Produksi Hortikultura Kalbar capai 613 ribu ton | Borneotribun.com

Selasa, 29 April 2025

Produksi Hortikultura Kalbar capai 613 ribu ton

Produksi Hortikultura Kalbar capai 613 ribu ton
Produksi Hortikultura Kalbar capai 613 ribu ton. (ANTARA)
Pontianak - Produksi hortikultura di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menunjukkan perkembangan positif dengan produksi 613.604 ton sepanjang tahun 2024, mencakup komoditas buah-buahan, sayuran, dan tanaman biofarmaka.

"Dari total produksi tersebut, sebanyak 542.463 ton merupakan hasil panen buah-buahan, 58.927 ton berasal dari sayuran, dan sekitar 215.000 ton merupakan tanaman biofarmaka, kata Kepala Bidang Hortikultura DTPH Kalbar, Bader Sasmara di Pontianak, Selasa.

Mayoritas produksi ini merupakan hasil dari inisiatif mandiri petani, karena peran dinas dalam pelaksanaan program masih sangat terbatas akibat keterbatasan anggaran dan efisiensi kegiatan, tambah dia

Berdasarkan DTPH Kalbar, ia menjelaskan bahwa luas lahan panen hortikultura pada tahun ini mencapai 39.330 hektare. Namun, angka ini mengalami penurunan sebesar 3,51 persen dibandingkan tahun 2023.

"Penurunan ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor cuaca serta kendala dalam pendataan lapangan. Jarak antar desa di Kalbar cukup jauh dan tantangan transportasi menyulitkan petugas untuk mengumpulkan data secara optimal," tuturnya.

Meskipun demikian, sebagian besar petani di Kalbar telah beralih menggunakan teknik pengolahan lahan tanpa pembakaran, sejalan dengan regulasi yang melarang praktik pembakaran lahan. Namun, dalam hal penggunaan pupuk, petani masih banyak yang mengandalkan pupuk semi organik.

"Petani kita rata-rata masih menggunakan pupuk campuran, yaitu organik yang dicampur dengan kimia. Mereka mengaku hasil pertumbuhan tanaman lebih cepat jika menggunakan unsur kimia," katanya.

Menurut Bader, beberapa petani masih memanfaatkan abu sisa pembakaran untuk menyuburkan tanah, meskipun bukan menjadi sumber utama. Ia juga menyebut kesadaran petani terhadap bahaya penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan mulai meningkat.

"Memang hasil dari pupuk kimia terlihat cepat, tapi dampaknya bisa membuat tanah menjadi kurang subur bahkan gersang. Dari sisi kesehatan dan keberlanjutan, organik jauh lebih baik," kata dia.

Bader menambahkan, saat ini pihaknya tengah melakukan pendataan jumlah petani hortikultura di Kalbar, termasuk mereka yang telah menerapkan prinsip pertanian ramah lingkungan.

Pemerintah daerah berharap kesadaran petani untuk beralih ke sistem pertanian berkelanjutan terus meningkat, seiring dengan upaya menjaga kesuburan lahan dan menjaga ekosistem pertanian di wilayah Kalimantan Barat.

Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.