalimantan Barat. Kunjungan ini untuk meninjau langsung fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut, khususnya RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie, serta memastikan kualitas layanan BPJS Kesehatan kepada masyarakat. (21/03/2024)

Ratusan personel Polresta Pontianak disiagakan disepanjang jalur yang dilalui dan dilokasi RSUD Kota Pontianak sejak pagi setelah waktu sahur tadi ucap Kabag ops Polresta Pontianak Kompol Joko Sutriyatno.

Diketahui Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo Beserta Rombongan Tiba Di RSUD Sultan Syarif Mohammad Alkadrie Kota Pontianak pukul 08.00 wib,Selanjutnya Melaksanakan Peninjauan fasilitas RS dan Pelayanan BPJS Kesehatan, adapun peninjauan dipandu langsung oleh Direktur Utama RSUD Sultan Syarif Mohammad Alkadrie Kota Pontianak. 

Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi didampingi oleh beberapa Menteri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI  Basuki Hadi Muljono. Menteri Perhubungan RI  Dr. (H.C) Ir. Budi Karya Sumadi, Ketua Komisi V DPR RI  Lasarus, S.Sos., M.Si. dan Pj. Gubernur Prov. Kalbar dr. Harisson, M.Kes. dan pejabat Forkopimda Kalimantan Barat.

Selama kunjungan, Presiden Joko Widodo Beserta Rombongan Di RSUD Sultan Syarif Mohammad Alkadrie Kota Pontianak,Melaksanakan Peninjauan fasilitas RS dan Pelayanan BPJS Kesehatan, yang dipandu langsung oleh Direktur Utama RSUD Sultan Syarif Mohammad Alkadrie Kota Pontianak dr. Eva Nurfarihah. 

Ditempat ini,Presiden Jokowi secara langsung meninjau berbagai fasilitas di rumah sakit tersebut, termasuk ruang perawatan, ruang operasi, dan sarana penunjang lainnya, Jokowi  juga menyempatkan untuk berbincang dengan para dokter, perawat, dan staf medis lainnya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai tantangan dan kebutuhan dalam pelayanan kesehatan di Rumah sakit tersebut. 

Senin, 11 Maret 2024

Kalbe Gelar Peluncuran Serplulimab, Obat Baru untuk Kanker Paru

Kalbe Gelar Peluncuran Serplulimab, Obat Baru untuk Kanker Paru
Kalbe meluncurkan Serplulimab untuk pengobbatan kanker paru sel kecil, di Jakarta, Sabtu (9/3/2024) (ANTARA/H.O Kalbe)
JAKARTA - PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) bersama anak perusahaan mereka, PT Kalbe Genexine Biologics (KGbio) dan PT Global Onkolab Farma (GOF), telah resmi meluncurkan obat Serplulimab dalam upaya memperluas akses kesehatan bagi mereka yang berjuang melawan kanker. 

Serplulimab merupakan produk imunoterapi terbaru yang dikombinasikan dengan kemoterapi untuk pengobatan lini pertama kanker paru-paru sel kecil stadium ekstensif (extensive stage small cell lung cancer/ES-SCLC).

"Ketersediaan Serplulimab merupakan bukti komitmen Kalbe dalam memperluas akses layanan kesehatan bagi pasien kanker paru," kata Sie Djohan, Presiden Direktur KGbio dan Direktur Kalbe, saat peluncuran Zerpidio Serplulimab di Jakarta.

Ditambahkannya, "Langkah ini juga merupakan inisiatif keberlanjutan kami dalam mendukung terciptanya ekosistem kesehatan yang terintegrasi bersama seperti rumah sakit, tenaga kesehatan profesional, asosiasi profesi kesehatan, pasien, dan para pemangku kewenangan terkait.”

Kanker paru sering kali terdeteksi pada stadium lanjut, menyisakan sedikit pilihan pengobatan. 

SCLC merupakan jenis kanker paru-paru yang paling sulit diobati, dan kasusnya menyumbang 14 persen dari total kasus kanker paru-paru. 

Lebih dari 50 persen pasien kanker paru-paru meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis, dengan angka harapan hidup hanya sebesar 17,8 persen.

"Pengelolaan kanker paru membutuhkan pendekatan komprehensif, mulai dari edukasi dan kesadaran masyarakat hingga pengobatan precison medicine seperti imunoterapi," ujar Dr. Tubagus Djumhana Atmakusuma, Ketua PERHOMPEDIN.

Kalbe terus berupaya mendukung penanganan kanker dengan menciptakan ekosistem kesehatan terintegrasi melalui ONE Onco, yang menyediakan layanan mulai dari terapi hingga dukungan nutrisi.

"Inisiatif GOF dalam membangun ekosistem onkologi terintegrasi melalui ONE Onco adalah langkah positif untuk memberikan solusi komprehensif kepada pasien kanker," kata Liliana Susilowati, President Director GOF.

Kalbe, KGbio, dan Henlius berencana untuk memperluas lisensi eksklusif pengembangan dan komersialisasi Serplulimab di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika Utara. 

"Melalui kemitraan strategis ini, kami akan memanfaatkan sumber daya dan keunggulan masing-masing untuk mempromosikan dan mengomersialisasikan Serplulimab," ujar Sie Djohan.

Pemerintah Fokus Tangani Kanker Serviks di Indonesia

Pemerintah Fokus Tangani Kanker Serviks di Indonesia
Ilustrasi kanker seviks (ANTARA/Pexels/Anna Tarazevich)
JAKARTA - Kanker serviks menjadi sorotan utama pemerintah Indonesia dalam upaya menangani masalah kesehatan yang serius. 

Menurut data dari Indonesia Society of Gynecologic Oncology (INASGO) periode 2022-2023, kanker serviks mendominasi proporsi kasus kanker yang umum dijumpai, mencapai sekitar 62 persen.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Subspesialis Onkologi dari Rumah Sakit PELNI, Yuri Feharsal, menegaskan bahwa penanganan kanker serviks menjadi prioritas dalam eliminasi kanker di Indonesia. 

"Kanker serviks merupakan kanker yang paling umum di Indonesia, menyumbang sekitar 62 persen dari semua kasus kanker reproduksi yang terjadi."

"Sayangnya, mayoritas kasus ini terdeteksi pada stadium lanjut," ungkap Yuri dalam sebuah diskusi daring pada Sabtu.

Biaya pengobatan kanker serviks cenderung meningkat karena proses pembedahan yang memakan waktu dan sumber daya yang besar, mulai dari peralatan medis hingga perawatan pascaoperasi. 

Pasien juga sering mengalami komplikasi jangka panjang yang memerlukan perawatan intensif, seperti masalah berkemih, yang pada akhirnya menimbulkan beban finansial yang signifikan bagi negara.

Meskipun kanker serviks merupakan jenis kanker organ reproduksi yang paling umum di Indonesia, kesadaran akan pentingnya pencegahan masih belum optimal. 

Banyak kasus kanker serviks terdeteksi pada stadium lanjut, yang membuat proses pengobatan menjadi lebih sulit dan meningkatkan risiko kekambuhan.

"Tata laksana kanker serviks di stadium lanjut umumnya melibatkan radioterapi dan kemoterapi, yang membutuhkan modalitas canggih dan meningkatkan biaya pengobatan secara signifikan," jelas Yuri.

Program pencegahan kanker serviks menjadi bagian integral dari rencana aksi nasional Kementerian Kesehatan dengan tujuan mempercepat eliminasi penyakit ini. 

Program ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pencegahan, edukasi, evaluasi program, penelitian, hingga pengelolaan kebijakan. 

Salah satu langkah yang direncanakan adalah integrasi program pencegahan kanker serviks ke dalam program kesehatan masyarakat yang telah ada.

Dengan upaya yang terkoordinasi dan konsisten, diharapkan penanganan kanker serviks dapat menjadi lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Dokter Yuri Feharsal: Penanganan Tepat untuk Kanker Serviks

Dokter Yuri Feharsal: Penanganan Tepat untuk Kanker Serviks
Dokter Yuri Feharsal: Penanganan Tepat untuk Kanker Serviks. (Gambar Ilustrasi)
JAKARTA - Dokter spesialis kebidanan dan kandungan sub-spesialis onkologi dari Rumah Sakit PELNI, Yuri Feharsal, dalam sebuah wawancara kesehatan daring pada hari Sabtu, menyoroti pentingnya pencegahan dalam mengatasi kanker serviks. 

Yuri menegaskan bahwa perkembangan kanker serviks bisa dicegah dengan menghentikan perilaku berisiko dan menjalani tindakan penanganan tepat.

Menurutnya, kanker serviks berawal dari infeksi human papillomavirus (HPV) pada leher rahim yang sehat. 

"Kalau daya tahan tubuh dari perempuan itu bagus dan tidak merokok atau melakukan hal yang memicu perkembangan HPV, dalam satu tahun infeksi akan sembuh sendiri, sehingga menjadi normal kembali, (ada) clearance, atau HPV akan hilang dari leher rahim," kata Yuri.

Namun demikian, Yuri menjelaskan bahwa infeksi HPV dapat kembali terjadi pada individu yang rentan atau terpapar faktor risiko. 

Jika infeksi berulang, bisa terjadi persistensi infeksi yang menyebabkan infeksi HPV berubah menjadi lesi pra-kanker pada serviks.

Yuri menyoroti bahwa dalam beberapa kasus, lesi pra-kanker dapat mengalami regresi menjadi normal kembali jika perilaku berisiko dihentikan atau daya tahan tubuh kuat. 

Namun, jika lesi pra-kanker tidak ditangani dan infeksi HPV menjadi persisten, maka lesi tersebut dapat berkembang menjadi kanker yang menyebar.

Dokter Yuri mengungkapkan bahwa proses lesi berkembang menjadi kanker yang menyebar memerlukan waktu 10 hingga 20 tahun. 

Hal ini memberikan kesempatan untuk mencegah perkembangan kanker serviks ke tahap yang lebih parah dengan tindakan pencegahan tepat.

"Proses ini sebenarnya membutuhkan waktu 10-20 tahun, suatu proses yang cukup lama. Jadi mata rantai kanker bisa diputus. Karena dia membutuhkan waktu yang lama, sehingga kita bisa mencegah perkembangan kanker," ujar Yuri, menekankan urgensi tindakan pencegahan dalam menangani kanker serviks.

Minggu, 10 Maret 2024

Penyakit Frambusia Tak Lagi Menghantui Kota Pontianak

Penyakit Frambusia Tak Lagi Menghantui Kota Pontianak
Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian (ANTARA/Dedi)

PONTIANAK - Kota Pontianak, Kalimantan Barat, telah dinyatakan bebas dari penyakit frambusia oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pernyataan ini disambut dengan pemberian sertifikat Kota Bebas Frambusia, yang menjadi tanda keberhasilan dalam upaya pemberantasan penyakit tersebut.

"Pencapaian ini menegaskan bahwa Kota Pontianak berhasil mengimplementasikan program pemberantasan frambusia dengan efektif. Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum pertenue," ungkap Penjabat Wali Kota Pontianak, Ani Sofian, dalam sebuah konferensi di Pontianak, Sabtu.

Ani Sofian menyoroti komitmen kuat pemerintah daerah dalam menjaga kesehatan masyarakat dari penyakit yang telah menjadi perhatian serius. "Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras semua pihak, termasuk masyarakat, pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan berbagai pihak terkait," tambahnya.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dan partisipasi bersama dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit seperti frambusia. "Penghargaan ini bukan hanya sebagai bentuk apresiasi, tetapi juga sebagai dorongan untuk terus meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Kota Pontianak," ujar Ani Sofian.

Dia berharap bahwa prestasi ini akan menjadi inspirasi dan motivasi bagi semua pihak dalam memerangi berbagai penyakit menular, bukan hanya frambusia, namun juga penyakit lainnya.

Selain itu, kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan juga sangat penting untuk mencegah penyakit menular seperti frambusia. Ani Sofian mengajak seluruh masyarakat Kota Pontianak untuk terus mendukung program-program kesehatan yang ada guna menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit menular.

"Sertifikat ini menjadi pendorong bagi Kota Pontianak untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit di masa depan," pungkasnya.

Sabtu, 02 Maret 2024

Presiden Jokowi Perkuat Infrastruktur Kesehatan dengan BPJS di IKN

Presiden Jokowi Perkuat Infrastruktur Kesehatan dengan BPJS di IKN
Presiden Jokowi melakukan peletakan batu pertama Kantor BPJS Kesehatan di Kawasan IKN, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (01/03/2024). (Foto: Humas Setkab/Rahmat)
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking untuk Kantor BPJS Kesehatan di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada Jumat (01/03/2024) pagi. 

Dalam kesempatan tersebut, Presiden menegaskan bahwa keberadaan kantor BPJS Kesehatan akan menjadi tambahan penting dalam menyediakan pelayanan kesehatan di IKN.

"Saya sangat menghargai pembangunan gedung kantor BPJS Kesehatan di Ibu Kota Nusantara ini. Kalau kemarin yang kita groundbreaking adalah klaster industri keuangan, sekarang BPJS Kesehatan masuk, dan sudah lima rumah sakit dalam proses pembangunan, sehingga ini akan melengkapi pelayanan di Ibu Kota Nusantara terhadap kesehatan masyarakat yang ada di sini dan tentu saja di seluruh tanah air Indonesia," ujar Presiden.

Presiden Jokowi juga mengapresiasi perbaikan tata kelola yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

"Saya ingat di 2015-2016 sering sekali saya melakukan rapat-rapat dengan BPJS, urusannya-urusan defisit yang tidak mudah saat itu diselesaikan. Tetapi sudah berapa tahun ini saya enggak pernah rapat. Dan artinya itu sangat bagus pengelolaan di BPJS Kesehatan," ucap Presiden.

Presiden juga membagikan pengalaman pribadinya, di mana ia sebelumnya sering mendapat keluhan dari masyarakat terkait pelayanan BPJS Kesehatan, terutama masalah antrean pasien yang panjang. Namun, menurutnya, saat ini telah terjadi perbaikan signifikan dalam pelayanan tersebut.

"Awal-awal 2015, 2016, 2017 setiap saya cek ke rumah sakit pelayanan BPJS, keluhannya banyak sekali, mengantrenya lama. Saya ini kan ke lapangan saya, selalu saya kontrol, selalu saya cek, komplainnya masih banyak. Tetapi setelah 2020 ke sini, saya mampir ke rumah sakit, cek ke rumah sakit, cek antrean di pendaftaran, perubahannya sangat drastis sekali, sangat bagus sekali," ujarnya.

Lebih lanjut, Presiden juga mengapresiasi peningkatan cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan yang saat ini mencapai 267 juta jiwa.

"Saya juga sangat mengapresiasi, sangat menghargai bahwa peserta sekarang sudah 267 juta peserta, 95,7 persen dari total penduduk kita," tandas Presiden.

Hadir mendampingi Presiden, antara lain, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas, Kepala Otorita IKN Bambang Susantono, Kurator IKN Ridwan Kamil, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, Pj. Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik, Pj. Bupati Penajam Paser Utara Makmur Marbun, dan Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah.

Jumat, 01 Maret 2024

Dokter: Menu Makan Siang Gratis Perlu Lauk Berprotein Hewani dan Sayur

Dokter: Menu Makan Siang Gratis Perlu Lauk Berprotein Hewani dan Sayur
Sejumlah siswa menunjukkan makanan gratis saat simulasi program makan siang gratis di SMP Negeri 2 Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (29/2/2024). (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)
JAKARTA - Dokter spesialis gizi klinik, Dr. dr. Gaga Irawan Nugraha, M. Gizi., Sp.GK(K), memberikan saran penting terkait menu makan siang gratis. 

Menurutnya, dalam menyusun menu tersebut, penting untuk memperhatikan kandungan lauk berprotein hewani dan sayur.

Gaga, yang juga seorang pengajar di Universitas Padjadjaran, Jakarta, mengemukakan pentingnya keberadaan protein hewani dalam menu makan siang gratis dengan dua alasan utama. 

Pertama, dia menyebutkan bahwa protein hewani memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi, yang berarti lebih mudah diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. 

Dia menjelaskan, "Protein hewani memiliki bioavailabilitas lebih tinggi, lebih mudah diserap, lebih mudah menjadi bagian dari tubuh."

Alasan kedua yang disebutkan adalah bahwa protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dibandingkan dengan protein nabati. 

Menurutnya, asam amino esensial ini penting untuk pertumbuhan anak, karena membantu dalam pembentukan sel baru dan perbaikan sel yang rusak. 

"Jadi, sangat penting protein hewani itu untuk menunjang pertumbuhan anak dan memenuhi kebutuhan asam amino esensial," kata Gaga.

Dia juga menyoroti pentingnya asam amino esensial untuk perkembangan otak, serta peran mereka dalam memengaruhi kualitas sel reproduksi pada perempuan hamil dan menyusui.

Jika protein nabati harus digunakan, Gaga merekomendasikan tempe sebagai pilihan yang baik. 

Dia menjelaskan bahwa tempe, yang terbuat dari kedelai dan telah melalui proses fermentasi, lebih mudah dicerna dan memiliki nilai gizi yang baik.

Pendapat ini muncul dalam konteks uji coba program makan siang gratis di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Curug, Kabupaten Tangerang, Banten. 

Program ini dijalankan dengan empat menu makan siang, termasuk nasi ayam, nasi semur telur, siomay, dan gado-gado, dengan perkiraan harga Rp15.000 per porsi.

Menurut penilaian Gaga, menu siomay cenderung mengandung karbohidrat sederhana dengan sedikit protein dari bumbu kacang. 

Meskipun menu nasi ayam dan nasi semur telur dinilai sudah cukup bergizi, Gaga mencatat kekurangannya karena kurangnya kandungan sayur.

Gado-gado, yang merupakan campuran sayuran, bumbu kacang, dan telur, dianggap mengandung vitamin dan protein. 

Namun, Gaga menekankan bahwa jika telur tidak utuh, kandungan protein dalam menu tersebut akan berkurang.

Dia juga memberikan rekomendasi untuk jumlah protein yang dibutuhkan anak-anak dalam satu kali makan, yakni minimal 50 gram protein hewani. 

"Misalnya satu potong ayam 50 gram atau telurnya satu, jangan setengah karena kurang," ungkapnya.

RSUD SSMA Pontianak Sosialisasikan Pencegahan Tuberkulosis

RSUD SSMA Pontianak Sosialisasikan Pencegahan Tuberkulosis
Kegiatan edukasi masyarakat cegah TBC oleh RSUD SSMA Pontianak. (ANTARA/Prokopim PTk)
PONTIANAK - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak, Kalimantan Barat, telah aktif memberikan perhatian dan edukasi kepada masyarakat untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC), penyakit pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis.

Menurut dokter RSUD SSMA Pontianak, Merdiko, AMd Kep, "Tugas kita untuk mencegah tertular atau menularnya TBC. Sehingga kami dari RSUD SSMA ikut gencar melakukan sosialisasi pencegahan." Ia menekankan pentingnya upaya preventif dalam mengatasi penyebaran penyakit ini.

Mycobacterium Tuberculosis, bakteri penyebab TBC, dapat menyerang tidak hanya paru-paru, tetapi juga organ lain seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan organ lainnya. "TBC dapat menular melalui droplet atau percikan dahak saat penderita TBC batuk, bersin atau berbicara," tambahnya.

Gejala TBC meliputi batuk dengan dahak atau tanpa, demam meriang, nyeri dada, berkeringat tanpa sebab, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.

"Pemeriksaan TBC dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pemeriksaan dahak dan rontgen foto dada," terang Merdiko.

Adapun pengobatan TBC membutuhkan waktu cukup lama, yakni selama 6 sampai 8 bulan, yang terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama, obat diminum setiap hari selama 2 atau 3 bulan, dan tahap akhir obat diminum 3 kali sepekan selama 4 atau 5 bulan.

“Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan gaya hidup sehat, mengonsumsi makanan bergizi, menjaga kebersihan lingkungan, mendapatkan sinar matahari dan udara segar, menjemur alas tidur agar tidak lembab, mendapatkan suntikan vaksin BCG bagi anak usia di bawah 5 tahun, berolahraga teratur, dan menghindari rokok,” kata Merdiko.

Dengan upaya pencegahan dan pengobatan yang tepat, diharapkan penyebaran TBC di masyarakat dapat dikendalikan. Hal ini membutuhkan kolaborasi aktif antara rumah sakit dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan penanganan penyakit ini.

Oleh: ANTARA/Prokopim PTk
Editor: Yakop

Kamis, 29 Februari 2024

Suherman Tekankan Kolaborasi Tangani Stunting di Sanggau

Suherman Tekankan Kolaborasi Tangani Stunting di Sanggau
Penjabat (Pj) Bupati Sanggau, Suherman, S.H., M.H. (Diskominfo Sanggau)
SANGGAU - Penjabat (Pj) Bupati Sanggau, Suherman, S.H., M.H, hadir dan secara resmi membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Sanggau Tahun 2024 di Aula Babai Cinga Kantor Bupati Sanggau pada Rabu (28/2/2024).

Dalam kesempatan tersebut, Pj. Bupati Sanggau, Suherman, menekankan pentingnya penanganan masalah stunting secara bersama-sama. 

Dia menyampaikan, "Tentu kesehatan merupakan sebuah investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan."

Suherman juga menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan yang terjadi pada anak di bawah usia lima tahun akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada periode 1000 hari pertama kehidupan, mulai dari janin hingga anak berusia 23 bulan. 

"Stunting harus kita tangani dengan serius karena akan mempengaruhi sumber daya manusia di masa depan," katanya.

Menutup sambutannya, Suherman berpesan agar seluruh pihak dari berbagai sektor dapat mengambil langkah yang lebih fokus dan terarah serta bekerja sama dengan lebih baik. 

"Semoga target 20% prevalensi stunting tahun 2024 dapat kita capai bersama sehingga memicu peningkatan SDM di Kabupaten Sanggau dan bersiap menyambut Indonesia emas tahun 2045," tambahnya.

(Diskominfo Sanggau)

Rabu, 28 Februari 2024

Waspada! Kaheksia Kanker Bisa Jadi Penyebab Kematian Pasien

Waspada! Kaheksia Kanker Bisa Jadi Penyebab Kematian Pasien
Ilustrasi makanan sehat. (Pixabay/RitaE)
JAKARTA - Dokter Spesialis Gizi Klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Wiji Lestari, M.Gizi, Sp.GK(K) menyoroti pentingnya asupan makanan sehat bagi pasien kanker dalam upaya mencegah risiko malnutrisi. 

Dalam sebuah diskusi daring di Jakarta pada hari Rabu, beliau menjelaskan bahwa asupan nutrisi menjadi krusial bagi pasien kanker, baik yang baru saja didiagnosis maupun yang tengah menjalani terapi, karena kondisi tersebut meningkatkan risiko malnutrisi.

"Dalam kasus pasien kanker, nutrisi memiliki peran penting. Pasien kanker rentan mengalami malnutrisi karena sel kanker dapat melepaskan zat-zat pro-inflamasi yang mengganggu metabolisme zat gizi dalam tubuh. Semakin tinggi laju metabolisme tubuh, semakin besar pula kebutuhan nutrisi," ujar Wiji.

Selain itu, faktor seperti efek samping terapi kanker, komplikasi penyakit, masalah psikis, dan lainnya juga dapat meningkatkan risiko malnutrisi pada pasien kanker.

Wiji juga menyoroti risiko kaheksia kanker, sebuah kondisi yang ditandai oleh penurunan berat badan yang signifikan, kelelahan fisik atau mental, anoreksia, penurunan massa otot, dan tanda-tanda inflamasi yang meningkat. 

"Kaheksia kanker bisa menjadi penyebab kematian sekitar 20-30 persen pada penderita kanker," tambahnya.

Untuk mencegah risiko malnutrisi dan kaheksia kanker, Wiji menekankan pentingnya skrining risiko malnutrisi pada pasien kanker sedini mungkin setelah diagnosis. 

Hal ini memungkinkan dokter untuk memonitor status gizi pasien dan memberikan rekomendasi makanan yang tepat.

"Pasien kanker membutuhkan asupan nutrisi yang cukup, termasuk kalori, protein, lemak, karbohidrat, serta vitamin dan mineral. Asupan protein perlu diperhatikan dengan cermat karena berkaitan langsung dengan penurunan massa otot," jelas Wiji.

Selain itu, dia merekomendasikan makanan yang mengandung asam amino rantai cabang (BCAA) dan asam lemak omega-3 untuk membantu memperbaiki selera makan dan mempertahankan massa otot pasien.

Namun, Wiji juga mengingatkan agar pemberian vitamin dan mineral tidak berlebihan karena dapat berinteraksi dengan terapi pengobatan. 

Jika terjadi gangguan makan atau tanda-tanda malnutrisi, makanan sehat dapat dimodifikasi menjadi lebih lunak atau halus.

"Diperlukan kesadaran bahwa asupan makanan yang tepat dapat memengaruhi prognosis pasien kanker. Mitos atau informasi yang salah terkait dengan asupan makanan pada pasien kanker perlu dihindari," tegas Wiji.

Terakhir, Wiji menekankan pentingnya menjaga cairan tubuh dan kebersihan rongga mulut pada pasien kanker untuk mencegah dehidrasi dan memperburuk kondisi kesehatan mereka.

Sebanyak 23.367 Siswi SMP Pontianak Mengonsumsi Tablet Tambah Darah untuk Pencegahan Anemia

Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian menyerahkan tablet tambah darah secara simbolis kepada siswi SMPN 8 Pontianak Tenggara, Selasa (27/2/2024) (ANTARA/Prokopim PTk)
PONTIANAK - Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak, Ani Sofian, mengungkapkan bahwa sebanyak 23.367 siswi di Pontianak telah aktif mengonsumsi tablet tambah darah sebagai bagian dari upaya pencegahan anemia pada remaja putri. Tablet tersebut telah didistribusikan secara massif untuk mengatasi masalah anemia yang sering dialami oleh remaja putri di daerah tersebut.

"Dalam rangka pencegahan anemia pada remaja putri sebanyak 23.376 atau sekitar 65 persen dari jumlah remaja putri siswi SMP telah mengkonsumsi tablet tambah darah secara rutin dan pantau langsung oleh puskesmas terdekat," ujarnya saat memberikan tablet tambah darah di SMPN 8 Pontianak, Selasa.

Menurut Ani Sofian, pemberian tablet tambah darah ini bertujuan untuk mengatasi anemia yang sering disebabkan oleh siklus menstruasi bulanan pada remaja putri. Dampak dari kondisi anemia ini dapat mengakibatkan menurunnya imunitas, konsentrasi belajar, serta kebugaran remaja putri tersebut.

“Pemberian tablet tambah darah menjadi penting untuk diberikan bagi remaja putri dalam proses pertumbuhannya,” jelas dia.

Selain untuk mengurangi risiko anemia, pemberian tablet tambah darah juga bertujuan untuk mempersiapkan kesehatan remaja putri untuk masa depannya sebagai seorang ibu.

“Dengan minum tablet tambah darah secara rutin, diharapkan mampu mengurangi potensi anemia dan bayi yang dilahirkan kelak dalam keadaan sehat serta tidak stunting sehingga terciptanya generasi muda dan generasi penerus yang sehat serta mampu berdaya saing,” kata dia.

Kepala SMPN 8, Sunarto, menambahkan bahwa sebanyak 242 siswi SMPN 8 Pontianak telah menerima tablet tambah darah dalam rangka pencegahan anemia di kalangan remaja putri. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap hari Rabu, bersamaan dengan waktu sarapan pagi. Upaya ini dilakukan bekerja sama dengan UPT Puskesmas Parit H Husin 2 setiap pekan sekali.

“Dalam upaya mencapai target konsumsi tablet tambah darah, kegiatan ini dikoordinir langsung oleh Pengelola UKS SMPN 8, Ibu Yaya Andriana,” katanya.

Inisiatif ini diharapkan dapat membawa manfaat besar dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup remaja putri di Pontianak serta mengurangi angka kejadian anemia yang dapat mengganggu proses pembelajaran dan pertumbuhan mereka.

Oleh: Antara/Dedi
Editor: Yakop

Sabtu, 17 Februari 2024

Mencegah Diabetes dengan Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut

Mencegah Diabetes dengan Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut. (Gambar ilustrasi)
Mencegah Diabetes dengan Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut. (Gambar ilustrasi)
JAKARTA - Penelitian terbaru menguatkan hubungan antara menjaga kebersihan mulut dengan risiko yang lebih rendah terhadap infeksi gusi serta kondisi seperti diabetes dan Alzheimer. 

Temuan terbaru ini juga mengindikasikan bahwa penggunaan obat kumur antiseptik pada sebagian pasien diabetes dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kadar gula darah.

Periodontitis, yang merupakan infeksi pada gusi yang merusak jaringan lunak di sekitar gigi, telah terkait dengan beberapa kondisi serius seperti diabetes, demensia, penyakit jantung, dan infeksi saluran pernapasan. 

Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti menemukan bahwa berkumur dengan obat kumur antiseptik dapat mengurangi jumlah bakteri yang terkait dengan periodontitis, terutama pada individu dengan diabetes tipe 2.

Menurut Saaya Matayoshi, penulis utama studi ini, "Ada tiga spesies bakteri yang sangat virulen yang terkait dengan periodontitis, atau penyakit dari jaringan di sekitar gigi. Kami memutuskan untuk melihat apakah kami dapat mengurangi ketiga spesies ini Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola, dan Tannerella forsythia pada pasien dengan diabetes tipe 2 menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptik klorheksidin glukonat."

Studi ini melibatkan 173 pasien dan dilakukan selama satu tahun. Peserta diminta untuk menggunakan air untuk berkumur selama enam bulan pertama dan beralih ke obat kumur antiseptik selama enam bulan berikutnya. 

Sampel saliva dan darah dikumpulkan secara berkala untuk mengidentifikasi bakteri terkait periodontitis dan mengukur kadar HbA1c, yang merupakan indikator kontrol gula darah.

Menurut Kazuhiko Nakano, penulis senior studi ini, "Tidak ada perubahan yang signifikan pada spesies bakteri atau kadar HbA1c ketika pasien berkumur dengan air. Namun, terdapat penurunan secara keseluruhan pada spesies bakteri ketika pasien beralih ke obat kumur antiseptik, terutama jika mereka berkumur setidaknya dua kali sehari."

Meskipun tidak ada perubahan yang signifikan dalam kadar HbA1c secara keseluruhan, peneliti menemukan bahwa respons terhadap obat kumur antiseptik bisa bervariasi antara individu. 

Pasien yang lebih muda cenderung memiliki penurunan yang lebih besar dalam spesies bakteri dan kontrol gula darah yang lebih baik ketika menggunakan obat kumur dibandingkan dengan pasien yang lebih tua.

Para peneliti berharap bahwa dengan mengidentifikasi pasien yang kemungkinan besar akan merespons baik terhadap obat kumur antiseptik, ini bisa menjadi pengobatan yang mudah digunakan untuk mengurangi risiko dan memanajemen kondisi yang terkait dengan periodontitis, terutama pada pasien dengan diabetes.

Oleh: Antara/Putri Hanifa
Editor: Yakop

Tim Keslap Polda Kalbar Jaga Kesehatan Petugas Pemilu 2024

Tim Keslap Polda Kalbar Jaga Kesehatan Petugas Pemilu 2024. (Humas Polda Kalbar/Borneotribun)
PONTIANAK - Tim Kesehatan Lapangan (Tim Keslap) dari Biddokkes Polda Kalimantan Barat telah diterjunkan sejak hari Rabu (14/02/2024) hingga saat ini, Sabtu (17/02/2024), untuk memastikan kondisi kesehatan yang baik bagi personel pengamanan dan anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) selama proses pemilihan umum berlangsung.

Kabiddokkes Polda Kalbar, Kombespol dr. Dafianto Arief, mengungkapkan bahwa tujuan dari penugasan ini adalah untuk mengantisipasi potensi masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada petugas pengamanan TPS dan KPPS sepanjang tahapan pemilu, mulai dari pra-pencoblosan hingga masa rekapitulasi suara di tingkat kecamatan.

"Kami mengirimkan 5 tim untuk memberikan pelayanan kesehatan, menggunakan kendaraan R4 atau mobil kesehatan lapangan," ujarnya.
Tim Keslap Polda Kalbar Jaga Kesehatan Petugas Pemilu 2024. (Humas Polda Kalbar/Borneotribun)
Dr. Dafianto menekankan bahwa langkah ini diambil sebagai respons terhadap pengalaman pemilu sebelumnya di mana banyak petugas polri dan anggota KPPS mengalami penurunan kesehatan yang serius, bahkan ada yang meninggal dunia.

"Langkah ini sebagai langkah pencegahan agar tidak ada petugas TNI-Polri maupun Panitia Pemilu yang mengalami penurunan kesehatan tanpa penanganan yang memadai," tegasnya.

Selain itu, dr. Dafianto juga menegaskan bahwa sejak dimulainya Operasi Mantap Brata Kapuas 2023/2024 atas perintah Kapolda Kalbar, Irjen Pol Pipit Rismanto, seluruh personel yang terlibat dalam operasi telah menjalani pemeriksaan kesehatan.

"Meskipun pemeriksaan kesehatan telah dilakukan sebelumnya, kami akan terus memeriksa kondisi kesehatan mereka selama bertugas di lapangan. Kami juga akan memberikan tambahan vitamin untuk meningkatkan stamina mereka, memeriksa tekanan darah, serta memeriksa adanya gejala penyakit. Jika diperlukan, evakuasi akan dilakukan segera," jelasnya.

Dr. Dafianto juga mengimbau kepada seluruh personel pengamanan dan anggota panitia pemilu untuk menjaga pola makan yang sehat dan meningkatkan asupan air putih.

"Karena para petugas harus bekerja siang dan malam, penting bagi mereka untuk mengonsumsi tambahan multivitamin sebagai penunjang stamina. Jika ada gejala tidak enak badan, segera laporkan kepada kami melalui radio HT yang ditujukan ke posko Operasi Mantap Brata Kapuas 2024 agar segera ditangani," pungkasnya.

Mengapa Infeksi Gigi dan Gusi Bisa Jadi Pertanda Kanker Mulut?

Mengapa Infeksi Gigi dan Gusi Bisa Jadi Pertanda Kanker Mulut. (Gambar ilustrasi)
Mengapa Infeksi Gigi dan Gusi Bisa Jadi Pertanda Kanker Mulut. (Gambar ilustrasi)
JAKARTA - Infeksi di sekitar gigi dan gusi atau rasa sakit yang terus-menerus mungkin merupakan pertanda adanya kanker mulut, sebuah kondisi serius yang dapat berkembang di seluruh bagian rongga mulut, termasuk bibir, gusi, lidah, pipi, dan langit-langit mulut.

Menjaga kebersihan mulut dengan baik sangat penting untuk mencegah pertumbuhan sel-sel abnormal di dalam mulut. Dokter merekomendasikan praktik seperti menyikat gigi secara teratur, menggunakan benang gigi, dan mengganti sikat gigi secara berkala.

Kanker mulut, yang merupakan kanker keenam yang paling umum terjadi di seluruh dunia, memiliki hubungan yang kuat dengan kebiasaan masyarakat India dalam mengunyah tembakau dan bahan lainnya seperti supari dan pan masala.

Dr. Vijay V. Haribhakti dari Rumah Sakit Sir HN Reliance Foundation mengatakan, "Barang-barang ini mudah diakses karena tersedia dalam kemasan sachet kecil dan tersebar di seluruh negeri."

Kondisi gigi yang buruk juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker mulut, termasuk kanker gusi dan rahang. Gigi berlubang atau tajam dapat melukai jaringan di dalam mulut dan menyebabkan masalah serius.

"Diperlukan perhatian khusus terhadap gejala-gejala yang berkaitan dengan kondisi gigi dan tanda-tanda kanker gusi atau rahang, termasuk luka yang tidak sembuh," kata Dr. Vijay.

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi saat mengunyah sehari-hari, seperti gigi yang goyah, tukak di sekitar rahang, atau gusi yang bengkak.

"Jika seseorang memiliki kebiasaan mengunyah dalam jangka waktu lama dan mengalami infeksi di sekitar gusi dan gigi yang tidak diketahui penyebabnya, disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli," tambahnya.

Dr. Mohsin Shaikh, Konsultan Rekanan, Ahli Onkologi Bedah di Punyashlok Ahilyadevi Holkar Head & Neck Cancer Institute of India, membagikan daftar gejala lain yang mungkin mengindikasikan kanker mulut, seperti perubahan suara, kesulitan menelan, benjolan di leher atau mulut, bau mulut yang tidak hilang, luka di mulut yang tak sembuh, dan perubahan gigi.

"Penting untuk mencari nasihat ahli dan melakukan diagnosis yang tepat, termasuk biopsi jika diperlukan," kata Dr. Vijay. "Jangan abaikan masalah seperti maag yang tak kunjung sembuh, dan jika ada jaringan mencurigakan, segera lakukan pencabutan gigi."

Pentingnya mengidentifikasi dan mengatasi masalah gigi dan gusi dengan cepat tidak bisa diremehkan, karena dapat membantu mencegah masalah yang lebih serius seperti kanker mulut.

Batuk Pasca-Infeksi Pengaruhi Hingga 25% Orang Dewasa

Batuk Pasca-Infeksi Pengaruhi Hingga 25% Orang Dewasa. Gambar: Ilustrasi
Batuk Pasca-Infeksi Pengaruhi Hingga 25% Orang Dewasa. Gambar: Ilustrasi
JAKARTA - Para peneliti telah mengungkapkan bahwa batuk pasca-infeksi, yang sering kali terjadi setelah seseorang pulih dari penyakit pernapasan, adalah kondisi yang cukup umum. 

Berdasarkan laporan dari Medicak Daily, batuk pasca-infeksi atau batuk pasca-viral merupakan fenomena yang umum terjadi pada sekitar 11 hingga 25 persen orang dewasa setelah mereka mengalami infeksi pernapasan sebelumnya.

Dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Canadian Medical Association Journal, para peneliti menjelaskan bahwa batuk pasca-infeksi adalah batuk subakut yang dapat berlangsung antara tiga hingga delapan minggu. 

Mereka juga menyoroti bahwa infeksi sebelumnya dapat memicu reaksi peradangan di saluran pernapasan, meningkatkan sensitivitas bronkial, dan produksi lendir sambil mengurangi kemampuan tubuh untuk membersihkan lendir.

Dr. Kevin Liang, seorang penulis studi dan dokter keluarga, menjelaskan, "Sebagian besar waktu, batuk pasca-infeksi akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu obat atau pengobatan khusus, meskipun kadang-kadang batuk tersebut dapat berlangsung lebih lama dari yang diharapkan."

Namun, para peneliti juga menunjukkan bahwa kurangnya bukti yang jelas mendukung efektivitas penggunaan kortikosteroid inhalasi, bronkodilator, dan obat oral dalam mengobati batuk pasca-infeksi. 

Mereka menyoroti bahwa sebagian besar studi menunjukkan bahwa batuk cenderung sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. 

Selain itu, penggunaan obat-obatan tersebut juga bisa memiliki efek samping dan memakan biaya, serta berkontribusi pada masalah lingkungan karena gas yang dilepaskan oleh inhaler.

Batuk pasca-infeksi dianggap kronis jika berlangsung lebih dari delapan minggu, dan dalam hal ini, diperlukan penilaian lebih lanjut untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain seperti asma atau PPOK. 

Selain itu, batuk yang disertai dengan tanda-tanda seperti batuk darah, demam, kesulitan menelan, atau sesak napas juga memerlukan perhatian medis yang lebih intensif, termasuk pemeriksaan radiografi dada untuk mendeteksi kondisi yang mendasarinya.

Para peneliti menekankan bahwa memberi tahu pasien bahwa batuk pasca-infeksi bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya dapat mengurangi penggunaan obat-obatan yang tidak perlu, termasuk antibiotik. 

Mereka juga menganjurkan agar klinikus menyarankan pasien untuk menjadwalkan janji temu tindak lanjut jika batuk mereka tidak sembuh dalam delapan minggu atau jika muncul gejala baru yang mengkhawatirkan.

Jumat, 16 Februari 2024

Puskesmas Suhaid Terus Tingkatkan PMT untuk Anak-anak

Puskesmas Suhaid Terus Tingkatkan PMT untuk Anak-anak
Puskesmas Suhaid Terus Tingkatkan PMT untuk Anak-anak.
KAPUAS HULU - Tenaga kesehatan di Puskesmas Suhaid terus mengambil langkah dalam meningkatkan upaya pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada bayi dan balita di wilayah kerja mereka. 

Di Posyandu Desa Mensusai, Kecamatan Suhaid, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, upaya tersebut mencapai puncaknya dalam acara bertema "Ayo Cegah Stunting dengan Pemberian Makanan Protein Hewani" yang berlangsung pada Rabu (7/2/2024).

Kegiatan tersebut diawasi oleh penanggung jawab pelaksana Kartika, S.tr, Gz, Reny P.S, A.Md. Gz, serta para kader posyandu desa Mensusai. 

Nakes Puskesmas Suhaid, Kartika, menjelaskan pentingnya kegiatan ini, mengatakan bahwa pemberian PMT merupakan bagian integral dari upaya memberikan makanan yang aman dan berkualitas kepada balita, dilengkapi dengan dukungan kegiatan lainnya.

"Dalam pemberian PMT, kami sangat memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan, serta memastikan nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan," ujarnya.

Kartika juga menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memprioritaskan percepatan pembangunan di bidang pendidikan, khususnya dalam meningkatkan status gizi anak, terutama di daerah-daerah terpencil dan terpinggirkan.

Hingga saat ini, 32 bayi dan balita telah menjadi sasaran dari program pemberian makanan tambahan tersebut. 

Dengan adanya upaya ini, diharapkan dapat terus meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan anak-anak di daerah tersebut.

Selasa, 13 Februari 2024

Makanan Bersamaan atau Terpisah? Lima Kombinasi Makanan yang memberikan manfaat lebih besar bagi Tubuh

Makanan Bersamaan atau Terpisah? Lima Kombinasi Makanan yang memberikan manfaat lebih besar bagi Tubuh
Arsip Foto - Kombinasi makanan sehat. (Shutterstock/Margouillat Photo)
JAKARTA - Sejumlah makanan memiliki manfaat yang lebih besar ketika dikonsumsi bersamaan daripada saat dikonsumsi secara terpisah, demikian dikatakan oleh Susan Bowerman, Senior Director Worldwide Nutrition Education and Training Herbalife, dalam keterangannya di Jakarta pada Senin.

Bowerman menjelaskan tentang konsep sinergi makanan yang mempertimbangkan efeknya terhadap penyerapan nutrisi dalam tubuh.

"Ini adalah konsep kombinasi makanan atau sinergi makanan dengan mempertimbangkan dampaknya pada tingkat penyerapan nutrisi di dalam tubuh," katanya.

Berikut ini adalah lima kombinasi makanan yang memberikan manfaat lebih besar bagi tubuh bila dikonsumsi secara bersamaan:

1. Sayuran Berwarna dengan Sedikit Lemak

Bowerman menjelaskan bahwa banyak buah dan sayuran mengandung senyawa yang disebut karotenoid, yang berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. "Senyawa ini larut dalam lemak, yang berarti ketika makan sayuran dengan sedikit lemak, tubuh dapat menyerap lebih banyak karotenoid," katanya.

2. Vitamin C dengan Sayuran dan Biji-bijian yang Mengandung Zat Besi

"Ketika mengonsumsi Vitamin C bersama dengan sumber zat besi non-heme, tubuh dapat menyerap zat besi lebih baik," jelas Bowerman. Dia menambahkan bahwa Vitamin C dalam satu jeruk atau buah tomat bisa meningkatkan penyerapan zat besi sampai tiga kali lipat.

3. Lemon dan Teh Hijau

Bowerman menyebutkan bahwa fitonutrien dalam teh hijau dan antioksidan katekin dapat membantu melindungi sel dan jaringan tubuh dari kerusakan oksidatif. "Ketika menambahkan lemon ke teh hijau, Vitamin C dapat membantu tubuh menyerap senyawa bermanfaat ini," katanya.

4. Ikan dan Sayuran Hijau

"Menggabungkan ikan berlemak dengan sayuran hijau akan membantu tubuh menyerap kalsium dalam sayuran," ujar Bowerman. Dia menekankan bahwa ikan seperti salmon dan mackerel menyediakan Vitamin D, sementara sayuran hijau seperti kale menyediakan kalsium.

5. Campuran Makanan Nabati

Bowerman menjelaskan bahwa manfaat antioksidan meningkat ketika makanan nabati dikonsumsi dalam bentuk campuran. "Kombinasi jeruk, apel, anggur, dan blueberry telah terbukti dapat mendatangkan manfaat antioksidan yang lebih besar daripada jumlah yang setara dari masing-masing buah ketika dimakan sendiri-sendiri," katanya.

Dengan menggabungkan makanan dengan bijaksana, tubuh dapat memperoleh manfaat nutrisi yang lebih besar daripada saat makanan tersebut dikonsumsi secara terpisah.

Minggu, 11 Februari 2024

Diet Atlantik Terbukti Efektif Cegah Sindrom Metabolik

Diet Atlantik Terbukti Efektif Cegah Sindrom Metabolik
Ilustrasi - Diet rendah karbohidrat. ANTARA/Shutterstock/am.
JAKARTA - Para peneliti telah menemukan bahwa Diet Atlantik yang menjadi pola diet tradisional di Portugal dan Galisia (sebuah wilayah di barat laut Spanyol) dapat membantu mengurangi risiko sindrom metabolik.

Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom X atau sindrom resistensi insulin, terdiri dari sekelompok lima elemen risiko yang jika tidak ditangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Faktor risiko tersebut termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, trigliserida tinggi, penumpukan lemak abdominal berlebihan, dan kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL) yang rendah.

Dikutip dari Medical Daily pada Sabtu, mengkonsumsi ikan dan makanan laut, ditambah dengan makanan berbasis pati, buah-buahan kering, keju, susu, dan konsumsi daging serta anggur secara rutin adalah kekhasan dari diet Atlantik.

Temuan studi baru didasarkan pada uji klinis acak selama 6 bulan yang dilakukan antara tahun 2014 dan 2015 di A Estrada, Spanyol, yang bertujuan untuk menyelidiki efek diet Atlantik tradisional terhadap kesehatan manusia, khususnya sindrom metabolik (MetS) dan keberlanjutan lingkungan. Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal Jama Network.

Sebanyak 574 peserta berusia 3 hingga 85 tahun terlibat dalam studi ini. Dengan menggunakan tabel nomor acak yang dihasilkan oleh komputer, peserta secara acak dibagi dalam rasio 1:1 ke dalam kelompok intervensi dan kontrol.

Uji klinis ini menekankan penggunaan diet Atlantik dengan makanan musiman segar, lokal, dan minim diproses, termasuk buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan minyak zaitun.

Semua peserta dinilai untuk asupan diet, aktivitas fisik, penggunaan obat, dan variabel lainnya pada awal dan setelah enam bulan.

"Dari 457 peserta tanpa MetS (sindrom metabolik) pada awal uji coba, 23 mengembangkan MetS selama tindak lanjut 6 bulan dalam kelompok intervensi, 17 dalam kelompok kontrol), terdapat penurunan yang signifikan dalam kasus MetS insiden untuk kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol," tulis para peneliti.

Namun, studi tersebut mencatat bahwa kelompok kontrol dan intervensi memiliki penurunan skor jejak karbon tanpa perbedaan yang signifikan.

"Temuan kami memberikan bukti penting potensi diet tradisional untuk mempercepat kemajuan menuju pencapaian SDG (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya mekanisme yang mendasari hasil yang diamati dan untuk menentukan generalisabilitas temuan ini ke populasi lain dengan memperhitungkan variasi budaya dan diet dari setiap wilayah," kesimpulan dari para peneliti.

Rabu, 07 Februari 2024

Faktor Risiko Hipertensi pada Anak, Peran Penting Keluarga dan Gaya Hidup

Ilustrasi Hipertensi (andrey Popov/Shutterstock)
Ilustrasi Hipertensi (andrey Popov/Shutterstock)
JAKARTA - Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Heru Muryawan Sp.A(K), memperingatkan bahwa penyakit tekanan darah tinggi tak hanya mengancam orang dewasa, tetapi juga anak-anak.

Menurutnya, ada beberapa faktor risiko hipertensi pada anak, mulai dari faktor keturunan hingga obesitas. 

Dalam sebuah seminar media daring pada Selasa, dia menjelaskan, "Kalau faktor risiko pada anak itu keturunan misalnya kalau ada keluarganya sakit hipertensi, biasanya itu pada anak-anaknya atau keturunannya bisa, bisa iya bisa tidak. Tapi bisa terjadi hipertensi."

Heru mengatakan anak-anak yang memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi berisiko mengalami kondisi serupa. 

Selain itu, penyakit jantung bawaan, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi garam, lemak, serta gula berlebihan juga dapat memicu hipertensi pada anak.

Dia juga memperingatkan bahwa anak-anak yang mengalami obesitas memiliki kecenderungan untuk mengalami hipertensi. 

Begitu juga dengan anak berat lahir rendah yang kemudian diberi makanan berlebihan, hal ini dapat meningkatkan risiko hipertensi pada usia dini.

"Jadi waspada apabila ada risiko yaitu ada obesitas, ada riwayat keluarga, ada berat lahir rendah ini harus waspada," pesannya.

Terkait faktor penyebab, dia mengatakan bahwa sebanyak 97,5 persen kasus hipertensi pada anak disebabkan oleh penyakit ginjal. 

Namun, penyebab lainnya termasuk penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit syaraf, penyakit hormon, serta penyakit psikologis.

Lebih lanjut, Heru menekankan pentingnya pemantauan kesehatan anak sejak dini. 

Anak-anak dengan faktor risiko disarankan untuk melakukan pengecekan tekanan darah setiap tahun sejak usia tiga tahun.

"Pokoknya screening di usia tiga tahun. Itu diukur kalau aman ya sudah tenang. Tapi kalau di usia tiga tahun dengan faktor risiko, itu dianjurkan setiap tahun sekali screening," ujarnya.

Dia juga mengingatkan bahwa hipertensi pada masa anak-anak bukan hanya masalah kesehatan anak, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan dewasa. 

Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi pada anak dapat berlanjut hingga dewasa.

Untuk menanggulangi faktor risiko, Heru menyarankan untuk melakukan modifikasi gaya hidup, seperti menurunkan berat badan bagi anak yang mengalami obesitas, mengadopsi diet rendah lemak dan garam, serta memberikan ASI eksklusif pada bayi.

"Lalu juga asupan makanan yang mengandung kalium dan kalsium. Tapi tidak usah dipikirkan karena kalau makanan itu sudah sesuai dengan makanan yang kita makan, ada lemak, ada protein, ada sayur, ada protein hewani, ada karbohidrat itu sudah cukup. Yang terakhir olahraga teratur," pungkasnya.

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno