Berita Borneotribun.com: Virus COVID-19 Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Virus COVID-19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Virus COVID-19. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 Januari 2022

Varian Omicron Picu Penurunan Tajam Penjualan Tiket Pesawat

Varian Omicron Picu Penurunan Tajam Penjualan Tiket Pesawat
Ilustrasi. Suasana Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Kamis (23/12/2021).(Sumbe Foto: KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL)

BorneoTribun, Voa Indonesia - Penjualan tiket pesawat turun tajam sejak akhir 2021, kata Persatuan Transportasi Udara Internasional (IATA) hari Rabu (12/1). Mereka menyalahkan pemerintah karena "bereaksi berlebihan" terhadap varian Omicron dengan menutup perbatasan.

IATA yang beranggotakan lebih dari 290 maskapai mengatakan, perjalanan udara internasional perlahan namun pasti pulih dari penutupan massal tahun 2020 dan awal 2021 sebelum varian Omicron yang menular cepat ditemukan pada akhir November.

Penjualan tiket pada November 60,5 persen di bawah tingkat pra-pandemi November 2019, menandai peningkatan dari penurunan 64,8 persen yang tercatat sebulan sebelumnya.

"Sayangnya, pemerintah bereaksi berlebihan terhadap munculnya varian Omicron dan mencoba menutup perbatasan tetapi gagal, dan melakukan tes-tes berlebihan dan karantina terhadap pendatang untuk memperlambat penyebaran," kata presiden IATA Willie Walsh.

Akibatnya kata Walsh, industri itu menghadapi "kuartal pertama yang lebih sulit dari perkiraan." Sebanyak 83 persen anggota IATA adalah maskapai penerbangan udara dunia.

Pada bulan Oktober, IATA memperkirakan kerugian $11,6 miliar pada tahun 2022, turun dari perkiraan $51,8 miliar pada tahun 2021 dan $137,7 miliar pada tahun 2020.

IATA menambahkan pihaknya memperkirakan maskapai penerbangan AS akan meraup keuntungan lagi tahun ini. Tetapi ia mengatakan, maskapai Eropa yang menjalankan lebih banyak penerbangan jarak jauh sehingga lebih terimbas oleh penutupan perbatasan, tidak akan meraup keuntungan. [ps/ka]

Minggu, 27 Juni 2021

Ahli Epidemiologi: Masuknya Varian Delta dari India Mengerikan

Ahli Epidemiologi: Masuknya Varian Delta dari India Mengerikan
Seorang dokter merawat bayi yang dites positif virus corona Covid-19 di sebuah rumah sakit di Bogor pada 23 Juni 2021, ketika tingkat infeksi di Indonesia melonjak dan rumah sakit kebanjiran pasien baru. (Foto: AFP/Aditya Aji)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Ahli Epidemiologi mengakui lonjakan tinggi pengidap COVID-19 di Indonesia per harinya karena masuknya varian Delta dari India. Kecepatan dan masa inkubasi varian baru virus COVID-19 ini mengerikan.

Masuknya varian Delta virus COVID-19 dari India menyebabkan penderita COVID-19 di Indonesia melonjak cepat. Varian Delta yang lebih cepat dan lebih ganas penyebarannya ketimbang varian Alpha mengakibatkan belasan ribu orang terinfeksi pada Rabu (23/6) dan puncaknya Kamis (24/6) tembus 20 ribu penderita.

Karena membeludaknya pasien, sampai-sampai banyak penderita COVID-19 di rumah-rumah sakit ditangani di seleasar dan bahkan hingga ke halaman luar rumah sakit, seperti terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bekasi.

Seorang pasien COVID-19 duduk di atas velbed di tenda sementara di luar ruang gawat darurat rumah sakit pemerintah di Bekasi
Foto: Seorang pasien COVID-19 duduk di atas velbed di tenda sementara di luar ruang gawat darurat rumah sakit pemerintah di Bekasi, 25 Juni 2021. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia Partakusuma mengaku kaget dengan lonjakan yang sangat tinggi pengidap COVID-19.

"Kita kaget juga tiba-tiba jumlah pasien yang datang ke rumah-rumah sakit ini dalam dua tiga hari ini sangat tinggi. Rumah sakit kewalahan untuk menerima karena walaupun fasilitas sudah ditambah, kita membutuhkan proses untuk pemindahan, kita membutuhkan proses untuk menambah SDM (sumber daya manusia), kita juga membutuhkan proses untuk adanya perluasan-perluasan area rumah sakit," kata Lia.

Jadi yang sekarang banyak dilakukan, lanjut Lia, terutama di rumah-rumah sakit di Jawa adalah mendirikan tenda dilengkapi ranjang di luar rumah sakit untuk merawat pasien COVID-19. Sehingga pasien-pasien COVID-19 tidak menunggu antrean terlalu lama di ruang unit gawat darurat (UGD).

Lia mengharapkan pasien COVID-19 bergejala ringan tidak terlalu panik dan sebetulnya tidak perlu ke rumah sakit sehingga rumah sakit tidak kelebihan daya tampung. Dia menyarankan pasien COVID-19 bergejala ringan bisa berkonsultasi dengan dokter lewat telepon selama melakukan isolasi mandiri.

Lia meminta masyarakat berempati kepada tenaga kesehatan yang sudah terlalu sibuk dan repot melayani pasien COVID-19 yang membeludak.

Menurut ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono, sudah terjadi penurunan artifisial atau semu pada Januari lalu, dari rata-rata 15 ribu penderita COVID-19 per hari menjadi lima ribuan orang karena pemerintah kabupaten/kota tidak mau dicap sebagai zona merah (berbahaya) untuk COVID-19.

Penurunan semua kasus COVID-19 pada Januari lalu itu, lanjut Tri karena ada upaya-upaya untuk menunda pelaporan harian, tidak ada pelacakan dan pengetesan yang baik.

Tri mengakui lonjakan tinggi pengidap COVID-19 di Indonesia per harinya karena masuknya varian Delta dari India. Dia menegaskan kecepatan dan masa inkubasi varian baru virus COVID-19 ini mengerikan. Di samping itu, varian Delta juga COVID-19 menyerang semua umur.

Foto: Seorang dokter merawat bayi yang dites positif virus corona Covid-19 di sebuah rumah sakit di Bogor pada 23 Juni 2021, ketika tingkat infeksi di Indonesia melonjak dan rumah sakit kebanjiran pasien baru. (Foto: AFP/Aditya Aji)

"Bayangin, kita berpapasan (dengan penderita COVID-19) dengan jalan cepat saja, mungkin menular. Walaupun berpapasan satu meter, itu dahsyatnya. Dahsyat kedua adalah masa inkubasinya. Masa inkubasi COVID-19 kan 3-7 hari. Dalam tiga hari aja dia (varian Delta) sudah bisa menimbulkan gejala. Ketiga, semua yang terserang varian baru itu minta ampun. Demamnya berbeda, sakitnya berbeda," ujar Tri.

Selain itu, lonjakan tinggi kasus COVID-19 di Indonesia juga dipengaruhi oleh kerapnya terjadi kerumunan saat berbelanja, salat tarawih dan salat Idulfitri, dan kerumunan ketika acara halal bihalal.

Tri menyarankan pemerintah menerapkan karantina wilayah terhadap daerah yang sudah memiliki penderita COVID-19 varian Delta, sehingga tidak menularkan ke wilayah lain.

Penderita COVID-19 varian Delta juga sebaiknya dirawat di lokasi terpisah bukan di rumah sakit bergabung dengan penderita COVID-19 varian Alpha.

Seorang pasien COVID-19 bernapas dengan masker non-rebreather di tenda darurat sebuah rumah sakit di
Foto: Seorang pasien COVID-19 bernapas dengan masker non-rebreather di tenda darurat sebuah rumah sakit di Jakarta, 24 Juni 2021. (Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia merupakan konsekuensi dari kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diambil oleh pemerintah pusat ketimbang karantina wilayah (lockdown) saat pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia Maret tahun lalu.

"Akibat kita memilih PSBB, kemudian COVID-19 awal-awalnya bisa ditangani tetapi dalam perkembangannya sulit untuk dikendalikan lagi. Karena (virus) COVID-19 itu banyak varian kemudian bermutasi. Jadi pilihan PSBB sebenarnya sudah nggak efektif untuk mengatasi penyebaran COVID," tutur Trubus.

Para perawat bersiap untuk merawat pasien COVID-19 di tenda perawatan yang didirikan di sebuah rumah sakit di Jakarta
Foto: Para perawat bersiap untuk merawat pasien COVID-19 di tenda perawatan yang didirikan di sebuah rumah sakit di Jakarta, Kamis, 24 Juni 2021. (Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters)

Menurut Trubus, kedua jenis pilihan kebijakan untuk menangani pandemi COVID-19 tersebut terdapat dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan, yakni pasal 9 tentang karantina wilayah dan pasal 10 mengenai PSBB.

Trubus merasa aneh karena kebijakan PSBB yang sudah terbukti gagal menagatasi penyebaran virus COVID-19 masih dipertahankan dan tidak dievaluasi. Mestinya pemerintah mencari format baru untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang sudah memiliki banyak varian.

Trubus menyarankan pemerintah segera menerapkan karantina wilayah terhadap daerah-daerah yang sudah dimasuki varian Delta COVID-19. Menurutnya, pemerintah daerah harus diberi kewenangan untuk memutuskan sendiri apakah perlu melakukan karantina wilayah atau tidak.

Foto: Seorang pasien COVID-19 terbaring di atas velbed di tenda sementara di luar ruang gawat darurat rumah sakit pemerintah di Bekasi, 25 Juni 2021. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)

Trubus mencontohkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pernah berkali-kali mengajukan rencana untuk menerapkan karantina wilayah tetapi ditolak oleh pemerintah pusat.

Trubus mengakui kesadaran masyarakat memang rendah dalam pelaksanaan protokol kesehatan.

Namun dia menekankan hal itu terjadi karena pemerintah tidak konsisten dalam melaksanakan kebijakannya. Trubus menilai pemerintah tidak tegas dalam memberlakukan protokol kesehatan dan lemahnya penegakan sanksi. [fw/em]

Oleh: VOA

Minggu, 13 Juni 2021

Anggota Zidam dan Satgas Covid banjiri Disinfektan di Kampung Pramuka Desa Anjongan Dalam

Anggota Zidam dan Satgas Covid banjiri Disinfektan di Kampung Pramuka Desa Anjongan Dalam
Anggota Zidam dan Satgas Covid banjiri Disinfektan di Kampung Pramuka Desa Anjongan Dalam

BORNEOTRIBUN MEMPAWAH – Sabtu 12 Juni  2021. Angka Penularan COVID-19 kembali meningkat termasuk di wilayah Kalimantan Barat ini tentunya memacu adrenalin kita sebagai Prajurit TNI AD untuk terus berupaya melakukan hal yang efeketif untuk memutus mata rantai penyebaran Covid 19.

Kepedulian menghadapi Pandemi COVID-19 tidak dapat dihentikan, kita semua harus melakukannya secara terus menerus sampai dengan virus COVID-19 betul betul dinyatakan hilang. 

Banyak hal hal prioritas yang bisa dilakukan yang bisa mencegah penularan, selain kesadaran perorangan untuk menggunakan alat pelindung diri juga harus dilakukan pencegahan tahap ke 2 yaitu penyemprotan disinfektan pada tempat tempat yang banyak digunakan untuk beraktifitas.

Karena banyak orang yang terinfeksi Virus COVID-19 tetapi tanpa gejala kejadian seperti ini yang justru akan membuat orang mengurangi kewaspadaannya.

Kondisi seseorang yang memiliki imun rendah maka akan cepat memberikan gejala demam, batuk maupun hilang penciuman. 

Atas dasar kejadian kejadian tersebut sehingga anggota Zidam Pelda Jemi terus melakukan koordinasi dengan Satgas Covid wilayah untuk berpartisipasi membantu penyemprotan di fasilitas fasilitas umum yang ramai. 

Langkah Pelda Jemi kali ini tertuju di Surau An Nur Kampung Pramuka RT 010 RW 002 Desa Anjungan Dalam Keacamatan Anjongan Kabupaten Mempawah. 

Penyemprotan disinfektan menjadi langkah penting untuk membunuh virus karena virus dapat bertahan cukup lama di tempat tempat seperti besi, kayu dinding dan lain lain. 

Berbekal pengetahuan tersebutlah Pelda Jemi bersama warga dan Satgas Covid untuk bersama sama melakukan penyemprotan disinfektan di Surau An Nur Kampung Pramuka RT 010 RW 002 Desa Anjungan Dengan harapan surau tersebut sudah steril pada saat akan digunakan beraktifitas kembali dengan tetap mengingatkan masyarakat yang menggunakan surau tersebut untuk tetap mamatuhi protokol kesehatan.

 Kegiatan penyemprotan disinfektan ini merupakan kegiatan program rutin yang dilakukan oleh satgas COVID-19 dibantu oleh anggota Zidam dan pemerintah daerah untuk berupaya maksimal menghentikan penyebaran COVID-19. 

(Rinto Andreas)

Rabu, 09 Juni 2021

Bertebaran Masker Di Jalan Pemuda Sampit Kalteng Oleh Anggotan Denziban 2/Palangkaraya

Bertebaran Masker Di Jalan Pemuda Sampit Kalteng Oleh Anggotan Denzibang 2/Palangkaraya
Bertebaran Masker Di Jalan Pemuda Sampit Kalteng Oleh Anggotan Denzibang 2/Palangkaraya.

Sampit, Kalteng –  Waspada dan selalu taati protokol kesehatan menjadi faktor penting untuk menghilangkan Virus COVID-19 di negara Indonesia. 

Dimulai dari  kesadaran tingak kelompok kecil sampai dengan kelompok besar. Demikian disampaikan Komandan Detasemen Zeni Bangunan 2/Palangkaraya Letnan Kolonel Czi Gerald Nusra. 

Pemahaman terhadap karakter Virus COVID-19 harus diketahui oleh setiap orang sehingga setiap orang memiliki gambaran dampak dari bahayanya Virus COVID-19. 

Apabila setiap orang sudah mengetahui cara penyebaran virus COVID-19 maka solusi pencegahan pun akan dapat dilaksanakan.

Hal terpenting yang harus diketahui adalah Virus COVID-19 akan menyebar melalui Droplet yaitu cairan yang keluar dari mulut dan ukurannya sangat kecil. 

Cairan tersebut akan menjadi sangat cepat terbang apabila terkena angin. Berangkat dari hal tersebut Anggota Zidam yang berada di wilayah Denzibang 2 /Palangkaraya Serda Rekson melihat kemungkinan kemungkina yang rawan menjadi Penyebaran COVID-19.

Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat menggunakan masker dijalan menjadi awal Serda Rekson akan menegakkan protokol kesehatan. 

Adanya hal tersebut Serda Rekson mulai mengamati aktifitas di Jalan Pemuda Sampit yang masih minimya penggunaan masker sehingga Serda Rekson bertahap untuk mensosialisasikan tentang penyebaran COVID-19 dan membagikan  masker sebagai langkah awal pencegahan. 

Harapan terbesar dari kegiatan tersebut adalah berkurangnya angka penyebaran Virus COVID-19 sehingga aktivitas masyarakat dapat kembali normal. (Rinto Andreas)

Selasa, 08 Juni 2021

Zidam xii/tpr bersama satgas Covid ciptakan Keamanan di Masjid Besar Nurul Hidayah di Desa Anjongan Dalam

Zidam xii/tpr  bersama satgas Covid ciptakan Keamanan di Masjid Besar Nurul Hidayah di Desa Anjongan Dalam
Zidam xii/tpr  bersama satgas Covid ciptakan Keamanan di Masjid Besar Nurul Hidayah di Desa Anjongan Dalam.

BorneoTribun Mempawah, Kalbar -- Satgas COVID-19 tidak bisa bekerja sendiri memutus mata rantai Penyebaran COVID-19, Satgas membutuhkan kerjasama dan bantuan dari berbagai kalangan masyarakat, instansi maupun pemerintah daerah. 

Melihat kesibukan satgas Covid 19 di Desa Anjongan Dalam hati Pelda Jemi dan Sertu Gunawan terketuk untuk membantu tugas mulia melaksanakan penyemprotan Disinfektan di Masjid besar Nurul Hidayah Desa Anjongan Dalam Kecamatan Anjongan Kabupaten Mempawah, Senin (7/6).

Faktor penting yang menjadi penyebaran Virus COVID-19 adalah adanya penyebaran droplet yang bisa masuk melalui saluran hidung, mulut maupun mata. 

Droplet adalah cairan yang keluar dari mulut manusia yang ukurannya sangat kecil sehingga apabila orang terkena Virus COVID-19 dan mengeluarkan Droplet tersebut makan akan menyebarkan virus kepada orang lain. 

Sehingga faktor terpenting dari segala cara adalah menggunakan masker dan melaksanakan penyemprotan terhadap obyek-obyek yang kemungkinan menjadi tempat menempelnya droplet. 

Demikian disampaikan oleh Letnan Kolone Czi Dwi Yudha Priagung  selaku Wakil Kepala Zidam XII/Tanjungpura.

Mengingat pentingnya hal tersebut maka menjadi langkah yang sangat penting untuk mensterilkan tempat tempat umum yang digunakan, sehingga Droplet yang bisa keluar melalui mulut orang yang Terinfeksi Virus COVID-19 dapat dicegah untuk tidak menular kepada orang lain sehingga mata rantai penyebaran Covid 19 dapat dihentikan.

Reporter: Rinto Andreas
Editor: Yakop

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno