Berita Borneotribun.com: Marc Marquez Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Marc Marquez. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Marc Marquez. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 April 2025

Alex Marquez Dikenal Sebagai Pembalap Paling Kuat di Jerez Versi Marc Marquez Meski Hadapi Banyak Tantangan

Alex Marquez Dikenal Sebagai Pembalap Paling Kuat di Jerez Versi Marc Marquez Meski Hadapi Banyak Tantangan
Alex Marquez Dikenal Sebagai Pembalap Paling Kuat di Jerez Versi Marc Marquez Meski Hadapi Banyak Tantangan.

JAKARTA - Meskipun mengalami kecelakaan dua kali saat sesi latihan di ajang Spanish MotoGP, Alex Marquez tetap diakui sebagai salah satu pembalap dengan kemampuan terbaik di Jerez oleh kakaknya, Marc Marquez. 

Performa mengejutkan Alex Marquez di sesi latihan tersebut berhasil memukau banyak pihak, bahkan Marc Marquez yang kini memimpin klasemen MotoGP, memberi pujian atas keberhasilan adiknya tersebut.

Dalam latihan yang berlangsung di Jerez, Alex Marquez mengalami kecelakaan di tikungan lima yang mengakibatkan sesi latihan dihentikan sementara dengan bendera merah. Kecelakaan itu membuat Alex Marquez harus menjalani pemeriksaan di pusat medis karena adanya kekhawatiran terhadap kondisi pergelangan tangannya. 

Namun, meskipun menghadapi cedera dan waktu yang terbuang akibat kecelakaan, Alex Marquez bangkit kembali dan tampil luar biasa dengan mencatatkan waktu lap terbaik yang bahkan mencetak rekor baru di sirkuit Jerez.

Keberhasilan ini sangat berarti mengingat kondisi fisik Alex Marquez yang kurang ideal setelah insiden tersebut. Performa gemilangnya membuat Marc Marquez, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pembalap terbaik di dunia, mengakui Alex Marquez sebagai pembalap terkuat di Jerez pada sesi latihan tersebut.

Perkembangan Positif Alex Marquez

Sebelum kecelakaan yang menimpa Alex Marquez, kondisi latihan sebenarnya berjalan dengan tidak sempurna bagi Marc Marquez. Pembalap Ducati Lenovo Team ini sempat menghadapi masalah teknis yang mengganggu performa motornya di awal sesi FP1. 

Sebagai hasilnya, ia merasa kesulitan untuk mengeluarkan performa terbaik dari motor Desmosedici dalam serangan waktu pada akhir sesi.

Marc Marquez mengatakan, “Hari ini adalah hari yang baik meskipun cukup sulit karena kami tidak memulai dengan baik. Kami kehilangan setengah waktu pertama di FP1 yang membuat segalanya sedikit lebih sulit. 

Namun, di sore hari saya mulai menemukan ritme saya, meskipun masih ada kekurangan di pengaturan motor, akhirnya kami bisa kembali dan merasa lebih baik di lap terakhir.” Ia pun menambahkan bahwa meskipun tidak memulai dengan sempurna, ia berusaha untuk terus mengembangkan performanya secara bertahap.

Kekalahan dalam beberapa latihan memang seringkali menjadi hal yang menguji mental seorang pembalap, tetapi Marquez tetap memiliki optimisme yang besar dan berharap bisa mendapatkan pengaturan yang lebih baik pada latihan berikutnya. 

Hal ini menjadi penting mengingat suhu yang semakin panas pada hari berikutnya yang berpotensi membuat balapan lebih menantang, terutama untuk balapan Sprint yang menjadi sorotan pada akhir pekan tersebut.

Kecelakaan dan Latihan yang Menginspirasi

Walaupun Alex Marquez sempat mengalami dua kecelakaan besar, semangat juangnya yang tinggi patut diacungi jempol. Meski terjatuh, ia tetap dapat kembali ke lintasan dengan penuh determinasi, bahkan berhasil mencatatkan waktu tercepat yang membuatnya dipandang sebagai pembalap paling kuat di Jerez oleh Marc Marquez.

Marc Marquez mengungkapkan, “Saat ini, pembalap terkuat adalah Alex. Meskipun dia mengalami kecelakaan besar, dia bisa kembali ke trek dan menjadi pembalap tercepat. Itu adalah penampilan luar biasa darinya.” Pujian ini menunjukkan betapa besar penghargaan Marc Marquez terhadap kemampuan adiknya. Sebagai seorang juara dunia, Marc Marquez tentu tidak mudah memberikan pujian kepada pesaingnya, apalagi kepada sesama pembalap yang memiliki status yang sangat tinggi di dunia MotoGP.

Alex Marquez, yang saat ini membela tim Gresini Ducati, menunjukkan mentalitas yang luar biasa dengan tidak menyerah meskipun mengalami cedera. Ia kembali menunjukkan kualitasnya sebagai pembalap yang sangat kompetitif. Marc Marquez pun mengatakan bahwa meskipun cuaca diperkirakan akan semakin panas, Alex Marquez telah menunjukkan bahwa ia memiliki potensi besar untuk meraih hasil terbaik.

Masalah di Pit Lane dan Kesalahan Kecil yang Mengundang Senyum

Ada juga momen lucu di sesi latihan pagi, saat Marc Marquez tanpa sengaja berhenti di garasi Gresini Ducati saat tengah menghadapi masalah teknis dengan motornya. Ia mengaku bahwa kejadian tersebut bukan karena kebingungannya tentang timnya di tahun 2024, melainkan akibat perhatian yang terlalu besar terhadap masalah teknis di motornya.

Marc Marquez menjelaskan, “Sejujurnya, saya bisa bilang saya bingung, tapi sebenarnya saya hanya fokus pada masalah yang ada di motor saya. Saya mencoba mencari tahu apa yang terjadi agar bisa memberi tahu mekanik dengan cepat, tetapi saya malah lewat dan berhenti di garasi Gresini. Itu memang situasi lucu.” 

Walaupun tampak sedikit canggung, Marc Marquez tetap bisa melihat sisi humor dari kejadian tersebut, dan ini menunjukkan bahwa meskipun MotoGP penuh tekanan, masih ada ruang untuk sedikit humor di tengah kompetisi sengit ini.

Apa yang Diharapkan di Balapan Mendatang

Menghadapi balapan yang semakin intens, Marc Marquez menekankan pentingnya memiliki posisi yang baik di barisan depan pada balapan utama nanti. Ia menambahkan bahwa meskipun cuaca mungkin akan semakin panas, kunci utama untuk meraih kemenangan di akhir pekan ini adalah mendapatkan posisi start yang baik pada balapan Sprint.

Marc Marquez menyatakan, “Tujuan utama kami adalah memulai dari barisan depan karena itu adalah kunci dari akhir pekan balapan. Kami harus bisa konsisten dan cepat agar bisa bersaing di barisan depan.” 

Hal ini menjadi tantangan besar bagi Marquez dan timnya untuk bisa mengoptimalkan kondisi motor dan strategi mereka untuk meraih hasil terbaik di balapan utama.

Persaingan di MotoGP yang Semakin Ketat

Persaingan di ajang MotoGP semakin sengit dengan banyaknya pembalap muda berbakat yang siap bersaing di papan atas. Alex Marquez, yang sebelumnya dikenal sebagai pembalap yang belum banyak diperhitungkan, kini mulai menunjukkan performa yang membuktikan bahwa ia layak untuk berada di jajaran pembalap teratas. 

Pujian yang diberikan Marc Marquez bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi juga mencerminkan kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh Alex.

Bagi banyak penggemar MotoGP, momen seperti ini tentu menambah semangat untuk terus mengikuti perjalanan para pembalap di ajang MotoGP, terutama dengan adanya persaingan yang semakin ketat dan penuh dengan kejutan. 

Apakah Alex Marquez akan bisa mempertahankan performanya di balapan utama? Bagaimana persaingan antara pembalap-pembalap top lainnya akan berlanjut?

Yang pasti, balapan MotoGP di Jerez kali ini akan menjadi salah satu yang paling menarik untuk disaksikan, dengan persaingan sengit antara Marc Marquez, Alex Marquez, dan pembalap-pembalap lainnya yang terus berjuang untuk meraih kemenangan.

Jumat, 25 April 2025

Marquez hingga Pecco Bagnaia Angkat Bicara soal Penalti Vinales dan Ketatnya Aturan Tekanan Ban MotoGP

Marquez hingga Pecco Bagnaia Angkat Bicara soal Penalti Vinales dan Ketatnya Aturan Tekanan Ban MotoGP
Marquez hingga Pecco Bagnaia Angkat Bicara soal Penalti Vinales dan Ketatnya Aturan Tekanan Ban MotoGP.

JAKARTA - Peraturan tekanan ban di MotoGP kembali menjadi sorotan besar setelah insiden yang menimpa pembalap Tech3 KTM, Maverick Vinales. Ia tampil luar biasa di Grand Prix Qatar, naik dari posisi keenam untuk memimpin balapan, dan akhirnya finis di posisi kedua. 

Namun sayangnya, podium impian itu harus sirna karena penalti aturan tekanan ban. Hasil akhirnya? Vinales terlempar ke posisi ke-14.

Kejadian ini membuat sejumlah pembalap papan atas buka suara. Mereka merasa aturan ini tidak perlu diubah, tapi tetap mempertanyakan penerapannya di lintasan. 

Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aturan tekanan ban ini jadi begitu krusial, dan apakah benar-benar adil untuk semua pembalap?

Aturan Tekanan Ban: Sekilas Penjelasan

Saat ini, regulasi MotoGP mengatur bahwa tekanan minimum pada ban depan adalah 1.8 bar, dan tekanan itu harus dipertahankan minimal selama 60% dari total balapan. Jika tekanan ban tidak memenuhi standar tersebut, pembalap akan mendapatkan penalti waktu tambahan. Dalam kasus Vinales, ia diberi penalti 16 detik, yang langsung menjatuhkannya dari posisi dua besar.

Masalah muncul karena Vinales diperkirakan akan bertarung di tengah kerumunan pembalap, sehingga tekanan bannya disesuaikan untuk situasi tersebut. Tapi ternyata, dia langsung melesat ke depan dan memimpin balapan di udara terbuka (free air), yang menyebabkan tekanan ban tidak naik sesuai ekspektasi tim.

Beberapa pembalap ternama menyuarakan opini mereka terkait kejadian ini. Salah satunya adalah Marc Marquez, yang kini memperkuat Gresini Racing. Menurut Marquez, aturan ini memang penting untuk keamanan, namun ada ruang untuk melakukan penyesuaian kecil.

“Masalah utamanya adalah keselamatan, seperti yang ditekankan oleh Michelin. Tapi mungkin kita bisa diskusi soal persentase jarak tempuhnya. Mungkin nggak perlu 60%, bisa dikurangi kalau memang masih aman,” ujar Marquez menjelang GP Spanyol.

Marc Marquez sendiri pernah melakukan manuver yang cukup strategis saat balapan di Thailand. Di sana, ia sengaja memperlambat lajunya agar tekanan ban bisa naik dan menghindari penalti serupa. Hal ini menunjukkan bahwa pembalap saat ini harus berpikir ekstra bukan hanya soal kecepatan, tapi juga cara ‘mengakali’ aturan yang ada.

Berbeda dengan Marquez, juara dunia Francesco “Pecco” Bagnaia lebih tegas. Menurutnya, aturan sudah ada dan harus diikuti.

“Aturannya sudah jelas, dan tujuannya untuk keselamatan. Dulu kita memang balapan dengan tekanan ban lebih rendah, tapi batas yang diterapkan di Qatar masih cukup rendah kok. Jadi saya rasa ini bukan masalah besar,” ucap Pecco.

Sementara itu, Alex Marquez, adik Marc, menambahkan bahwa detail seperti ini justru jadi bagian dari kompetisi.

“Mungkin threshold atau persentasenya bisa disesuaikan sedikit. Tapi, pada akhirnya ini adalah bagian dari kompetisi. Kita semua tunduk pada aturan yang sama.”

Regulasi tekanan ban ini memang digagas oleh Michelin, pemasok ban resmi MotoGP, demi alasan keselamatan. Ban dengan tekanan yang terlalu rendah bisa berisiko lebih besar untuk mengalami kerusakan atau bahkan pecah, terutama di kecepatan tinggi.

Namun di sisi lain, tekanan ban yang lebih rendah seringkali memberikan traksi yang lebih baik, terutama di tikungan. Ini berarti ada trade-off antara performa dan keamanan, yang tentunya tidak mudah diatur dalam skenario balapan yang dinamis dan penuh variabel.

Fakta bahwa penalti seperti ini baru menimpa pembalap yang tampil impresif tentu mengundang simpati dari banyak pihak. Penonton pun merasa kecewa ketika pembalap seperti Vinales yang menunjukkan performa luar biasa harus kehilangan posisi karena hal teknis yang tidak sepenuhnya bisa dikontrol dari atas motor.

Sejauh ini, belum ada tanda-tanda aturan ini akan dicabut atau diubah secara drastis. Namun diskusi soal pengurangan persentase jarak tempuh (dari 60% jadi mungkin 50% atau bahkan 40%) mulai muncul. Tujuannya adalah memberikan ruang gerak lebih bagi tim dan pembalap untuk mengatur strategi mereka, terutama dalam situasi tak terduga seperti yang dialami Vinales.

Yang jelas, keputusan-keputusan seperti ini akan terus memicu debat di antara tim, pembalap, bahkan penggemar. Bagi para pembalap, yang mereka inginkan adalah aturan yang adil, bisa diprediksi, dan tetap mengutamakan keselamatan, tanpa mengorbankan esensi balapan itu sendiri.

Kontroversi yang dialami Maverick Vinales di GP Qatar jadi pengingat bahwa dunia balap bukan hanya soal siapa yang tercepat, tapi juga soal siapa yang paling cermat memahami dan menyesuaikan diri dengan aturan. Meskipun aturan tekanan ban dibuat demi keselamatan, pembalap dan tim butuh fleksibilitas agar balapan tetap seru dan kompetitif.

Alih-alih menghapus aturan, mungkin saatnya MotoGP dan Michelin duduk bareng untuk merevisi angka-angka yang digunakan, tanpa melupakan alasan utama kenapa aturan itu ada. Karena di ujung hari, MotoGP bukan cuma soal teknologi dan kecepatan tapi juga tentang keadilan, keberanian, dan bagaimana manusia menghadapi tantangan dalam kondisi ekstrem.

Marc Marquez Akui Ancaman Serius dari Alex Marquez yang Kini Tampil Konsisten dan Percaya Diri di MotoGP 2025

Marc Marquez Akui Ancaman Serius dari Alex Marquez yang Kini Tampil Konsisten dan Percaya Diri di MotoGP 2025
Marc Marquez Akui Ancaman Serius dari Alex Marquez yang Kini Tampil Konsisten dan Percaya Diri di MotoGP 2025.

JAKARTA - Persaingan Dua Saudara: Marc Marquez Waspadai Ancaman Sang Adik, Alex, di Papan Atas Klasemen MotoGP 2025. Musim MotoGP 2025 menjadi salah satu musim paling menarik dalam beberapa tahun terakhir. 

Bukan hanya karena performa luar biasa dari Marc Marquez bersama tim pabrikan Ducati, tetapi juga karena kejutan besar datang dari adiknya sendiri, Alex Marquez, yang tampil konsisten dan mengejutkan banyak pihak. 

Kini, bukan tidak mungkin pertarungan gelar dunia MotoGP 2025 akan menjadi ajang adu cepat dua bersaudara dari Cervera ini.

Marc Marquez, yang dikenal sebagai salah satu pembalap paling berprestasi di era modern, mengakui bahwa dirinya mulai menyadari potensi duel dengan Alex untuk memperebutkan gelar juara dunia di akhir musim. 

Dengan kemenangan sebanyak tujuh kali dari delapan balapan awal musim, Marc memang layak dijuluki sebagai favorit kuat peraih gelar tahun ini. Namun, performa Alex justru menjadi cerita lain yang tak kalah menarik.

Alex Marquez Tampil Konsisten dan Tak Bisa Diremehkan

Mengendarai motor Ducati Desmosedici GP24 versi tahun lalu, Alex berhasil menunjukkan bahwa dirinya tidak bisa dianggap remeh. 

Ia mencetak tujuh kali finis di posisi kedua secara beruntun, bahkan sempat memimpin klasemen sementara setelah Grand Prix di COTA (Amerika Serikat). 

Meskipun performanya sedikit menurun di Qatar, Alex tetap menjadi penantang terdekat bagi Marc dengan hanya selisih 17 poin.

"Saya sangat bangga dengan Alex. Dia selalu menghadapi segala hal dengan kepala dingin, dan kini dunia bisa melihat apa yang sebenarnya dia mampu lakukan," ujar Marc Marquez menjelang balapan di Jerez, Spanyol.

Marc juga menyoroti bagaimana Alex telah tumbuh menjadi pembalap yang mandiri dan matang, meski selama bertahun-tahun harus terus dibanding-bandingkan dengannya. 

“Bayangkan saja, setiap wawancara selalu ada pertanyaan soal ‘kakaknya Marc’, itu bisa bikin siapa pun stres. Tapi Alex bisa menghadapinya dengan elegan,” tambahnya.

Dukungan Satu Sama Lain Sejak di Gresini

Tahun 2024 menjadi titik balik penting dalam karier keduanya, terutama bagi Alex. Ketika Marc memutuskan meninggalkan Honda dan bergabung dengan Gresini Racing, ia berada satu tim dengan sang adik. Menurut Marc, momen tersebut sangat membantu mereka berdua untuk berkembang.

“Saya rasa tahun lalu, saat kami satu tim, sangat membantu kami berdua. Kami saling mendukung, bekerja di garasi yang sama, dan itu membuat semuanya terasa lebih ringan,” kenang Marc.

Kini, meski berada di tim yang berbeda dan memiliki strategi masing-masing, keduanya tetap menjaga hubungan baik. Di rumah, mereka masih saling berdiskusi. 

Di lintasan, mereka saling bersaing secara profesional, tanpa menghilangkan semangat saling mendukung yang telah mereka pelihara sejak kecil.

“Di rumah, kami sering berbagi cerita dan saling bantu. Tapi di lintasan, kami fokus pada tim masing-masing. Kalau ketemu di Q2 atau Sprint Race, ya kita balapan seperti biasa. Tapi bisa bersaing untuk kemenangan di MotoGP bersama adik sendiri, itu luar biasa,” ucap Marc dengan nada penuh semangat.

Suasana Positif di Rumah Marquez

Menariknya, rumah keluarga Marquez kini menjadi pusat energi positif. Dua pembalap teratas di klasemen sementara MotoGP berasal dari satu keluarga yang sama, dan itu menciptakan suasana yang tidak biasa.

“Suasananya luar biasa, tapi tentu harus tetap seimbang. Saat energinya terlalu positif, kita jadi ingin terus bergerak dan melakukan banyak hal. Jadi, kami belajar untuk mengatur energi itu agar tetap fokus dan tidak kelelahan,” jelas Marc.

Dengan Jorge Martin sedang absen karena cedera dan Francesco Bagnaia belum sepenuhnya konsisten, peluang terbuka lebar bagi duel saudara ini berlangsung hingga akhir musim. 

Marc mengakui, walau mereka punya strategi dan tim masing-masing, tetap ada semangat saling dukung yang tidak hilang.

“Kami punya pendekatan teknis yang berbeda, tapi dari sisi sportivitas, kami selalu saling bantu. Dari dulu sampai sekarang, semangat itu tidak berubah. 

Tapi saya sadar betul, bisa jadi di akhir musim, saya akan bersaing ketat dengan adik saya sendiri untuk jadi juara dunia,” kata Marc, menunjukkan rasa waspada dan hormat yang tinggi terhadap Alex.

Alex Tetap Rendah Hati Meski Dijuluki 'Mr. P2'

Sementara itu, Alex Marquez memilih untuk tetap rendah hati. Meski belum pernah naik podium pertama musim ini, ia tidak mempermasalahkan status “Mr. P2” yang disematkan kepadanya.

“Saya nggak masalah dibilang Mr. P2! Kalau bisa terus seperti ini sampai akhir musim, saya juga senang. Yang penting, kita harus menikmati momen ini,” ucap Alex dengan senyum khasnya usai balapan di COTA.

Namun, banyak pengamat MotoGP percaya bahwa kemenangan perdana Alex di kelas utama tinggal menunggu waktu saja. Konsistensinya selama ini adalah bukti bahwa ia hanya butuh satu momen sempurna untuk naik ke level selanjutnya.

Arah Persaingan MotoGP 2025: Keluarga di Ujung Pertarungan

Persaingan dua saudara kandung dalam perebutan gelar juara dunia adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi di dunia olahraga profesional, apalagi di ajang sekompetitif MotoGP. Situasi ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar balap motor di seluruh dunia.

Mampukah Marc mempertahankan dominasinya dan merebut gelar kedelapan? Ataukah justru Alex yang akan mencuri perhatian dan membuat sejarah sebagai adik yang mengalahkan sang legenda di puncak performanya?

Yang jelas, musim MotoGP 2025 ini telah menjadi panggung luar biasa bagi keluarga Marquez. Tidak hanya soal persaingan, tetapi juga tentang nilai kekeluargaan, kerja keras, dan semangat sportivitas yang tinggi.

Juara Sprint Race Berturut turut Marc Marquez Tetap Merasa Belum Capai Performa Maksimal

Juara Sprint Race Berturut turut Marc Marquez Tetap Merasa Belum Capai Performa Maksimal
Juara Sprint Race Berturut turut Marc Marquez Tetap Merasa Belum Capai Performa Maksimal.

JEREZ – Meski tampil luar biasa bersama Ducati di MotoGP 2025, Marc Marquez secara jujur mengaku bahwa dirinya belum kembali ke performa puncaknya seperti saat masih membela Honda di musim 2020.

Padahal, sejauh ini Marquez benar-benar mencuri perhatian di musim ini. Ia berhasil menyapu bersih empat sprint race pertama dan memenangkan tiga dari empat balapan utama, membuatnya bertengger nyaman di puncak klasemen sementara dengan keunggulan 17 poin. 

Tapi di balik performa memukau itu, Marquez merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya dibanding lima tahun lalu.

Marquez: “Saya Masih Belum Menyamai Level Saya di Jerez 2020”

Dalam konferensi pers jelang MotoGP Spanyol di Sirkuit Jerez, Marquez ditanya apakah ia merasa lebih baik dibanding performanya di tahun 2020. Jawabannya cukup mengejutkan.

“Tidak,” jawab Marquez tegas. “Di tahun 2020, terutama di GP Spanyol, level saya luar biasa. Saya merasa sangat kuat, baik secara fisik maupun secara teknis dengan motor saat itu. Rasanya luar biasa.”

Ia pun mengingat kembali betapa nyamannya ia bersama motor Honda kala itu. Setelah satu dekade membalap dengan motor yang sama, Marquez benar-benar memahami batas kemampuan tunggangannya, termasuk kapan harus menyerang dan kapan harus bertahan. 

Sayangnya, kecelakaan hebat di balapan tersebut memaksanya absen panjang akibat patah tulang di lengan kanannya.

Kini, walau sudah menemukan chemistry baru bersama Ducati, Marquez menyebut bahwa sensasinya tidak bisa disamakan.

“Sekarang saya merasa cepat, tapi saya belum benar-benar tahu di mana batas dari motor ini. Saya masih terus belajar dan menemukan area-area yang bisa saya tingkatkan, termasuk setelah balapan di Qatar.”

Adaptasi dengan Ducati: Belum Sampai Titik Maksimal

Musim 2025 menjadi awal baru bagi Marquez bersama tim pabrikan Ducati. Ia menunggangi motor versi terbaru yang ia sebut sebagai “GP24.5” versi transisi yang belum sepenuhnya mengadopsi mesin, sasis, dan aero spek 2025.

Meski demikian, Marquez mengakui bahwa motor ini sudah jauh lebih cocok untuk gaya balapnya dibanding motor GP23 yang ia gunakan musim lalu.

“Perbedaan antara GP23 dan GP24.5 sangat besar,” ujarnya. “Yang paling saya butuhkan adalah kestabilan saat masuk tikungan. Di GP23 saya sangat terbatas, tapi sekarang saya merasa lebih percaya diri.”

Ia juga menambahkan bahwa motor ini memberikan sensasi yang menarik semakin lama ia mengendarainya, semakin besar rasa penasaran untuk mengetahui sejauh mana ia bisa mendorongnya.

“Dengan GP23, saya sering jatuh ketika melakukan time attack dengan ban baru, karena saya belum tahu batasnya. Tapi dengan motor baru ini, saya bisa lebih nyaman. Meski begitu, saya belum tahu pasti sampai di mana batas kemampuannya.”

Dapat Pujian dari Ducati, Tapi Marquez Tetap Merendah

Manajer tim Ducati, Davide Tardozzi, bahkan memuji Marquez sebagai versi "paling lengkap" yang pernah ada. Namun Marquez tidak mau larut dalam pujian. 

Ia tetap rendah hati dan menekankan bahwa performa saat ini bukan berarti ia lebih baik dari dirinya di masa lalu.

“Saya tidak bisa bilang saya lebih baik atau lebih buruk. Saya cuma bisa bilang: saya berbeda. Saya sekarang bukan Marc Marquez yang sama seperti lima tahun lalu.”

Balapan di Jerez Jadi Ajang Pembuktian

Balapan di Jerez, tempat di mana kecelakaan tragis itu terjadi, tentu punya makna emosional tersendiri bagi Marquez. Tahun lalu, ia berhasil meraih podium pertamanya bersama Ducati setelah bertarung sengit dengan juara bertahan Pecco Bagnaia. 

Kini, di tahun 2025, ia berharap bisa terus menekan dan menunjukkan bahwa dirinya masih layak disebut sebagai salah satu yang terbaik sepanjang masa.

Ia juga mengungkapkan rasa penasaran untuk melihat bagaimana performa motornya di sirkuit-sirkuit berbeda, termasuk Jerez yang memiliki karakteristik sempit dan teknikal.

“Saya tertarik untuk melihat bagaimana motor ini bekerja di sirkuit seperti Jerez. Di sini semuanya lebih kecil, jadi tantangannya juga beda. Tapi saya siap.”

Optimisme Fans dan Dunia MotoGP

Terlepas dari komentarnya yang cenderung merendah, tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran Marquez sebagai penantang serius di Ducati menjadi salah satu cerita paling menarik di MotoGP 2025. 

Banyak penggemar yang mulai bermimpi melihat Marquez kembali meraih gelar dunia, kali ini bukan dengan Honda, melainkan Ducati hal yang dulu dianggap mustahil.

Kombinasi pengalaman, determinasi, dan kemampuan adaptasi Marquez menjadi faktor kunci yang menjadikannya sosok yang sulit dikalahkan musim ini.

Marc Marquez mungkin belum merasa dirinya sekuat dulu, tapi performa yang ia tampilkan di musim 2025 bersama Ducati sudah cukup membuat lawan-lawan ketar-ketir. 

Dengan pendekatan yang penuh perhitungan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap motor barunya, Marquez membuktikan bahwa juara sejati tidak hanya soal kecepatan, tapi juga soal kemampuan beradaptasi dan konsistensi.

Apakah Marc Marquez akan kembali meraih gelar juara dunia musim ini? Atau akankah ia menemukan level baru yang bahkan lebih tinggi dari masa jayanya di Honda? Yang pasti, MotoGP 2025 baru saja memulai babak yang sangat seru dan Marquez ada di tengah-tengahnya.

Kamis, 24 April 2025

Balapan di Kampung Halaman Marc Marquez Incar Kemenangan Spektakuler Bersama Ducati di Jerez

Balapan di Kampung Halaman Marc Marquez Incar Kemenangan Spektakuler Bersama Ducati di Jerez
Balapan di Kampung Halaman Marc Marquez Incar Kemenangan Spektakuler Bersama Ducati di Jerez.

JAKARTA - Marc Marquez udah nggak sabar buat balapan di kandangnya sendiri, Jerez, akhir pekan ini. Tapi kali ini bukan bareng Honda lagi, guys! Yup, sekarang dia udah resmi jadi jagoan baru Ducati, dan bisa jadi momen ini bakal jadi sejarah baru di MotoGP. 

Gak main-main, kemenangan di Jerez bisa bikin Ducati menyamai rekor legendaris Honda soal kemenangan beruntun!

Bisa Samain Rekor Gokil Honda

Kalau Marquez menang di Jerez, itu bakal jadi kemenangan ke-22 berturut-turut buat Ducati di kelas utama. Angka yang sama kayak rekor Honda dari tahun 1997 sampai 1998. 

Dulu Marquez adalah "anak emas" Honda, tapi sekarang dia bisa bantu Ducati nyamain prestasi mantan timnya sendiri. Ironis tapi keren, kan?

Spanyol Nambah Koleksi Kemenangan ke-200

Nggak cuma buat Ducati, kemenangan ini juga bisa jadi hadiah spesial buat Spanyol. Soalnya kalau Marquez naik podium paling tinggi, itu bakal jadi kemenangan ke-200 rider Spanyol di kelas MotoGP. Gila nggak tuh, dua rekor bisa dicetak sekaligus!

Naik Podium = Salip Jorge Lorenzo

Kalau Marquez cuma naik podium aja (meskipun gak juara), itu udah cukup buat nyalip mantan rivalnya, Jorge Lorenzo, dalam jumlah podium. 

Sekarang Marquez punya 114 podium, dan Lorenzo juga segitu. 

Satu podium lagi, dan Marquez bakal duduk manis di posisi kedua sepanjang masa, tepat di bawah Valentino Rossi. Legendaris banget!

Jerez: Manis Tapi Juga Pahit

Buat Marquez, Jerez itu tempat yang penuh kenangan. Dia pernah juara di sana tahun 2014, 2018, dan 2019. 

Tapi juga pernah alami momen kelam saat tangannya cedera parah tahun 2020 cedera yang hampir bikin kariernya tamat. 

Waktu itu dia udah bikin comeback gokil dari posisi 16 ke 3 sebelum akhirnya jatuh.

Nah, sekarang dia datang lagi ke Jerez dengan semangat baru. “Target gue akhir pekan ini jelas: podium. Gak harus menang, yang penting bisa tetap jaga momentum positif,” ujar Marquez.

Duel Sengit vs Bagnaia Lagi?

Tahun lalu, Marquez nyaris menang di Jerez bareng Gresini Ducati, tapi dikalahin sama rekan setimnya sekarang, Francesco Bagnaia. 

Duel mereka waktu itu bikin penonton Jerez nggak bisa duduk tenang. Tahun ini, mereka bakal bertarung lagi. 

Dan menariknya, cuma mereka berdua yang udah menang musim ini Marquez dan Bagnaia.

Jadi, bisa dibilang Jerez bakal jadi panggung duel klasik lagi antara dua rider paling garang di grid. Siapa yang bakal menang kali ini?

Start Impian Bareng Ducati

Debut Marquez bareng Ducati bener-bener mimpi jadi kenyataan. Bayangin aja, dia udah menang 7 dari 8 balapan pertama musim ini semuanya dari pole position! Cuma satu kali gagal finish di COTA gara-gara jatuh saat lagi mimpin.

“Awalnya gue pikir perlu waktu adaptasi. Tapi pas menang di Buriram, itu rasanya kayak napas lega banget. Ternyata tim baru, motor baru, semuanya nyambung,” kata Marquez.

Sekarang dia unggul 17 poin dari adik kandungnya sendiri, Alex Marquez, di klasemen sementara. Jadi, Jerez bisa jadi penentu awal siapa yang bakal dominasi Eropa musim ini.

Banyak banget yang dipertaruhkan di Jerez: rekor Ducati, sejarah MotoGP Spanyol, balas dendam pribadi Marquez di sirkuit yang pernah bikin dia menderita, sampai duel lanjutan lawan Bagnaia. Semua mata bakal tertuju ke Jerez akhir pekan ini.

Kalau Marquez bisa menang atau minimal naik podium, sejarah bakal tercipta. Dan Ducati makin mantap jadi kekuatan baru MotoGP.

Siap-siap deh, akhir pekan ini bakal panas banget di Jerez. Jangan sampai ketinggalan aksi si Baby Alien, bro!

Pecco Bagnaia Percaya Diri Bisa Adu Gengsi Lawan Marc Marquez Sampai Akhir Musim MotoGP 2025

Pecco Bagnaia Percaya Diri Bisa Adu Gengsi Lawan Marc Marquez Sampai Akhir Musim MotoGP 2025
Pecco Bagnaia Percaya Diri Bisa Adu Gengsi Lawan Marc Marquez Sampai Akhir Musim MotoGP 2025.

JAKARTA - Pecco Bagnaia, sang juara dunia dua kali MotoGP, nggak mau nyerah begitu aja walaupun awal musim 2025 ini terasa berat banget buat dia. 

Walau performanya belum maksimal, Bagnaia tetap optimis bisa ngelawan Marc Marquez sampai seri terakhir di Valencia. 

Wah, duel antar rider tim pabrikan Ducati ini bakal makin panas nih!

Awal Musim yang Berat Buat Pecco

Sejauh ini di musim 2025, Marc Marquez udah tampil menggila! Dia menangin semua sprint race dan juga tiga dari tiga balapan utama pertama musim ini. 

Gila nggak tuh? Hasilnya, Marquez udah unggul 26 poin dari Bagnaia di klasemen sementara. 

Padahal mereka berdua pakai motor yang sama, Ducati GP25. Tapi entah kenapa, Pecco belum nemuin feeling terbaiknya di atas motor baru ini.

Untungnya, Pecco sempet dapet angin segar di COTA alias Circuit of the Americas. Di sana, dia berhasil menang setelah Marc Marquez crash saat lagi mimpin balapan. Kemenangan itu jadi titik balik buat Bagnaia karena dia ngerasa motornya udah mulai “nyambung” lagi sama gaya balapnya.

Dalam wawancaranya bareng TNT Sport, Bagnaia bilang dia tahu banget siapa yang dia hadapin sekarang. 

“Marc mungkin adalah rider paling kompetitif. Tahun lalu dia masih adaptasi, dan dia ngelakuin itu dengan bagus. Tapi musim ini dia langsung tancap gas dari awal,” kata Pecco.

Meskipun sadar lawannya lagi dalam performa terbaik, Pecco tetap yakin kalau pertarungan mereka bakal seru sampai akhir musim. 

“Gue rasa begitu gue balik ke performa puncak, kita bakal bertarung habis-habisan dan itu bakal seru banget,” tambahnya.

Tahun lalu, meskipun Pecco menang 11 balapan, dia tetep kalah di klasemen akhir dari Jorge Martin yang cuma menang 3 kali. 

Nah, pengalaman itu bikin Pecco lebih sabar dan tenang menghadapi situasi sekarang.

“Soalnya gue tahu masalahnya di mana, tapi emang nggak gampang buat diselesaikan. Gue percaya potensinya bakal balik, tapi waktu itu gue belum tahu kapan,” ungkapnya.

Saat sampai di Austin, dia langsung ngerasa ada yang beda dari sesi pertama latihan. Feeling-nya makin oke dan dia bisa ngelawan rider-rider tercepat. 

“Itu bener-bener jadi kelegaan buat gue. Gue bisa nikmatin balapannya lagi,” kata Bagnaia dengan wajah sumringah.

Dengan Marquez yang lagi gacor dan Bagnaia yang mulai balik ke bentuk terbaiknya, pertarungan antar dua rider Ducati ini bisa jadi salah satu yang paling seru dalam sejarah MotoGP. 

Nggak cuma soal siapa yang paling cepat, tapi juga siapa yang paling konsisten dan kuat mentalnya sampai akhir musim.

Buat fans MotoGP, musim ini bakal penuh drama, aksi, dan pastinya ketegangan sampai titik terakhir di Valencia. So, siap-siap deh buat nonton duel panas antara Pecco Bagnaia dan Marc Marquez tiap pekan balapan. Jangan sampai kelewatan, bro!

Selasa, 22 April 2025

Perjalanan Karier Scott Redding: Dari Rivalitas dengan Marquez hingga Bangkit di WorldSBK

Perjalanan Karier Scott Redding Dari Rivalitas dengan Marquez hingga Bangkit di WorldSBK
Perjalanan Karier Scott Redding: Dari Rivalitas dengan Marquez hingga Bangkit di WorldSBK.

JAKARTA - Dunia balap motor penuh dengan cerita inspiratif, salah satunya datang dari pembalap Inggris, Scott Redding. 

Meski sempat mengalahkan Marc Marquez saat masih remaja, perjalanan Redding tidak semulus sang juara dunia delapan kali. 

Kini, ia berbagi cerita tentang betapa pentingnya dukungan finansial dan manajerial dalam menentukan arah karier seorang pembalap.

Dalam wawancaranya di podcast Motorsport Republica, Redding mengungkapkan bahwa ia dan Marquez tumbuh bersama di lintasan balap. 

Keduanya sering bertarung di kelas 125cc, dan bahkan Redding kerap keluar sebagai pemenang.

"Aku dan Marc tumbuh bersama di dunia balap. Saat kami masih di kelas 125cc, aku sering mengalahkannya," ujar Redding. "Tapi perbedaannya, dia punya banyak dukungan — dari Red Bull, Repsol, hingga tim pabrikan seperti KTM. Sementara aku? Aku nggak punya apa-apa."

Nasib yang Berbeda Karena Dukungan Finansial

Redding mengakui bahwa perbedaan besar antara dirinya dan Marquez bukan terletak pada bakat, tapi pada akses terhadap dukungan yang kuat. 

Marquez mendapat tempat di tim pabrikan sejak dini, lengkap dengan tim yang dibentuk khusus untuk mendukung potensinya. 

Sementara itu, Redding hanya bisa mengandalkan kemampuan sendiri dan manajemen yang, menurutnya, tidak benar-benar memahami dunia balap motor.

"Manajerku dulu nggak paham dunia balap. Mereka nggak tahu apa yang harus aku katakan, lakukan, bahkan pakai. Aku cuma anak liar yang nggak suka aturan. Tapi itulah aku," lanjutnya.

Meski karier mereka akhirnya mengambil jalur yang sangat berbeda, Redding tidak menyesali apapun. Ia percaya bahwa semua pengalaman itu telah membentuk kepribadiannya saat ini.

"Aku mungkin bisa punya karier yang berbeda kalau dulu aku punya tim dan dukungan seperti Marc. Tapi aku nggak akan mengubah apa pun, karena semua itu membuat aku jadi seperti sekarang," katanya dengan mantap.

Menjadi Juara Termuda dan Perjalanan di MotoGP

Pada tahun 2008, Scott Redding mencetak sejarah sebagai pemenang termuda dalam balapan Grand Prix, tepatnya di kelas 125cc di Donington Park. 

Saat itu, ia baru berusia 15 tahun dan sukses meninggalkan Marquez di belakangnya.

Namun, Marquez dengan cepat bangkit dan menunjukkan potensinya. Dua tahun setelah kekalahan itu, Marquez keluar sebagai juara dunia 125cc dan kemudian melesat ke kelas MotoGP dengan segudang prestasi. 

Hingga saat ini, Marquez telah mengantongi delapan gelar juara dunia dan tengah berjuang untuk meraih gelar kesembilan.

Sementara itu, Redding menjalani karier yang penuh liku. Ia menghabiskan lima musim di MotoGP, membela tim-tim seperti Honda, Ducati, dan Aprilia. 

Meski tak pernah benar-benar bersinar di kelas premier, semangat Redding untuk terus membalap tak pernah padam.

Sukses di British Superbike dan WorldSBK

Setelah meninggalkan MotoGP, Redding beralih ke British Superbike Championship (BSB). Di sana, ia langsung menunjukkan kelasnya dengan menjuarai kompetisi tersebut di musim pertamanya pada tahun 2019. 

Kesuksesan itu mengantarnya ke kejuaraan World Superbike (WorldSBK), di mana ia tampil cukup konsisten bersama Ducati.

Pada tahun 2021, Redding berhasil finis di posisi ketiga klasemen WorldSBK bersama Ducati. Namun, ketika ia pindah ke tim BMW, performanya sempat menurun drastis. 

Ia kesulitan menemukan ritme dan sempat diragukan bisa kembali ke level tertinggi.

Tapi tahun ini, Redding membuat keputusan penting: kembali menunggangi motor Ducati. Keputusan itu membuahkan hasil positif. Performanya mulai membaik dan kepercayaan dirinya kembali tumbuh.

Pelajaran dari Scott Redding: Bakat Saja Tidak Cukup

Kisah hidup Scott Redding adalah cerminan dari kerasnya dunia balap motor. Bakat besar tidak selalu cukup untuk menjamin kesuksesan jika tidak dibarengi dengan dukungan yang tepat. 

Perbedaan antara dirinya dan Marquez menjadi bukti nyata bahwa dalam olahraga profesional, akses terhadap tim yang solid, dana, dan jaringan sponsor memainkan peran besar.

Namun di balik itu semua, Redding tetap bangga dengan pencapaiannya. Ia membuktikan bahwa kegigihan dan semangat pantang menyerah bisa membawanya bertahan di level atas meski tanpa fasilitas mewah.

"Aku tetap di sini, membalap di level tertinggi. Itu sudah cukup buatku," tutup Redding.

Pedro Acosta Ingin Kalah dari Marc Marquez Sebagai Tanda Penghormatan untuk Legenda MotoGP

Pedro Acosta Ingin Kalah dari Marc Marquez Sebagai Tanda Penghormatan untuk Legenda MotoGP
Pedro Acosta Ingin Kalah dari Marc Marquez Sebagai Tanda Penghormatan untuk Legenda MotoGP.

JAKARTA - Nama Pedro Acosta memang sedang hangat dibicarakan di dunia MotoGP. Pembalap muda asal Spanyol ini tampil mencuri perhatian sejak debutnya di kelas utama. 

Tapi siapa sangka, di balik semua pencapaian dan ekspektasi tinggi yang disematkan kepadanya, Acosta justru mengungkapkan keinginan yang cukup unik dan penuh rasa hormat: dia ingin bisa “kalah dari Marc Marquez”.

Bukan tanpa alasan Acosta berkata seperti itu. Dalam wawancara dengan media Spanyol Mundo Deportivo, pembalap yang saat ini memperkuat tim Tech3 KTM itu menyatakan bahwa hanya bisa bertarung melawan Marc Marquez saja sudah merupakan sebuah pencapaian tersendiri. 

“Lebih dari sekadar ingin mengalahkannya, saya ingin bisa berada di posisi di mana saya bisa kalah darinya. Karena bisa bertarung dengan pembalap sekelas Marc aja udah prestasi,” ujar Acosta dengan nada penuh hormat.

Debut Gemilang, Musim Kedua Penuh Tantangan

Pedro Acosta memang sempat mencuri perhatian pada musim debutnya di MotoGP. Setelah menjadi juara di Moto3 dan Moto2 dalam tiga tahun, Acosta langsung membuat gebrakan di kelas utama dengan meraih podium di balapan keduanya bersama Tech3 KTM. 

Sepanjang musim 2024, ia berhasil naik podium sembilan kali baik di sprint race maupun balapan utama.

Namun sayangnya, musim 2025 ini belum berjalan sesuai harapan. Dari empat seri awal, Acosta hanya mampu mengumpulkan 24 poin. 

Performanya yang kurang menggigit ini sebagian besar disebabkan oleh motor KTM yang masih kalah kompetitif dibandingkan para rivalnya.

Hal ini jugalah yang membuat rumor kepindahan Acosta ke tim lain makin kencang berhembus. 

Salah satu tim yang santer dikaitkan dengannya adalah VR46 Racing Team milik Valentino Rossi, yang saat ini menggunakan motor Ducati. 

Bahkan, nama Acosta juga disebut-sebut masuk radar tim pabrikan Honda dan tim Pramac Yamaha untuk musim 2026.

Komentar Marquez dan Dukungan Rossi

Menariknya, Marc Marquez sendiri justru mendukung jika Acosta pindah ke tim yang lebih kompetitif. 

Bagi Acosta, mendapat restu dari legenda MotoGP seperti Marquez adalah suatu kehormatan besar. 

“Kalau seorang legenda seperti Marc bilang begitu, itu tentu membanggakan dan sangat positif. Kita lihat saja nanti masa depan akan seperti apa,” ujar Acosta.

Sementara itu, Valentino Rossi yang ditemui saat Grand Prix Qatar juga memberikan dukungan moril kepada Acosta, meskipun ia enggan membahas lebih dalam soal kemungkinan Acosta bergabung ke tim VR46. 

Di sisi lain, bos KTM, Pit Beirer, juga turut angkat bicara untuk menepis isu kepindahan Acosta. 

Ia menegaskan bahwa KTM masih punya kontrak dengan pembalap muda tersebut dan menyebut ketertarikan dari tim-tim lain sebagai “sebuah pujian”.

Antara Loyalitas dan Ambisi

Dilema yang kini dihadapi Acosta mencerminkan konflik antara loyalitas kepada tim dan keinginan untuk terus berkembang. 

Di satu sisi, ia ingin terus membela KTM yang telah memberinya kesempatan di MotoGP. 

Tapi di sisi lain, ia tentu punya ambisi untuk bertarung di papan atas dan meraih gelar juara dunia impian semua pembalap.

Komentar Acosta tentang keinginannya untuk “kalah dari Marquez” juga bisa dimaknai sebagai bentuk kedewasaan. 

Ia sadar bahwa bertarung melawan rider kaliber dunia seperti Marquez adalah tantangan besar. 

Tapi bagi Acosta, kesempatan untuk bisa berada di level yang sama dan bersaing langsung di lintasan adalah hal yang jauh lebih penting daripada sekadar menang.

Masa Depan Masih Misterius

Dengan performa motor KTM yang belum memuaskan dan banyaknya tim yang mulai meliriknya, masa depan Pedro Acosta di MotoGP masih menjadi teka-teki besar. 

Apakah ia akan tetap bertahan di KTM dan berjuang bersama tim Austria itu? Ataukah ia akan menerima tawaran dari tim lain demi peluang lebih besar bersaing di depan?

Satu hal yang pasti, Pedro Acosta telah menunjukkan sikap rendah hati dan semangat bertarung yang luar biasa. 

Di usia yang masih sangat muda baru 20 tahun ia sudah punya pemikiran matang dan rasa hormat yang besar kepada para seniornya. 

Dan siapapun timnya nanti, Acosta jelas adalah sosok yang punya potensi menjadi bintang besar MotoGP di masa depan.

Sisi Tersembunyi Valentino Rossi dari Karisma Sang Legenda hingga Konflik Panas dengan Marc Marquez

Sisi Tersembunyi Valentino Rossi dari Karisma Sang Legenda hingga Konflik Panas dengan Marc Marquez
Sisi Tersembunyi Valentino Rossi dari Karisma Sang Legenda hingga Konflik Panas dengan Marc Marquez.

JAKARTA - Valentino Rossi dikenal sebagai salah satu ikon terbesar dalam sejarah MotoGP. Dengan kepribadiannya yang karismatik, gaya balapnya yang penuh aksi, serta kemampuan menghidupkan atmosfer balapan, Rossi benar-benar jadi sosok tak tergantikan. 

Tapi di balik semua pencapaiannya, ternyata ada sisi kontroversial dari sang legenda yang sempat muncul ke permukaan, terutama saat ia terlibat konflik dengan rival beratnya, Marc Marquez.

Dalam sebuah wawancara di podcast Motorsport Republica, mantan pebalap MotoGP, Scott Redding, membuka kembali kisah panas antara Rossi dan Marquez yang meledak pada pertengahan 2010-an. 

Redding, yang pernah berada di grid yang sama dengan keduanya, menyebut bahwa meskipun Rossi sangat pandai membangun hubungan dengan para fans, ia juga sempat menunjukkan sisi gelapnya dalam konflik tersebut.

Drama Rossi vs Marquez: Konflik yang Tak Terlupakan

Konflik antara Valentino Rossi dan Marc Marquez menjadi salah satu rivalitas paling terkenal dan kontroversial dalam sejarah MotoGP. 

Puncaknya terjadi pada musim 2015, tepatnya di GP Sepang, Malaysia, saat insiden saling senggol membuat hubungan keduanya benar-benar memanas.

Menurut Redding, Rossi kala itu sangat pintar dalam “mengendalikan” opini publik dan fans. "Dia itu jago banget dalam memainkan emosi fans. Baik itu dalam konteks positif atau negatif, dia tahu cara menggunakannya," ujar Redding.

Namun, Redding juga mengkritik cara Rossi “menghasut” fans untuk berbalik melawan Marquez. 

Bahkan, Marquez sempat mengalami teror dari oknum fans yang datang ke rumahnya hanya karena ketegangan yang terus dibakar di luar lintasan. 

“Itu sebenarnya bisa dicegah kalau Rossi mau. Tapi dia membiarkan itu terjadi, dan menurut saya itu menunjukkan sisi buruk dari dirinya,” lanjut Redding.

Saat Fans Mulai Berlebihan

Insiden tersebut ternyata masih membekas, bahkan hingga bertahun-tahun kemudian. Redding menyinggung kejadian di sirkuit Misano tahun lalu, di mana Marc Marquez mendapat cemoohan dari sebagian fans saat berada di podium. 

Rekan setim Rossi saat ini di Ducati, Pecco Bagnaia, bahkan secara terbuka meminta fans untuk lebih sportif. 

"Kalian nggak perlu sampai mengejek begitu," ujar Pecco saat itu, yang membuat banyak orang mengapresiasi sikapnya.

Era MotoGP yang Berubah: Dulu Panas, Sekarang Lebih Ramah

Scott Redding juga membandingkan era MotoGP saat ini dengan zamannya dulu. Ia mengatakan bahwa dulu rivalitas terasa lebih nyata dan personal. 

“Saya ingat banget zaman Rossi lawan Sete Gibernau. Wah, itu beneran panas, bukan sekadar drama buat media. Mereka bener-bener nggak akur,” katanya.

Redding mengaku lebih suka atmosfer yang penuh persaingan ketimbang sekarang, di mana para rider terlihat terlalu bersahabat. 

“Sekarang semua kayak makan malam bareng, latihan bareng, dan itu ngebuat kompetisi jadi kurang greget. Dulu, saya kalau punya teman di grid, itu pun tetap susah buat akur karena saat balapan, saya merasa kayak lagi perang.”

Menurutnya, perubahan ini juga dipengaruhi oleh aturan MotoGP yang kini lebih ketat. "Kalau kamu kasih jari tengah ke lawan saat balapan, bisa langsung kena denda. Ngomong kasar dikit aja bisa kena sanksi," kata Redding.

Sosok Rossi: Antara Legenda dan Manusia Biasa

Tak bisa dipungkiri, Valentino Rossi adalah legenda yang berjasa besar dalam mempopulerkan MotoGP ke seluruh dunia. 

Tapi seperti halnya manusia biasa, Rossi pun tak luput dari sisi kontroversial yang pernah menodai kariernya. 

Kehebatannya dalam membangun citra diri dan mempengaruhi opini publik memang luar biasa, tapi terkadang, strategi tersebut bisa berdampak negatif jika tidak dikendalikan dengan bijak.

Kini, meskipun Rossi sudah pensiun dari MotoGP dan fokus sebagai pemilik tim VR46 serta mentor bagi para pembalap muda, bayang-bayang konflik lamanya dengan Marquez masih sering dibicarakan. 

Terlebih lagi, Marquez kini membalap di tim pabrikan Ducati bersama anak didik Rossi sendiri, Pecco Bagnaia. 

Rivalitas lama mungkin akan hidup kembali, meski dalam bentuk yang berbeda.

Kisah antara Valentino Rossi dan Marc Marquez bukan hanya tentang persaingan di lintasan, tapi juga menggambarkan bagaimana pengaruh besar seorang tokoh publik bisa berdampak ke banyak hal, termasuk perilaku fans. 

Di satu sisi, Rossi adalah pahlawan yang membawa MotoGP ke level tertinggi, tapi di sisi lain, ia juga manusia biasa yang bisa berbuat salah.

Sebagai penonton dan penggemar, penting buat kita untuk tetap objektif, sportif, dan tidak larut dalam fanatisme berlebihan. 

Karena pada akhirnya, yang membuat MotoGP menarik bukan hanya rivalitas panas, tapi juga semangat sportifitas yang jadi jiwanya balapan sejati.

Senin, 21 April 2025

Aksi Marc Marquez Picu Perubahan Aturan MotoGP Lagi, Ini Kronologinya!

Aksi Marc Marquez Picu Perubahan Aturan MotoGP Lagi, Ini Kronologinya!
Aksi Marc Marquez Picu Perubahan Aturan MotoGP Lagi, Ini Kronologinya!.

JAKARTA - Marc Marquez emang dikenal sebagai pembalap yang agresif dan penuh strategi, tapi siapa sangka aksinya di MotoGP Amerika beberapa waktu lalu malah bikin heboh dan bikin aturan balapan harus direvisi lagi! 

Yup, kejadian unik yang terjadi di Circuit of the Americas (COTA) ini bahkan bikin panitia balapan harus menghentikan start dan mempertimbangkan perubahan regulasi demi keselamatan dan kejelasan aturan.

Kronologi Kekacauan di Grid Start MotoGP Amerika

Balapan MotoGP di COTA bulan lalu berlangsung dalam kondisi cuaca yang cukup tricky. Saat para pembalap masuk ke grid, trek masih basah, jadi mayoritas pakai ban basah. 

Tapi beberapa detik sebelum lampu start menyala, Marc Marquez, yang start dari pole position, langsung melesat dari grid menuju pit untuk ganti motor ke versi yang pakai ban kering. Pasalnya, lintasan udah mulai mengering drastis.

Melihat langkah berani Marquez, beberapa rider lain ikut-ikutan masuk ke pit. Akibatnya? Grid jadi kosong dan start balapan terpaksa dibatalkan oleh race direction demi alasan keselamatan. 

Keputusan ini sekaligus menyelamatkan para pembalap yang masuk pit dari hukuman ride-through penalty.

Sesuai aturan yang berlaku saat ini, pembalap yang meninggalkan grid karena alasan cuaca seharusnya tetap start dari posisi semula, lalu menjalani hukuman ride-through selama balapan. Tapi karena start dibatalkan, aturan itu jadi nggak berlaku.

Situasi ini bikin bingung banyak pihak, termasuk tim, pembalap, bahkan penonton. Race director Mike Webb pun mengonfirmasi bahwa insiden ini jadi bahan evaluasi penting. Menurutnya, perlu ada revisi aturan supaya nggak ada lagi kebingungan kalau kejadian serupa terulang.

Pengakuan Jujur dari Marquez

Dalam wawancaranya bersama DAZN, Marquez jujur mengaku tahu kalau balapan akan ditunda kalau ada lebih dari 10 pembalap yang masuk pit. Tapi dia nggak sadar kalau bisa kena penalti kalau ternyata jumlahnya kurang dari itu.

“Saya tahu kalau banyak yang masuk pit, start bakal ditunda. Tapi saya nggak tahu kalau masuk pit tanpa ada cukup pembalap lain bisa bikin saya dihukum,” kata Marquez.

Tapi yang menarik, Marquez juga bilang ini bukan kali pertama tindakannya bikin aturan MotoGP berubah.

Aksi-Aksi Marquez yang Pernah Bikin Aturan Diubah

Marquez udah beberapa kali bikin panitia MotoGP harus mikir ulang soal regulasi. Salah satunya adalah soal pergantian motor dalam kondisi flag-to-flag alias balapan yang dimulai dalam kondisi basah dan berakhir kering (atau sebaliknya). 

Dulu, Marquez suka banget langsung lompat dari satu motor ke motor lain di pitlane, dan itu jadi tren di antara rider lain. 

Tapi karena dianggap berbahaya, sekarang aturan mewajibkan rider untuk berhenti di area khusus sebelum ganti motor.

Contoh lainnya adalah di GP Jerman tahun 2014, di mana sebagian besar pembalap masuk pit setelah warm-up lap untuk ganti ban kering. Akibatnya mereka semua start dari pitlane. Kejadian ini juga memicu revisi aturan supaya situasi kayak gitu nggak terjadi lagi.

Meskipun bukan Marquez yang pertama kali masuk pit saat itu, dia yang paling menonjol karena berhasil berada di depan pit-exit dan mencuri start, yang tentu saja bikin geger.

MotoGP Terus Beradaptasi

Marquez sendiri bilang bahwa kejadian-kejadian seperti ini memang bagian dari dunia balap. Kadang ada momen improvisasi yang nggak bisa diprediksi siapa pun. 

Dan menurutnya, MotoGP juga menunjukkan sisi positif dengan selalu beradaptasi terhadap situasi seperti ini.

“Kita sedang bersaing. Ada momen-momen yang terjadi secara spontan, dan itulah yang bikin MotoGP menarik. Dan saya rasa, MotoGP cukup bijak untuk terus menyesuaikan aturan,” tambah Marquez.

Insiden yang melibatkan Marc Marquez di COTA ini mungkin kelihatan sepele, tapi dampaknya besar banget. 

Ini menunjukkan betapa pentingnya kejelasan aturan dalam situasi cuaca yang nggak menentu. Perubahan regulasi bukan hanya tentang menghukum atau melarang, tapi juga soal menjaga keselamatan dan sportivitas di lintasan.

MotoGP memang terus berkembang, dan aksi-aksi seperti yang dilakukan Marquez menjadi katalis perubahan demi balapan yang makin seru, aman, dan adil. 

Bagi penggemar, ini jadi pengingat bahwa di balik kecepatan dan adrenalin, strategi dan aturan juga punya peran penting dalam menentukan hasil akhir.

Marc Marquez Ungkap Perbedaan Kecepatan Satu Lap antara Ducati dan Honda

Marc Marquez Ungkap Perbedaan Kecepatan Satu Lap antara Ducati dan Honda
Marc Marquez Ungkap Perbedaan Kecepatan Satu Lap antara Ducati dan Honda.

JAKARTA - Marc Marquez, sang juara dunia MotoGP enam kali, selalu jadi bahan perbincangan di dunia balap. Setelah bertahun-tahun mendominasi bersama Honda, kini dia beralih ke Ducati, dan ternyata banyak hal yang berubah. 

Dalam wawancaranya baru-baru ini dengan Motorsport, Marquez mengungkapkan perbedaan signifikan yang dia rasakan antara kedua motor tersebut, khususnya dalam hal kecepatan satu lap.

Bagi Marquez, yang telah menikmati masa-masa kejayaannya di Honda, Ducati sekarang menjadi tantangan baru. Ia menyebutkan kalau perbedaan paling jelas terjadi saat melakukan lap kualifikasi. Menurut Marquez, saat keluar dari tikungan, Ducati jelas lebih unggul.

Keunggulan Ducati di Keluar Tikungan

Marquez menjelaskan dengan sangat jelas: "Keluar dari tikungan, Ducati lebih unggul." Maksudnya, Ducati lebih cepat dalam akselerasi keluar tikungan, yang memberikan keuntungan besar dalam waktu putaran. 

Namun, untuk bisa mendapatkan hasil terbaik dengan Ducati, kamu harus lebih berhati-hati pada bagian awal tikungan. “Di Ducati, kamu harus lebih hati-hati di bagian awal tikungan, dan waktu perbedaannya lebih terasa saat keluar,” lanjut Marquez.

Sebaliknya, Honda punya pendekatan yang sedikit berbeda. "Di Honda, yang penting adalah bagian awal tikungan. Kalau kamu cepat di bagian awal, itu akan membuatmu cepat di sisa lap,” jelas Marquez. 

Di Honda, fokusnya lebih ke kelancaran dan kecepatan di awal tikungan, sementara di Ducati, manajemen tikungan awal menjadi kunci, dan baru kemudian bisa melesat saat keluar.

Pernah Gagal Bangkit, Tapi Tetap Berjuang

Marc Marquez, meskipun sudah meraih banyak kesuksesan, tak lepas dari momen-momen penuh tantangan dalam kariernya. Salah satunya adalah comeback-nya yang terlalu cepat pada tahun 2020 setelah cedera parah di lengan kanan. Marquez mengakui, keputusan itu merupakan kesalahan besar. "Itu adalah kesalahan dari semua pihak, tapi tanggung jawabnya ada pada saya karena saya yang membuat keputusan terakhir," ujarnya.

Namun, meskipun cedera tersebut masih terasa, Marquez tetap menunjukkan bahwa dia masih kompetitif. "Lengan saya bekerja dengan baik, meskipun tidak sama seperti lima tahun lalu. Tapi hasil akhirnya tetap ada, saya masih bisa tampil kompetitif," tambahnya. 

Saat ini, setelah empat balapan di musim MotoGP 2025, Marquez sudah meraih tujuh kemenangan dari delapan balapan. Satu-satunya kekalahan terjadi saat dia terjatuh di MotoGP Amerika meski memimpin balapan dengan selisih dua detik.

Kunci Kesuksesan Marquez: Ikuti Insting

Marquez juga memberikan pesan kepada versi mudanya yang dulu meraih gelar juara 125cc. "Siapkan diri kalian, karena setelah itu, semuanya akan seperti mimpi," katanya. Jika ada satu momen yang dia sesali dalam kariernya, itu adalah comeback terlalu cepat setelah cedera di Jerez. Tapi untuk sisanya, dia hanya bilang, “Ikuti insting kalian, dan semuanya akan baik-baik saja.”

Sabtu, 19 April 2025

Marc Marquez Bikin Geger: Ancaman Serius Ducati di MotoGP Bisa Bertahan Hingga 5 Tahun Lagi!

Marc Marquez Bikin Geger Ancaman Serius Ducati di MotoGP Bisa Bertahan Hingga 5 Tahun Lagi!
Marc Marquez Bikin Geger: Ancaman Serius Ducati di MotoGP Bisa Bertahan Hingga 5 Tahun Lagi!.

JAKARTA - Performa luar biasa Marc Marquez bersama tim pabrikan Ducati bikin banyak pihak angkat topi bahkan bos tim Ducati sendiri, Davide Tardozzi, sampai memberi peringatan serius. 

Menurutnya, Marquez bukan cuma kembali ke performa terbaik, tapi juga bisa jadi “ancaman berbahaya” di MotoGP untuk empat hingga lima tahun ke depan.

Marc Marquez, yang kini sudah mengoleksi delapan gelar juara dunia, sukses menunjukkan taringnya sejak pindah ke tim utama Ducati untuk musim 2025. 

Dalam waktu singkat, pembalap asal Spanyol itu langsung menggebrak perebutan gelar juara dunia dengan memenangi semua balapan sprint dan tiga dari empat balapan utama yang sudah digelar sejauh ini.

Kemenangan impresifnya di Grand Prix Qatar menjadi bukti nyata bahwa Marquez belum habis. 

Bahkan, ia kini memimpin klasemen sementara dengan keunggulan 17 poin atas adiknya sendiri, Alex Marquez dari tim Gresini. 

Sementara itu, rekan setimnya di Ducati, Francesco "Pecco" Bagnaia, tertinggal 26 poin di belakang.

Dalam wawancaranya dengan media asal Spanyol, AS, Davide Tardozzi menyebut saat ini Ducati punya dua pembalap luar biasa di garasi mereka. "Kami punya raja dan pangeran di tim kami," ujar Tardozzi dengan bangga.

Ia melanjutkan, "Marc melakukan lap 1 menit 52,5 detik dan 1 menit 52,6 detik hanya beberapa lap sebelum finish. Itu menunjukkan siapa yang benar-benar menguasai lintasan."

Menurut Tardozzi, kombinasi antara pengalaman, keberanian, dan kecerdasan balap membuat Marquez kini tampil lebih matang dari sebelumnya. 

Ia bahkan yakin pembalap berusia 32 tahun ini bisa terus jadi ancaman serius di MotoGP hingga empat atau lima musim ke depan.

"Marc yang sekarang jauh lebih bijak dan dewasa," tambahnya. "Dia tahu kapan harus menekan dan kapan harus bermain aman. Dia tahu apa yang harus dilakukan untuk menjadi juara dunia, dan itu yang membuatnya sangat berbahaya bagi para rival."

Namun, Tardozzi juga tak menutup kemungkinan bahwa Pecco Bagnaia masih bisa merebut kemenangan di beberapa seri. 

Menurutnya, Pecco sudah belajar untuk menerima posisi dua jika itu bisa membantu strategi jangka panjang demi gelar juara.

"Pecco juga sudah makin dewasa. Dia paham bahwa kadang-kadang lebih baik finis kedua daripada ambil risiko terlalu besar dan kehilangan poin penting," ujar Tardozzi.

Hingga saat ini, Ducati benar-benar mendominasi. Selain Marquez memimpin klasemen individu, Ducati juga unggul jauh di klasemen konstruktor dengan selisih 99 poin dari rival terdekatnya, Honda. 

Bahkan di klasemen tim, Ducati unggul 174 poin dari tim non-Ducati terbaik berikutnya.

Dominasi ini tentu menjadi sinyal kuat bahwa era Ducati bisa berlanjut lebih lama, apalagi dengan keberadaan pembalap sekelas Marc Marquez di dalam skuad mereka. 

Tapi di sisi lain, hal ini juga membuat persaingan di MotoGP makin seru. 

Pasalnya, tim-tim lain tentu tak akan tinggal diam melihat Ducati melaju sendirian.

Apa artinya ini untuk penggemar MotoGP?

Yang jelas, kehadiran kembali Marc Marquez dalam kondisi terbaiknya membawa warna baru di kejuaraan dunia balap motor ini. 

Setelah beberapa musim diganggu cedera dan performa kurang konsisten, banyak fans merasa senang melihat Marquez kembali ke puncak performa. 

Ia bukan hanya cepat, tapi juga cerdas dalam mengambil keputusan di lintasan.

Buat Ducati sendiri, ini bisa jadi awal dari era kejayaan baru. Memiliki dua pembalap top dunia yang bersaing sehat di dalam satu tim jelas menjadi keuntungan besar, tapi juga tantangan tersendiri. 

Mereka harus pintar menjaga keseimbangan antara kompetisi internal dan target kolektif sebagai tim.

Dengan performa Marc Marquez yang masih sangat kuat dan stabil, serta potensi besar dari Bagnaia, Ducati mungkin saja mencatat sejarah baru di MotoGP dalam beberapa musim ke depan.

Namun, seperti yang sering terjadi di dunia balap, segalanya bisa berubah dalam sekejap. 

Itulah kenapa MotoGP selalu menarik untuk diikuti penuh kejutan, drama, dan aksi mendebarkan di setiap seri.