Berita Borneotribun.com: Paus Fransiskus Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Paus Fransiskus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Paus Fransiskus. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 April 2022

Pesan Paskah Paus: Jangan Menyerah pada Kejahatan dan Kekerasan

Pesan Paskah Paus: Jangan Menyerah pada Kejahatan dan Kekerasan
Paus Fransiskus pada perayaan Paskah di Lapangan Santo Petrus, Vatikan hari Minggu (17/4).


Borneo Tribun, Vatikan -- Pada hari yang seharusnya menjadi hari paling menggembirakan bagi umat Kristiani, Paus Fransiskus hari Minggu (17/4) menyampaikan permohonan menyedihkan demi perdamaian dalam perang “yang tidak masuk akal” di Ukraina, dan dalam konflik-konflik bersenjata lainnya yang berkecamuk di dunia.


Dikutip VOA Indonesia, pada Minggu Paskah (17/4), Paus Fransiskus mengatakan, "Yesus adalah pemenang atas dosa, ketakutan, dan kematian."


Berbicara dari balkon tengah yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Paus mengatakan “semoga ada perdamaian untuk Ukraina yang dilanda perang, yang telah diuji dengan kekerasan dan penghancuran yang kejam dan tidak masuk akal.”


Paus menyerukan kepada dunia agar tidak menyerah pada kejahatan dan kekerasan. Dia memohon agar perang di Ukraina segera diakhiri, dan mendesak umat agar ikut menyerukan perdamaian dan diakhirinya penghancuran yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.


Bagi massa yang berkumpul, Paskah kali ini benar-benar merupakan sebuah kebangkitan setelah pandemi selama dua tahun menyebabkan Minggu Suci praktis terhenti.


Paus Fransiskus memohon dengan sangat agar perdamaian ditegakkan dan menyebut Paskah kali ini “Paskah yang diliputi perang.” Puluhan ribu umat menghadiri misa Paskah kali ini di tengah sinar matahari cerah tetapi diliputi angin dingin di Alun-Alun Santo Petrus, untuk menyimak wejangan Paus dan menerima berkat.


Dalam sambutan Paskah Urbi et Orbi atau kepada kota dan dunia, Paus menyerukan agar perdamaian dipulihkan di Ukraina yang dilanda perang, dihadapkan pada cobaan berat lewat kekerasan dan penghancuran akibat perang yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.


Paus Fransiskus menyerukan kepada dunia agar tidak menganggap perang itu normal dan berharap “semoga sebuah fajar harapan baru segera muncul.”


"Semoga sebuah keputusan perdamaian datang," kata Fransiskus, "semoga peragaan kekuatan otot ini diakhiri segera sementara rakyat menderita," lanjutnya.


Dia mendesak semua pihak untuk memberi komitmen pada seruan perdamaian dari semua penjuru dan mengungkapkan harapan agar para pemimpin dunia mendengar permohonan rakyat bagi perdamaian.


Paus juga memikirkan para korban warga Ukraina, jutaan pengungsi, keluarga yang terpecah, warga usia lanjut yang harus berjuang sendiri, kehidupan yang porak-poranda dan kota-kota yang diratakan dengan tanah.


Fransiskus menambahkan bahwa di tengah-tengah kepedihan perang ini, juga ada tanda-tanda yang menggembirakan.


Banyak keluarga dan komunitas membuka pintu mereka untuk menyambut para imigran dan pengungsi di seluruh Eropa.


Pada Minggu Paskah umat menandai hari paling menggembirakan di dalam kalender Kristen, perayaan kebangkitan Yesus tiga hari setelah kematiannya di tiang salib.


Kini, kata Paus, kita mendengar gema proklamasi Paskah yang begitu menyentuh warga Kristen: “Kristus bangkit! Kini, kata Paus, kita membutuhkan dia, pada akhir praPaskah yang seakan-akan tidak pernah berakhir."


Fransiskus mengatakan, konflik di Eropa seharusnya membuat dunia lebih prihatin akan situasi konflik lainnya, penderitaan dan kesedihan, situasi di banyak bagian dunia yang tidak bisa diacuhkan atau dilupakan.


Paus menyebut Timur Tengah, yang didera oleh konflik dan perpecahan selama bertahun-tahun, khususnya Libya, Yaman, Afghanistan dan Myanmar.


Paus juga menyerukan perdamaian bagi seluruh benua Afrika dan agar bantuan diberikan kepada rakyat yang menderita akibat kondisi sosial di Amerika latin.


Fransiskus mengakhiri pesan Paskah dengan kata-kata yang bermakna kuat: “Perdamaian itu mungkin, perdamaian merupakan kewajiban, perdamaian itu tanggung jawab utama semua orang.” [jm/ka]

Kamis, 15 Juli 2021

Paus Fransiskus Tinggalkan Rumah Sakit 10 Hari Setelah Operasi

Paus Fransiskus Tinggalkan Rumah Sakit 10 Hari Setelah Operasi
Paus Fransiskus berhenti untuk menyapa polisi yang mengawalnya, setibanya di Vatikan setelah meninggalkan rumah sakit dengan mobil Ford-nya, 10 hari setelah menjalani operasi usus besarnya, Rabu, 14 Juli 2021. (AP Photo/Riccardo De Luca)

BORNEO TRIBUN -- Paus Fransiskus terlihat meninggalkan rumah sakit pada hari Rabu (14/7), 10 hari setelah menjalani operasi untuk mengangkat sebagian usus besarnya.

Menurut para saksi mata, sebuah mobil yang membawa Paus Fransiskus, 84, tampak meninggalkan rumah Sakit Gemelly Polytechnic di Roma pada Rabu pagi.

Dokter membuang sebagian usus besarnya pada operasi 4 Juli lalu karena penyempitan parah pada usus besarnya. Ini adalah operasi besar pertama sejak ia menjadi Paus pada tahun 2013.

Operasi itu telah direncanakan, dan dijadwalkan berlangsung pada awal Juli ketika audiensi dengan Paus ditangguhkan dan ia biasanya mengambil cuti.

Perlu waktu beberapa pekan bagi Paus Fransiskus untuk memulihkan diri sebelum mulai melakukan perjalanan lagi pada bulan September.

Ia berencana untuk mengunjungi Hungaria dan Slowakia pada lawatan 12-15 September, dan kemudian singgah sebentar di Glasgow, Skotlandia, pada bulan November, untuk berpartisipasi dalam konferensi iklim COP26. 

Kemungkinan perjalanan lainnya juga sedang ditinjau Vatikan semula menyatakan Paus Fransiskus mungkin dapat keluar rumah sakit pada akhir pekan lalu, tetapi kemudian disebutkan bahwa ia akan tinggal selama beberapa hari lagi untuk pemulihan lebih jauh dan terapi rehabilitasi.

Paus Fransiskus hari Minggu (11/7) tampil untuk pertama kalinya di hadapan umum sejak dioperasi.

Ia tampak dalam kondisi yang baik sewaktu menyampaikan doa mingguannya dari balkon lantai 10 di rumah sakit itu, dengan dikelilingi para pasien kanker berusia muda.

Ia menggunakan kesempatan itu untuk menyerukan layanan kesehatan gratis untuk semua orang.

Hari Selasa sore, menjelang keluar dari rumah sakit, ia mengunjungi bangsal pasien kanker anak-anak, yang juga berada di lantai tempat ia dirawat.

Paus kelahiran Argentina itu pernah menjalani operasi pengangkatan salah satu paru-parunya sewaktu berusia muda dan kondisi kesehatannya relatif sangat baik selama ini. [uh/ab]

VOA

Minggu, 11 Juli 2021

Vatikan: Paus Mulai Kembali Bekerja

Vatikan: Paus Mulai Kembali Bekerja
Paus Fransiskus melambai ke kerumunan saat dia tiba untuk membacakan doa zuhur Angelus dari jendelanya yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, di Vatikan. (Foto: AP)

BORNEOTRIBUN - Vatikan, Sabtu (10/7), mengatakan Paus Fransiskus mulai melanjutkan pekerjaan secara bertahap selama proses pemulihan dari operasi usus. Paus sudah dapat berjalan dan makan dengan dibantu oleh para pembantunya.

Selain itu, menurut Vatikan, tes darah Paus juga menunjukkan hasil yang memuaskan. 

Paus berusia 84 tahun itu berada di rumah sakit setelah menjalani operasi selama tiga jam untuk mengangkat sebagian usus besarnya pada Minggu, 4 Juli 2021. 

Menurut Vatikan, usus besar Paus telah mengalami penyempitan yang parah.

Ini adalah pertama kalinya Fransiskus dirawat di rumah sakit sejak ia menjadi paus pada 2013.

Vatikan telah mengumumkan bahwa Fransiskus akan menyampaikan doa dan Misa Minggu siangnya dari lantai 10 Rumah Sakit Gemelli. [ah]

VOA

Senin, 05 Juli 2021

Paus Fransiskus Jalani Operasi Usus

Paus Fransiskus Jalani Operasi Usus
Paus Fransiskus memimpin Misa di Basilika Santo Petrus, Vatikan, 29 Juni 2021.

BORNEOTRIBUN.COM - Vatikan hari Minggu (4/7) mengatakan Paus Fransiskus dibawa ke rumah sakit Poliklinik Gemelli Roma untuk menjalani operasi usus besar. 

Pengumuman singkat dari kantor pers Takhta Suci tidak mengatakan secara pasti kapan operasi akan dilakukan, tetapi mengatakan akan ada pengumuman ketika operasi selesai dilakukan.

Tim dokter Gemelli telah melakukan operasi serupa pada paus sebelumnya, termasuk Paus John Paul II yang memiliki tumor jinak di usus besarnya pada tahun 1992.

Tiga jam sebelumnya Fransiskus dengan riang menyambut publik di Lapangan Santo Petrus sebagaimana yang dilakukan setiap hari Minggu dan mengatakan ia akan terbang ke Hongaria dan Slovakia pada bulan September.

Seminggu sebelumnya, Paus Fransiskus yang berusia 84 tahun, menggunakan kesempatan yang sama untuk meminta doa khusus pada publik bagi dirinya sendiri, yang tampaknya mengisyaratkan pada operasi yang akan dijalaninya.

Vatikan mengatakan Paus telah didiagnosa menderita “stenosis divertikular sismtomatik” pada usus besar, mengacu pada penyempitan di usus besar. 

Kesehatan Paus secara umum berada dalam kondisi baik, tetapi ketika ia masih muda salah satu bagian paru-parunya telah diangkat.

Ia juga menderita sakit linu di bagian panggul, yang kadangkala menimbulkan rasa sakit akibat syaraf yang mempengaruhi bagian bawah punggung dan kaki. [em/jm]

Oleh: VOA

Minggu, 11 Oktober 2020

Paus Fransiskus: Bagi Perusahaan yang Mengabaikan Lingkungan Akan di Tarik Investasinya

Paus Fransiskus: Bagi Perusahaan yang Mengabaikan Lingkungan Akan di Tarik Investasinya
Para biarawati membawa poster Paus Fransiskus dan pesan dalam bahasa Spanyol: "Saya meminta Anda dalam nama Tuhan untuk Membela Bumi" dalam pawai untuk memerangi perubahan iklim Bogota, Colombia, 29 November 2015.


BorneoTribun - Orang-orang untuk menarik investasi dari perusahaan yang tidak berkomitmen melindungi lingkungan. Hal ini desakan dari Paus Fransiskus, Sabtu (10/10/2020).


Pendapatnya itu adalah yang terbaru dari semakin banyaknya seruan untuk menciptakan model ekonomi yang lebih berkelanjutan akibat pandemi virus corona.


Paus Fransiskus berbicara dalam sebuah pesan video dalam acara daring bernama "Hitung Mundur Peluncuran Global, Seruan Aksi bagi Perubahan Iklim."


"Sains memperlihatkan, setiap hari kita harus bertindak dengan lebih tepat, segera ... apabila kita berharap untuk menghindari perubahan iklim yang radikal dan menghancurkan," katanya.


Paus mencatat tiga poin aksi: pendidikan yang lebih baik mengenai lingkungan, pertanian yang berkelanjutan dan akses ke air bersih, dan menghindari penggunaan bahan bakar fosil.


"Satu cara untuk mendorong perubahan ini adalah mendesak perusahaan untuk segera berkomitmen bagi upaya integral kita, termasuk dengan tidak berinvestasi pada perusahaan yang tidak menjalani parameter ini... dan memberi imbalan pada perusahaan yang menjalaninya."


Dia mengatakan pandemi telah membuat krisis iklim dan masalah sosial terkait jadi lebih mendesak.


"Sistem ekonomi sekarang ini tidak berkelanjutan. Kita dihadapkan pada imperatif moral... untuk mempertimbangkan ulang berbagai hal," katanya.


Pada Juni, sebuah dokumen Vatikan mendesak umat Katolik untuk tidak berinvestasi dalam industri senjata dan bahan bakar fosil, dan untuk mengawasi dampak lingkungan yang dilakukan perusahaan-perusahaan dalam berbagai sektor seperti pertambangan.


Pembicara dan aktivis lain dalam acara daring itu termasuk aktris Jane Fonda, Pangeran William, mantan Wakil Presiden AS Al Gore dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (YK/VOA)

Kamis, 24 September 2020

Paus Serukan Pemimpin Dunia Mengingat Kalangan Menengah ke Bawah di Tengah Pandemi

Paus Serukan Pemimpin Dunia Mengingat Kalangan Menengah ke Bawah di Tengah Pandemi
Paus Fransiskus menyapa masyarakat umum di Vatikan dalam audiensi mingguan hari Rabu (23/9).


BorneoTribun - Paus Fransiskus hari Rabu (23/9) kembali menggunakan misa mingguannya di Vatikan untuk membahas pandemi COVID-19 dan mendesak para pemimpin dunia untuk mengingat semua lapisan masyarakat ketika mereka memerangi virus corona dan bekerja untuk membangun kembali ekonomi dunia.


Berbicara di hadapan umat yang mengenakan masker di halaman Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan setiap orang memiliki kontribusi ketika dunia berusaha keluar dari krisis ini. Tetapi ia mengatakan para pemimpin masyarakat harus menghormati dan mendukung "kalangan masyarakat menengah atau bawah".


Ia menambahkan, perusahaan multinasional dan farmasi tidak memiliki jawaban sepenuhnya.


"Perusahaan-perusahaan keuangan terbesar lebih didengar daripada orang-orang biasa atau orang-orang yang benar-benar menggerakkan ekonomi. Perusahaan multinasional lebih didengar daripada gerakan sosial. Dengan kata lain mereka lebih mendengar yang kuat daripada yang lemah,” kata Fransiskus aas dilansir dari voaindonesia.com.


Paus menyerukan pemikiran ulang yang inklusif tentang struktur ekonomi, sosial dan politik ekonomi global yang menurutnya telah menunjukkan kelemahan selama krisis kesehatan ini.


Paus Fransiskus sejak lama menekankan perlunya melibatkan kelompok masyarakat yang paling marjinal - pribumi, orang miskin dan orang tua dalam membuat keputusan mengenai masa depan mereka sendiri.


"Mari kita pikirkan tentang obat untuk virus ini ; perusahaan-perusahaan farmasi besar didengarkan lebih banyak daripada petugas kesehatan yang dipekerjakan di garis depan di rumah sakit atau di kamp pengungsian. Ini bukan jalan yang baik," kata Paus.


Paus Fransiskus minggu depan diperkirakan akan merilis pesan-pesan kepada seluruh gereja mengenai persaudaraan dan solidaritas di dunia pasca-COVID. (YK/VOA)

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno