Berita Borneotribun.com: Marc Marquez Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Marc Marquez. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Marc Marquez. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 Juli 2025

Marc Marquez Cetak Rekor Gila Bareng Ducati, Hancurkan Pencapaian Bagnaia di MotoGP

Marc Marquez Cetak Rekor Gila Bareng Ducati, Hancurkan Pencapaian Bagnaia di MotoGP
Marc Marquez Cetak Rekor Gila Bareng Ducati, Hancurkan Pencapaian Bagnaia di MotoGP.

JAKARTA -- Marc Marquez kembali jadi pusat perhatian di dunia MotoGP. Pada balapan di Sirkuit Brno akhir pekan kemarin, pembalap asal Spanyol itu nggak cuma menang dia juga memecahkan rekor besar Ducati yang sebelumnya dipegang oleh Pecco Bagnaia.

Dengan kemenangan ini, Marquez kini makin kokoh di puncak klasemen MotoGP 2025, unggul jauh dengan selisih 120 poin dari sang adik, Alex Marquez. Tapi yang lebih menggemparkan, Marquez menjadi pembalap Ducati pertama yang sukses menang lima kali berturut-turut di kelas utama!

Rekor Beruntun yang Menggila

Kemenangan di Brno jadi momen bersejarah karena Marquez berhasil:

  • Meraih kemenangan ke-70 sepanjang kariernya di MotoGP

  • Memenangkan lima balapan utama (grand prix) secara beruntun, yakni di Aragon, Mugello, Assen, Sachsenring, dan Brno

  • Menyelesaikan lima ‘double’ berturut-turut menang di sprint race dan balapan utama di akhir pekan yang sama

  • Memperpanjang rekor pribadinya dengan delapan kali mencetak ‘double’ sepanjang karier

Ini pertama kalinya sejak 2019 (saat masih di Honda) Marquez mencetak lima kemenangan beruntun.

Rekor Bagnaia yang Tergeser

Sebelumnya, rekor pembalap Ducati dengan kemenangan grand prix beruntun terbanyak dipegang oleh Pecco Bagnaia, yang mencatat empat kemenangan berturut-turut pada 2022. Saat itu, Bagnaia menang di Assen, Silverstone, Red Bull Ring, dan Misano meski sempat harus start dari posisi belakang karena penalti grid tiga posisi.

Bagnaia sendiri saat itu menjadi pembalap Ducati pertama yang berhasil menyamai torehan Casey Stoner, yang di tahun 2007 menang tiga kali berturut-turut dan sukses membawa pulang gelar juara dunia.

Ducati, dari Era Stoner ke Era Marquez

Kalau kita lihat ke belakang, Ducati sudah mengalami tiga era besar:

  1. Era Stoner (2007) – Penuh kejutan. Ducati saat itu masih dianggap motor yang sulit ditaklukkan.

  2. Era Bagnaia (2022) – Di bawah arahan Gigi Dall’Igna, Ducati berubah menjadi motor paling kompetitif di grid.

  3. Era Marquez (2025) – Meskipun motor Ducati terbaru justru kurang konsisten, Marquez mampu menaklukkan tantangan dan membuktikan kualitasnya sebagai pembalap top.

Anehnya, motor Ducati keluaran terbaru tahun ini malah dianggap tidak sekuat versi lamanya. Franco Morbidelli dan duo Gresini yang memakai motor edisi tahun lalu justru tampil lebih konsisten. Ini menunjukkan bahwa performa luar biasa Marquez lebih banyak datang dari kemampuannya sendiri, bukan hanya karena keunggulan motor.

Kemenangan Marc Marquez bukan sekadar soal podium, tapi soal membalikkan sejarah. Di tengah performa motor yang tidak sempurna, Marquez membuktikan bahwa kombinasi pengalaman, insting tajam, dan determinasi bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa. Ducati patut berterima kasih, karena dengan Marquez, mereka kembali mencetak sejarah baru.

Siap-siap, MotoGP belum selesai. Tapi satu hal sudah pasti: 2025 adalah tahunnya Marc Marquez.

Drama Tekanan Ban di MotoGP Brno Marc Marquez Lolos dari Hukuman dan Tetap Juara Sprint

Drama Tekanan Ban di MotoGP Brno Marc Marquez Lolos dari Hukuman dan Tetap Juara Sprint
Drama Tekanan Ban di MotoGP Brno Marc Marquez Lolos dari Hukuman dan Tetap Juara Sprint.

JAKARTA - Balapan sprint MotoGP di Sirkuit Brno akhir pekan lalu menyisakan cerita dramatis yang bikin deg-degan, khususnya soal Marc Marquez. Di tengah dominasi balapannya yang luar biasa, muncul ancaman penalti yang bisa mengubah segalanya hanya gara-gara tekanan ban!

Marquez memulai balapan dari posisi kedua dan langsung mengambil alih pimpinan di lap pertama. Sepertinya semua berjalan mulus menuju kemenangan telak. Tapi, di lap keenam dari total sepuluh, kejutan datang: Marquez tiba-tiba memperlambat laju motornya dan membiarkan Pedro Acosta dari KTM mengambil alih posisi terdepan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Ternyata, bukan hanya Marquez, tapi juga rekan satu tim Ducati-nya, Pecco Bagnaia, mendapat peringatan dari sistem soal tekanan ban depan mereka yang terlalu rendah. Untuk menghindari penalti, keduanya harus “memanaskan” ban agar tekanannya kembali ke batas minimal yang ditentukan, yaitu 1,8 bar untuk setidaknya 60% jarak sprint race.

Setelah sempat turun posisi, Marquez berhasil merebut kembali posisi terdepan di lap terakhir dan mengamankan kemenangan sprint. Namun, kemenangannya langsung dibayangi penyelidikan resmi karena tekanan ban yang dianggap melanggar aturan. Jika terbukti bersalah, ia bisa kena penalti delapan detik dan terlempar ke posisi ke-14!

Tapi tenang, akhir ceritanya nggak seseram itu.

Sesaat setelah perayaan podium, MotoGP mengumumkan bahwa tidak ada tindakan lebih lanjut terhadap Marquez, Ai Ogura, dan Alex Rins. Kenapa? Ternyata ada kesalahan teknis dari sistem pemantauan tekanan ban milik Race Direction alias panitia balap.

Dalam pernyataan resminya, MotoGP menjelaskan bahwa nilai tekanan minimum yang digunakan sistem peringatan ternyata salah input. Jadi, data yang dipakai untuk menilai pelanggaran tidak akurat, dan setelah diperiksa lebih lanjut, semua pebalap yang diperiksa termasuk Marquez dinyatakan memenuhi aturan tekanan ban.

MotoGP juga menegaskan bahwa sistem ini terpisah dari peringatan yang dikirim ke dashboard motor para rider. Artinya, setiap tim sebenarnya punya sistem monitoring sendiri untuk memantau tekanan ban, dan bisa mengirimkan peringatan ke pembalap secara real time.

Marquez sendiri sudah yakin sejak awal bahwa tekanan bannya kembali ke batas legal sebelum melewati garis finis. Kemenangan ini membuatnya makin kokoh di puncak klasemen, unggul 95 poin angka yang sangat aman untuk sementara waktu.

Sementara itu, Bagnaia yang juga berhasil menyesuaikan tekanan bannya harus puas finis di posisi ketujuh setelah sempat mengorbankan posisi kedua demi keamanan.

Marc Marquez Hampir Kehilangan Kemenangan Sprint MotoGP Brno Gara-Gara Tekanan Ban, Tapi Ini yang Sebenarnya Terjadi

Marc Marquez Hampir Kehilangan Kemenangan Sprint MotoGP Brno Gara-Gara Tekanan Ban, Tapi Ini yang Sebenarnya Terjadi
Marc Marquez Hampir Kehilangan Kemenangan Sprint MotoGP Brno Gara-Gara Tekanan Ban, Tapi Ini yang Sebenarnya Terjadi.

JAKARTA - Marc Marquez, pembalap Ducati yang kini berusia 32 tahun, mengungkap bahwa dirinya sama sekali tidak tahu sedang diselidiki karena dugaan pelanggaran tekanan ban saat balapan sprint MotoGP di Brno, Republik Ceko. Kejadian ini hampir saja membuatnya kehilangan kemenangan ke-11 musim 2025 di ajang sprint race.

Marquez memulai balapan dari posisi kedua dan langsung memimpin di lap pertama sprint yang berlangsung 10 putaran. Tapi, drama muncul di lap keenam saat ia mendapatkan peringatan lewat dashboard bahwa tekanan ban depannya terlalu rendah. Sebagai bentuk antisipasi, ia memilih untuk sengaja membiarkan Pedro Acosta (KTM) menyalip agar tekanannya naik ke batas aman.

Menjelang akhir balapan, Marquez kembali memimpin dan berhasil meraih kemenangan. Namun, usai melewati garis finis, ia langsung masuk daftar investigasi dan berpotensi kena penalti waktu delapan detik yang bisa membuatnya kehilangan poin sama sekali.

Beruntung, setelah dilakukan pengecekan oleh steward FIM, tidak ada tindakan lanjut. Usut punya usut, ternyata penyebabnya adalah kesalahan sistem dari arah perlombaan yang menyebabkan penyelidikan dilakukan secara tidak akurat.

Marquez: “Saya Baru Tahu Setelah Balapan”

Dalam wawancara setelah kemenangannya, Marquez mengaku baru tahu dirinya sempat diperiksa.

“Waktu kamu tanya di parc ferme, saya belum tahu sama sekali. Baru dikasih tahu setelahnya,” ujar Marquez kepada motogp.com. “Tapi saya cukup yakin karena di dashboard saya lihat tekanannya sudah masuk batas, makanya saya tetap tenang.”

Meski demikian, ia menyebutkan tekanan ban belakang juga bisa jadi faktor yang sulit dikontrol, meskipun kali ini fokusnya lebih ke ban depan.

“Saya merasa nyaman banget dengan motor. Tapi ya memang karena tekanan ban depan itu, jadi agak rumit balapannya,” tambahnya.

Bukan Pertama Kalinya Marquez Hadapi Masalah Tekanan Ban

Kejadian serupa sempat terjadi sebelumnya di MotoGP Thailand. Di sana, Marquez juga harus melepaskan posisi terdepan demi menyesuaikan tekanan ban, sebelum akhirnya kembali memimpin dan menang.

Masalah ini, kata Marquez, muncul karena kurangnya sesi latihan kering akhir pekan itu serta permukaan aspal baru di Brno yang sangat berbeda dan memiliki daya cengkeram tinggi. Faktor-faktor ini membuat kinerja ban menjadi tidak terduga.

“Engineer kami kesulitan karena kemarin kami nggak sempat latihan kering, dan aspal baru ini memang bagus tapi bikin karakter motor berubah total,” ungkapnya.

Biasanya, tim tidak terlalu berdiskusi soal tekanan ban karena sudah percaya penuh pada data yang digunakan para insinyur. Tapi kali ini, kondisi lintasan yang berubah drastis membuat tekanan ban sulit diprediksi.

Pengalaman Ini Jadi Pelajaran Berharga

Untungnya, tekanan ban Marquez sebenarnya sudah sangat dekat dengan batas minimum yang ditentukan. Dan begitu dia mengambil slipstream di belakang Pedro Acosta, tekanan bannya langsung masuk zona aman.

“Jadi, kayaknya nggak akan terlalu mengubah pendekatan Ducati ke depannya. Tapi yang jelas, kami akan terus belajar dan makin memahami karakter lintasan dan motornya,” tutup Marquez.

Selasa, 15 Juli 2025

Dominasi Marc Marquez di MotoGP Jerman 2025 Berkat Fokus Ekstra dan Kondisi Lintasan Licin

Dominasi Marc Marquez di MotoGP Jerman 2025 Berkat Fokus Ekstra dan Kondisi Lintasan Licin
Dominasi Marc Marquez di MotoGP Jerman 2025 Berkat Fokus Ekstra dan Kondisi Lintasan Licin.

JAKARTA - Marc Marquez kembali menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu pembalap terbaik dunia dengan meraih kemenangan dominan di MotoGP Jerman 2025 yang digelar di Sirkuit Sachsenring. Meski kondisi lintasan penuh tantangan, Marquez sukses menghindari insiden dan meraih kemenangan ketujuhnya musim ini.

Fokus Ekstra Setelah Lihat Banyak Pembalap Terjatuh

Dalam balapan utama hari Minggu yang berlangsung selama 30 lap, Marquez langsung tancap gas dari posisi pole dan mempertahankan keunggulan hingga garis finis. Ia menyelesaikan balapan dengan jarak hampir tujuh detik dari pembalap di posisi kedua. Meski terlihat mulus, ternyata Marquez harus menjaga fokus tinggi karena banyaknya kecelakaan yang terjadi di sekitarnya.

“Beberapa pembalap jatuh, dan itu justru bikin saya makin fokus,” ungkap Marquez dalam wawancara bersama TNT Sport. “Saya mencoba pahami situasi, terutama di Tikungan 1. Di sana ada angin dari belakang (tailwind), jadi kita nggak bisa ngerem di titik yang sama seperti biasanya.”

Menurut Marquez, kondisi lintasan juga lebih licin akibat hujan yang turun pada hari Sabtu dan malam sebelumnya. Minimnya grip serta sisa air hujan membuat banyak bagian lintasan jadi sulit diprediksi.

“Saya lihat bekas ban dari pembalap yang jatuh di lap berikutnya. Justru itu bikin saya makin konsentrasi,” lanjutnya.

Hanya 10 Pembalap yang Finish, Marquez Tambah Koleksi Kemenangan

Dari 18 pembalap yang start di MotoGP Jerman kali ini, hanya 10 yang berhasil menyelesaikan balapan. Ini menjadi jumlah finishers terendah sejak MotoGP Australia 2011. Tapi Marquez tetap tenang, dan berhasil membawa pulang kemenangan ke-9-nya di Sachsenring dalam kelas utama.

Tak hanya itu, kemenangan ini juga menjadi kemenangan ke-69 sepanjang kariernya di MotoGP. Pencapaian ini menempatkan Marquez di posisi kedua daftar pemenang terbanyak sepanjang masa. Momen ini makin spesial karena diraih saat ia mencatat start ke-200-nya di kelas premier.

“Rasanya luar biasa bisa merayakan balapan ke-200 dengan kemenangan. Apalagi di Sachsenring, yang memang trek favorit saya,” ucap Marquez.

Trek Licin Justru Jadi Keuntungan Bagi Marquez

Uniknya, kondisi trek yang licin malah jadi keunggulan buat Marquez. Ia mengakui bahwa lintasan semacam ini cocok dengan gaya balapnya.

“Lintasan licin seperti ini memang kondisi favorit saya. Saya bisa berkendara lebih halus dan mengontrol motor lebih baik dibanding yang lain,” jelasnya.

Kemenangan ini juga memperlebar jaraknya di klasemen kejuaraan dunia MotoGP 2025. Saat ini Marquez memimpin dengan keunggulan 83 poin dari rival terdekatnya sebuah angka yang sangat besar dan menunjukkan betapa konsistennya penampilan Marquez sepanjang musim.

Marquez Masih Jadi Raja Sachsenring

Balapan di Sachsenring tahun ini membuktikan bahwa Marquez masih sangat sulit dikalahkan di trek yang satu ini. Dengan kondisi yang menantang dan banyak pembalap terjatuh, ia justru tampil semakin fokus dan stabil. Kemenangan ini bukan hanya soal kecepatan, tapi juga soal kecerdasan membaca kondisi lintasan dan menjaga konsentrasi sepanjang balapan.

Dengan sisa musim yang masih panjang, Marquez jelas jadi favorit kuat untuk meraih gelar juara dunia MotoGP 2025. Jika ia terus tampil seperti ini, bukan tak mungkin kita akan melihat sejarah baru tercipta tahun ini.

Marc Marquez Buktikan 2025 Jadi Tahun Keemasan di MotoGP

Marc Marquez Buktikan 2025 Jadi Tahun Keemasan di MotoGP
Marc Marquez Buktikan 2025 Jadi Tahun Keemasan di MotoGP.

JAKARTA - Di tengah musim MotoGP 2025 yang terdiri dari 22 seri, Marc Marquez mulai menunjukkan performa luar biasa yang membuat banyak orang percaya bahwa inilah musim terbaiknya sepanjang karier di kelas premier. Meskipun pernyataan ini mungkin terdengar prematur, namun melihat pencapaiannya sejauh ini, sulit untuk tidak setuju.

Kemenangan Spektakuler di Sachsenring

Sirkuit Sachsenring di Jerman memang sudah seperti rumah kedua bagi Marquez. Ia hampir selalu menang di sini, kecuali tahun 2024 ketika ia hanya bisa finis di posisi kedua setelah start dari urutan ke-13 karena cedera jari. Tahun ini, Marquez kembali menunjukkan dominasinya dengan kemenangan mutlak dari awal hingga akhir balapan.

Namun, akhir pekan di Sachsenring tidak berjalan mulus. Hujan yang turun pada hari Sabtu membuat lintasan licin dan menantang, terutama di Tikungan 1. Dalam balapan sprint, Marquez sempat membuat kesalahan di tikungan tersebut dan harus berjuang dari posisi kelima untuk akhirnya menang di lap terakhir. Ia tetap mengamankan 12 poin, namun belajar bahwa tidak selamanya keberuntungan akan berpihak padanya.

Kekacauan Balapan dan Fokus Penuh Marquez

Balapan utama pada hari Minggu menjadi seperti medan perang. Dari 18 pebalap yang start, hanya 10 yang berhasil menyentuh garis finis. Tikungan 1 menjadi titik krusial di mana banyak pebalap mengalami kecelakaan. Marquez, belajar dari kesalahan masa lalu di COTA dan Jerez, tampil tenang dan cermat, menghindari insiden sambil mempertahankan fokus tinggi.

Fabio Di Giannantonio dan Marco Bezzecchi, yang awalnya berpeluang naik podium, justru tergelincir dan gagal finis. Marquez memanfaatkan situasi ini untuk meraih kemenangan keempat beruntun dalam format sprint dan balapan utama, menambah total kemenangannya menjadi 69 dan menempatkannya di posisi kedua dalam daftar pebalap dengan kemenangan terbanyak di kelas utama.

Strategi Cerdas dan Penguasaan Ducati

Marquez menunjukkan sisi strategisnya saat memilih untuk tidak melakukan time attack dengan ban soft di sesi latihan Jumat. Ia fokus menyiapkan motor untuk balapan karena prakiraan cuaca menunjukkan bahwa sesi berikutnya mungkin akan digelar dalam kondisi kering. Pilihan ban belakang medium terbukti jadi senjata utamanya. Sejak lap kedua, ia langsung menciptakan gap hampir satu detik dari Di Giannantonio. Saat Fabio jatuh di lap ke-18, Marquez sudah unggul 3,2 detik.

Meski tampil dominan, Marquez menegaskan bahwa dirinya tetap push maksimal dan tidak bersantai. "Saya tetap konsentrasi penuh. Bukan berarti saya balapan pakai satu tangan. Ini MotoGP, dan saya tetap memberikan yang terbaik,” ujarnya.

Dengan keunggulan 83 poin di klasemen atas adiknya sendiri, Alex Marquez, dan 147 poin atas Pecco Bagnaia, sulit membayangkan siapa yang bisa menghentikannya musim ini.

Statistik Menggila Marquez di 2025

  • 7 akhir pekan sempurna (37 poin) dari total 11 seri yang sudah dijalani.

  • 10 kemenangan sprint dari 11 yang digelar, memecahkan rekor sebelumnya.

  • 7 kemenangan grand prix, jauh lebih banyak dibanding Jorge Martin tahun lalu yang hanya punya dua kemenangan di titik yang sama musim 2024.

  • 344 poin sejauh ini — lebih banyak 69 poin dari Bagnaia pada periode sama tahun lalu dan 84 poin lebih tinggi dibanding 2023.

Jika hanya menghitung hasil dari balapan utama, Marquez tetap unggul 49 poin. Jika hanya sprint, ia masih memimpin dengan selisih 34 poin. Rata-rata perolehan poin per seri mencapai 31,3 angka yang belum pernah dicapai pebalap manapun di era sprint.

Lebih Hebat dari Musim 2019?

Banyak yang menyebut musim 2019 sebagai puncak performa Marquez, ketika ia memenangi 13 balapan dan nyaris selalu finis 1-2. Namun sekarang, di usianya yang ke-32, ia bahkan tampil lebih matang. Cedera parah di lengan pada 2020 sempat membuat kariernya dipertanyakan. Tapi Marquez berhasil beradaptasi, terutama dengan motor Ducati yang punya karakter berbeda dibanding Honda.

Lebih hebatnya lagi, ia meraih semua ini di musim ke-2 bersama Ducati dan pada balapan ke-200 di kelas utama! Sebuah tonggak penting yang ia rayakan dengan kemenangan telak.

Kenapa Ini Musim Terbaik Marc Marquez?

  • Ia tidak hanya menang, tapi menang dengan cara cerdas dan efisien.

  • Ia mendominasi era baru MotoGP yang jauh lebih kompetitif dengan format sprint.

  • Ia menyesuaikan gaya balapnya karena cedera masa lalu, dan tetap tampil sebagai yang terbaik.

  • Ia mampu mengalahkan pebalap-pebalap yang jauh lebih muda di usia yang bagi banyak rider adalah titik penurunan performa.

2025 Adalah Milik Marc Marquez

Jika tidak ada halangan besar seperti cedera, maka musim 2025 bisa menjadi sejarah baru dalam MotoGP. Marc Marquez bukan hanya kembali, tapi ia datang dengan cara yang lebih hebat dari sebelumnya. Dengan sisa 11 seri, termasuk Brno akhir pekan ini, peluang mencetak rekor demi rekor masih terbuka lebar. Dan yang jelas, ini bukan sekadar musim gemilang ini adalah musim legendaris.

Marc Marquez Desak Perbaikan Keamanan Sirkuit Sachsenring Jelang Perpanjangan Kontrak MotoGP

Marc Marquez Desak Perbaikan Keamanan Sirkuit Sachsenring Jelang Perpanjangan Kontrak MotoGP
Marc Marquez Desak Perbaikan Keamanan Sirkuit Sachsenring Jelang Perpanjangan Kontrak MotoGP.

JAKARTA - Marc Marquez, salah satu pembalap MotoGP paling berpengaruh, mendesak agar sirkuit Sachsenring di Jerman segera melakukan perbaikan dari sisi keamanan. Seruan ini muncul seiring kabar bahwa kontrak penyelenggaraan MotoGP di sirkuit tersebut akan diperpanjang melewati tahun 2026.

Buat yang belum tahu, Sachsenring udah jadi bagian dari kalender MotoGP sejak 1998, dan cuma absen sekali waktu pandemi COVID-19 di 2020. Event ini juga jadi salah satu yang paling banyak ditonton. Bahkan di balapan terakhir, tercatat lebih dari 256 ribu penonton hadir selama akhir pekan, sebuah rekor baru untuk GP Jerman.

Tapi di balik semua euforia itu, ada kekhawatiran yang cukup serius. Marquez, yang baru aja menang di sana dan sudah mengoleksi sembilan kemenangan di Sachsenring, bilang bahwa beberapa dinding pembatas di lintasan itu terlalu dekat dengan jalur balap — terutama saat kondisi lintasan basah.

Menurut Marquez, ketika kondisi lintasan basah, pembalap yang terjatuh justru bisa meluncur lebih cepat di atas aspal, dan berakhir menabrak dinding. Ini bikin potensi cedera makin besar, meskipun sudah ada pelindung udara atau air fence di beberapa titik.

“Beberapa dinding di sini udah di batas aman, apalagi saat balapan dalam kondisi hujan,” ujar Marquez. “Kami memang punya perlindungan bagus, tapi tetap aja beda dengan sirkuit seperti Qatar, di mana hampir mustahil pembalap menabrak tembok karena jaraknya jauh.”

Apa yang dikatakan Marquez bukannya tanpa bukti. Di GP Jerman kemarin, beberapa pembalap terjatuh dan motornya langsung menghantam pembatas. Bahkan, balapan Moto2 sampai harus dihentikan (red flag) setelah kecelakaan di Tikungan 1.

Adiknya sendiri, Alex Marquez, juga sepakat bahwa Sachsenring harus melakukan penyesuaian demi meningkatkan keselamatan.

“Seperti kata Marc, beberapa titik seperti Tikungan 5 dan Tikungan 8 perlu diperbaiki. Tapi mereka sudah mulai bekerja, jadi kalau kontrak diperpanjang, perbaikannya pasti dilakukan,” ungkap Alex.

Nggak cuma duo Marquez yang bersuara. Juara dunia dari tim Ducati, Francesco Pecco Bagnaia, juga mendukung langkah untuk memperbarui sirkuit klasik seperti Sachsenring. Ia membandingkan dengan upaya yang sedang dilakukan di Sirkuit Jerez, Spanyol.

“Motor sekarang makin cepat, tapi banyak sirkuit lama yang tetap begitu-begitu aja. Ini jadi tantangan soal keselamatan,” kata Bagnaia. “Apa yang dilakukan di Jerez bagus banget. Kalau semua sirkuit lama dibenahi seperti itu, akan jauh lebih aman buat kami semua.”

Permintaan dari para pembalap top ini jadi penting karena menunjukkan bahwa kecepatan bukan satu-satunya hal yang dikejar dalam balap motor. Keamanan juga harus jadi prioritas, apalagi dengan teknologi motor yang makin canggih dan cepat.

Jika Sachsenring ingin tetap jadi tuan rumah MotoGP di masa mendatang, mereka harus berinvestasi dalam hal keselamatan. Bukan cuma untuk menyenangkan para pembalap, tapi juga untuk memastikan balapan tetap seru tanpa mengorbankan keselamatan.

MotoGP bukan cuma soal siapa yang tercepat, tapi juga siapa yang paling siap menghadapi risiko. Dengan makin cepatnya motor dan makin ekstremnya balapan, standar keselamatan juga harus ikut berkembang.

Marc Marquez Masih Ngegas Tapi Belum All Out di MotoGP Jerman

Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025 Jerman Bikin Lawan Tak Berkutik, Tapi Katanya Masih Tahan Diri
Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025 Jerman Bikin Lawan Tak Berkutik, Tapi Katanya Masih Tahan Diri.

JAKARTA - Marc Marquez lagi-lagi bikin gebrakan di MotoGP 2025! Setelah tampil menggila di GP Jerman, rider Ducati itu makin kokoh di puncak klasemen dengan keunggulan 83 poin. Tapi yang bikin heboh bukan cuma kemenangannya melainkan karena Marquez ngaku belum ngebut sepenuhnya!

Di Sachsenring, Jerman, Marquez sukses memborong kemenangan di sesi sprint dan race utama. Ini jadi kali keempat secara beruntun dia berhasil nge-double alias menang di dua sesi dalam satu akhir pekan. Total? Udah tujuh kali musim ini. Gokil banget, kan?

Padahal kondisi cuaca waktu itu nggak menentu. Hari Sabtu hujan, hari Minggu kering. Tapi buat Marquez, cuaca kayaknya nggak ngaruh. Di race utama, dia finish lebih dari enam detik di depan pesaingnya. Santai banget!

Jordan Moreland dari Crash MotoGP Podcast bilang kalau Marquez kayak punya dua suara di kepala. Satu bilang, "Ayo gas, kamu bisa!" dan satu lagi, "Eh, jangan nekat!" Dan minggu ini, dua-duanya jalan bareng.

“Pas latihan hari Jumat, dia bahkan nggak pasang ban baru buat time attack, tapi tetap bisa catat waktu tercepat ketiga. Itu nunjukkin dia udah mikir buat hari Minggu,” kata Moreland. “Hari Sabtu dia tetap ngegas walau hujan, padahal nggak harus menang sprint.”

Editor Crash MotoGP, Peter McLaren, juga ngerasa kalau kita belum lihat kemampuan maksimal Marquez. “Sejak start, dia langsung ambil alih tikungan pertama dan setelah itu balapan selesai. Dia benar-benar dominan, tapi kayaknya dia masih nahan diri,” kata McLaren.

Menurut McLaren, kombinasi motor Ducati, karakter trek Sachsenring, dan skill Marquez adalah resep kemenangan yang sempurna. “Tapi jangan salah, dia tetap respect ke para rivalnya dan bilang kalau menang di MotoGP itu nggak gampang,” tambahnya.

Kalau lo pikir Marquez menang karena faktor hoki atau cuaca, Lewis Duncan dari Crash MotoGP punya jawabannya. Dia bilang Marquez udah belajar dari kesalahan di awal musim, terutama saat kehilangan banyak poin di seri-seri pembuka.

“Dia sendiri ngaku kalau awal musim adalah titik lemahnya. Tapi sejak GP Aragon, semuanya mulai solid. Dia bisa konsisten walau di berbagai kondisi cuaca,” kata Duncan.

Di Mugello dan Assen, Marquez sempat dapat tekanan berat dari pembalap lain. Tapi dia tetap tenang dan nggak bikin kesalahan. Empat kali menang double secara berturut-turut itu bener-bener luar biasa, apalagi di era MotoGP yang persaingannya super ketat.

Setelah Sachsenring, Marquez dan tim Ducati bakal lanjut ke Brno, Ceko. Uniknya, trek ini udah lama nggak dipakai, jadi semua pembalap bakal mulai dari nol. Ini jadi tantangan tersendiri, tapi dengan performa sekarang, banyak yang yakin Marquez bakal tetap dominan.

Apa sih rahasia Marquez? Selain skill dan motor, dia juga punya kecerdasan balap yang tinggi. Nggak asal ngebut, tapi tahu kapan harus sabar dan kapan harus gaspol. Itulah kenapa, walau katanya masih “nahan diri”, dia tetap tak terkalahkan di Sachsenring.

Buat penggemar MotoGP, dominasi Marc Marquez ini jadi pemandangan luar biasa. Tapi buat rivalnya? Ini bisa jadi mimpi buruk.

Jadi, apakah Marc Marquez akan terus melaju tanpa lawan musim ini? Atau bakal ada kejutan dari rider lain di Brno? Kita tunggu saja!

Senin, 07 Juli 2025

Marc Marquez dan Alex Marquez Dominasi MotoGP, Tapi Kok Banyak yang Curiga? Ini Penjelasannya!

Marc Marquez dan Alex Marquez Dominasi MotoGP, Tapi Kok Banyak yang Curiga? Ini Penjelasannya!
Marc Marquez dan Alex Marquez Dominasi MotoGP, Tapi Kok Banyak yang Curiga? Ini Penjelasannya!

JAKARTA - Persaingan antara Marc Marquez dan adiknya, Alex Marquez, di MotoGP musim ini jadi sorotan tajam. Duo kakak beradik dari tim Gresini Racing ini tampil luar biasa dan berkali-kali finish di posisi satu dan dua, membuat banyak orang mulai bertanya-tanya: apakah Alex sengaja ‘ngalah’ kalau duel lawan sang kakak?

Bayangin aja, dari 20 balapan yang sudah digelar tahun ini (10 Sprint Race dan 10 Grand Prix), mereka finish 1-2 sebanyak 14 kali! Dan menariknya, Marc selalu menang dalam duel tersebut, kecuali sekali saat Alex berhasil unggul di Sprint Race Silverstone.

Kecurigaan Muncul Usai GP Italia

Setelah GP Italia di Mugello, di mana Marc finish di depan Alex dengan selisih hampir dua detik, banyak kritik mulai bermunculan. Beberapa pengamat MotoGP menilai Alex terlihat seperti menahan diri ketika berhadapan dengan kakaknya sendiri, berbeda saat ia bertarung melawan pembalap lain seperti Francesco Bagnaia.

Hal ini makin ramai dibicarakan karena di Sprint Race akhir pekan lalu mereka kembali finish 1-2. Sayangnya, di balapan utama, Alex harus keluar lintasan lebih awal setelah kecelakaan dengan Pedro Acosta yang menyebabkan tangannya patah.

Marc Marquez pun angkat bicara. Ia kesal karena dianggap adiknya tidak bertarung maksimal saat melawannya. Marc menjelaskan bahwa dirinya justru menggunakan banyak strategi bertahan agar pembalap lain, termasuk Alex, kesulitan menyalip.

Pendapat Para Eks Rider MotoGP

Michael Laverty dan Sylvain Guintoli, dua mantan pembalap MotoGP yang kini menjadi analis, turut memberikan pendapat mereka.

Laverty, yang pernah ikut 37 balapan MotoGP, menilai bahwa motor MotoGP terlalu besar dan cepat, membuat Alex sulit mencari celah untuk menyalip.

“Kalau di World Superbike, setelah tikungan cepat di Turn 12 masih bisa cari celah. Tapi di MotoGP, trek lurusnya terlalu pendek dan motornya lebih lebar. Sulit banget untuk menyodok masuk,” kata Laverty kepada TNT Sports.

Ia juga menyebut bahwa di beberapa momen, Alex sebenarnya hampir bisa mencoba menyalip, tapi kemungkinan besar ia berpikir itu belum waktunya dan memilih menunggu momen yang lebih pas, seperti di lap terakhir.

Sementara itu, Guintoli menambahkan bahwa faktor aerodinamika juga bikin motor MotoGP susah dikendalikan saat kecepatan tinggi. Motor lebih cenderung ‘ngotot’ jalan lurus, jadi manuver tajam jadi makin sulit.

“Dengan beban aero seperti itu, motor jadi sulit dibelokkan. Apalagi di kecepatan tinggi. Saya rasa Alex memang nggak punya peluang buat nyalip,” ujar Guintoli.

Marc Marquez: Kecelakaan, Cedera, Tapi Masih Menang!

Balapan di Sirkuit Assen, Belanda, jadi bukti mental baja Marc Marquez. Meski sempat dua kali jatuh di sesi latihan Jumat dan performa kualifikasinya juga kurang oke—Marc hanya start dari posisi keempat dia tetap berhasil memenangi Sprint Race hari Sabtu.

“Dia sempat jatuh parah dua kali dan jelas-jelas kesakitan. Tapi dia bangkit dan menang di Sprint Race. Gila banget sih performanya,” puji Guintoli.

Nggak berhenti sampai di situ, Marc bahkan sukses menyapu bersih dengan kemenangan di balapan utama hari Minggu, yang jadi kemenangan perdananya di Dutch TT sejak tahun 2018!

Jadi, apakah Alex sengaja ngalah sama kakaknya? Menurut para pakar, kecil kemungkinan. Faktor teknis seperti ukuran motor, aerodinamika, hingga kondisi trek jadi penghalang utama. Alex bukan tidak mau menyalip, tapi memang sangat sulit mencari celah di tengah ketatnya persaingan dan teknologi MotoGP yang makin kompleks.

Untuk kamu penggemar MotoGP, jangan lewatkan aksi seru mereka di race berikutnya. Semua balapan MotoGP, World Superbike, dan balap motor lainnya bisa kamu tonton di TNT Sports dan discovery+!

Marc Marquez Ungkap Peran Penting Ducati: “Sekarang Saya Lebih Terkontrol dan Fokus Menyerang di Momen yang Tepat”

Marc Marquez Ungkap Peran Penting Ducati: “Sekarang Saya Lebih Terkontrol dan Fokus Menyerang di Momen yang Tepat”
Marc Marquez Ungkap Peran Penting Ducati: “Sekarang Saya Lebih Terkontrol dan Fokus Menyerang di Momen yang Tepat”

JAKARTA - Marc Marquez kembali menjadi sorotan di MotoGP 2025. Bukan hanya karena kemenangan beruntun yang ia raih, tetapi juga karena perubahan besar dalam gaya balapnya. Marquez memuji Ducati yang telah membantunya untuk lebih mengontrol naluri agresifnya di lintasan.

Dalam beberapa seri terakhir, pembalap tim pabrikan Ducati ini tampil luar biasa. Ia memenangkan tiga balapan sprint dan grand prix secara berturut-turut, termasuk di sirkuit yang selama ini kurang bersahabat dengannya, seperti Mugello dan Assen. Hasil ini membuat Marquez kini unggul 68 poin di klasemen sementara MotoGP.

Padahal sebelumnya, Marquez sempat mengalami beberapa insiden, seperti jatuh di GP Inggris dan saat bersaing memperebutkan kemenangan di COTA dan Jerez. Namun ia berhasil bangkit, dan perubahan pendekatannya terhadap balapan menjadi kunci utama.

“Saya belajar untuk menyerang di momen yang tepat, terutama di sirkuit yang biasanya sulit bagi saya,” ujar Marquez setelah GP Belanda.

Ia menambahkan bahwa kemenangan di Qatar menjadi salah satu yang paling spesial karena saat itu ia tidak yakin bisa bersaing, namun hasilnya justru sangat positif.

Ducati Bantu Marquez Kendalikan Emosi

Marquez mengakui bahwa peran Ducati sangat penting dalam transformasinya. Saat akhir pekan di Assen dimulai dengan dua kecelakaan besar saat latihan, ia mampu bangkit dan meraih kemenangan. Ia merasa Ducati telah membantu dirinya untuk lebih tenang dan fokus, sehingga bisa mengontrol insting balapnya yang dulu sering membuatnya terlalu agresif.

“Saya senang untuk diri saya sendiri, dan juga untuk Ducati karena mereka membantu saya mengendalikan diri dan naluri saya,” kata Marquez.

Perubahan Strategi Balap: Lebih Tenang, Lebih Efektif

Ketika ditanya apa yang membuatnya tampil lebih stabil musim ini, Marquez menjawab bahwa ia terus berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Meskipun ia enggan terlalu percaya diri karena musim masih panjang, namun ia merasa lebih nyaman sejak perubahan pada keseimbangan motor yang dilakukan timnya.

“Sekarang saya merasa motor lebih stabil di lap awal, dan saya bisa menjaga ritme hingga akhir balapan. Di Assen, saya bisa menyalip Alex Marquez dan Pecco [Bagnaia] untuk memimpin balapan,” jelasnya.

Target Berikutnya: Serang di Sachsenring, Tapi Tetap Waspada

Putaran berikutnya adalah Grand Prix Jerman di Sachsenring, sirkuit favorit Marquez. Ia pernah meraih kemenangan di sana setiap tahun dari 2013 hingga 2021.

“Kalau di Assen saya bilang akan bertahan, di Sachsenring saya akan menyerang. Target saya di sana 37 poin,” ungkapnya.

Meski begitu, Marquez menyadari bahwa dengan keunggulan poin saat ini, ia harus mulai mengelola keunggulan tersebut dengan cermat. Musim masih panjang dan segalanya bisa terjadi.

Marquez Tampil Lebih Matang, Ducati Berperan Besar

Perubahan pendekatan Marc Marquez di musim ini bukan hanya soal strategi, tapi juga soal kedewasaan. Dengan bantuan tim Ducati, ia kini lebih sabar, tahu kapan harus menyerang, dan tahu kapan harus bertahan. Semua ini membuatnya menjadi kandidat kuat juara dunia MotoGP 2025.

Jika tren positif ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Marquez akan kembali merajai dunia MotoGP kali ini dengan gaya yang lebih tenang dan penuh perhitungan.

Kalau kamu fans MotoGP atau penggemar berat Marquez, bagaimana menurutmu gaya balap barunya? Lebih keren atau justru kehilangan ciri khas? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar!

Kamis, 03 Juli 2025

Marc Marquez Samai Rekor Giacomo Agostini di MotoGP, Dall’Igna: Dia Pembalap Luar Biasa

Marc Marquez Samai Rekor Giacomo Agostini di MotoGP, Dall’Igna: Dia Pembalap Luar Biasa
Marc Marquez meraih kemenangan ke-68 di kelas utama MotoGP dan menyamai rekor Giacomo Agostini. Gigi Dall’Igna memuji ketangguhan Marquez di TT Belanda.

JAKARTA - Pembalap andalan Ducati, Marc Marquez, kembali mencetak sejarah di ajang MotoGP 2025. Pada balapan di Sirkuit Assen, Belanda, Minggu lalu, Marquez meraih kemenangan ke-68 di kelas utama MotoGP, menyamai rekor legenda Italia, Giacomo Agostini.

Kemenangan ini terasa lebih spesial karena Marquez sebelumnya sempat mengalami dua kecelakaan hebat di sesi latihan hari Jumat. Namun, pembalap asal Spanyol itu bangkit dengan luar biasa dan menyapu bersih kemenangan Sprint dan Grand Prix menjadi double win ketiga berturut-turut yang diraihnya musim ini.

Bos Ducati, Gigi Dall’Igna, tak ragu melontarkan pujian tinggi kepada Marquez.

"Marc mencatat kemenangan keenamnya musim ini di Assen, trek yang sudah lama tak ia menangkan sejak 2018. Ini menunjukkan karakter luar biasa seorang juara sejati," ujar Dall’Igna.

Ia juga menambahkan bahwa Assen bukanlah lintasan favorit Marquez sama seperti Mugello minggu lalu namun saat Marquez memutuskan untuk memimpin balapan, ia tak terbendung.

Tak hanya itu, Dall’Igna juga memuji semangat dan profesionalisme Marquez.

"Meski tidak 100% setelah dua crash di hari Jumat, dia tetap mampu menjebak lawan-lawannya dalam ‘jaring mematikan’. Itulah ciri khas pembalap hebat," lanjutnya.

Selain Marc, Francesco Bagnaia juga mendapat sorotan positif dari Dall’Igna. Pecco, sapaan akrab Bagnaia, berhasil lolos kualifikasi di posisi kedua hasil terbaiknya musim ini dan mengakhiri balapan di posisi ketiga.

"Saya senang dengan balapan Pecco. Dia menunjukkan performa intens, hampir menyamai kemenangannya di Austin. Sayangnya, dua kesalahan kecil saat time attack membuatnya gagal raih pole."

Dall’Igna menegaskan bahwa tim akan terus berjuang dan menggali potensi terbaik dari para pembalapnya. Termasuk saat Bagnaia menyalip Pedro Acosta dengan sangat presisi.

Di akhir wawancara, Dall’Igna menyampaikan harapan terbaik untuk Alex Marquez yang mengalami kecelakaan dengan Acosta di lintasan lurus belakang. Alex mengalami patah tulang tangan, namun tetap mempertahankan posisi kedua di klasemen sementara.

“Semoga Alex lekas pulih. Dia pejuang sejati yang tidak pernah setengah-setengah saat balapan,” tutup Dall’Igna.

Sabtu, 28 Juni 2025

MotoGP 2025: Drama, Kejutan, dan Marquez yang Tak Pernah Menyerah

MotoGP 2025: Drama, Kejutan, dan Marquez yang Tak Pernah Menyerah
MotoGP 2025: Drama, Kejutan, dan Marquez yang Tak Pernah Menyerah.

JAKARTA - Musim MotoGP 2025 memang menuai banyak kritik, terutama soal kurangnya aksi seru di lintasan. 

Tapi, siapa sangka, di balik semua keluhan itu, musim ini justru penuh kejutan dan perubahan tak terduga yang membuat para penggemar tetap penasaran menanti setiap balapan.

Dari Dominasi Marquez ke Kejutan Alex dan Zarco

Di Amerika, Marc Marquez memimpin balapan dengan sangat meyakinkan, sampai akhirnya terjatuh dan memberikan kemenangan untuk rekan setimnya, Pecco Bagnaia. 

Namun, yang lebih mengejutkan, posisi puncak klasemen malah direbut oleh sang adik, Alex Marquez.

Setelah menyapu bersih kemenangan di Qatar, Marquez kembali terjatuh di Jerez, dan Alex Marquez mengambil alih kemenangan sekaligus puncak klasemen lagi. 

Drama berlanjut di Le Mans saat Johann Zarco membawa Honda menang dalam kondisi hujan, dan Marco Bezzecchi mengantarkan Aprilia menang di Silverstone.

Tapi dua seri terakhir menjadi panggung dominasi Marquez. Ia meraih pole position, menang sprint, dan race utama di Aragon dan Mugello. Hasilnya? Marquez datang ke GP Belanda dengan keunggulan 40 poin di klasemen.

GP Belanda: Assen Bukan Trek Favorit, Tapi…

Marquez memang tidak punya rekor gemilang di Assen. Ia hanya menang dua kali di kelas MotoGP, terakhir pada 2018. Tapi seperti di Mugello minggu lalu, ia tetap datang dengan percaya diri, meski sedikit berhati-hati.

Sayangnya, hari Jumat di Assen jadi hari yang berat. Di sesi FP1, Marquez mengalami kecelakaan hebat di tikungan Ramshoek. 

Ia kehilangan kendali saat menurunkan gigi terlalu cepat, menyebabkan ban belakang selip dan tubuhnya terhempas ke gravel. 

Meski begitu, Marquez kembali ke lintasan dan justru jadi yang tercepat. Luar biasa!

Namun, di sesi Practice, ia kembali terjatuh di Tikungan 7. Setelah pemeriksaan medis, tidak ada cedera serius, hanya memar. Sebuah bukti lagi bahwa Marquez masih jadi sosok tangguh yang tak mudah tumbang.

Fabio Quartararo dan Yamaha: Harapan Baru di Assen?

Sesi Practice hari Jumat juga membawa kabar baik untuk Yamaha. Fabio Quartararo mencatat waktu terbaik dan menunjukkan performa kompetitif yang mengejutkan banyak pihak. 

Quartararo memang selalu tampil bagus di Assen, dan layout sirkuit yang tidak terlalu bergantung pada top speed memberi keuntungan tersendiri bagi Yamaha.

Meski sempat mengeluh soal motor di FP1, Quartararo melakukan peningkatan besar di sesi siang. Dengan setting yang lebih pas, ia melakukan long run 7 lap dengan kecepatan rata-rata 1m32.273s – lebih cepat dari Marc Marquez (1m32.409s) dan Pecco Bagnaia (1m32.499s).

Sayangnya, rekan-rekan Quartararo di Yamaha tidak bisa mengimbangi. Alex Rins hanya berada di posisi ke-13, sedangkan Miguel Oliveira dan Jack Miller masing-masing ke-14 dan ke-16.

Analisis Long Run: Siapa Tercepat?

Berikut data kecepatan rata-rata long run para pembalap top:

Pembalap Motor Rata-rata Ban Panjang Run
Alex Marquez Ducati 1m32.039s Soft 2 lap
Fabio Quartararo Yamaha 1m32.273s Soft 7 lap
Pedro Acosta KTM 1m32.369s Soft 3 lap
Marc Marquez Ducati 1m32.409s Soft 7 lap
Pecco Bagnaia Ducati 1m32.499s Soft 4 lap

Dari sini, terlihat bahwa Quartararo punya potensi besar jika bisa start dari posisi depan. Jika dia mampu menjaga pace dan menghindari tekanan, bukan tak mungkin Yamaha bisa meraih kemenangan pertama musim ini.

Bagnaia dan Marquez: Masih Dalam Pertarungan

Bagnaia menunjukkan tanda-tanda peningkatan, terutama di akhir sesi Practice. Meski sempat terganggu red flag, ia berhasil mencetak waktu kompetitif. Namun, masalah feeling di bagian depan motor masih menjadi kendala utamanya.

Marquez, meski dua kali terjatuh, tetap menunjukkan pace yang luar biasa. Dengan gaya balap penuh determinasi, dia tak hanya sekadar bertahan, tapi tetap jadi kandidat kuat juara di Assen.

Siapa yang Akan Bersinar di Assen?

GP Belanda 2025 belum menampilkan gambaran yang sepenuhnya jelas. Tapi satu hal pasti: akhir pekan ini penuh potensi kejutan. Quartararo tampil menjanjikan, Marquez tetap solid meski dua kali jatuh, dan Bagnaia siap tempur.

Dengan Sachsenring yang akan datang – trek favorit Marquez – para rivalnya harus memanfaatkan momen ini sebaik mungkin.

Marc Marquez Jatuh Hebat di FP1 MotoGP Belanda 2025, Ducati Ungkap Penyebabnya

Marc Marquez Jatuh Hebat di FP1 MotoGP Belanda 2025, Ducati Ungkap Penyebabnya
Marc Marquez Jatuh Hebat di FP1 MotoGP Belanda 2025, Ducati Ungkap Penyebabnya.

JAKARTA - Marc Marquez mengalami kecelakaan besar saat sesi latihan bebas pertama (FP1) di MotoGP Belanda 2025. 

Insiden ini menjadi sorotan utama karena terjadi di awal akhir pekan yang sangat penting, mengingat Marquez datang ke Assen sebagai pemimpin klasemen sementara dengan keunggulan 40 poin.

Start Buruk untuk Sang Pemimpin Klasemen

Marquez memulai GP Belanda dengan pendekatan hati-hati, sama seperti saat ia menjuarai Mugello minggu sebelumnya. 

Namun, hanya dalam 10 menit pertama FP1, pembalap Ducati ini mengalami highside dramatis di Tikungan 15 tikungan cepat ke kiri yang terkenal berbahaya di sirkuit Assen.

Motor kehilangan traksi saat Marquez menurunkan gigi secara agresif, yang membuatnya terlempar ke udara. 

Ia mendarat keras di gravel dan terlihat langsung melepas sarung tangan kirinya untuk memeriksa kondisi tangan.

Diagnosis Awal dan Kembali ke Lintasan

Tim medis MotoGP, dipimpin oleh Dr. Angel Charte, langsung memeriksa kondisi Marquez. Dari pemeriksaan awal, diketahui bahwa ia mengalami nyeri di tangan kiri dan siku, serta sedikit rasa sakit di lengan kanan. Meskipun begitu, Marc tetap bersikeras kembali ke lintasan.

Dengan waktu tersisa kurang dari 20 menit, Marquez kembali menggeber Ducati-nya. Tak disangka, ia berhasil mencatat waktu tercepat FP1 dengan torehan 1 menit 32,216 detik, mengungguli Maverick Vinales dari tim Tech3 KTM.

Ducati Akui Kesalahan Ada pada Marquez

Bos tim Ducati, Davide Tardozzi, mengonfirmasi bahwa insiden ini murni kesalahan Marquez sendiri.

“Dia bilang dia salah menurunkan gigi, terlalu cepat, jadi motor kehilangan traksi,” jelas Tardozzi.

“Ada sedikit rasa sakit di lengan kiri karena dia jatuh dengan siku, dan juga ada rasa tidak nyaman di lengan kanan. Tapi dia tetap ingin lanjut beberapa lap dulu, nanti kita lihat sore ini.”

Crash Lagi di Sesi Kedua

Sayangnya, hari yang penuh tantangan belum selesai bagi Marquez. Pada sesi latihan kedua (FP2), ia kembali mengalami crash kali ini di Tikungan 7. 

Meski begitu, performanya masih cukup solid karena ia menutup sesi di posisi keenam tercepat.

Marquez Tetap Fokus pada Tujuan Besar

Meskipun insiden ini cukup mengkhawatirkan, semangat juang Marquez tetap tinggi. Ia paham betul bahwa untuk mempertahankan posisi puncak klasemen, konsistensi dan ketenangan menjadi kunci utama. 

Musim 2025 memang jadi musim comeback luar biasa bagi Marquez bersama Ducati, dan insiden di Assen ini menjadi pengingat bahwa apapun bisa terjadi di MotoGP.

Kecelakaan yang dialami Marc Marquez di FP1 MotoGP Belanda 2025 menjadi bukti bahwa tekanan dan kecepatan di MotoGP bisa membuat kesalahan sekecil apapun berujung fatal. 

Namun, dengan pengalaman dan semangat juangnya, Marquez membuktikan bahwa ia masih pembalap yang tangguh. 

Tim Ducati pun tetap memberi dukungan penuh agar ia bisa tampil maksimal di race day.

Kondisi Terkini Marc Marquez Usai Dua Kecelakaan di MotoGP Belanda 2025, Ducati Pastikan Siap Tampil Lagi!

Kondisi Terkini Marc Marquez Usai Dua Kecelakaan di MotoGP Belanda 2025, Ducati Pastikan Siap Tampil Lagi!
Kondisi Terkini Marc Marquez Usai Dua Kecelakaan di MotoGP Belanda 2025, Ducati Pastikan Siap Tampil Lagi!.

Assen, Belanda – MotoGP 2025 kembali menyajikan drama saat sesi latihan hari Jumat (FP1 dan FP2) berlangsung di Sirkuit Assen. 

Marc Marquez, pemimpin klasemen sementara, mengalami dua kecelakaan hebat. Meski begitu, Ducati telah memberikan kabar positif mengenai kondisi fisiknya.

Kecelakaan Hebat di Tikungan Cepat Turn 15

Sesi latihan bebas pertama (FP1) jadi awal dari hari yang menantang bagi Marc Marquez. Pebalap tim pabrikan Ducati ini terjatuh keras di tikungan kiri cepat Turn 15 setelah kehilangan traksi ban belakang. 

Momen tersebut terjadi saat ia terlalu cepat menurunkan gigi di tikungan, sehingga roda belakang motornya langsung kehilangan grip.

Akibatnya, Marquez terpental dan tergelincir cukup jauh ke area gravel. Ia terlihat memeriksa tangan kiri, lengan, dan sikunya setelah bangkit dari kecelakaan tersebut.

Namun, semangat juara tetap menyala meskipun mengalami rasa sakit, ia langsung kembali ke lintasan dengan motor cadangan dan mencatatkan waktu tercepat di FP1!

Terjatuh Lagi di FP2, Kali Ini di Tikungan 7

Tak berhenti di situ, sesi latihan bebas kedua (FP2) juga diwarnai insiden. Kali ini Marc mengalami highside di tikungan cepat Turn 7. 

Dalam kecelakaan kedua ini, ia kehilangan grip di bagian depan dan membutuhkan bantuan marshal karena mendapatkan benturan di bagian bawah tubuhnya.

Meski terlihat kesakitan, Marquez berhasil berjalan kembali ke paddock Ducati. Selanjutnya, ia langsung menuju pusat medis Sirkuit Assen untuk pemeriksaan lanjutan.

Ducati Pastikan: Tidak Ada Tulang yang Patah

Kabar baik pun datang tak lama kemudian. Lewat pernyataan resmi, tim Ducati menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan medis menunjukkan tidak ada tulang yang patah pada tubuh Marc Marquez.

“Setelah kecelakaan hebat pada sesi latihan hari ini, Marc Marquez menjalani pemeriksaan di Medical Center Sirkuit Assen, dan dipastikan tidak mengalami patah tulang,” tulis Ducati dalam pernyataan tim.

Cedera yang dialami Marquez hanyalah memar di wajah, jari, perut, dan siku kiri—yang juga terkena saat insiden di pagi hari. 

Dengan hasil ini, Marquez dinyatakan fit dan siap kembali bertarung di sesi FP2 pada Sabtu pagi.

Tetap Lolos ke Q2 dan Siap Tampil di Sprint Race

Walau sempat dua kali terjatuh, pebalap asal Spanyol ini tetap menunjukkan performa luar biasa. Ia sukses lolos langsung ke sesi kualifikasi kedua (Q2) di akhir sesi latihan.

Marc Marquez saat ini masih kokoh di puncak klasemen MotoGP 2025, unggul 40 poin dari rival terdekatnya, yang tak lain adalah adiknya sendiri Alex Marquez.

Ketangguhan Sang Juara

Apa yang ditunjukkan Marc Marquez di Assen adalah bukti nyata betapa tangguh dan beraninya sang juara dunia ini. 

Ia tidak hanya punya skill tinggi di lintasan, tapi juga kekuatan mental luar biasa untuk bangkit dari kecelakaan dan langsung tampil kompetitif.

Para penggemar MotoGP di seluruh dunia tentu menunggu aksi spektakulernya di sprint race dan main race akhir pekan ini. 

Dengan status cedera yang ringan, Marc diyakini akan kembali menggeber Ducati GP25 miliknya untuk mempertahankan posisi teratas klasemen.

Marc Marquez membuktikan bahwa semangat juara tidak pernah padam. Meski mengalami dua kecelakaan hebat dalam satu hari, ia tetap tampil garang dan siap kembali membalap. 

Ducati pun memastikan bahwa kondisi fisiknya cukup baik untuk melanjutkan kompetisi. 

MotoGP 2025 pun makin panas, apalagi rival terdekatnya adalah saudara kandungnya sendiri. 

Akankah Marc tetap bertahan di puncak? Kita tunggu aksinya di lintasan Assen!

Kalau kamu fans MotoGP, jangan lupa pantau terus update MotoGP 2025 lainnya di Borneotribun ya!

Marc Marquez Tetap Tangguh Meski Jatuh di FP1 MotoGP Belanda, Pimpin Sesi Latihan!

Marc Marquez Tetap Tangguh Meski Jatuh di FP1 MotoGP Belanda, Pimpin Sesi Latihan!
Marc Marquez Tetap Tangguh Meski Jatuh di FP1 MotoGP Belanda, Pimpin Sesi Latihan!.

Assen, Belanda – Pemimpin klasemen sementara MotoGP 2025, Marc Marquez, menunjukkan ketangguhan luar biasa setelah mengalami insiden kecelakaan cukup parah di sesi latihan bebas pertama (FP1) Grand Prix Belanda di sirkuit Assen, Jumat pagi (27/6). 

Meski sempat terlempar ke gravel di tikungan cepat, pembalap andalan Ducati tersebut tetap berhasil menjadi yang tercepat di sesi latihan.

Kecelakaan di Tikungan 15 Tak Goyahkan Marquez

Marquez datang ke Assen dengan penuh percaya diri, setelah meraih dua akhir pekan sempurna berturut-turut di Aragon dan Mugello. 

Ia sukses meraih pole position, menang di balapan sprint, dan mengunci kemenangan di race utama.

Namun, ketenangan itu sempat goyah saat dirinya mengalami crash di Tikungan 15, salah satu tikungan cepat di sirkuit Assen. 

Motor Ducati-nya kehilangan traksi di bagian belakang, membuat Marquez terlempar dan terjatuh ke gravel trap. Bagian tangan dan lengannya terlihat cukup terkena dampak keras.

Setelah mendapatkan pemeriksaan dari tim medis MotoGP, Marquez dinyatakan fit dan kembali ke lintasan dengan sisa waktu sekitar 19 menit dari total 45 menit sesi FP1.

Langsung Bangkit dan Jadi yang Tercepat

Tidak butuh waktu lama bagi Marquez untuk kembali tampil tajam. Dengan menggunakan ban belakang medium baru, ia mencatatkan waktu tercepat 1 menit 32,216 detik di akhir sesi FP1, mengungguli para rivalnya.

Di posisi kedua ada Maverick Vinales dari tim Tech3 KTM yang hanya terpaut 0,313 detik. 

Menariknya, Vinales mencetak waktu terbaiknya dengan ban belakang medium yang telah digunakan selama 20 lap, sebuah pencapaian yang cukup impresif.

Marco Bezzecchi (Aprilia) menempati posisi ketiga dengan catatan waktu 1:32,570. 

Sementara juara GP Belanda tahun lalu, Francesco Bagnaia, berada di posisi keempat dengan 1:32,609 detik.

Klasemen Sementara dan Penampilan Para Pembalap

Marquez saat ini unggul 40 poin di puncak klasemen, sementara Bagnaia justru tertinggal 110 poin dari rekan setimnya itu. 

Meski demikian, Bagnaia terlihat lebih nyaman di atas motor dibandingkan performanya pekan lalu di Italia dan sempat memimpin sesi FP1.

Di posisi kelima ada Fabio Di Giannantonio dari tim VR46 Ducati, dan Fabio Quartararo (Yamaha) melengkapi enam besar.

Alex Marquez, adik dari Marc dan juga pesaing terdekat di klasemen, berada di posisi ketujuh dengan Gresini Ducati. 

Disusul oleh Johann Zarco (LCR Honda), Fermin Aldeguer (Gresini), dan Alex Rins (Yamaha pabrikan) di posisi 10 besar.

Aldeguer nyaris mengalami kecelakaan hebat di tikungan 12, namun berhasil mengendalikan motornya meski sempat tergelincir cukup besar.

Pedro Acosta menjadi pembalap KTM terbaik berikutnya di posisi 11, sementara rekan setimnya, Brad Binder, masih kesulitan dan harus puas di posisi ke-20.

Espargaro Kembali, Chantra Debutan LCR Honda

Aleix Espargaro, yang menggantikan Luca Marini di Honda akhir pekan ini, menempati posisi ke-21 dalam sesi latihan pertamanya sejak GP Inggris pada bulan Mei. 

Ia unggul sekitar setengah detik dari Somkiat Chantra, rookie LCR Honda yang berada di urutan paling akhir.

Penundaan Sesi FP1 Tidak Mengurangi Antusiasme

Sesi FP1 sempat mengalami penundaan hampir satu jam karena tumpahan cairan di lintasan setelah sesi pembuka Moto3. 

Meski begitu, sesi latihan utama siang harinya tetap dijadwalkan berlangsung sesuai rencana pada pukul 2 siang waktu Inggris.

Marquez Tunjukkan Mental Juara

Insiden jatuh di FP1 tak membuat Marc Marquez kehilangan momentum. Sebaliknya, ia justru membuktikan mental juaranya dengan bangkit dan mencatat waktu tercepat

Persaingan menuju race utama di GP Belanda 2025 pun dipastikan makin seru, terutama mengingat ketatnya performa para rider papan atas lainnya.

Minggu, 22 Juni 2025

Marc Marquez Ungkap Kesalahan Fatal di Sprint MotoGP Italia: Sempat Salah Aktifkan Launch Control!

Marc Marquez Ungkap Kesalahan Fatal di Sprint MotoGP Italia: Sempat Salah Aktifkan Launch Control!
Marc Marquez Ungkap Kesalahan Fatal di Sprint MotoGP Italia: Sempat Salah Aktifkan Launch Control!

JAKARTA -- Marc Marquez akhirnya buka suara soal start buruknya di Sprint Race MotoGP Italia 2025 yang digelar di Sirkuit Mugello, Sabtu kemarin. Meski sukses merebut pole position ke-100 sepanjang kariernya di pagi hari, pembalap Ducati ini nyaris kehilangan segalanya beberapa detik setelah lampu start menyala.

Jadi gini ceritanya, Marc ngaku kalau dia sempat salah paham alias salah atur sistem launch control di motornya saat mau menuju grid. “Awalnya gue kira launch control udah aktif, ternyata enggak. Pas gue buka gas, baru sadar sistemnya belum nyala. Gue panik, terus buru-buru pencet tombolnya pakai tangan kanan,” kata Marc ke motogp.com sambil tertawa kecil.

Akibat kesalahan itu, dia langsung melorot ke posisi hampir di luar 10 besar saat masuk tikungan pertama. Untungnya, Marc tetap tenang dan berhasil comeback secara perlahan. Di lap keempat, dia udah balik ke posisi terdepan!

“Itu kesalahan gede sih, jujur aja. Tapi gue beruntung, karena di tiga tikungan pertama gue ambil jalur yang pas dan akhirnya bisa langsung di belakang Pecco dan Alex,” lanjutnya.

Hebatnya, meskipun sempat drop di awal, Marc Marquez tetap keluar sebagai pemenang sprint race dengan selisih 1,4 detik! Kemenangan itu bikin poin klasemennya makin kokoh, unggul 35 poin jelang race utama hari Minggu.

Marc juga menyoroti tantangan di balapan utama. Dia sadar, lawan-lawan terberatnya seperti Alex Marquez dan Pecco Bagnaia bakal tampil lebih kuat, terutama karena kondisi lintasan bakal makin panas.

“Di Mugello ini, biasanya gue lebih nyaman kalau ngikutin rider lain. Tadi juga waktu ngikutin mereka, gue ngerasa lebih enak. Tapi pas latihan pagi, gue juga punya pace yang bagus waktu sendirian,” ucap Marc.

Soal strategi untuk hari Minggu, Marc bilang fokus utamanya adalah pemilihan ban belakang. Ban soft memang punya grip yang oke, tapi bisa jadi bumerang karena suhu aspal yang bisa tembus 45-50 derajat Celcius.

“Jadi yang penting jangan ngulang kesalahan di start kayak tadi, terus kelola ban dan irama balapan dengan baik. Target awal kita di GP ini cuma bertahan dan nggak banyak kehilangan poin. Tapi ternyata kita justru dapat poin tambahan. Ini tanda bagus,” kata pembalap bernomor 93 itu sambil optimis.

Meskipun sempat hampir ‘zonk’ di start karena kesalahan aktivasi launch control, Marc Marquez membuktikan kelasnya sebagai pembalap top dunia. Dengan mental baja dan strategi yang matang, ia tak hanya bangkit, tapi juga menang!

Jelang balapan utama MotoGP Italia hari Minggu, semua mata akan tertuju pada bagaimana Marc, Pecco, dan Alex adu strategi di suhu panas Mugello. Satu yang pasti, kesalahan kecil bisa berdampak besar dan Marc udah belajar dari itu.

Kamis, 19 Juni 2025

Marc Marquez vs Valentino Rossi: Siapa Raja MotoGP Sebenarnya?

Marc Marquez vs Valentino Rossi: Siapa Raja MotoGP Sebenarnya?
Marc Marquez vs Valentino Rossi: Siapa Raja MotoGP Sebenarnya?

JAKARTA -- Kalau ngomongin siapa pembalap MotoGP terbaik sepanjang masa, pasti nama Valentino Rossi dan Marc Marquez langsung muncul di benak banyak orang. 

Dua ikon ini bukan cuma jago di lintasan, tapi juga punya cerita panjang yang bikin fans makin cinta sama dunia balap motor.

Meski beda generasi, keduanya sempat bertarung di lintasan yang sama, dan inilah yang bikin perdebatan siapa yang paling hebat jadi makin seru. Yuk, kita bedah satu per satu apa kata para ahli soal duel legendaris antara Rossi dan Marquez!

Dua Era, Dua Gaya, Satu Tujuan: Menang!

Valentino Rossi mulai jadi ikon sejak akhir 90-an. Gayanya flamboyan, selebrasinya selalu unik, dan karismanya di luar lintasan bikin dia jadi wajah MotoGP. 

Sementara Marc Marquez, muncul dengan gaya agresif, penuh keberanian, dan teknik yang revolusioner saat menunggangi motornya.

Keduanya punya kelebihan masing-masing. Rossi dengan karier super panjang dan basis penggemar global yang luar biasa. Marquez dengan skill teknis yang bikin banyak lawan geleng-geleng kepala.

Analisis Para Ahli: Dari Crutchlow sampai Hodgson

Dalam sebuah segmen spesial dari TNT Sports, tiga mantan rider sekaligus analis MotoGP Cal Crutchlow, Neil Hodgson, dan James Toseland — mencoba menentukan siapa GOAT (Greatest of All Time) sejati antara Rossi dan Marquez.

Cal Crutchlow: “Marc itu jeniusnya pengereman”

Sebagai mantan rekan setim Marquez di Honda (walau beda tim, Crutchlow di LCR Honda), Crutchlow bilang hal paling gila dari Marquez adalah cara dia mainin tuas rem depan.

"Dia tuh bisa mainin tekanan rem depan sambil miringin motor ke tikungan. Kebanyakan orang kalau rem depan ngunci, pasti langsung angkat motor. Tapi Marquez malah makin miringin. Itu instingnya luar biasa.”

Kata Crutchlow, belum ada pembalap lain yang bisa ngelakuin hal seberani dan sehalus Marquez waktu mengendalikan motor dalam kondisi ekstrem.

James Toseland: “Rossi itu lebih dari sekadar pembalap”

Toseland, yang juga mantan juara dunia Superbike, punya sudut pandang berbeda. Menurut dia, Rossi adalah sosok yang mengubah citra MotoGP.

“Lebih dari gaya balap atau jumlah gelar, Rossi itu showman. Dia bikin MotoGP jadi tontonan global, bikin orang jatuh cinta sama olahraga ini.”

Rossi muncul di era saat televisi mulai gencar meliput MotoGP, dan kepribadiannya cocok banget buat jadi bintang utama.

Neil Hodgson: “Marquez kalahin Rossi di lintasan, titik!”

Kalau Hodgson, analis yang juga mantan juara dunia Superbike, nggak mau ribet. Menurut dia, fakta bahwa Marquez dan Rossi sempat balapan bareng cukup buat nunjukin siapa yang lebih unggul.

“Mereka balapan bareng dari 2013 sampai 2021. Marquez datang sebagai rookie dan langsung kalahin Rossi. Di tahun-tahun itu, Marquez lebih sering menang dalam duel langsung.”

Hodgson mengakui Rossi masih kompetitif di tahun-tahun awal Marquez, terutama di 2015, tapi tetap saja Marquez lebih sering unggul dalam head-to-head.

Jadi, Siapa yang Lebih Hebat?

Well, jawabannya tergantung dari sudut pandang mana kamu melihat.

  • Kalau kamu fans hiburan, ikon budaya, dan karisma luar biasa, maka Rossi adalah raja.

  • Kalau kamu fokus ke skill teknis, kemampuan adaptasi, dan dominasi lintasan, Marquez bisa jadi jawabannya.

Crutchlow dan Hodgson kompak bilang bahwa Marquez lebih unggul, terutama karena pencapaiannya di lintasan dan bagaimana dia “mengalahkan” Rossi secara langsung. Tapi Toseland menyentuh sisi emosional fans, bahwa belum tentu ada yang bisa menyamai dampak Rossi bagi olahraga ini.

Debat soal siapa pembalap terbaik MotoGP sepanjang masa memang nggak akan pernah habis. Tapi yang jelas, baik Rossi maupun Marquez telah memberikan warisan besar untuk dunia balap.

Dan hebatnya lagi, kita semua adalah saksi hidup dari era di mana dua legenda ini sempat berada di grid yang sama. Jadi, daripada debat nggak kelar-kelar, nikmatin aja warisan yang mereka tinggalkan — baik di lintasan, di hati fans, maupun di sejarah MotoGP.

Minggu, 08 Juni 2025

Klarifikasi Marc Marquez dan Pedro Acosta soal Kontak di MotoGP Sprint Aragon

Klarifikasi Marc Marquez dan Pedro Acosta soal Kontak di MotoGP Sprint Aragon
Klarifikasi Marc Marquez dan Pedro Acosta soal Kontak di MotoGP Sprint Aragon.

JAKARTA -- Di balapan sprint MotoGP Aragon, terjadi insiden kontak antara Marc Marquez dari tim Ducati dan Pedro Acosta dari KTM. Nah, kedua pembalap ini sudah kasih penjelasan mereka tentang kejadian tersebut, dan seru banget buat disimak!

Jadi ceritanya, waktu start sprint race, Marquez dan Acosta sempat bersentuhan saat masuk ke Tikungan 1. Tapi lucunya, nggak ada yang mau saling menyalahkan. Marquez bilang ini cuma "insiden balap biasa."

Menurut Marquez, dia sempat agak terlambat dan harus mengerem dengan sangat keras. Kenapa? Karena kalau nggak, bagian depan dan belakang motor nggak akan pas posisi optimalnya. Dia juga bilang, insiden kayak gini biasanya terjadi kalau ada pembalap yang startnya kurang bagus, lalu pembalap lain datang dengan kecepatan lebih tinggi. Apalagi di Tikungan 1 Aragon yang terkenal tricky, jadi wajar kalau begini.

Sementara itu, Acosta punya pandangan lain tapi nggak jauh beda. Dia bilang Marquez nggak dapat start terbaik, dan dia datang dengan kecepatan cukup kencang. Mungkin Marquez mau ke kiri, tapi Acosta datang tiba-tiba dan mereka pun saling bersenggolan. "Itu cuma situasi balap biasa, nggak ada yang aneh," kata Acosta santai.

Meski begitu, Marquez tetap berhasil finis di posisi pertama di sprint race hari Sabtu, walaupun sempat turun ke posisi empat setelah insiden itu. Dia juga sempat membahas soal spesifikasi motornya yang menurut dia berbeda dibanding motor Ducati versi 2024 milik Alex Marquez dan Fermin Aldeguer yang cukup kompetitif.

Sekarang, Marc Marquez memimpin klasemen MotoGP dengan selisih 24 poin dari adiknya, Alex Marquez. Sementara itu, Pedro Acosta yang start dari posisi kelima, berhasil mempertahankan posisi tersebut dan menjadi pembalap non-Ducati terbaik di sprint race ini.

Jadi, intinya insiden di Tikungan 1 itu memang bagian dari dinamika balap, nggak ada yang sengaja atau saling nyalahin. Justru keduanya tetap menunjukkan performa hebat di lintasan!

Marc Marquez Tegaskan: Aku Pakai Motor Ducati yang Sama dengan Rider Lain di GP24, Ini Alasannya!

Marc Marquez Tegaskan: Aku Pakai Motor Ducati yang Sama dengan Rider Lain di GP24, Ini Alasannya!
Marc Marquez Tegaskan: Aku Pakai Motor Ducati yang Sama dengan Rider Lain di GP24, Ini Alasannya!

JAKARTA -- Marc Marquez, sang pemimpin klasemen MotoGP 2025, baru saja bikin heboh dengan kemenangan sprint ketujuhnya di seri Aragon. Meski hanya dirinya yang masuk lima besar dari para rider Ducati pabrikan, Marquez yakin dirinya memakai motor yang “persis sama” dengan rekan-rekannya di Ducati GP24.

Di sprint Aragon, Marc berhasil dari posisi pole dan menyalip Alex Marquez dari tim Gresini dengan selisih waktu 2,080 detik. Meski sempat terjatuh ke posisi bawah akibat start yang kurang mulus, ia sukses mengambil alih pimpinan balapan di lap ke-6 dari total 11 lap, lalu menjauh dan memperlebar jarak poin di klasemen jadi 27 angka menuju balapan utama hari Minggu.

Menariknya, Marc Marquez jadi satu-satunya pembalap Ducati pabrikan yang masuk lima besar sprint ini. Fabio Di Giannantonio menempati posisi keenam dengan jarak 6,379 detik, sementara Pecco Bagnaia malah gagal dapat poin dan finis di posisi ke-12 setelah balapan yang berat.

Sebenarnya, Ducati sudah memastikan kalau motor pabrikan mereka memang memakai mesin yang sedikit berbeda dari versi penuh GP24. Ada juga upgrade kecil seperti perangkat pengatur ketinggian belakang yang masih menggunakan basis mesin tahun lalu. Namun saat ditanya mengapa hanya dirinya yang mampu bersaing ketat, Marquez malah bingung karena dia yakin motornya sama dengan motor rekan satu timnya.

"Saya sudah tanya berkali-kali ke insinyur dan selalu jawabannya sama: saya pakai motor yang sama persis dengan Alex, Fermin, dan Morbidelli," ungkap Marquez.

Ia juga menambahkan kalau di beberapa seri seperti Le Mans dan Silverstone sempat pakai spek motor berbeda, tapi kini ia kembali ke versi yang sama dengan yang lain, dan akan coba pengaturan lain saat tes hari Senin.

Soal start, memang sempat kurang mulus dengan masalah roda belakang yang slip dan membuatnya turun ke posisi empat. Tapi Marquez bilang tim Ducati sudah tahu cara memperbaikinya sebelum balapan utama. Saat menyalip Alex Marquez di tikungan pertama lap keenam, ia juga mengakui sempat terkunci roda depan, tapi itu satu-satunya cara untuk menyalip rider secepat Alex yang juga melakukan pengereman maksimal.

“Di lap kualifikasi saya ambil risiko besar, malah jadi lebih lambat karena memaksakan diri. Motor dan ban nggak bisa diajak lebih cepat, jadi saya slide-slide dan nggak nyaman. Tapi itu cukup buat dapat pole,” katanya jujur.

“Balapan sprint lebih terkendali. Saya merasa kontrol penuh sama motor. Waktu overtake Alex, ada sedikit terkunci roda depan, tapi memang harus begitu kalau mau lewat rider yang cepat dan pengeremannya kuat seperti dia,” jelas Marc.

Satu insiden kecil juga terjadi di awal sprint ketika Marquez bertabrakan dengan Pedro Acosta di tikungan pertama. Namun Marquez menganggap ini cuma insiden balapan biasa yang terjadi karena perbedaan kecepatan saat start, apalagi start di Aragon memang dikenal tricky.

"Saya agak tertinggal, lalu rem keras supaya perangkat depan dan belakang bisa bekerja dengan benar. Insiden seperti ini sering terjadi kalau ada rider yang startnya bermasalah, dan lainnya datang dengan kecepatan berbeda," tutupnya.

Sabtu, 07 Juni 2025

Hasil Latihan Bebas MotoGP Aragon 2025: Marc Marquez Unggul Tipis, KTM Mendominasi

Hasil Latihan Bebas MotoGP Aragon 2025: Marc Marquez Unggul Tipis, KTM Mendominasi
Hasil Latihan Bebas MotoGP Aragon 2025: Marc Marquez Unggul Tipis, KTM Mendominasi.

JAKARTA - MotoGP Aragon 2025 baru aja ngasih kita gambaran panas jelang kualifikasi! Sesi latihan bebas hari Sabtu di sirkuit MotorLand, Spanyol, berlangsung seru banget dan tentu aja penuh kejutan. 

Nama Marc Marquez kembali bersinar setelah sukses mencatatkan waktu tercepat, walaupun selisihnya tipis banget dari rider muda berbakat Pedro Acosta.

Marc Marquez Masih Jadi Raja Aragon

Marc Marquez dari tim Ducati Lenovo sukses jadi yang tercepat dengan catatan waktu 1 menit 46.607 detik. Meski belum ngalahin rekor lap resminya sendiri dari tahun lalu (1:45.801), performa Marc tetap solid banget. Bisa dibilang dia makin nyaman bareng motor GP25-nya, apalagi di sirkuit yang udah sering jadi tempat dia unjuk gigi.

Pedro Acosta dan KTM Bikin Tekanan

Nggak jauh di belakang Marquez, ada Pedro Acosta dari Red Bull KTM yang cuma terpaut 0,141 detik. Walaupun masih rookie di kelas premier, Acosta udah tampil gila-gilaan sejak awal musim. KTM sendiri punya tiga pembalap yang masuk lima besar hari ini—selain Acosta, ada Maverick Viñales dan Brad Binder yang juga tampil konsisten.

Franco Morbidelli dan Ducati VR46 Ikutan Panas

Di posisi ketiga, Franco Morbidelli dari tim Pertamina VR46 Ducati berhasil mencatat waktu hanya 0,165 detik lebih lambat dari Marquez. Ini bisa jadi pertanda kalau Morbidelli makin nyetel sama GP24, dan siap bikin gebrakan lagi.

Beberapa Pembalap Alami Crash

Sayangnya, sesi latihan ini nggak mulus buat semua pembalap. Joan Mir dari Honda dan Alex Marquez sempat mengalami crash yang cukup keras. Untungnya, keduanya dikabarkan nggak mengalami cedera serius. Tapi jelas ini jadi pukulan buat Alex, yang sedang bersaing ketat di klasemen dunia dan tampil konsisten di sesi sebelumnya.

Nama-Nama Besar Harus Lewat Q1

Sesi Kualifikasi 1 (Q1) bakal jadi medan perang baru, apalagi buat pembalap seperti Fabio Quartararo yang biasanya start dari depan. Quartararo, yang tiga kali terakhir start dari pole position, kali ini harus berjuang lebih dulu karena nggak masuk 10 besar. Begitu juga dengan Marco Bezzecchi, pemenang di Silverstone, yang harus melakoni Q1.

Info Cedera dan Rider Pengganti

Di akhir pekan ini, beberapa nama besar absen karena cedera. Luca Marini, pembalap HRC, absen usai kecelakaan saat tes Superbike di Jepang. Begitu juga rookie Ai Ogura yang masih dalam pemulihan setelah insiden di Silverstone. Keduanya belum diganti dan tim mereka tetap berjalan dengan skuad terbatas.

Sementara itu, Augusto Fernandez tampil sebagai wild-card untuk Yamaha setelah sebelumnya sempat menggantikan Miguel Oliveira. Lorenzo Savadori dari Aprilia juga kembali mengisi tempat Jorge Martin yang masih dalam masa pemulihan cedera.

Catatan Resmi MotoGP Aragon:

  • Rekor Lap Tercepat: Marc Marquez (Ducati), 1:45.801 (2024)

  • Lap Balapan Tercepat: Luca Marini (Ducati), 1:47.795 (2022)

Apa Selanjutnya?

Setelah sesi latihan bebas ini, para pembalap bakal bersaing ketat di babak kualifikasi. Semua mata tertuju ke duel Ducati vs KTM, dan tentu aja performa mengejutkan dari rookie seperti Acosta dan Aldeguer. Jangan lupa juga, tes resmi pertama musim ini bakal digelar Senin depan di Jerez—jadi drama MotoGP belum akan berhenti di Aragon.

Kamis, 05 Juni 2025

Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Alami Masalah di MotoGP Silverstone, Ducati Mulai Khawatir?

Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Alami Masalah di MotoGP Silverstone, Ducati Mulai Khawatir?
Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Alami Masalah di MotoGP Silverstone, Ducati Mulai Khawatir?

JAKARTA - Adu balap seru di MotoGP Inggris yang digelar di Sirkuit Silverstone ternyata meninggalkan catatan kurang manis buat tim pabrikan Ducati. Meski berhasil membawa pulang podium lewat Marc Marquez yang finis kedua di sprint race dan ketiga di balapan utama, ternyata kondisi di paddock Ducati nggak secerah hasil di papan klasemen.

Marquez Akui Sulit Nyatu Sama Motor GP25

Dalam tayangan dokumenter Inside Ducati, ada momen menarik yang tertangkap kamera. Marc Marquez terlihat sedang dalam sesi evaluasi bareng para teknisinya setelah sprint race. Di situ, ia dikritik karena dianggap terlalu cepat membuka gas saat keluar tikungan sebuah kesalahan klasik yang bisa bikin ban belakang kehilangan grip.

Tapi yang bikin publik kaget adalah respons jujur dari Marquez. Tanpa basa-basi dan tanpa alasan bertele-tele, ia bilang, “Akhir pekan ini gue emang kurang bisa ngasih feedback yang spesifik.” Meskipun para insinyurnya coba memaklumi, Marquez tetap pada pendiriannya: “Emang begitu kenyataannya. Gue nggak nemu feel sama motor. Kadang ya emang ada hari-hari di mana semuanya terasa nggak nyambung.”

Jatuh di Balapan Utama, Marquez Ngaku Kebanyakan Maksain

Keesokan harinya, di awal balapan utama, Marquez sempat terjatuh. Tapi karena bendera merah dikibarkan, ia masih bisa ikut restart. Saat balik ke paddock, dia cuma bilang jujur ke timnya, “Tadi gue terlalu maksa.” Lagi-lagi, pembalap delapan kali juara dunia ini menunjukkan sisi manusiawinya—bahwa bahkan rider sekelas Marquez pun bisa punya hari yang buruk.

Bagnaia Juga Punya Masalah Serius

Nggak cuma Marquez yang lagi frustrasi. Pecco Bagnaia, sang juara dunia dua kali, juga mengalami akhir pekan yang bikin geleng-geleng kepala. Di sprint race cuma finis ke-6, dan di balapan utama malah jatuh. Tapi yang lebih bikin khawatir adalah ekspresi dan keluhan Bagnaia saat ngobrol sama kepala kru-nya, Cristian Gabarrini.

“Pas masuk tikungan dan ngerem, gue nggak yakin sama bagian depan motor,” keluh Bagnaia. Gabarrini coba gali lebih dalam: “Maksudnya gimana?” Dan jawaban Bagnaia cukup bikin hati menciut: “Gue ngerem, gue masuk tikungan, tapi nggak ada rasa percaya diri sama sekali.”

Alarm dari Bos Ducati

Kondisi ini bikin General Manager Ducati, Gigi Dall’Igna, mulai ambil sikap. Usai balapan, dia secara terbuka bilang bahwa semua anggota tim harus bekerja ekstra keras buat bantu Bagnaia balik ke performa puncaknya. Meski Ducati masih mendominasi klasemen, kenyataan di balik layar ternyata nggak se-stabil yang terlihat. Gigi bahkan menyebut situasi Ducati saat ini "rapuh banget."

Hasil Boleh Oke, Tapi Masalah di Dalam Serius

Secara kasat mata, Ducati memang masih tampil dominan. Tapi kalau kita lihat lebih dalam, ada sinyal-sinyal masalah yang perlu segera ditangani. Baik Marquez maupun Bagnaia lagi kesulitan menemukan chemistry dengan motor GP25. Dan kalau ini dibiarkan terlalu lama, bisa-bisa dominasi Ducati mulai goyah.

Musim masih panjang, dan tekanan makin tinggi. Apakah Ducati bisa menemukan solusinya sebelum semuanya terlambat? Kita tunggu saja drama berikutnya di MotoGP!