Presiden Jokowi: Pemerintah Bekerja Keras Jaga Transformasi Hebat Indonesia | Borneotribun.com -->

Minggu, 30 Januari 2022

Presiden Jokowi: Pemerintah Bekerja Keras Jaga Transformasi Hebat Indonesia

Presiden Jokowi: Pemerintah Bekerja Keras Jaga Transformasi Hebat Indonesia
Presiden Jokowi pada Pembukaan Rakernas ICMI Tahun 2022, dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu, (29/01/2022). (Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr)

BorneoTribun Jakarta - Pemerintah sedang melakukan sejumlah transformasi besar agar Indonesia lebih berdaya saing menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian dan persaingan saat ini. Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah sedang bekerja keras untuk mengawal jalannya transformasi ini.

“Pemerintah saat ini bekerja keras untuk mengawasi beberapa transformasi besar. Transformasi struktural kita lakukan agar Indonesia lebih berdaya saing menghadapi dunia yang hiperkompetitif saat ini," kata Presiden saat meresmikan Rakernas ICMI 2022 dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu, ( 29/01/2022) secara virtual.

Berbagai transformasi dilakukan pemerintah mulai dari hilirisasi industri, transformasi digital, transisi ke energi hijau, hingga pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

“Kita harus membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya, kita harus mensejahterakan petani, nelayan, pekerja industri, kita harus memfasilitasi agar para pelaku UMKM bisa maju ke kelas dengan digitalisasi, kita harus mendukung peningkatan produk dalam negeri, ada yang banyak hal yang benar-benar perlu kita lakukan," kata Presiden.

Kepala Negara juga menekankan pentingnya investasi dalam mendukung upaya yang sedang berlangsung.

“Untuk itu kita harus memfasilitasi investasi besar, menengah dan kecil, dari dalam dan dari luar negeri. Itulah tujuan kita diundangkan UU Cipta Kerja, untuk menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” ujarnya.

Hilir
Lebih lanjut Presiden menjelaskan, saat ini pemerintah sedang melakukan hilirisasi, salah satunya di sektor pertambangan, migas. Hal ini dilakukan untuk memberikan nilai tambah yang besar di Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan sekaligus menghemat devisa negara.

“Saya rasa belum saatnya lagi, sejak zaman VOC kita selalu mengirim dan mengekspor bahan mentah yang nilai tambah-nya dinikmati oleh negara lain,” lanjutnya.

Pemerintah telah membuktikan bahwa dengan hilirisasi, nilai tambah yang diperoleh di dalam negeri sangat besar. Hilirisasi nikel yang dilakukan sejak 2015 misalnya, berdampak signifikan terhadap ekspor dan neraca perdagangan.

“Ekspor besi dan baja pada 2021 akan mencapai US$ 20,9 miliar atau sekitar Rp. 300 triliun, meningkat dari sebelumnya hanya US$ 1,1 miliar pada 2014. Dari Rp. 15 triliun kemudian melonjak menjadi Rp. 300 triliun, hal itu karena adanya peningkatan nilai tambah di pasar. di dalam negeri,” ujarnya.

Tidak hanya nikel, Presiden menambahkan, pemerintah juga akan secara bertahap menghentikan ekspor bahan baku pertambangan lainnya, mulai dari bauksit, tembaga, timah, hingga emas dan melakukan hilirisasi. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan hilirisasi di sektor lain, salah satunya adalah sektor pertanian

“Petani harus kuat di pertanian, inovasi di sektor pertanian dan peternakan harus kuat, tapi tidak berhenti di situ, pupuk, benih, dan lain-lain. Kelompok tani dan peternak, koperasi tani dan peternak juga harus ke off farm, ke hilir. Sekali lagi, agar nilai tambah bisa dinikmati petani karena keuntungan terbesar ada di off farm dan tentunya bisa menciptakan lapangan kerja baru lebih banyak lagi,” ujarnya.

Transformasi Digital dan Transisi Menuju Energi Hijau
Saat ini, pemerintah juga gencar melakukan transformasi ekonomi digital. Potensi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 124 miliar dolar AS.

“Kita juga punya 2.229 start-up, kita punya 1 decacorn dan 8 unicorn, dan sudah ada 8,4 juta UMKM kita yang dalam lima tahun terakhir sudah memasuki platform digital untuk menjual produknya, dan dipastikan data ini akan terus berlanjut. berkembang,” kata Presiden. .

Pemerintah juga terus melakukan upaya untuk mewujudkan transformasi energi menuju hijau. Presiden mengatakan Indonesia memiliki energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 418 gigawatt, berupa panas bumi, angin, panel surya, biofuel, arus bawah laut, dan tenaga air.

“Dekarbonisasi sektor transportasi juga sudah dimulai dengan pembangunan mass urban transport. Kami juga sudah memulai pembangunan green industrial park terbesar di dunia di Kalimantan Utara,” tambahnya.

Presiden menegaskan, program pengembangan modal nasional (IKN) di Kaltim menjadi bagian penting dari transformasi ini. Menurutnya, program IKN tidak hanya memindahkan gedung-gedung pemerintahan, tetapi juga mengubah cara kerja dan cara berpikir yang berbasis ekonomi modern dan membangun kehidupan sosial yang lebih adil dan inklusif.

“Kami akan menjadikan IKN sebagai etalase transformasi, baik di bidang lingkungan, metode kerja, basis ekonomi, teknologi, dan lain-lain, termasuk di bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan yang lebih berkualitas.

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar