Berita Borneotribun.com: Spanyol Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Spanyol. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Spanyol. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Februari 2021

Demo Menentang Vonis Penjara Rapper Spanyol Masuk Malam Kelima

Seorang demonstran membakar sepeda motor dalam unjuk rasa memprotes penahanan penyanyi rap Pablo Hasél di Barcelona, Spanyol, Sabtu, 20 Februari 2021.

BorneoTribun Spanyol -- Para demonstran melemparkan botol-botol ke arah polisi, membakar benda-benda, dan menghancurkan toko-toko di Barcelona pada Sabtu (20/2), hari kelima bentrokan yang dipicu vonis hukuman penjara seorang penyanyi rap. Dia dihukum karena memuja-muja terorisme dan menghina kerajaan dalam lagu-lagunya.

Pablo Hasel, yang dikenal lewat lagu-lagu rap yang menentang pemerintah, dijatuhi vonis hukuman penjara sembilan bulan. Hukuman itu memicu perdebatan mengenai kebebasan berpendapat di Spanyol serta protes-protes yang seringkali diwarnai kekerasan.

Para demonstran melempari polisi dengan batu dan benda lain. Polisi regional Catalan lewat Twitter mengatakan bahwa polisi membalas dengan semprotan busa untuk membubarkan massa.

Polisi mengatakan sekitar 6.000 pengunjuk rasa berkumpul di Kota Catalan. Para demonstran menyerang toko-toko di jalan paling bergengsi di Barcelona, Passeig de Gracia. Sementara harian El Pais melaporkan bahwa yang lainnya menghancurkan jendela-jendela di gedung konser Palau de la Musica.

Menurut polisi, dua orang ditangkap di Barcelona.

Sebuah unjuk rasa di Madrid berlangsung damai, tapi di Kota Pamplona dan Lleida di sebelah utara, polisi mendakwa sejumlah demonstran. [vm/ft]

Oleh: VOA Indonesisa

Senin, 01 Februari 2021

Gejala Baru, Ratusan Pasien Covid-19 di Spanyol Keluhkan Lidah Bengkak

Ilustrasi lidah bengkak tidak rata seperti sariawan (Nuno-Gonzalez et al/British Journal of Dermatology)

BorneoTribun | Spanyol - Sebanyak 666 pasien Covid-19 di Spanyol mengeluhkan gejala baru. Lidah mereka bengkak tidak rata sehingga mirip sariawan. Menurut penelitian terbaru, para peneliti menemukan bahwa 1 dari 4 pasien Covid-19 memperhatikan perubahan pada lidah mereka.

Gejala itu termasuk pembengkakan, luka, benjolan di permukaan lidah, lekukan, dan atau bercak yang berubah warna. Sebagian kecil pasien juga melaporkan sensasi terbakar di mulut mereka. Dilansir dari Science Alert, Minggu (31/1), penemuan ini berdasarkan pengamatan dari 666 pasien Covid-19. Mereka juga mengalami pneumonia ringan atau sedang di sebuah rumah sakit lapangan di Spanyol.

Gejala-gejala tersebut sering dikombinasikan dengan pasien yang kehilangan indera perasa atau kehilangan bau. Belum jelas apakah gejala ini bisa meluas. Karena pasien yang termasuk dalam penelitian ini memiliki kasus infeksi sedang. Para peneliti tidak yakin apakah gejala ini yang dijuluki “lidah Covid” mungkin juga memengaruhi parah atau hanya pasien ringan.

Meski infeksi virus Korona diketahui menyebabkan gejala di mulut dan lidah, belum banyak data tentang fenomena ini pada pasien Covid-19. Penemuan baru ini dipresentasikan pada 26 Januari kemarin. Dan pertama kali dipublikasikan pada September tahun lalu di British Journal of Dermatology.

Studi ini juga menemukan bahwa sekitar 40 persen pasien mengalami masalah kulit di telapak tangan atau telapak kaki mereka. Ini termasuk sensasi terbakar, kemerahan, kulit mengelupas, dan benjolan kecil. Sekitar 1 dari 10 pasien mengalami ruam.

Penelitian sebelumnya juga menemukan infeksi virus Korona dapat memengaruhi tangan, kaki, dan kulit. Pada Mei tahun lalu, ahli kulit melaporkan pasien dengan jari kaki merah, bengkak, dan ruam yang terkait dengan Covid-19.

Para ilmuwan juga tidak sepenuhnya memahami kapan jenis gejala ini cenderung muncul. Jadi pada saat ini, sulit untuk mengetahui apakah mereka dapat membantu memprediksi kasus yang lebih parah atau Covid-19 berkepanjangan. (YK/Jawapos/EP/MH)

Sabtu, 19 Desember 2020

Parlemen Spanyol Loloskan RUU untuk Izinkan Eutanasia

Para pengunjuk rasa memprotes legislasi yang mengesahkan eutanasia di Spanyol, di luar Parlemen Spanyol, di Madrid, 17 Desember 2020.

Borneo Tribun | Spanyol - Para anggota parlemen di Spanyol, Kamis (17/12), menyetujui sebuah rancangan undang-undang (RUU) yang akan mengizinkan orang untuk mengakhiri hidup kalau mereka menderita sakit yang serius atau tidak bisa disembuhkan.

Parlemen spanyol menyetujui RUU itu di tengah protes kelompok konservatif.

RUU ini masih harus disetujui Senat, lolos dengan selisih 198 lawan 138, di tengah-tengah oposisi kuat dari Partai Rakyat yang konservatif, pendukung mereka dan juga kelompok-kelompok keagamaan.

Banyak para pedemo yang berkumpul di luar gedung parlemen, Kamis (17/12), memegang poster-poster yang bertuliskan “Pemerintah Kematian.”

Pemimpin Vox, sebuah kelompok ekstrem kanan, Santiago Abascal mengatakan, “UU eutanasia ini merupakan kekalahan dari peradaban dan kemenangan untuk budaya mati.”

Namun, Menteri Kesehatan Spanyol Salvador Illa mengatakan, masyarakat tidak bisa tetap pasif ketika dihadapkan pada sakit yang tidak bisa ditoleransi yang diderita oleh banyak orang.

Eutanasia adalah proses mengakhiri kehidupan pasien secara sengaja tanpa menimbulkan rasa sakit kalau pasien menderita sebuah sakit yang tidak bisa disembuhkan dan menderita rasa sakit atau berada dalam kondisi koma tanpa kemungkinan pemulihan kesadaran.

Praktik ini ilegal di kebanyakan negara, tetapi telah dipertimbangkan dan diterima di beberapa negara Uni Eropa. Seandainya Senat meloloskannya, Spanyol akan menjadi negara Eropa keempat yang mengizinkan orang mengakhiri hidup mereka karena pertimbangan kondisi medis mereka. Luksemburg, Belanda, dan Belga sudah mengizinkan praktik eutanasia. [jm/pp]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno