Berita Borneotribun.com: Taiwan Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Taiwan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Taiwan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 04 Mei 2021

Taiwan Selidiki Pembelot dari China

Taiwan Selidiki Pembelot dari China
Seorang turis (kanan) berjalan melewati mural yang dilukis di dinding di Kepulauan Kinmen Taiwan, yang terletak hanya 3,2 km (dua mil) dari pantai China daratan (di latar belakang) di Selat Taiwan, 21 Oktober 2020. (Foto: AFP)

BorneoTribun Taiwan -- Menteri pertahanan Taiwan, Senin (3/5), mengatakan pihak berwenang sedang menyelidiki kebenaran pengakuan seorang pria dari China daratan yang berhasil menyeberangi Selat Taiwan dengan perahu karet dalam upaya untuk mencari perlindungan politik.

Pada hari Sabtu (1/3), polisi mengatakan seorang pria bermarga Zhou telah ditahan di pelabuhan kota Taichung setelah penduduk setempat menemukannya di dekat tanggul dan mengatakan ia berperilaku mencurigakan.

Polisi mengatakan pria itu memberi tahu mereka bahwa ia telah melakukan perjalanan dari Fujian di pantai tenggara China dengan perahu karet yang dilengkapi dengan motor tempel dan 90 liter bahan bakar.

Pria itu mengatakan ia ingin pindah ke Taiwan untuk mencari kebebasan dan demokrasi, kata polisi.

Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng mengatakan kelemahan pengawasan Selat Taiwan kini sedang diselidiki karena perjalanan pria itu.

"Kami akan menghubungi penjaga pantai, kami akan saling memberi tahu bila ada masalah, untuk mengetahui penyebabnya dan melakukan perbaikan," kata Chiu kepada wartawan, Senin (3/5).

Selat Taiwan adalah salah satu perairan dengan pengawasan paling ketat di dunia.

China yang otoriter memandang Taiwan yang berpemerintahan sendiri dan demokratis sebagai wilayahnya dan telah bersumpah suatu hari akan merebutnya, dengan kekerasan jika perlu.

Kapal-kapal angkatan laut dan penjaga pantai dari kedua sisi mengawasi selat sepanjang 180 kilometer itu dengan saksama.

Meskipun peristiwa pembelotan antara kedua belah pihak sudah pernah terjadi sebelumnya, perjalanan melintasi selat itu jarang terjadi, terutama mengingat Taipei menguasai beberapa pulau yang hanya beberapa mil dari garis pantai China. Beberapa warga negara China yang membelot lebih memilih terbang ke Taiwan untuk meminta perlindungan.

Cuaca di selat Taiwan juga terkenal sulit diprediksi dan mencari perlindungan di Taiwan adalah taktik yang berisiko.

Taiwan tidak mengenal konsep suaka, dan sebagian alasannya karena takut disusupi oleh agen-agen China dan juga karena ingin mencegah arus masuk selama masa krisis.

Para imigran ilegal dari China telah dipulangkan, tetapi Taipei terkadang menutup mata terhadap para pembangkang.

Selama bertahun-tahun beberapa pengungsi China diam-diam diberikan izin untuk tinggal, sementara Taiwan juga menyambut warga Hong Kong yang mencoba melarikan diri dari tindakan keras Beijing di pusat keuangan Asia yang sedang resah itu. [ab/uh]

Oleh: VOA

Jumat, 30 April 2021

Menlu Taiwan: China Tampaknya Sedang Menyiapkan ‘Serangan’

Menlu Taiwan: China Tampaknya Sedang Menyiapkan ‘Serangan’
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu di Taipei, Taiwan, 7 April 2021. (AP Photo/Wu Taijing)

BorneoTribun Taiwan -- Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu, Kamis (29/4) mengatakan bahwa China tampaknya sedang mempersiapkan “serangan militer akhir’ terhadap Taiwan.

“Mereka telah melakukan kampanye disinformasi, perang hibrida dan baru-baru ini meningkatkan aktivitas agresif mereka terhadap Taiwan. Semua ini tampaknya adalah persiapan bagi serangan militer akhir mereka terhadap Taiwan,” kata Joseph Wu dalam wawancaranya dengan Sky News.

“Ini negara kami, ini rakyat kami dan ini cara hidup kami,” tegasnya.

Wu menambahkan bahwa pulau berpemerintahan sendiri itu akan membela diri “hingga akhir.”

Pesawat militer China hampir setiap hari masuk ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan belakangan ini, dengan April mencatat rekor penerbangan terbanyak.

China mengklaim Taiwan sebagai teritorinya dan telah bertekad untuk menguasainya secara damai atau dengan paksaan. [uh/ab]

Oleh: VOA

Kamis, 15 April 2021

Tiga Mantan Pejabat AS Bertolak ke Taiwan, di Tengah Ketegangan dengan China

Tiga Mantan Pejabat AS Bertolak ke Taiwan, di Tengah Ketegangan dengan China
Dari kiri, mantan senator AS Chris Dodd, disambut oleh Brant Christensen direktur American Institute di Taiwan (tengah) dan Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu (kanan) setibanya di Taipei, Taiwan, Rabu, 14 April 2021. (Pool Photo via AP)

BorneoTribun Amerika -- Tiga veteran pembuat kebijakan AS dijadwalkan tiba di Taiwan hari Rabu (14/4), sementara ketegangan meningkat antara pulau berpemerintahan sendiri itu dan China.

Mantan senator Christopher Dodd dan mantan deputi menteri luar negeri, James Steinberg dan Richard Armitage termasuk bagian dari delegasi tidak resmi yang mengunjungi Taipei atas nama Presiden Joe Biden untuk menunjukkan dukungan bagi Taiwan dan demokrasinya, kata para pejabat senior.

Reuters menyatakan ketiga mantan pejabat AS itu akan bertemu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada hari Kamis.

Kunjungan itu berlangsung sementara China meningkatkan kehadiran militernya di dekat Taiwan, termasuk banyak manuver angkatan laut dan udara. 

Kementerian pertahanan Taiwan Senin lalu menyatakan 25 pesawat tempur China memasuki zona pertahanan udara Taiwan di perbatasan selatannya, yang mencakup 15 jet tempur, empat bomber, dua pesawat perang antikapal selam dan satu pesawat pemberi peringatan dini.

Taiwan telah menanggapi sikap China yang kian agresif dengan memperkuat arsenal militernya sendiri, yang mencakup kapal transport amfibi baru berbobot 10 ribu ton yang diluncurkan Selasa di kota pelabuhan selatan Kaohsiung.

Beijing menganggap pulau itu sebagai bagian dari teritorinya meskipun Taiwan telah berpemerintahan sendiri sejak berakhirnya perang saudara China tahun 1949, sewaktu pasukan Nasionalis pimpinan Ching Kai-shek diusir keluar China daratan oleh pasukan Komunis pimpinan Mao Zedong. 

China telah bertekad akan membawa kembali pulau itu di bawah kendalinya dengan semua cara yang diperlukan, termasuk pengambilalihan oleh militer.

Washington secara resmi mengalihkan hubungan diplomatik resmi dari Taipei ke Beijing pada tahun 1979, tetapi pemerintahan mantan presiden Donald Trump telah membuat China berang karena semakin merangkul Taiwan, baik secara diplomatik maupun militer, setelah mulai menjabat pada tahun 2017 dan selama empat tahun masa jabatannya. [uh/ab]

Oleh: VOA

Minggu, 11 April 2021

AS Keluarkan Pedoman Baru untuk Interaksi dengan Taiwan

AS Keluarkan Pedoman Baru untuk Interaksi dengan Taiwan
Bendera Taiwan dan AS di tempat pertemuan antara legislator AS dan Taiwan di Taipei, Taiwan 27 Maret 2018. (Foto: Reuters)

BorneoTribun Amerika, Internasional -- Departemen Luar Negeri Amerika merilis pedoman baru untuk interaksi pemerintah dengan Taiwan guna mendorong kontak yang lebih dekat dan memperdalam hubungan tidak resmi antara kedua negara demokrasi, di tengah meningkatnya agresi China di wilayah tersebut.

Pernyataan itu hanya berbicara secara umum tentang pedoman itu, yang diedarkan di antara departemen-departemen pemerintah tetapi tidak dirilis ke publik. Taiwan menyambut baik pengumuman itu.

“Kami menyambut baik dorongan tersebut. Menunggu kesempatan untuk menggunakan peluang baru untuk bekerja sama guna memperdalam hubungan," tulis utusan Taiwan untuk Amerika di Twitter.

Kerja sama Amerika dan Taiwan semakin berkembang dalam bidang kesehatan global, ekonomi, dan keamanan regional. Bulan lalu, Amerika dan Taiwan menandatangani kesepakatan kerja sama penjaga pantai.

Departemen Luar Negeri menilai pedoman itu konsisten dengan kebijakan "satu China." Dikatakan bahwa meliberalisasi kontak dengan Taiwan konsisten dengan Taiwan Relations Act dan pernyataan kebijakan lain yang dikenal sebagai tiga Komunike Bersama Amerika-China dan Enam Jaminan. Amerika telah lama menyatakan bahwa kebijakan "Satu China" yang dijunjungnya "berbeda" dari prinsip "Satu China." Amerika tidak pernah mendukung klaim kedaulatan Partai Komunis China atas Taiwan.

Pedoman baru dikeluarkan sewaktu Kongres Amerika memperkenalkan undang-undang guna mengekang pengaruh global China yang semakin meluas. Usul bipartisan "Undang-Undang Persaingan Strategis 2021" menyatakan bahwa tidak boleh ada pembatasan terhadap interaksi pejabat Amerika dengan mitra mereka dari Taiwan. [ka/ah]

Oleh: VOA

Kamis, 08 April 2021

Menteri luar negeri Taiwan ungkap China Kirim Sinyal Tak Jelas ke Pulau yang Diklaim

Menteri luar negeri Taiwan ungkap China Kirim Sinyal Tak Jelas ke Pulau yang Diklaim
Menlu Taiwan Joseph Wu dalam konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri di Taipei, 7 April 2021. (AP Photo/Wu Taijing)

BorneoTribun Taiwan, Internasional -- Menteri luar negeri Taiwan mengatakan, Rabu (7/4), upaya China untuk melakukan konsiliasi dan intimidasi militer mengirimkan sinyal tidak jelas ke orang-orang di pulau yang diklaim China sebagai wilayahnya sendiri itu melalui jalan damai atau kekerasan.

Joseph Wu mencatat China menerbangkan 10 pesawat tempur ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan Senin lalu, dan baru-baru ini mengerahkan kelompok tempur dari kapal induknya untuk latihan di perairan dekat pulau itu, sementara Beijing juga menyatakan keprihatinan atas kecelakaan kereta api di Taiwan pekan lalu yang menewaskan 50 orang.

“Di satu sisi mereka ingin memikat rakyat Taiwan dengan mengirimkan ucapan belasungkawa tetapi di saat yang sama mereka juga mengirimkan pesawat militer dan kapal militer mereka lebih dekat ke Taiwan dengan tujuan untuk mengintimidasi rakyat Taiwan," kata Wu kepada wartawan pada sebuah konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri.

“China mengirimkan sinyal yang sangat tidak jelas ke Taiwan dan saya menggolongkannya sebagai sikap yang merugikan diri sendiri," imbuhnya.

China tidak mengakui pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis, dan pemimpin China Xi Jinping mengatakan “penyatuan'' antara kedua belah pihak tidak dapat ditunda tanpa batas waktu.

Peningkatan besar kemampuan militer China dan peningkatan aktivitasnya di sekitar Taiwan telah menimbulkan kekhawatiran di AS, yang secara hukum terikat untuk memastikan Taiwan mampu mempertahankan diri dan menganggap semua ancaman terhadap keamanan pulau itu sebagai masalah keprihatinan serius.

Militer China, Senin (5/2), mengatakan bahwa latihan angkatan lautnya baru-baru ini dimaksudkan untuk membantu negara itu menjaga kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan nasionalnya -- istilah yang sering ditafsirkan sebagai peringatan kepada para pemimpin Taiwan yang menolak untuk menyerah pada tuntutan Beijing agar mengakui pulau itu sebagai bagian dari wilayah China.

Taiwan dan China terpisah di tengah perang saudara pada 1949, dan sebagian besar rakyat Taiwan mendukung status kemerdekaan de facto saat ini sementara menjalin kerja sama ekonomi yang kuat dengan China daratan.

China juga berusaha menciptakan integrasi ekonomi yang lebih besar, sementara juga menarget beberapa komunitas, seperti petani nanas, dengan harapan dapat melemahkan dukungan mereka terhadap pemerintah pulau itu.

Tekanan diplomatik China juga meningkat sehingga mengurangi jumlah sekutu diplomatik resmi Taiwan menjadi hanya 15 dan menutup perwakilannya dari Majelis Kesehatan Dunia dan forum-forum internasional besar lainnya. [ab/uh]

Oleh: VOA

Taiwan Bilang akan Berjuang Sampai Akhir Jika China Menyerang

Taiwan Bilang akan Berjuang Sampai Akhir Jika China Menyerang
Sebuah jet tempur RF-16 menjatuhkan suar selama latihan militer Han Kuang, yang mensimulasikan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang menyerang pulau itu, di Pingtung, Taiwan, 30 Mei 2019. (Foto: REUTERS/Tyrone Siu)

BorneoTribun Taiwan, Internasional -- Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu, Rabu (7/4), menegaskan negaranya akan berjuang sampai akhir jika China menyerang. Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat melihat bahaya yang mungkin terjadi di tengah meningkatnya tekanan militer China, termasuk latihan kapal induk, di dekat pulau itu.

Taiwan, yang diklaim China, telah mengeluhkan aktivitas militer Beijing yang berulang kali dalam beberapa bulan terakhir. 

Angkatan Udara China hampir setiap hari memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. Beijing, Senin (5/4), mengatakan sebuah kelompok kapal induk sedang berlatih di dekat pulau itu.

"Dari pemahaman saya yang terbatas tentang para pembuat keputusan Amerika yang mengamati perkembangan di wilayah ini, mereka dengan jelas melihat bahaya kemungkinan China melancarkan serangan terhadap Taiwan," kata Joseph Wu kepada wartawan di kementeriannya, sebagaimana dilansir dari Reuters, Rabu (7/4).

“Kami bersedia membela diri tanpa ragu dan kami akan berperang jika kami perlu berperang. Dan jika kami harus mempertahankan diri kami sendiri sampai hari terakhir, kami akan membela diri kami hingga hari paling akhir,” tegasnya.

Washington, pendukung dan pemasok senjata internasional terpenting Taiwan, telah mendorong Taipei untuk memodernisasi militernya sehingga bisa menjadi seperti "landak” yang sulit diserang China.

Wu mengatakan mereka bertekad untuk meningkatkan kemampuan militer mereka dan membelanjakan lebih banyak anggaran untuk pertahanan.

“Pertahanan Taiwan adalah tanggung jawab kami. Kami akan mencoba segala cara yang kami bisa untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kami.”

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan di kesempatan terpisah bahwa bulan ini, mereka akan menjalankan latihan perang selama delapan hari dengan bantuan komputer tentang penyerangan China ke Taiwan. Hal ini akan menjadi fase pertama latihan militar tahunan terbesar Taiwan, yang disebut latihan militer Han Kuang.

Fase kedua, termasuk latihan tembak-menembak langsung, yang akan dilakukan Juli.

"Latihan tersebut dirancang berdasarkan ancaman musuh terberat, yang menyimulasikan semua kemungkinan skenario invasi musuh di Taiwan," kata Mayor Jenderal Liu Yu-Ping kepada wartawan.

Fase kedua dari latihan perang Taiwan itu akan mencakup mobilisasi sekitar 8.000 tentara cadangan untuk mengikuti latihan tembak-menembak, latihan anti-pendaratan, dan rumah sakit mengadakan latihan untuk menangani korban dalam jumlah besar.

Ditanya apakah kedutaan de facto Washington, Institut Amerika di Taiwan, akan mengirim perwakilan ke Latihan tersebut, Liu mengatakan rencana seperti itu telah "dibahas" tetapi "tidak akan dilaksanakan", dengan alasan sensitivitas militer.

Berbicara di parlemen, Wakil Menteri Pertahanan Chang Che-ping mengatakan pergerakan kapal induk China dimonitor dengan seksama, dan latihan tersebut dilakukan secara rutin. [ah/au/ft]

Oleh: VOA

Senin, 05 April 2021

Menteri Transportasi Taiwan Lin Chia-lung Bertanggung Jawab atas Kecelakaan Kereta

Menteri Transportasi Taiwan Lin Chia-lung Bertanggung Jawab atas Kecelakaan Kereta
Tim penyelamat bekerja di lokasi setelah kereta tergelincir di terowongan di utara Hualien, Taiwan 2 April 2021. (Foto: REUTERS/Ann Wang)

BorneoTribun Taiwan, Internasional -- Menteri Transportasi Taiwan Lin Chia-lung, Minggu (4/4), mengatakan dia tidak akan mengabaikan tanggung jawab atas kecelakaan kereta api yang mematikan. 

Ia mengajukan tawaran untuk mengundurkan diri, tetapi ditolak oleh Perdana Menteri Su Tseng-chang.

Dalam kecelakaan kereta api terparah yang terjadi dalam tujuh dekade terakhir di pulau itu, 51 orang dipastikan tewas. 

Insiden nahas tersebut terjadi ketika sebuah kereta ekspres menabrak sebuah truk di dekat kota timur Hualien pada hari Jumat (2/4), menyebabkannya tergelincir dan bagian depannya ringsek.

Berbicara di lokasi kecelakaan, Lin Chia-lung mengatakan dia tidak akan "menghindari" tanggung jawab.

“Saya juga bertugas meminimalkan kerusakan yang diakibatkan oleh keseluruhan kecelakaan. Setelah seluruh pekerjaan penyelamatan selesai, saya yakin saya akan bertanggung jawab,” katanya.

Reuters, Minggu (4/4), melaporkan kantor Perdana Menteri Su Tseng-chang mengatakan Lin telah membuat tawaran lisan untuk mengundurkan diri pada hari Sabtu (3/4). 

Namun, Su menolaknya untuk saat ini karena upaya yang dilakukan harus fokus pada upaya penyelamatan dan pemulihan.

Truk yang ditabrak kereta meluncur di jalan yang landai menuju rel tepat di luar terowongan. Pejabat sedang menyelidiki manajer lokasi konstruksi, Lee Yi-hsiang, yang truknya diduga tidak mengerem dengan benar.

Lee telah dibebaskan dengan jaminan, meskipun pengadilan tinggi cabang Hualien pada hari Minggu (4/4) membatalkan keputusan itu setelah jaksa mengajukan banding, mengirim kasus itu kembali ke pengadilan yang lebih rendah. [ah]

Oleh: VOA

Jumat, 02 April 2021

Kereta Api Tabrak Truk, 36 orang Tewas dan 70 lainnya terperangkap di Terowongan

Kereta Api Tabrak Truk, 36 orang Tewas dan 70 lainnya terperangkap di Terowongan
Para penumpang berjalan di samping kereta yang anjlok di terowongan di utara Hualien, Taiwan, 2 April 2021. (Foto: Dinas Pemadam Kebakaran Nasional Taiwan via Reuters)

BORNEOTRIBUN TAIPEI, TAIWAN -- Sedikitnya 36 orang tewas dan sekitar 70 lainnya masih terperangkap di reruntuhan setelah sebuah kereta api anjlok di sebuah terowongan di Taiwan, karena menabrak sebuah truk, Jumat (2/4).

Peristiwa nahas yang juga melukai lebih dari 40 penumpang adalah kecelakaan kereta terparah di pulau itu setidaknya dalam empat dekade terakhir.

Kereta api tersebut adalah kereta ekspres dari Taipei, Ibu Kota Taiwan, ke Taitung. Dinas Kebakaran Taiwan mengatakan, seperti dikutip Reuters, kereta yang membawa banyak turis dan orang-orang yang mudik untuk menikmati libur akhir pekan panjang, anjlok di utara Hualien, di bagian timur Taiwan.

Gambar-gambar dari lokasi kecelakaan menunjukkan gerbong-gerbong di dalam terowongan terbelah akibat benturan, sementara beberapa bagian lainnya ringsek hingga menghalangi proses evakuasi penumpang.

Dinas Pemadam Kebakaran mengatakan kereta itu membawa sekitar 350 orang. Media Taiwan melaporkan banyak penumpang yang berdiri di dalam gerbong karena kereta itu sangat penuh. Mereka kemudian terlempar ketika tabrakan terjadi.

Tangkapan layar dari video yang dirilis oleh hasnews.com.tw, tampak seorang penumpang (tengah) sedang dibantu naik ke atas kereta yang anjlok di terowongan Hualien, di bagian timur Taiwan, Jumat, 12 April 2021. (Foto: hsnews.com.tw via AP)

Lebih dari 40 orang telah dibawa ke rumah sakit dan korban yang terluka sedang dalam proses dibawa ke rumah sakit. Sedangkan masih ada sekitar 70 orang yang dilaporkan terjebak di gerbong-gerbong kereta.

Foto yang dirilis oleh Dinas Pemadam Kebakaran Taiwan tampak sejumlah kendaraan penyelamat dekat lokasi kecelakaan kereta di Toroko Gorge, di Hualien, sebelah timur Taiwan, Jumat, 2 April 2021. (Foto: National Fire Agency Department via AP)

Dinas itu mengatakan antara 80 hingga 100 orang berhasil dievakuasi dari empat gerbong pertama kereta, sementara gerbong lima hingga delapan telah "berubah bentuk" dan sulit diakses.

Kantor berita pemerintah, Central News Agency, mengatakan sebuah truk yang "tidak diparkir dengan benar" diduga meluncur ke jalur kereta. Dinas Pemadam Kebakaran menunjukkan gambar yang terlihat seperti puing-puing truk yang tergeletak di samping kereta yang tergelincir.

"Kereta api kami menabrak truk," kata seorang pria dalam sebuah video yang disiarkan di televisi Taiwan, menunjukkan gambar-gambar reruntuhan itu. "Truk itu jatuh."

Sebagian dari rangkaian gerbong kereta api tergeletak di luar terowongan. Dinas Kereta api Taiwan mengatakan para penumpang yang berada di gerbong yang masih di dalam terowongan dibawa ke tempat aman.

Gambar menunjukkan seorang penumpang yang terluka, dengan kepala dan leher yang dipasang penyangga, ditandu keluar dari lokasi kecelakaan. Para penumpang lainnya mengumpulkan koper dan tas dari gerbong kereta yang miring dan anjlok, dan lainnya berjalan di sepanjang rel yang dipenuhi puing-puing.

Pesisir timur pegunungan Taiwan adalah tujuan wisata yang populer, dan jalur kereta api dari Taipei ke pesisir timur terkenal dengan terowongan dan rutenya yang melingkari pantai di utara Hualien, tempat kecelakaan itu terjadi.

Jalur yang menghubungkan Taipei dengan Hualien baru dibuka pada 1979.

Pada 2018, 18 orang tewas dan 175 lainnya luka-luka ketika sebuah kereta tergelincir di timur laut Taiwan. Pada 1981, 30 orang tewas dalam tabrakan di Taiwan utara. [ah/ft/voa indonesia]

Selasa, 30 Maret 2021

Siaga Perang, Taiwan Bentengi Pulau Terbesar di Laut Cina Selatan

Sebuah kapal Penjaga Pantai Taiwan (kiri) dan kapal kargo ikut serta dalam latihan pencarian dan penyelamatan di lepas pantai pulau Taiping di Laut Cina Selatan, 29 November 2016. (AP Photo/Johnson Lai)

BorneoTribun Internasional -- Militer Taiwan meningkatkan latihan pasukan dan menambah persenjataan pertahanan di pulau terbesar di Laut Cina Selatan yang disengketakan. Analis percaya bahwa mereka mempersiapkan kemungkinan serangan oleh China.

Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng mengatakan kepada parlemen pada 17 Maret bahwa China "mampu" menyerang dan bahwa dia ingin Pulau Taiping "selalu siap setiap saat," kata laporan media lokal. Ia mengacu pada pulau yang berpenduduk jarang di kepulauan Spratly, 1.500 kilometer barat daya Taiwan dan disengketakan oleh lima pemerintah lain, termasuk China.

"Itu jelas menandakan bahwa Taipei prihatin dan menanggapi ambisi, pernyataan, dan tindakan China - menegaskan kembali bahwa Beijing sungguh-sungguh bermaksud (merebut) pulau itu," kata Fabrizio Bozzato, peneliti senior di Ocean Policy Research Institute, Sasakawa Peace Foundation, yang berbasis di Tokyo.

China membuat Taiwan khawatir sejak pertengahan 2020 karena mengerahkan pesawat militer hampir setiap hari ke sudut zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. Pada Jumat, kementerian pertahanan melihat 20 pesawat, jumlah yang sangat tinggi. China telah menambah hanggar dan sistem radar di tujuh pulau kecil miliknya di rantai kepulauan Spratly dalam dekade terakhir.

Pulau Taiping, pos terdepan yang juga dikenal sebagai Itu Aba, akan lebih mudah diambil China dibandingkan dengan Taiwan karena luasnya hanya 46 hektar, menurut beberapa analis. Bentuk lahan tropis itu mendukung jalur udara, dermaga dan rumah sakit kecil.

Pulau Itu Aba, (disebut Taiping oleh Taiwan), di Laut Cina Selatan, 29 November 2016. (REUTERS)

Untuk "membuat tegang dan menguras awak udara dan pelaut Taiwan" dan "memperburuk" warga Taiwan, China dapat "menunjukkan kekuatannya dengan menyerang satu atau beberapa pulau lepas pantai yang dikuasai Taiwan" termasuk Taiping, kata organisasi penelitian Council on Foreign Affairs dalam laporan khusus bulan lalu.

Pemerintah China mengklaim Taiwan yang berpemerintahan sendiri sebagai bagian wilayahnya, masalah sisa dari perang saudara tahun 1940-an, dan tidak mengesampingkan penggunaan militer untuk menyatukan kedua pihak. [ka/ab]

Oleh: VOA Indonesia

Rabu, 10 Februari 2021

Taiwan Prihatin dengan Kehadiran Militer China

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (tengah) berbicara di depan jet tempur pertahanan (IDF) F-CK-1 yang diproduksi di dalam negeri selama kunjungannya ke Pangkalan Angkatan Udara Penghu di Pulau Magong di Kepulauan Penghu pada 22 September 2020. (Foto: AFP)

BorneoTribun.com - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, Selasa (9/2), bahwa pemerintahannya akan mempertahankan "kontak erat dan sering" dengan AS saat ia menyatakan keprihatinannya tentang pesawat militer China di kawasan Indo-Pasifik.

Tsai membuat pernyataan itu pada pidato Tahun Baru Imlek di kantor kepresidenan di Taipei.

Dalam beberapa pekan terakhir, AS menegaskan kembali dukungannya untuk Taiwan menyusul pengiriman pesawat-pesawat tempur China di dekat pulau itu dalam upaya mengintimidasi pemerintah demokratisnya dan menguji tekad pemerintah kepresidenan Amerika yang baru.

Dalam pidatonya, Selasa (9/2), Tsai mengatakan kehadiran pesawat-pesawat dan kapal-kapal militer AS atas nama kebebasan navigasi mengirimkan pesan yang jelas pada saat keamanan regional ditantang oleh China.

Tsai mengatakan bahwa pesawat-pesawat dan kapal-kapal militer China "sering aktif di ruang laut dan udara di sekitar Taiwan" dan meyakini bahwa "tindakan itu tidak kondusif bagi perdamaian dan stabilitas" di kawasan itu.

Ia juga menegaskan kembali bahwa Taiwan tidak akan mundur ketika menghadapi tekanan dan tidak akan terburu-buru maju ketika menerima dukungan. Menurutnya, praktik itu telah menjadi garis kebijakan Taiwan ketika menangani hubungan lintas selat. [ab/uh]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno