Berita Borneotribun.com: Mobil Listrik Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Mobil Listrik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mobil Listrik. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Februari 2024

PT CSI Perkuat Komitmen Gunakan Bahan Baku Nikel untuk Baterai Mobil Listrik

Chery Omoda E5 pada peluncurannya, di Park Hyatt, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Chery Omoda E5 pada peluncurannya, di Park Hyatt, Jakarta, Senin (5/2/2024). 
JAKARTA - PT Chery Sales Indonesia (CSI) telah menegaskan komitmennya untuk menggunakan bahan baku nikel (nickel-based) untuk baterai mobil listriknya di masa yang akan datang.

“Untuk memperdalam lokalisasi Chery, kami berkomitmen untuk membawa lebih banyak peluang dan pengembangan ke negara ini, kami akan mempertimbangkan untuk menggunakan baterai berbasis nikel di jajaran produk kami berikutnya, itu lah rencana kami,” ujar Assistant President Director PT CSI Zeng Shuo, pada peluncuran Omoda E5, di Jakarta, Senin (5/2) malam.
Chery Omoda E5 pada peluncurannya, di Park Hyatt, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Chery Omoda E5 pada peluncurannya, di Park Hyatt, Jakarta, Senin (5/2/2024). 
Pernyataan tersebut muncul setelah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto hadir dalam peluncuran mobil listrik pertama Chery tersebut dan mengatakan bahwa Chery Omoda E5 menggunakan baterai berbasis nikel.

Pihak Chery pun meluruskan bahwa Omoda E5 saat ini menggunakan baterai dari bahan dasar litium, atau Lithium Ferro Phosphate (LFP), dan bukan berbasis nikel.

Executive Vice President PT CSI, Qu Jizong mengungkap bahwa pemerintah mengharuskan perusahaan untuk menggunakan baterai berbasis nikel, sebagai salah satu syarat mendapatkan insentif mobil listrik dari pemerintah.

“Jadi sebenarnya kami sudah memiliki rencana, untuk berikutnya, kami akan menggunakan sumber daya lokal untuk mencoba membantu pembangunan lokal, itu lah yang dibutuhkan oleh pemerintah. Jadi saat ini, baterai yang kami gunakan adalah FLP, kami sedang menyesuaikannya (beralih ke nikel) secara bertahap,” kata Qu Jizong.

Saat ini, Omoda E5 telah memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40 persen, dirakit dan diproduksi secara lokal (Completely Knocked Down/CKD) di pabrik milik PT Handal Indonesia Motor (HIM), Bekasi, Jawa Barat.

PT CSI berkomitmen untuk segera meningkatkan TKDN hingga 60 persen, untuk memperbesar lokalisasi produk yang pada akhirnya dapat membantu mereka memiliki pasokan baterai lokal.

Diketahui, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia. Menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel di dunia diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton pada 2022, dan total produksi nikel Indonesia diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau menyumbang 48,48 persen dari total produksi nikel dunia sepanjang tahun lalu.

Omoda E5, Mobil Listrik Terbaru Chery Dibanderol Sama dengan Versi Non-listriknya

Chery Omoda E5 pada peluncurannya di Park Hyatt, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Chery Omoda E5 pada peluncurannya di Park Hyatt, Jakarta, Senin (5/2/2024).
JAKARTA - Chery, produsen mobil asal Tiongkok, resmi meluncurkan mobil listrik pertamanya, Omoda E5, dengan harga yang setara dengan versi non-listriknya, Omoda 5 GT. 

Pada acara peluncuran yang digelar di Jakarta pada Senin malam (5/2), PT Chery Sales Indonesia (CSI) mengumumkan bahwa harga Omoda E5 dibanderol sebesar Rp498,8 juta (on the road/OTR Jakarta), sedangkan untuk seribu pembeli pertama, harga yang ditawarkan adalah Rp488,8 juta (OTR Jakarta).
Chery Omoda E5 pada peluncurannya di Park Hyatt, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Chery Omoda E5 pada peluncurannya di Park Hyatt, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Meskipun memiliki harga yang sama, PT CSI menegaskan bahwa Omoda E5 dan Omoda 5 GT tidak akan bersaing dalam pasar yang sama karena keduanya memiliki segmen yang berbeda. 

Menurut Assistant President Director PT CSI Zeng Shuo, "Pelanggan yang memilih mobil listrik sebenarnya berbeda dengan pelanggan yang tertarik dengan penggerak semua roda (AWD), karena AWD lebih ditujukan untuk kapasitas yang lebih tinggi, seperti untuk off-road."

Zeng juga menjelaskan bahwa penjualan Omoda 5 GT lebih diminati oleh pembeli di luar pulau dengan medan yang lebih menantang atau oleh mereka yang memiliki hobi off-road. 

Sementara Omoda E5 dirancang sebagai mobil ramah lingkungan yang mendukung mobilitas perkotaan.

Meski demikian, PT CSI yakin bahwa kedua model ini akan sukses di pasaran dengan segmen masing-masing, meskipun memiliki harga jual yang setara. 

"Kami pikir banyak penjualan all-wheel drive kami di luar pulau umum, dan masih ada permintaan yang sangat tinggi untuk itu. Omoda E5 memberikan penawaran yang berbeda, untuk pelanggan yang ingin mencoba teknologi terdepan, ingin beralih ke energi ramah lingkungan," jelas Zeng.

Chery Omoda E5 dilengkapi dengan baterai berkapasitas 61 kWh dan memiliki jarak tempuh sekitar 430 km menurut metode standar WLTC (Worldwide harmonized Light Vehicles Test Procedure). 

Sedangkan jika diukur menggunakan standar NEDC (New European Driving Cycle), Omoda E5 dapat menempuh jarak hingga 505 km.

Baterai Omoda E5 diklaim tahan terhadap tusukan benda tajam dan lebih stabil dalam suhu panas berkat penggunaan teknologi baterai Lithium Ferro Phosphate (LFP) yang dikenal sebagai Blade Battery. 

Teknologi ini membuat baterai LFP tidak berpotensi meledak atau terbakar jika terkena guncangan, tekanan berat, atau dilempar dari ketinggian, berbeda dengan baterai berbasis nikel (nickel manganese cobalt/NMC).

Omoda E5 juga telah lolos dari serangkaian uji keamanan baterai seperti extrusion test (uji ekstrusi), puncture test (uji tusukan), scraping test (uji gesekan bawah), dan wading test (uji mengarungi air).

Rabu, 31 Januari 2024

Masyarakat Indonesia Lebih Memilih Mobil LCGC dan Listrik di Tahun Ini

Honda Brio Satya (ANTARA/Honda)
Honda Brio Satya (ANTARA/Honda)
JAKARTA - Pengamat Otomotif dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi dan Bisnis (LPEM) Universitas Indonesia, Riyanto, mengungkapkan bahwa mobil-mobil dalam segmen Low Cost Green Car (LCGC) serta kendaraan listrik masih menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia pada tahun ini.

"Mobil LCGC masih diminati, terutama untuk mereka yang membeli mobil pertama dengan keterbatasan dana. Segmen mobil ini umumnya ditujukan bagi kalangan muda dan keluarga baru," ujar Riyanto dalam wawancara pada Selasa.

Meskipun menghadapi ketidakpastian ekonomi baik di tingkat nasional maupun global, industri otomotif masih dapat mengambil napas lega karena tingginya minat konsumen Indonesia terhadap kendaraan bermotor.

Selain menjadi tren baru, kebutuhan akan kendaraan sebagai sarana mobilitas utama masyarakat juga menjadi pendorong utama penjualan kendaraan yang terus tinggi di Indonesia.

Data dari Federasi Otomotif ASEAN (AAF) menunjukkan bahwa Indonesia memimpin dalam penjualan kendaraan di antara negara-negara anggota ASEAN lainnya.

Penjualan kendaraan domestik mencapai 836.048 unit pada tahun lalu, mengungguli Thailand yang mencatatkan penjualan sebesar 645.833 unit kendaraan.

Riyanto menjelaskan bahwa tren positif dalam penjualan kendaraan ini salah satunya disebabkan oleh persepsi masyarakat terhadap kendaraan sebagai kebutuhan esensial dalam kehidupan sehari-hari.

"Meskipun kondisi ekonomi sulit, kelompok masyarakat mampu tetap memilih untuk membeli mobil baru," katanya.

Mobil-mobil dalam segmen LCGC dinilai masih menarik minat karena aspek ekonomis dan efisiensi yang ditawarkannya bagi konsumen. 

Ketersediaan mobil LCGC menjadi pilihan bagi konsumen yang tengah berupaya berhemat, meskipun harus mengorbankan sebagian kenyamanan dan kualitas yang biasanya tersedia pada mobil-mobil dengan harga lebih tinggi.

"Pada tahun 2024, saya meyakini jumlah pengguna mobil LCGC masih akan signifikan karena masih banyak masyarakat yang memprioritaskan fungsionalitas," tambahnya.

Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), mobil-mobil dalam segmen LCGC menempati peringkat kedua dan ketiga sebagai mobil paling laris pada tahun 2023. 

Beberapa mobil LCGC yang populer pada tahun tersebut antara lain Daihatsu Sigra, Honda Brio, Toyota Calya, Toyota Agya, dan Daihatsu Ayla.

Sementara itu, minat terhadap kendaraan ramah lingkungan berbasis listrik juga diprediksi akan terus meningkat di tahun 2024.

Riyanto menyatakan bahwa minat konsumen semakin meningkat karena dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, produsen otomotif, dan sektor lainnya.

"Kini, ada banyak produsen mobil listrik yang memasuki pasar Indonesia, serta rencana untuk membangun fasilitas produksi di dalam negeri. Hal ini kemungkinan akan membuat harga kendaraan listrik menjadi lebih terjangkau," katanya.

Dia juga menambahkan bahwa minat terhadap mobil listrik didorong oleh peningkatan rasa penasaran masyarakat terhadap teknologi ramah lingkungan.

Sumber: Antara/Fathur Rochman
Editor: Yakop

Sabtu, 27 Januari 2024

Nathasya Natalia Ungkap Cara Kerja Toyota Mirai

Tampak samping Toyota Mirai berbahan hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) di xEV Center milik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Karawang, Jawa Barat, Senin (22/1/2024). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)
Tampak samping Toyota Mirai berbahan hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) di xEV Center milik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Karawang, Jawa Barat, Senin (22/1/2024). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)
JAKARTA - Di tengah berkembangnya teknologi otomotif, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) memperkenalkan fasilitas pembelajaran elektrifikasi yang menawarkan inovasi terbaru, termasuk kendaraan berbahan hidrogen, seperti Toyota Mirai yang merupakan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV).

Menurut Nathasya Natalia, seorang presenter di xEV Center, Karawang, Jawa Barat, Toyota Mirai akan tersedia di fasilitas tersebut sekitar setahun setelah pembukaan xEV Center pada Mei 2022. 

Dia menjelaskan bahwa Toyota Mirai menggunakan fuel cell untuk menghasilkan listrik, yang kemudian digunakan untuk menggerakkan mobil. 

"Dia itu punya salah satu platform di sini untuk me-generate listrik melalui stack. Jadi hidrogen itu akan di-generate sehingga bisa menghasilkan listrik dan ujungnya dia akan keluar air," ujarnya.

Nathasya menjelaskan bahwa saat mobil berjalan pada kecepatan rendah, seperti 30 km/jam, energi diperoleh dari baterai. 

Namun, saat kecepatan meningkat menjadi normal sekitar 50-60 km/jam, energi yang dihasilkan dari hidrogen digunakan untuk menjaga mobil tetap berjalan, sementara sebagian energi dialirkan ke baterai untuk mengisi ulang. 

"Fungsi? Sama seperti hybrid, keduanya akan menyuplai, karena dia butuh akselerasi penuh jadi baik dari stack-nya dan dari baterai akan menyuplai sehingga dia bisa akselerasi penuh atau ngebut," tambah Nathasya.

Selain menjelaskan cara kerja kendaraan, Nathasya juga membahas perilaku berkendara, terutama dalam konteks mobil listrik. 

Irwin Tristanto, General Manager Engineering Management Division PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), juga menekankan pentingnya perencanaan perjalanan yang matang bagi pengendara mobil listrik. 

"Mau ke mana, berapa km dan reduce berapa persen (baterainya). Jadi saat ini harus benar-benar terencana di mana bisa nge-charge, jangan sampai sudah 20 persen baru cari charger-an. Memang dianjurkan, mendekati 20 persen itu sudah mulai mencari (stasiun pengisian)," jelas Tristanto.

Tampak samping Toyota Mirai berbahan hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) di xEV Center milik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Karawang, Jawa Barat, Senin (22/1/2024). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)
Tampak samping Toyota Mirai berbahan hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) di xEV Center milik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Karawang, Jawa Barat, Senin (22/1/2024). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)
Dalam konteks penggunaan baterai, Nathasya menjelaskan pentingnya pemahaman tentang teknologi baterai untuk menghindari risiko, seperti percikan api. 
"Baterai itu teknologi terus dikembangkan. Battery management system itu yang menjaga supaya yang dikhawatirkan semisal ada percikan api, tidak terjadi. Bagaimana konsumen mengetahui dan percaya, dibuktikan dengan pemakaian," kata Nathasya.

Selain Toyota Mirai sebagai FCEV, pengunjung xEV Center juga dapat mempelajari tentang Hybrid Electric Vehicle (HCEV) dan simulasi cara kerja baterainya. 
Mereka juga mendapatkan informasi tentang pentingnya menuju era elektrifikasi dan carbon neutrality, serta contoh implementasi ekosistem hijau dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kelestarian lingkungan.

General Manager Toyota: Hindari Genangan saat Berkendara Mobil Listrik

Toyota FT-Se, mobil listrik konsep Toyota.
Toyota FT-Se, mobil listrik konsep Toyota.
JAKARTA - General Manager Divisi Manajemen Teknik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Irwin Tristanto, menyatakan bahwa meskipun seseorang dapat menggunakan mobil listrik saat hujan, lebih baik untuk menghindari genangan air dengan ketinggian tertentu.

Menurutnya, "Baterai berada di bawah, sehingga sebaiknya hindari genangan air karena dapat masuk air. Jika ada genangan yang tinggi, sebaiknya tidak dilalui. Desain kendaraan telah melalui pengujian dalam kondisi genangan air, misalnya setinggi 30 cm."

Irwin juga membahas perawatan khusus selama musim hujan, yang secara umum mirip dengan perawatan mobil konvensional, termasuk pemeriksaan rutin sistem pengereman, oli, dan air cleaner.

"Sistem diperiksa untuk melihat adanya ketidaknormalan, tetapi biasanya jika ada masalah dengan sistem listrik, akan ada peringatan pada meter. Meskipun tidak dijelaskan secara spesifik, segera laporkan ke bengkel. Kami di Toyota memiliki alat uji kecerdasan yang dapat mengidentifikasi masalahnya," tambahnya.

Terkait pengisian daya mobil listrik saat hujan, Irwin menyatakan bahwa mengisi daya saat hujan aman karena standar keselamatan telah diimplementasikan untuk memastikan pengguna mobil listrik dapat mengisi daya kendaraannya kapan pun.

Baik kendaraan listrik maupun stasiun pengisian daya EV didesain untuk menangani berbagai jenis cuaca, termasuk hujan, untuk memastikan kenyamanan dan keselamatan pengguna.

Strategi Toyota Mendukung Kemajuan Industri Nikel untuk Mobil Listrik

General Manager Engineering Management Divison PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Irwin Tristanto saat memberikan paparan di xEV Center, Karawang, Jawa Barat, Senin (22/1/2024).   (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)
General Manager Engineering Management Divison PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Irwin Tristanto saat memberikan paparan di xEV Center, Karawang, Jawa Barat, Senin (22/1/2024).   (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)
JAKARTA - General Manager Engineering Management Divison PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Irwin Tristanto, menyoroti beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh pengguna mobil listrik, terutama terkait waktu dan perencanaan perjalanan. 

Menurutnya, pengguna mobil listrik harus memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian daya, yang merupakan hal yang berbeda dengan mengisi bahan bakar konvensional di stasiun pengisian bahan bakar.

"Andaikata traveling, ke SPBU ngisi cuma dua menit tiga menit, selesai. Kalau BEV kan harus charging artinya ada yang harus di-sarcrifice waktunya customer. Nah memang behavior itu yang memang perlu disesuaikan," ujar Irwin di xEV Center, Karawang, Jawa Barat.

Irwin menekankan pentingnya merencanakan perjalanan dengan cermat, termasuk menghitung jarak yang akan ditempuh dan ketersediaan daya baterai mobil.

"Pengguna mobil listrik perlu merencanakan perjalanannya dengan baik, termasuk menghitung estimasi kebutuhan daya untuk menempuh jarak yang diinginkan. Misalnya akan menempuh 100-200 km, baterai cukup enggak, artinya perlu di-charge. Amannya sampai rumah di-charge, itu pun kalau cukup. di rumah ada charging," jelasnya.

Irwin juga menyebutkan bahwa untuk pengisian daya mobil listrik di rumah, diperlukan kapasitas daya minimal sekitar 3000 VA.

Sementara itu, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, menambahkan pembahasan mengenai pentingnya perilaku berkendara yang aman dalam konteks mobil listrik.

"Khusus untuk mobil listrik ini behavior harus berubah. Safety behavior juga harus lebih baik. Bicara mobil listrik bukan hanya mengenai nikelnya, mobilnya, tetapi harus berbicara mengenai orangnya," ujar Bob Azam.

Bob Azam juga menyampaikan pandangannya terkait kemungkinan mobil listrik menjadi alternatif transportasi di perkotaan, yang dapat diisi daya di rumah.

"Mungkin akan jadi kendaraan alternatif di perkotaan, bisa di-charging di rumah. Mungkin starting dengan yang sifatnya practical seperti itu. Kita juga masih menerka-nerka," katanya.

Dalam konteks teknologi baterai, Bob Azam menyebut bahwa Toyota mempertimbangkan keefisienan teknologi dan mencari solusi untuk mendukung industri nikel di Indonesia.

Rabu, 19 Oktober 2022

Audi Kembangkan Filter Udara Untuk Mobil Listrik

Audi kembangkan filter udara untuk mobil listrik
Jakarta - Audi bermitra dengan pemasok MANN+HUMMEL dalam proyek percontohan untuk mengembangkan filter partikulat untuk mobil listrik. Filter udara tersebut akan mengumpulkan partikulat dari area sekitarnya, baik saat mengemudi maupun mengisi daya.

Filter ini dirancang seiring kebutuhan untuk meningkatkan kualitas udara di kota-kota selama fase percontohan pertama. Teknologi ini akan didemonstrasikan di Greentech Festival di London.

Filter udara berfungsi mirip dengan sistem stasioner dan memastikan bahwa emisi partikulat mobil sendiri juga diserap.

Terlepas dari sistem penggerak kendaraan, 85 persen partikel debu halus di lalu lintas jalan disebabkan oleh rem, ban, atau abrasi jalan. 

Partikel debu mikro ini dapat dengan mudah terhirup dan berbahaya bagi kesehatan.

Proyek percontohan Audi untuk menghilangkan partikel dari lingkungan diluncurkan pada tahun 2020 dan akan berjalan untuk jangka waktu empat tahun.

“Filter partikulat ini adalah contoh upaya kami untuk berinovasi demi keuntungan semua orang dan kolaborasi yang sukses dengan pemasok khusus,” kata Manajer Proyek dalam Pengembangan Sistem Pelengkap di Audi AG Fabian Groh.

Filter udara terintegrasi ke dalam aliran udara kendaraan yang ada di depan radiator. 

Filter dapat dikontrol melalui saluran masuk udara pendingin yang dapat diganti dan fungsi mekanisnya mirip dengan penyedot debu. 

Partikel debu halus tersangkut di filter dan udara masih bisa mengalir melaluinya.

Sejauh ini, Audi telah menggunakan filter ini di kendaraan uji e-tron. Saat mengemudi, teknologi ini secara pasif menyaring udara melalui pergerakan kendaraan, udara mengalir melalui sistem filter, yang menangkap bahkan partikel terkecil.

Selama pengisian stasioner, kipas internal menyalurkan udara sekitar melalui radiator. Sistem mengambil keuntungan dari proses ini dan dengan demikian dapat secara aktif menyaring udara yang mengalir melaluinya. Demikian disiarkan Hindustan Times, Senin (17/10).

Oleh : Fathur Rochman/Antara
Editor : Yakop

Sabtu, 24 September 2022

Harga Kendaraan Listrik Masih Tinggi, Tapi Semakin Relevan Di Masa Depan

Harga Kendaraan Listrik Masih Tinggi, Tapi Semakin Relevan Di Masa Depan.
Harga Kendaraan Listrik Masih Tinggi, Tapi Semakin Relevan Di Masa Depan
Gambar ilustrasi. Harga Kendaraan Listrik Masih Tinggi, Tapi Semakin Relevan Di Masa Depan.

Harga Kendaraan Listrik Di Segmen Besar Atau Niaga Yang Masih Cenderung Tinggi

BorneoTribun Jakarta - Pengamat otomotif dan akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Pasaribu membagikan pendapatnya terkait harga kendaraan listrik di segmen besar atau niaga yang masih cenderung tinggi, sehingga transisi dan produksinya pun belum se-masif mobil segmen menengah.
 
"Kendaraan bertonase besar, apalagi untuk kebutuhan logistik belum siap untuk beralih ke elektrifikasi di waktu dekat ini, mengingat masih mahalnya harga baterai disamping bobotnya yang cukup berat. Sehingga, belum dapat mencapai tingkat keekonomian dalam pengoperasiannya," kata Yannes, Jumat (23/9/2022) kemarin.

Baterai Berkapasitas 400 KWh Membutuhkan Biaya Sekitar Rp960 Juta

Baterai Berkapasitas 400 KWh Membutuhkan Biaya Sekitar Rp960 Juta
Ilustrasi. Gambar pixabay
Lebih lanjut, ia memberikan gambaran, dimana harga baterai lithium per KWh-nya di luar packing dan setting serta casing saat ini sekitar 160 dolar AS.

"Jadi jika untuk mobilitasnya sebuah truk besar memerlukan baterai berkapasitas 400 KWh makan untuk baterai saja sudah membutuhkan biaya sekitar Rp960 juta. Jelas tidak ekonomis," kata Yannes.

"Lalu, berat baterai per KWh berkisar 5-7 kilogram (tergantung teknologi dan produsennya), maka untuk 400 KWh akan menghasilkan berat baterai saja 2 sampai 2,8 ton yang harus dibawa truk, di luar beban barang yang harus diangkut. Jelas akan mengurangi daya angkut barangnya hanya gara-gara terus menggendong baterai yang berat sekali," imbuhnya.

Adapun alasan lainnya adalah terkait jumlah populasi kendaraan niaga dalam negeri hanya sekitar 1 persen dari jumlah total populasi 149,7 juta lebih kendaraan bermotor yang ada di Indonesia.

Sehingga, lanjut dia, konsentrasi pengembangan baterai kendaraan listrik (battery electric vehicle/BEV) jangka menengah secara strategis tentunya lebih pas ditujukan pada kendaraan penumpang roda empat dan roda dua yang populasinya paling besar.

ITB: Mobil Listrik Kompak akan Banyak Diminati

Bicara soal kendaraan penumpang roda empat, harga untuk mobil listrik di Indonesia pun masih cenderung tinggi jika dibandingkan dengan daya beli masyarakat yang berkisar di angka Rp200-300 jutaan. Saat ini, hanya terdapat satu pilihan mobil kompak dengan dua pintu dan empat kursi yang berada di kisaran angka tersebut.

Namun, Yannes berpendapat bahwa mobil listrik kompak nantinya akan menjadi pilihan yang lebih diminati daripada segmen favorit selama ini seperti SUV dan LMPV, menyusul permasalahan perkotaan yang berada di depan mata.

"Di banyak kota besar, parkir untuk kendaraan yang berdimensi panjang semakin lama semakin sulit akibat meningkatkan jumlah kendaraan berbanding dengan lahan parkir yang semakin terbatas. Jelas secara utilitas mobil berdimensi kecil lah yang paling mampu menjawab permasalahan tersebut," kata dia.

Selain itu, segmentasi masyarakat Indonesia yang sudah mendekati karakteristik konsep dari desain futuristik dan kompak pun dinilai merupakan kelompok pasar generasi millenial yang mengembangkan aktivitas hidup dan kerjanya di perkotaan, yang telah memiliki kesadaran akan pentingnya berkontribusi dalam mengurangi polusi udara.

"Serta, berkeinginan untuk memiliki mobil pertama kendaraan yang berteknologi terbaru, desain yang futuristik dan dapat merepresentasikan jati diri mereka. Namun, masih memiliki penghasilan yang belum begitu besar," ujar Yannes.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Menilai Kendaraan Listrik Adalah Kendaraan Masa Depan

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Menilai Kendaraan Listrik Adalah Kendaraan Masa Depan
Ilustrasi. Gambar pixabay
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menilai bahwa kendaraan listrik merupakan kendaraan yang semakin relevan di masa depan.

"Kendaraan bermotor listrik seperti HEV (Hybrid Electric Vehicle), PHEV (Plug-In Hybrid Electric Vehicle), BEV (Battery Electric Vehicle) ataupun FCEV (Fuel Cell Electric Vehicle) atau kendaraan bermotor yang menggunakan hydrogen sebagai bahan bakarnya adalah kendaraan bermotor masa depan yang saat ini keberadaannya semakin nyata," ujar Ketua Umum GAIKINDO Yohannes Nangoi dalam keterangannya, Jumat.

Menurutnya, saat ini Industri otomotif Indonesia telah menyediakan kendaraan bermotor listrik hasil produksi dalam negeri anggota GAIKINDO termasuk jenis kendaraan penumpang maupun komersial ringan, dalam rentang kisaran harga Rp200-300 juta, Rl400-600 juta, dan di atas Rp600 juta.

Ketersediaan merek dan varian kendaraan bermotor listrik tersebut akan terus dikembangkan dan disesuaikan dengan arah kebijakan Pemerintah.

Nangoi juga memberikan penjelasan lebih lanjut tentang eksistensi kendaraan bermotor listrik di Indonesia.

"GAIKINDO telah membuktikan eksistensi keberadaan kendaraan masa depan tersebut terhadap masyarakat. Pada kesempatan GIIAS 2022 pada Agustus 2022 lalu, selama 11 hari penyelenggaraannya, telah terjual total 1594 unit kendaraan bermotor listrik, termasuk di dalamnya 320 kendaraan bermotor hybrid dan 1274 unit kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB/BEV). Penjualan selama 11 hari tersebut melampaui total penjualan kendaraan bermotor listrik sepanjang tahun 2021," jelas Nangoi.

Lebih lanjut, GAIKINDO juga mencatat bahwa GIIAS 2022 juga menampilkan jumlah merek dan varian kendaraan bermotor listrik yang terbanyak dibandingkan dengan yang pernah ditampilkan pada pameran otomotif di Indonesia selama ini.

Menurut GAIKINDO, hal yang harus dicermati saat ini adalah adanya tantangan yang perlu dihadapi industri otomotif Indonesia ke depannya, yakni untuk terus meningkatkan jenis dan jumlah kendaraan bermotor listrik yang diproduksi di Indonesia, dan terus berkontribusi sebagai salah satu industri pahlawan devisa negara.

"Tantangan yang dihadapi industri otomotif Indonesia ke depan adalah untuk terus meningkatkan jenis dan jumlah kendaraan listrik hasil produksi nasional, dan terus mengembangkan industri otomotif Indonesia secara global," kata Nangoi.

Sesuai dengan komitmen pemerintah pada Perjanjian Paris untuk menurunkan pemanasan global, sejak awal industri otomotif nasional membangun pemahaman bahwa kendaraan masa depan yang akan lalu lalang di Indonesia, adalah kendaraan bermotor yang memiliki dua syarat utama.

Pertama, kendaraan bermotor dengan emisi gas buang yang rendah dan ramah lingkungan. Kedua, kendaraan bermotor dengan penggunaan bahan bakar fosil yang makin berkurang untuk digantikan dengan bahan bakar nabati atau dengan bahan bakar baru dan terbarukan lainnya.

Pemerintah dan industri otomotif nasional pun telah memulai langkah-langkah transisi untuk menggantikan bahan bakar berbasis fosil menuju bahan bakar baru terbarukan. Sebagai contoh saat ini Indonesia telah menggunakan B30 dimana campuran nabati 30 persen adalah yang tertinggi di dunia.

Selain itu, Inpres 7/2022 mengenai penggunaan kendaraan bermotor listrik bagi berbagai instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Kementerian dan Lembaga termasuk BUMN juga telah diterbitkan untuk mendorong momen ini.

(yk/ant)

Rabu, 21 September 2022

Raksasa otomotif AS General Motors Terima Pesanan 175.000 kendaraan listrik from Hertz

Raksasa otomotif AS General Motors Terima Pesanan 175.000 kendaraan listrik from Hertz
Mobil listrik Chevrolet Blazer. Raksasa otomotif AS General Motors Terima Pesanan 175.000 kendaraan listrik from Hertz.
BorneoTribun Jakarta - Raksasa otomotif AS General Motors mengumumkan kesepakatan dengan Hertz untuk memasok 175.000 kendaraan listrik dalam lima tahun ke depan guna melayani para penyewa mobil.

Ratusan ribu kendaraan mobil listrik yang dipesan oleh operator penyewaan kendaraan itu meliputi merek Chevrolet, Buick, GMC, Cadilac, dan BrightDrop EV.

Perjanjian tersebut akan mencakup pengiriman kendaraan mobil listrik hingga 2027 karena Hertz meningkatkan komposisi EV dari armadanya dan GM mempercepat produksi EV secara luas.

Selama periode ini, Hertz memperkirakan pelanggannya dapat melakukan perjalanan lebih dari 8 miliar mil dengan EV ini, menghemat sekitar 3,5 juta metrik ton emisi setara karbon dioksida dibandingkan dengan kendaraan pembakaran internal dengan jarak tempuh sama.

"Sangat menarik bahwa dua perusahaan ikonik Amerika yang telah membentuk evolusi transportasi selama lebih dari satu abad bersatu untuk mendefinisikan kembali masa depan mobilitas di abad ke-21," kata Stephen Scherr, CEO Hertz, mengutip pernyataan resmi GM, Rabu.

"Pekerjaan kami dengan Hertz merupakan langkah maju yang besar untuk pengurangan emisi dan adopsi EV yang akan membantu menciptakan ribuan pelanggan EV baru untuk GM," kata Ketua dan CEO GM Mary Barra.

Hertz berinvestasi untuk menciptakan armada penyewaan EV terbesar di Amerika Utara, dengan puluhan ribu EV tersedia untuk disewa di 500 lokasi Hertz di 38 negara bagian. Tujuan perusahaan saat ini adalah seperempat armadanya bertenaga listrik pada akhir 2024.

Hertz mengharapkan untuk mulai menerima pengiriman Chevrolet Bolt EV dan Bolt EUV pada kuartal pertama tahun depan. Pengiriman GM ke Hertz diproyeksikan meningkat karena GM dengan cepat meningkatkan produksi EV-nya antara tahun 2023 dan 2025.

Langkah GM tersebut didukung dengan pembukaan pabrik sel baterai Ultium Cells di Ohio, Tennessee dan Michigan. GM merencanakan kapasitas produksi tahunan sebesar 1 juta EV di Amerika Utara pada tahun 2025.

(yk/ant)

Sabtu, 16 April 2022

Kendaraan listrik menjadi pusat perhatian di New York International Auto Show tahun ini

Kendaraan listrik menjadi pusat perhatian di New York International Auto Show tahun ini
Kendaraan listrik menjadi pusat perhatian di New York International Auto Show tahun ini.


Borneo Tribun, New York -- Kendaraan listrik menjadi pusat perhatian di New York International Auto Show tahun ini, dengan trek dalam ruangan sebagai bagian dari pameran EV seluas 250.000 kaki persegi sehingga tidak diragukan lagi bahwa EV adalah bagian dari arus utama – setidaknya di sirkuit pameran mobil.


Hampir setiap produsen mobil yang berpartisipasi dalam New York International Auto Show memiliki EV atau plug-in hybrid di layarnya. Banyak yang pernah kita lihat sebelumnya, termasuk Mercedes-Benz EQXX, Ford F-150 Lightning, Ford Mustang Mach-E, Chevrolet Bolt EV dan Chevrolet Bolt EUV, pikap Chevrolet Silverado EV, Hyundai Ioniq 5, yang meraih penghargaan tertinggi pada penghargaan Mobil Dunia, Kia EV6 dan VW ID Buzz dan crossover ID 4. Heck, bahkan Nissan Leaf kembali dengan penyegaran.


Di antara semua model dan konsep hibrida baterai-listrik dan plug-in yang terungkap, beberapa menonjol. Berikut adalah orang-orang yang mendapat perhatian kami.


Alfa Romeo

Kredit Gambar: Tangkapan layar / pengungkapan Alfa Romeo
Kredit Gambar: Tangkapan layar / pengungkapan Alfa Romeo


Crossover kompak pertama Alfa Romeo adalah Alfa Romeo Tonale 2023, yang secara resmi memulai debutnya pada bulan Februari, adalah hibrida plug-in yang dapat menempuh jarak 30 mil dengan baterai yang terisi penuh sebelum beralih ke mesin bensinnya.


Varian mesin bensin SUV hadir dengan mesin 256-tenaga kuda, turbo-empat.


Stellantis

Konsep Grafit Aliran Udara Chrysler. Kredit Gambar: Stellantis
Konsep Grafit Aliran Udara Chrysler. Kredit Gambar: Stellantis


Chrysler Airflow Graphite Concept dapat mengatur arah investasi perusahaan induk Stellantis senilai $35 miliar dalam membawa kendaraan listrik baru ke pasar. Crossover semua-listrik ini memiliki roda 22 inci, siluet ramping dan jangkauan 400 mil. Ia juga dilengkapi dengan sistem STLA AutoDrive Stellantis dengan kemampuan mengemudi otomatis Level 3.

Jeep Grand Cherokee High Altitude 4xe. Kredit Gambar: Stellantis
Jeep Grand Cherokee High Altitude 4xe. Kredit Gambar: Stellantis


Merek Jeep memamerkan kendaraan 4xe-nya, termasuk pendatang baru Grand Cherokee High Altitude 4xe. Model hybrid plug-in 4xe terbaru, yang memulai debutnya dengan cat eksterior biru hidro, akan tersedia untuk dipesan pada paruh kedua tahun ini.


Grand Cherokee 4xe memberikan jangkauan listrik sejauh 25 mil dan setara dengan 56 mil per galon. menurut perusahaan. Sistem penggerak 4xe menggabungkan dua motor listrik, baterai 400 volt, turbocharged 2.0 liter, mesin empat silinder dan transmisi otomatis delapan kecepatan.


Dua Mobil

Supercar Listrik Deus Vayanne. Kredit Gambar: Getty
Supercar Listrik Deus Vayanne. Kredit Gambar: Getty


Produsen mobil Austria itu meluncurkan hypercar Vayanne EV-nya, sebuah roadster melengkung dengan lampu depan yang ramping dan saluran masuk udara yang besar. Deus mengklaim bahwa Vayanne 2.200 tenaga kuda dapat melaju dari 0 hingga 60 mph dalam 1,99 detik, dalam perjalanannya ke kecepatan tertinggi 250 mph. Angka-angka itu akan menempatkan kinerja Vayanne di dekat bagian atas segmen hypercar senilai $ 1 juta lebih. Harganya belum diungkapkan.


India EV

Kredit Gambar: Indi EV


Startup yang berbasis di California ini menampilkan Indi One, crossover lima penumpang serba listrik dengan jangkauan 300 mil.


Diposisikan sebagai saingan Tesla Model Y, crossover "berfokus pada gaya hidup" ini menawarkan komputer gaming built-in melalui Vehicle Integrated Computer (VIC).


Unit infotainment didukung oleh perangkat lunak open source yang memungkinkan berbagai penyesuaian mulai dari suara klaksonnya hingga asisten virtual khusus.


Mulai dari $ 45.000, Indi One dijadwalkan untuk mulai pengiriman musim semi 2023.


Kia

Kia Niro EV. Kredit Gambar: Getty
Kia Niro EV. Kredit Gambar: Getty


Kia menggunakan acara New York sebagai landasan peluncuran untuk SUV subkompak Niro generasi berikutnya.


Niro 2023 akan ditawarkan dengan powertrain hybrid, PHEV atau EV. Model baru ini menampilkan elemen desain yang lebih futuristik seperti lampu belakang berbentuk bumerang dan gril yang lebih agresif. Ini juga menawarkan jangkauan yang lebih baik — 253 mil ke 239 generasi terakhir.


Pembuat mobil juga memamerkan konsep EV9-nya, yang pertama kali memulai debutnya pada tahun 2021 di Los Angeles Auto Show.


Kami peduli dengan SUV berbentuk kotak ini yang akan menggunakan platform mobil listrik E-GMP yang sama dengan EV6 yang lebih kecil dan Hyundai Ioniq 5, karena ini benar-benar akan diproduksi.


Kia mengkonfirmasi di New York Auto Show bahwa EV9 akan datang ke pasar AS pada paruh kedua tahun 2023.

Konsep Kia EV9. Kredit Gambar: Getty melalui Tayfun Coskun/Anadolu Agency
Konsep Kia EV9. Kredit Gambar: Getty melalui Tayfun Coskun/Anadolu Agency


Asal

Kredit Gambar: Genesis
Kredit Gambar: Genesis


Merek saudara kelas atas Kia menghadirkan Konsep Genesis X Speedium all-electric sebagai petunjuk tentang apa yang akan terjadi saat Genesis meningkatkan penawaran EV-nya untuk menjadi all-electric pada tahun 2030.


Coupe ini memamerkan desain berani Genesis: gaya bodi fastback rendah dan panjang dengan lampu depan sampul dan gril segitiga besar yang dikenakan oleh mobil mesin bensin pembuat mobil. 


Desainnya berasal dari X Concept Genesis yang diluncurkan tahun lalu dan dinamai dari trek balap Inje Speedium Korea Selatan di mana ia dikembangkan.


Vinfast

The VinFast VF 9. Kredit Gambar: Getty
The VinFast VF 9. Kredit Gambar: Getty


Vinfast, produsen mobil domestik pertama di Vietnam, menghadirkan SUV VF8 dan VF9 all-electric ke pameran New York.


Pembuat mobil juga mengumumkan di acara itu bahwa mereka berencana untuk menyewakan baterai secara terpisah dari kendaraan utilitas itu sendiri, membebankan biaya bulanan berdasarkan penggunaan baterai.


Tanpa baterai, SUV VF8 lima penumpang dan tujuh penumpang VF9 masing-masing mulai dari $ 40.700 dan $ 55.500.


(YK/ER)

Senin, 28 Juni 2021

300.000 unit Mobil Listrik Tesla Ditarik dari China, Ada Apa?

300.000 unit Mobil Listrik Tesla Ditarik dari China, Ada Apa?
300.000 unit Mobil Listrik Tesla Ditarik dari China.

BORNEOTRIBUN.COM - China mengumumkan bahwa pihak Tesla akan menarik hampir sekitar 300.000 unit mobil Model 3 yang diimpor serta Model Y buatan China sehubungan akan dilakukannya update software atau perangkat lunak.

Dilansir dari CNBC.com, pihak regulator transportasi China menyatakan penarikan yang dilakukan oleh Tesla merupakan langkah antisipasi setelah adanya masalah akselerasi mendadak yang mengakibatkan fungsi sistem kendali jelajah bermasalah.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, pihak Tesla harus menarik sejumlah mobil di China untuk dilakukannya update perangkat lunak. 

Seperti yang diketahui, ada sekitar 249.855 mobil dengan Model 3 dan Model Y buatan China, serta 35.665 unit sedan Model 3 yang diimpor, dimana kendaraan - kendaraan tersebut harus terpaksa ditarik kembali akibat adanya masalah perangkat lunak.

Menurut data industri saat ini, Tesla membuat sedan Model 3 dan Kendaraan Model Y di Shanghai, dan menjual 33.463 mobil buatan China pada bulan Mei lalu.

Tesla juga sempat menjadi sasaran berbagai keluhan masyarakat China di sejumlah media sosial akibat masalah kualitas dan layanan pada April lalu. 

Para pelanggan juga memprotes Tesla pada acara Shanghai Auto Show karena masalah layanannya.(*)

Rabu, 10 Maret 2021

Jaguar Sepenuhnya Produksi Mobil Listrik Tahun 2025

Jaguar Sepenuhnya Produksi Mobil Listrik Tahun 2025
Produksi Mobil Listrik Jaguar. Foto: Blackxperience

BorneoTribun Otomotif - Untuk mengantisipasi industri otomotif yang semakin menjauh dari penggunaan bensin, Jaguar akan melakukan terobosan besar mulai tahun 2025, yakni beralih sepenuhnya ke teknologi listrik.

Rencana itu diumumkan belum lama ini oleh Jaguar Land Rover (JLR), anak perusahaan India Tata Motors yang sejak 2008 menjadi pemilik resmi merek itu.

JLR mengatakan peralihan ini merupakan bagian dari rencana perusahaan itu untuk mewujudkan emisi karbon nol di seluruh rantai pasokan, produk dan operasinya pada tahun 2039.

Menurut Thierry Bollore, CEO JLR, langkah ini ditempuh seiring kemajuan bertahap dalam teknologi baterai yang membuat kendaraan listrik lebih murah diproduksi, dan memungkinkan jarak tempuh yang lebih jauh.

“Kami memiliki semua hal yang diperlukan untuk menata kembali bisnis kami, Kami memiliki pengalaman untuk menciptakan tolok ukur kemewahan. Kami memiliki pengalaman untuk memimpin dalam hal kualitas dan menjaga keberlanjutan lingkungan, sebagai Jaguar dan sebagai Land Rover," jelasnya.

Langkah Jaguar ini juga menandai respons positif terhadap standar emisi karbon yang lebih ketat di dunia. Target 2025 sendiri ini ditetapkan lima tahun sebelum pemerintah Inggris memberlakukan larangan penjualan mobil bensin dan diesel pada 2030.

Keputusan Jaguar ini sebetulnya sudah banyak diperkirakan, mengingat tren yang berkembang dalam industri mobil.

Produsen mobil AS, General Motors, contohnya, baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mengubah seluruh jajaran kendaraan ringannya menjadi kendaraan listrik pada tahun 2035. Tesla hanya menjual kendaraan listrik sejak didirikan pada tahun 2000-an. Beberapa produsen mobil baru, seperti Rivian dan Lucid Motors, berencana hanya menjual Mobil Listrik, sementara sebagian besar produsen mobil besar juga menjual atau merencanakan Mobil Listrik.

Kelompok lobi industri mobil Inggris SMMT (Society of Motor Manufacturers and Traders), mengatakan, pengumuman Jaguar ini memberi "suntikan kepercayaan" ke sektor otomotif, yang telah menderita selama setahun terakhir akibat pandemi virus corona.

Jim Holder, editor majalah otomotif mingguan Inggris Autocar, mengatakan, "Jelas bahwa merek Jaguar telah mengalami masalah selama beberapa saat. Penjualannya benar-benar belum mencapai volume yang dapat menjustifikasi operasinya. Tapi saya pikir apa yang benar-benar penting dan mungkin yang membuat beberapa orang tertarik adalah fakta bahwa mereka telah bangkit dari keterpurukannya, Mereka telah berkomitmen untuk masa depan yang serba listrik ini dalam waktu yang tidak terlalu lama. Ini benar-benar penataan kembali merek. Dan saya pikir upaya itu mungkin lebih signifikan daripada yang diperkirakan beberapa orang."

Sebagai bagian dari peralihannya, Jaguar akan menghentikan produksi mobil ukuran penuh Jaguar XJ saat ini, dan menggantinya dengan kendaraan yang berukuran lebih kecil, seperti SUV, namun tetap menyandang nama yang sama. Mobil-mobil besar tidak lagi disukai karena konsumen cenderung beralih ke SUV.

Menurut rencana, Land Rover juga akan memproduksi enam kendaraan listrik dalam lima tahun ke depan di bawah sub-merek Range Rover, Discovery, dan Defender. Yang pertama akan diperkenalkan pada 2024. [ab/uh]

Oleh: VOA Indonesia

Jumat, 26 Februari 2021

152 Kendaraan Listrik Buatan NTB, Awal Kontribusi Baik Untuk Bumi

152 Kendaraan Listrik Buatan NTB, Awal Kontribusi Baik Untuk Bumi.

BorneoTribun Mataram, NTB  - Pemerintah Provinsi NTB terus berikhtiar mewujudkan NTB Asri dan Lestari. Bersinergi dengan PT. PLN,  sebanyak 152 jumlah kendaraan listrik yang telah berhasil dibuat oleh IKM NTB menjadi bukti bahwa NTB mampu dan siap memanfaatkan kendaraan listrik untuk memberikan kontribusi yang baik bagi bumi. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, saat melauncing Era Kendaraan Listrik Untuk NTB Gemilang, bertajuk “Hadirkan Energi Bersih di Provinsi NTB Wujudkan Visi  NTB Asri dan Lestari, yang berlangsung di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, Jumat (26/02).

“Era kendaraan listrik tidak bisa dihindari. Bahkan, Joe Biden, Presiden Amerika Serikat, program pertamanya melarang penggalian bahan bakar fosil kembali, karena dalam waktu yang tidak terlampau lama Negara Amerika Serikat, Eropa bahkan Cina akan menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik. Jadi kita bukan latah ikut – ikutan bahwa NTB akan menggunakan mobil dan motor listrik, tetapi ini adalah tuntutan dunia” tutur Doktor Zul saat memberikan sambutan.

Dokter Zul juga memberikan apresiasi kepada seluruh masyarakat NTB, karena telah berhasil membuktikan kepada dunia, bahwa NTB mampu membuat berbagai inovasi yang bisa bersaing dikancah internasional, seperti kendaraan listrik 
, coldstorage, alat rapid test antigen dan lain sebagainya.
“Kita buat motor listrik di NTB untuk menunjukkan kepada dunia. Jangankan produk sederhana, kalau dikasih kesempatan, UKM kita bisa memproduksi coldstorage, motor listrik, bahkan kemarin dunia menjadi saksi Universitas Mataram mampu membuat alat Rapid Test Antigen buatan NTB sendiri,” pungkasnya.

General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB, Lasiran, bersama dengan seluruh karyawan PT. PLN mengadakan roadshow dari Kantor PLN dalam rangka ingin menunjukkan bahwa kendaraan listrik telah hadir di NTB. Sesuai dengan program NTB Gemilang yakni menghadirkan NTB Bersih dari polusi.

“Kami mengusulkan untuk membentuk komunitas kendaraan listrik Mataram sehingga dengan adannya komunitas ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa penggunaan kendaraan listrik jauh lebih baik karena banyak sekali manfaat, antara lain lebih hemat dan menghadirkan energi bersih,”tutur Lasiran.

Sementara itu, Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi Maluku Papua dan Nusa Tenggara, Syamsul Huda, berharap agar kendaraan listrik di NTB dapat terus berkembang sehingga dari PLN akan terus memberikan support Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk memudahkan kendaraan listrik mengisi energi.

“PLN telah menyiapkan 170 SPKLU, yakni tempat untuk pengisian baterai yang tersebar di wilayah NTB. Kami juga berharap agar NTB dapat terus menambah armada kendaraan listrik sehingga kami dapat terus mensuport,” tuturnya.

Pada acara tersebut juga telah dilakukan pemberian penghargaan atas dukungan mewujudkan NTB Asri dan Lestari kepada PLN dan pengukuhan Komunitas Kendaraan Listrik Mataram yakni “Mandalika”. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada pelopor kendaraan listrik bebas polusi di NTB yang diterima oleh Matriks B dari Bima, SMKN 3 Mataram, SMKN SMKN 1 Lingsar, Lebui, NgebUTS, Motor sampah listrik solar cell, Grab, Gesit dan Gojek.

Salah satu kendaraan listrik yang mengundang perhatian adalah Dokar Listrik (Dolis). Kepala Sekolah SMKN 3 Mataram Ruju Rahmat, S.Pd., M.T., menjelaskan bahwa Dolis ini dibentuk oleh tiga jurusan yakni jurusan otomotif, kelistrikan dan pengelasan yang dibuat selama 4 - 5 bulan. 

“Dolis ini kedepan akan menjadi angkutan alternatif minimal dikawasan khusus yakni dikawasan wisata, seperti gili dan Kawasan hotel” jelasnya. (Adbravo)

Minggu, 15 November 2020

Mobil Listrik Naik Daun, Ford Incar Produksi Baterai Mobil

Mobil Listrik Naik Daun, Ford Incar Produksi Baterai Mobil
SUV Ford Mustang Mach-E baru ditampilkan di Warren, Michigan, 30 Oktober 2019. (Foto: AP)

BorneoTribun | Otomotif - Pejabat tinggi produsen mobil, Ford Motor, Jumat (13/12), mengatakan meningkatnya volume penjualan kendaraan listrik di berbagai belahan dunia mendorong perusahaannya untuk banting setir  dan sekarang mempertimbangkan untuk membuat sel baterai sendiri.

"Kami sedang mendiskusikan manufaktur sel (baterai)," kata Chief Executive Officer Ford Jim Farley pada telekonferensi Reuters Automotive Summit pada Jumat (12/11). "Saya pikir itu wajar saat volume (kendaraan listrik) bertambah."

Pada Juli lalu, CEO Jim Hackett mengatakan "tidak ada keuntungan" bagi Ford membuat sel baterainya sendiri.

Sementara itu, produsen mobil lain, termasuk General Motors Co dan Tesla Inc menginvestasikan miliaran dolar di pabrik manufaktur sel baterai mereka sendiri untuk menambah produksi dari pemasok.

Analis industri terkadang memberikan pandangan yang berseberangan mengenai apakah produsen sel baterai akan dapat memenuhi tingginya permintaan kendaraan listrik hingga tahun 2025 dan seterusnya.

Sementara rencana produksi kendaraan listrik Ford yang diumumkan secara publik sejauh ini tetap relatif sederhana, GM dan Hyundai Motor mengatakan mereka berencana untuk membangun dan menjual satu juta kendaraan listrik setahun pada tahun 2025, dan Volkswagen AG telah menargetkan penjualan tahunan sebesar 3 juta kendaraan listrik. (VOA)

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno