Berita Borneotribun.com: Yogyakarta Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Juli 2023

Pemkab Ketapang Melakukan Kerjasama Bidang SDM Pariwisata Dengan Stipram Yogyakarta

Pemkab Ketapang Melakukan Kerjasama Bidang SDM Pariwisata Dengan Stipram Yogyakarta.
Yogyakarta - Pemerintah Kabupaten Ketapang melalui Wakil Bupati Ketapang H. Farhan, SE.,M.Si melakukan Penandatangan MOU Kesepakatan bersama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta, pada Jum'at (07/07/2023) bertempat di STIPRAM Yogyakarta.

Penandatanganan MOU ini dalam rangka Peningkatan dan Pengembangan Potensi
Sumber Daya Pariwisata melalui Kerjasama Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat.

Wabup dalam kegiatan tersebut didampingi Staff Ahli Bupati bidang Kemasyarakatan dan SDM Absalon, SE.,M.Sos, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Ketapang, Kaban BKPSDM, Sekretaris BPKAD, Kabag Prokopim, Kabag Umum Setda, Wakil Ketua TP PKK, Tim TP3D Ketapang dan para Staff Pemda.

"Tujuan kegiatan ini adalah untuk menindaklanjuti beberapa tahun lalu kita pernah berkoordinasi di STIPRAM, oleh karena itu kami sangat senang," ujar Wabup saat menyampaikan sambutannya.

Lebih lanjut Wabup berharap dengan kerjasama ini Kabupaten Ketapang terus berkembang salah satunya dibidang Pariwisata. 

"Mudah-mudahan dengan kerjasama ini, Ketapang terus berkembang salah satunya SDA nya dapat dikelola dan tentu pariwisata menjadi sumber yang mendukung," ucapnya.

Wabup menjelaskan bahwa posisi Kabupaten Ketapang sangat strategis sehingga memungkinkan untuk pengembangan khusus dibidang Pariwisata.

"Melihat potensi daerah Kabupaten Ketapang ini, tentu Saya sangat berambisi untuk bagaimana mengembangkan pariwisata," tuturnya.

Namun, Wabup menyadari bahwa SDM yang memiliki kemampuan untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Ketapang belum optimal.

"Oleh karena itu, kami mengetahui bahwa STIPRAM Yogyakarta memiliki pengalaman kepariwisataan sehingga dengan adanya kerjasama ini dapat memajukan kepariwisataan Kabupaten Ketapang," harap Wabup.

Diakhir sambutan, Wabup juga menyampaikan sebuah pantun yang dikarangnya sendiri.

"Pergi ke Jogya membeli bakpia,
tak lupa juga membeli sepatu,
kami tunggu aksi nyatanya,
agar pariwisata Ketapang semakin maju," ucap Wabup.

Sementara itu, Pimpinan STIPRAM Dr. Suhendroyono menyambut baik, atas kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Ketapang.

"Kami berharap kedepan mudah-mudahan pariwisata kita berkembang lebih baik lagi dari negara yang bukan pariwisata," ujarnya.

Beliau juga menjelaskan bahwa STIPRAM Yogyakarta menempati peringkat 4 (Empat) di webometrics Internasional dari perguruan tinggi seluruh dunia kemudian didalam negeri menempati peringkat Pertama (Satu) dan untuk jenjang pendidikan pariwisata perguruan tinggi di Yogyakarta juga menempati peringkat 1 (Satu).

"Maka saya bahagia sekali Bapak/ Ibu sekalian berkenaan hadir disini untuk meningkatkan SDM dibidang pariwisata ini," pungkasnya.

(Tim Liputan)

Jumat, 12 Mei 2023

Peran Penting Seorang Gubernur Dalam Mengembangkan Bank Pembangunan Daerah

Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji.
Yogyakarta - Gubernur Kalimantan Barat, H. Sutarmidji, S.H., M.Hum., menjadi pembicara dalam forum yang bertemakan "Visi BUMD Sebagai Agen Pembangunan Daerah Yang Profesional" yang diselenggarakan Infobank Media Group bekerjasama dengan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA) dan Perhimpunan BPR Milik Pemda (PERBAMIDA) di Keraton Ballrom Hotel Ambarrukmo Yogyakarta, Kamis (11/5/2023).

Dalam kesempatan ini, Gubernur menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan peran Kepala Daerah membawa perbankan atau grup perusahaan daerah ke arah yang lebih baik dan profesional.

"Sejak jadi Gubernur saya evaluasi semua berkaitan dengan intervensi dalam mengambil kebijakan - kebijakan strategis. Tidak hanya dari Kepala Daerah kadang jajaran perbankan itu yang mengajari Kepala Daerahnya, Itu yang paling banyak terjadi agar yang bersangkutan bisa tetap bertahan. Dia tidak tahu kalau saya mengujinya. Kalau misalkan Non Performing Loan (NPL)-nya semakin meningkat itu sudah tidak benar kerjanya," ujar Sutarmidji.

Berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) BPD Kalbar sudah terlihat baik, namun masih diperlukan SDM yang dapat menganalisis dari sisi ekonomi untuk kemajuan perbankan.

"Akhirnya saya tempatkan satu guru besar ekonomi, dia juga biasa di kementerian keuangan sebagai komisaris. Kemudian ada dua orang dari dalam, direksi yang saya pindahkan jadi komisaris. Kita lakukan hal itu supaya memajukan Bank Kalbar," jelasnya.

Lanjutnya, Gubernur mengatakan bahwa harmonisasi antar direksi itu penting, dikarenakan selain menjaga kenyamanan dalam lingkup kerja, juga dapat menjaga kerahasiaan bank. 

"Saya juga melihat, harmonisasi antar direksi itu harus. Kalau tidak harmonis apapun rahasia bank bisa keluar," katanya.

Dirinya juga meminta jajaran Direksi dan Komisaris BPD (Bank Kalbar) dapat menjalankan tugas dengan profesional dan berinovasi dalam meraih kepercayaan masyarakat.

"Bank Kalbar harus semakin berperan dalam membangun Kalbar dan meraih kepercayaan masyarakat. Hindari hal-hal yang melanggar aturan, jangan pernah tunduk pada keinginan siapapun jika itu jelas salah dari sisi aturan. Tunjukkan performa kinerja yang baik dan pasti akan mendapatkan reward. Jangan kejar jabatan dengan cara yang tidak baik," tutupnya.

Dalam forum ini turut dihadiri Chairman Infobank Media Group, Eko B. Supriyanto selaku moderator, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Gubernur Jawa Tengah, Direktur Utama Bank Kalbar, Rokidi, S.E., M.M., beserta direksi dari BPD Provinsi Yogyakarta, Jateng, Jabar, Bali dan Sumatera Selatan.

(Wnd/Rh)

Sabtu, 09 Oktober 2021

Dari Bali, Presiden Bertolak ke Yogyakarta


Presiden RI, Joko Widodo

BorneoTribun Sleman, Yogyakarta Usai melakukan sejumlah kegiatan dalam kunjungan kerja di Provinsi Bali, pada Jumat, 8 Oktober 2021, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo beserta rombongan bertolak menuju Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1, Presiden lepas landas dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kabupaten Badung, sekitar pukul 15.29 WIB.

Setibanya di Pangkalan TNI AU Adisutjipto, Kabupaten Sleman, Presiden dan rombongan akan langsung menuju Gedung Agung, Istana Kepresidenan Yogyakarta untuk beristirahat. Presiden akan melanjutkan agenda kerja esok hari.

Turut mendampingi Presiden dan Ibu Negara dalam penerbangan menuju Yogyakarta antara lain, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Marsda TNI M. Tonny Harjono, Komandan Paspampres Mayjen TNI Tri Budi Utomo, Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana, serta Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.

Reporter : Eric

Sabtu, 10 Juli 2021

Sejumlah Rumah Sakit di Yogyakarta Penuh, Pasien Kesulitan Akses Layanan

Sejumlah Rumah Sakit di Yogyakarta Penuh, Pasien Kesulitan Akses Layanan
Sejumlah Rumah Sakit di Yogyakarta Penuh, Pasien Kesulitan Akses Layanan.

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Rumah sakit di Yogyakarta berjuang di tengah lonjakan pasien, terus bertambahnya tenaga kesehatan yang positif COVID-19, dan ancaman kekurangan oksigen dan obat. 

Pasien-pasien, baik COVID maupun non-COVID, menerima dampak kondisi buruk ini. Seorang warga Gunungkidul, berumur 48 tahun meninggal pada Kamis (8/7) malam di area parkir sebuah shelter (tempat penampungan) untuk pasien COVID-19 di Bantul, DI Yogyakarta. 

Jenazahnya terbujur di jok belakang mobil selama lebih dari empat jam, karena keluarga dan relawan kesulitan mencari rumah sakit untuk proses pemulasaran. 


Pukul 02.00 WIB, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY memutuskan untuk melakukan proses pemulasaran jenazah itu di markas mereka.

Meski bukan pilihan ideal, tindakan ini diambil untuk memberikan layanan terbaik yang mungkin diberikan kepada masyarakat.

Menurut Komandan TRC BPBD DIY, Pristiawan Buntoro, jenazah positif COVID-19 ini akhirnya dapat dimakamkan menjelang pagi.

“Ini serius. Serius sekali. Sepanjang persoalan-persoalan yang ada di rumah sakit, mengurai kepenuhan di rumah sakit (tidak selesai), ini akan semakin parah. Seperti yang kami sampaikan beberapa pekan lalu, akan terjadi ledakan orang meninggal waktu isoman (isolasi mandiri, red). Ini sudah terjadi,” kata Pristiawan.

Keluarga membawa pasien ini puluhan kilometer dan mendatangi setidaknya empat rumah sakit untuk memperoleh layanan.

Namun setiap rumah sakit yang didatangi menyatakan tak mampu lagi menerima pasien baru. Mobil tersebut akhirnya berhenti di halaman shelter, yang merupakan bangunan bekas sebuah rumah sakit.

Sopir mengarah ke tempat itu karena mengira bangunan di depannya adalah sebuah rumah sakit, padahal kini tempat tersebut difungsikan sebagai shelter. 

Perawat di shelter itu pula yang memastikan pasien telah meninggal ketika tiba.

Pristiawan mengingatkan sulitnya mengakses layanan rumah sakit berdampak pada tingginya angka pasien isoman yang meninggal di rumah. Dalam satu bulan terakhir, menurut data TRC BPBD DIY, jumlahnya sudah 106 orang.


Ada kegelisahan di tingkat desa yang terasa di kalangan para relawan. “Tidak muncul ke permukaan, karena sifat kemandirian masyarakat kita. Tetapi kalau didiamkan, sangat berbahaya karena  rawan konflik. Hampir setiap malam, ada kasus isoman meninggal itu meninggalkan masalah, karena status meningalnya jenazah,” tambah Pristiawan.​

Pemda Janjikan Penambahan Pemerintah daerah memang telah berupaya mengatasi persoalan ini.


Dalam rapat dengan pemerintah pusat Kamis (8/7) sore, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X  mengatakan Pemda DIY terus menambah fasilitas shelter untuk pasien COVID-19. 

“Shelter yang disediakan Pemda DIY jumlahnya ada 59 dengan total daya tampung sebanyak 856 orang,” kata Sri Sultan.

Pemda juga menegaskan, masih ada gedung baru di sejumlah rumah sakit yang belum difungsikan.

Gubernur mendorong pemanfaatan ruang-ruang yang ada untuk ruang isolasi, sehingga setidaknya akan mencapai sekitar 40 persen dari kapasitas yang ada. 

Rapat itu sendiri, seperti disampaikan Sekretaris Daerah Istimwa Yogyakarta, Kadarmanta Baskara Aji, membahas tentang penambahan tempat tidur di rumah sakit, se-Jawa dan Bali.

Langkah ini penting, karena di seluruh kawasan PPKM Darurat, kapasitas yang digunakan sudah maksimal.

“Jadi keputusannya yang akan dilakukan se-Jawa dan Bali adalah penambahan konversi dari bed non-COVID-19 menjadi bed COVID-19 dan ICU non-COVID-19 menjadi ICU COVID-19,” kata Baskara. Pasien non-COVID Terdampak Lonjakan pasien COVID-19 ke rumah sakit juga berdampak pada pasien non-COVID-19 untuk mengakses layanan rumah sakit.

Seorang warga Yogya, Baharuddin kepada VOA mengatakan, dia harus menunggu hingga 16 jam di lorong rumah sakit, pada akhir pekan lalu.

“Saat itu saya ditempatkan di lorong beserta pasien lainnya yang hilir mudik di IGD non-COVID, hingga enam belas jam kemudian saya harus menunggu. Karena memang saat itu kondisi bangsal atau ruang inap sudah penuh,” ujarnya.

Dalam kondisi sakit, Baharuddin sempat mencari layanan di salah satu rumah sakit kecil yang terletak tidak jauh dari rumahnya.

Namun, pihak rumah sakit menyatakan tidak mampu merawat dan memberi obat baginya. Dia kemudian dirujuk ke rumah sakit rujukan, dan langsung diarahkan ke IGD non-COVID-19.


Ketika tiba di sana, kata Baharuddin, rumah sakit dalam kondisi penuh. Pasien-pasien harus menunggu dilayani, dengan dibaringkan di tempat tidur di lorong rumah sakit.

Meski harus menunggu selama enam belas jam, Baharuddin masih menilai dirinya cukup beruntung.

Beberapa pasien yang ketika itu mengakses layanan bersamaan dengannya mengatakan ada yang sudah berada di lorong rumah sakit itu selama 3 hari.

Tidak tersedianya ruangan di bangsal perawatan, memaksa mereka bertahan di sana menunggu antrean.

“Pasien lain harus menunngu 3-4 hari baru ada tempat di bangsal, karena memang kondisi saat itu penuh sesak, tidak bisa tertangani secara maksimal, karena jumlah pasien dengan tenaga kesehatan termasuk fasilitas yang ada tidak seimbang,” tambahnya.

RS Butuh Relawan Sejumlah rumah sakit di Yogyakarta sendiri pekan terakhir ini telah mengundang relawan untuk membantu operasional mereka.

Tumbangnya tenaga kesehatan karena tertular COVID-19, dan belum terealisasinya dukungan pemerintah, mendorong manajemen rumah sakit untuk  melakukan ini.

Respons pun berdatangan, salah satunya dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas `Aisyiyah Yogyakarta. Kampus ini mengirimkan 39 relawan tenaga kesehatan ke RSUP dr. Sardjito, mulai Minggu (4/7). 

Mereka terdiri dari 32 mahasiswa keperawatan dan 7 alumni jurusan kebidanan. “Kami menerima permintaan dari Sardjito melalui telpon pada hari Minggu siang dari Pak Purwo Atmanto, sub koordinator bagian SDM RSUP dr Sardjito,” kata Wakil Dekan 2 Fikes Unisa, Suratini S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kom dalam keterangan resminya.

Para calon perawat dan dan bidan lulusan universitas ini telah mendapatkan izin orang tua mereka sebelum diberangkatkan.

Mereka telah selesai menempuh praktik klinik dan rencananya akan mengikuti uji kompetensi pada Agustus 2021. [ns/ab]

VOA

Minggu, 04 Juli 2021

Krisis Oksigen, 63 Pasien Meninggal di RSUP Dr Sarjito Yogyakarta

Krisis Oksigen, 63 Pasien Meninggal di RSUP Dr Sarjito Yogyakarta
Foto: Masyarakat mengantre di toko pengisian oksigen di Jakarta pada 28 Juni 2021, saat infeksi COVID-19 melonjak mencapai rekor tertinggi di Indonesia. (Foto: AFP/Dasril Roszandi)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Krisis pasokan oksigen untuk penanganan pasien COVID-19 masih melanda Yogyakarta, meski pasokan tersebut telah dijanjikan untuk diselesaikan pada pekan lalu.

Di RSUP Dr Sardjito saja, sejak Sabtu (3/7) pagi hingga Minggu (4/7) pagi, sebanyak 63 pasien meninggal dunia, sebagian besar karena terkait kondisi tersebut.

Sabtu (3/7) malam krisis pasokan oksigen itu mencapai puncak di rumah sakit rujukan nasional tersebut.

Pasokan oksigen cair dalam tabung berkapasitas 4.500 galon, pelan-pelan menipis hingga sama sekali habis.

Foto: Humas RSUP dr Sardjito Yogyakarta Banu Hermawan. (Foto: Humas Sardjito)

Banu Hermawan, juru bicara rumah sakit tersebut mengakui kondisi yang terjadi. 

“Memang betul, akhirnya secara perlahan memang stok oksigen sentral kami mengalami shut down sekitar pukul 20.00, sehingga waktu itu sudah back up dengan oksigen mengunakan tabung. Itu yang kita lakukan,” ujarnya, Minggu (4/7) di Yogyakarta.

Banu juga membenarkan, direktur rumah sakit sudah mengirim laporan mengenai kekosongan oksigen pada 3 Juli 2021. 

Laporan itu ditujukan kepada Menteri Kesehatan, Kepala BNPB, Gubernur DI Yogyakarta hingga berbagai pihak lain yang terkait.

Surat itu menyatakan kekhawatiran bahwa mereka akan kehabisan oksigen pada Sabtu (3/7) petang, dan berisiko pada keselamatan pasien yang dirawat.

Namun, semua upaya itu terlambat, dan korban berjatuhan.

Foto: Direktur RSUP dr Sardjito, Rukmono Siswishanto. (Foto: Courtesy/Humas RSUP Sardjito)

Direktur RSUP dr Sardjito, dr. Rukmono Siswishanto, Sp.OG(K)., M.Kes., MPH, mengonfirmasi angka-angka pasien yang meninggal, lengkap dengan perinciannya.

“Terkait pemberitaan yang menyebutkan 63 pasien meninggal, maka dapat kami sampaikan penjelasan bahwa jumlah tersebut akumulasi dari hari Sabtu (3/7) pagi sampai Minggu (4/7) pagi, sedangkan yang meninggal pasca oksigen sentral habis pukul 20.00 WIB, kami sampaikan jumlahnya 33 pasien,” kata Rukmono dalam keterangan tertulis Minggu siang. Rukmono menjelaskan, pada Jumat (2/7) tercatat ada penambahan jumlah pasien cukup banyak ke rumah sakit yang dipimpinnya.

Pada Sabtu (3/7), potensi krisis oksigen sudah terdeteksi dan berbagai langkah sebenarnya sudah dilakukan, hingga pasokan benar-benar habis pada pukul 20.00 WIB.

Foto: Relawan TRC BPBD DIY mendirikan tenda tambahan di area RSUP dr Sardjito, Rabu (30/6). (Foto: Courtesy/TRC BPBD DIY)

Sepanjang krisis berlangsung, untuk melayani pasien, RS Sardjito menerima kiriman oksigen dari RS Akademik UGM,  RS Gigi dan Mulus, FKG UGM, bahkan dari Fakultas Peternakan UGM.

Bantuan dalam jumlah cukup banyak diterima pukul 00.15 WIB pada hari Minggu (4/7), yang datang dari Polda DIY sejumlah 100 tabung.

“Pada Minggu pukul 03.40 WIB truk oksigen liquid pertama masuk dan mengisi tabung utama, sehingga oksigen sentral berfungsi kembali. Disusul truk kedua pada pukul 04.45 WIB masuk pula mengisi tabung sentral oksigen,” tambah Rukmono.

Semua pihak tinggal berharap, krisis ini dapat segera tertangani.

Layanan oksigen sentral di RS Sardjito telah berjalan kembali, meski pihak rumah sakit masih terus berharap bahwa kelancaran pasokan dari produsen dapat dipastikan.

“Kami sampaikan pula bahwa RSUP Dr Sardjito telah menyediakan bed untuk pasien COVID-19 secara optimal sebanyak 35 persen dari total tempat tidur, dan pasien yang datang jauh lebih banyak dari kemampuan daya tampung rumah sakit,” lanjut Rukmono.

Rukmono juga menyertakan imbauan kepada masyarakat agar mengikuti dan mematuhi PPKM sehingga lonjakan kasus COVID-19 dapat diatasi.

Foto: Masyarakat mengantre di toko pengisian oksigen di Jakarta pada 30 Juni 2021, saat infeksi COVID-19 melonjak mencapai rekor tertinggi di Indonesia. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)

“Tanpa peran serta masyarakat ini tentu saja pandemik ini akan sulit tertangani,” ujarnya.

Polda DI Yogyakarta sendiri membantu penyediaan oksigen, dengan mengalihkan persediaan di unit kesehatan mereka, seperti diterangkan Kabid Humas Polda DI Yogyakarta, Kombes Pol Yuliyanto.

Foto; Seorang perawat di RSUP dr Sardjito mengenakan satu set alat pelindung diri (APD) lengkap. (Foto Nurhadi Sucahyo/VOA)

“Seratus tabung oksigen tersebut adalah oksigen yang dialokasikan untuk RS Bhayangkara dan Urkes di Polres Jajaran, melihat situasi di Sardjito yang urgen, maka pimpinan berkeputusan untuk mendahulukan Sardjito," jelasnya.

Koordinator Pelayanan Medis RSUP dr Sardjito, dr Purjanto Tepo Sp. M(K) mengakui kondisi ini dipengaruhi kenaikan kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir.

“RS Sardjito mengalami peningkatan jumlah kunjungan pasien COVID-19. Dan sebagian besar pasien yang datang ke Sardjito dalam kondisi yang berat, sehingga membutuhkan ruang rawat inap,” kata Tepo.

RSUP dr Sardjito telah mengalokasikan lebih dari 300 tempat tidur khusus bagi pasien COVID-19.

Foto: Masyarakat mengantre di toko pengisian oksigen di Jakarta pada 28 Juni 2021, saat infeksi COVID-19 melonjak mencapai rekor tertinggi di Indonesia. (Foto: AFP/Dasril Roszandi)

Namun, lanjut Tepo, pasien yang datang melebihi kapasitas yang mampu mereka sediakan.

“Kalau dilihat di depan ada tenda-tenda yang dibuka, itu dalam rangka menampung pasien yang tidak bisa terakomodasi di ruang perawatan, karena kami juga tetap melayani pasien yang non-COVID,” tambahnya. [ns/ah]

Oleh: VOA

Sabtu, 19 Juni 2021

Kasus COVID-19 Melonjak, Sultan Yogya Wacanakan ‘Lockdown’

Kasus COVID-19 Melonjak, Sultan Yogya Wacanakan ‘Lockdown’
Petugas dari BPBD DIY melakukan penyemprotan desinfektan di kawasan Stasiun Tugu, Yogyakarta, 22 Maret 2020. (Foto: Courtesy/Humas Pemda DIY)

BORNEOTRIBUN.COM - Dalam satu pekan terakhir, Yogyakarta mencatatkan rekor jumlah kasus positif dan angka kematian terkait COVID-19. Angka pemakaian tempat tidur di rumah sakit juga melonjak, sehingga gubernurnya mewacanakan penutupan wilayah atau lockdown.

Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X. (Foto: Courtesy/Humas DIY)

Sultan Hamengkubuwono X memperlihatkan keprihatinan mendalam terkait apa yang terjadi sepekan terakhir di wilayahnya. Kepada media di Yogyakarta, Jumat (18/6), Sultan mengakui memahami bahwa banyak daerah mengalami kenaikan kasus. Namun dia menilai, apa yang terjadi tidak lepas dari ketidakdisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Berbagai kebijakan sudah diambil, kasus tetap tak terkendali. Jika tak ada lagi pendekatan bisa dilakukan, Sultan membuka kemungkinan akan menerapkan penutupan wilayah atau lockdown.

“Kita kan sudah bicara PPKM Mikro. Ini sudah bicara menangani di tingkat RT /RW, di tingkat pedukuhan. Kalau itupun gagal, mobilitasnya seperti ini, kalau akhir pekan, terus mau apa lagi? Ya lockdown,” tegas Sultan.

Jokowi bersama sejumlah seniman yang menerima vaksin di PSBK Yogyakarta. (Foto: Courtesy/Humas Pemda DIY)

Hari Senin (21/6) Sultan mengundang kepala daerah di Yogyakarta dan para tenaga kesehatan. Salah satu yang ingin dipastikan gubernur adalah kesanggupan pemerintah daerah untuk menerapkan kebijakan yang sudah dibuat. Secara spesifik, Sultan ingin pemerintah kabupaten dan kota lebih ketat membatasi aktivitas masyarakat. Begitu prihatin Sultan dengan situasi yang terjadi, dia bahkan mengulang wacana soal lockdown itu hingga dua kali.

“Kita sudah bicara mengontrol (aktivitas) di tingkat RT/RW. Kalau gagal mau apa lagi? Kita belum tentu bisa cari jalan keluar, satu-satunya cara ya lockdown totally,” tambah Sultan lagi.

Sultan memang belum lama mengeluarkan instruksi baru terkait aktivitas masyarakat. Dia mewajibkan seluruh acara yang melibatkan warga cukup banyak, harus memperoleh izin di tingkat kepanewonan, istilah bagi kecamatan di Yogyakarta. Namun instruksi itu dia nilai sendiri hasilnya tidak maksimal. Buktinya kasus positif harian justru kini mencapai hampir 600. Angka yang jauh di atas rata-rata kasus sejak pandemi tiba setahun yang lalu. Sultan minta masyarakat mengapresiasi diri sendiri agar mampu disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Sultan juga khawatir rumah sakit di Yogyakarta tidak akan mampu lagi merawat pasien jika kasus meninggi.

“Kita kemarin sudah 36 persen bed occupancy ratio (BOR)-nya. Sekarang sudah 75 persen, hanya dalam waktu satu minggu. Jumlah kasus di atas 500. Kalau terus begini kan enggak mungkin,” lanjutnya.

Penambahan Kasus Signifikan

Kepala Bagian Humas Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji menyebut, Yogyakarta mengalami penambahan kasus positif COVID-19 sebanyak 592 kasus dengan 12 kasus kematian.

“Dari jumlah itu, menurut riwayatnya kasus yang diperoleh melalui tracing kontak kasus positif sebanyak 469 kasus,” tambah Ditya.

Dengan jumlah 592 kasus pada Jumat, selama tujuh hari terakhir Yogyakarta mengalami penambahan 3.489 kasus positif COVID-19. Jika dirata-rata setiap harinya ada 498 kasus baru. Sementara untuk pasien meninggal ada 85 orang selama periode waktu yang sama.

Dalam keterangan pada Kamis (17/6), juru bicara Satgas COVID-19 nasional, Prof Wiku Adisasmita menyebut Yogyakarta masuk lima besar penyumbang kenaikan kasus mingguan.

“Kenaikan kasus positif sebesar 38,3 persen secara nasional di minggu ini. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan. Kenaikan ini dikontribusikan oleh DKI Jakarta naik 7.132 kasus, Jawa Tengah naik 4.426 kasus, Jawa Barat naik 2.050 kasus, Daerah Istimewa Yogyakarta naik 973 kasus, dan Jawa Timur naik 939 kasus,” kata Wiku.

Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito di Jakarta, Kamis (25/3) mengatakan kasus kematian akibat Corona di Indonesia turun, global naik (humas BNPB).

Selain itu, Yogyakarta juga menjadi satu dari lima provinsi dengan jumlah kematian tertinggi di Indonesia pekan lalu. Angka itu terus tercatat tinggi di pekan ini, seperti tercatat pada 15 Juni ada 17 kematian, 16 Juni 15 kematian dan 17 Juni mencapai 18 kematian. Jumlah 18 kematian dalam satu hari itu menjadi yang tertinggi selama pandemik. Baik angka kasus maupun angka kematian di Yogyakarta menjadi perhatian, karena provinsi ini sangat kecil. Jumlah penduduknya sekitar 3,6 juta, hanya sepuluh persen jumlah penduduk Jawa Tengah.

Rumah Sakit Bisa Kolaps

Dalam perbincangan terkait Langkah pengendalian kasus pasca Lebaran oleh BNPB, Dr Masdalina Pane, dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia meminta pemerintah lebih serius menangani hulu masalah. Artinya, masyarakat harus didisiplinkan agar mereka tidak tertular dan masuk rumah sakit.

Dr Masdalina Pane, dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia dalam tangkapan layar.

“Jika kita terus-menerus konsentrasi mengendalikan di rumah sakit, itu tidak pernah bisa menyelesaikan masalah. Mencegah itu jauh lebih baik daripada kita mengobati,” kata Masdalina.

Program-program, seperti 3T dan 5 M, yang digaungkan terus menerus sebenarnya sudah baik. Namun implementasinya di lapangan butuh keseriusan. Jauh lebih baik jika pemerintah bisa menemukan sebanyak-banyaknya kasus dalam skala ringan di masyarakat agar penularan bisa dikendalikan.

Masdalina mengakui, Indonesia pernah memiliki kemampuan untuk mengendalikan kasus. Namun kemudian, seperti yang saat ini terjadi, angkanya justru naik terus. Konsentrasi penanganan sebenarnya hanya di Jawa dan Sumatera, sebagai wilayah dengan jumlah kasus yang tinggi. Indonesia Timur sudah memiliki pembatas alami, karena terdiri dari banyak pulau, yang membantu wilayah ini mengendalikan jumlah kasus.

Karena itulah di Jawa, yang dihuni sekitar 55 persen penduduk Indonesia, pembatasan mobilitas dan aktivitas warga selama pandemi menjadi krusial. Masdalina menggarisbawahi, pengendalian kasus masih bisa dilakukan tergantung implementasi regulasi yang telah ditetapkan.

Dia mengingatkan, rumah sakit tidak akan bisa bertahan jika strategi tepat tidak diterapkan.

“Jika tidak ada pengendalian yang tepat dan cepat, saya bisa katakan dua minggu sampai satu bulan lagi kita sudah akan kolaps. Strategi untuk mengatasi masalah ini tidak bisa hanya dengan terus menambah tempat tidur,” ujar Masdalina.

Strategi yang dimaksud Masdalina, antara lain adalah kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan, atau pembatasan mobilitas. [ns/ab]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno