JAKARTA - Paris Saint-Germain akhirnya mencetak sejarah! Tim raksasa asal Prancis itu sukses meraih gelar Liga Champions pertama mereka setelah membantai Inter Milan 5-0 di final yang digelar di Allianz Arena, Munich, Minggu dini hari (1/6/2025).
Pertandingan ini bukan hanya tentang kemenangan, tapi juga soal betapa dominannya pasukan muda asuhan Luis Enrique dalam laga yang mencetak banyak rekor baru.
Yuk kita bahas lebih lengkap, karena ada banyak banget momen keren yang terjadi dalam laga bersejarah ini!
Pesta Gol PSG: Dominasi Total dari Menit Awal
Sejak peluit pertama dibunyikan, PSG langsung tancap gas. Mereka benar-benar gak kasih ampun buat Inter Milan yang terlihat kewalahan dari menit-menit awal. Baru berjalan 12 menit, Achraf Hakimi berhasil membuka keunggulan PSG lewat kerja sama apik dengan wonderkid berusia 18 tahun, Désiré Doué. Setelah menerima umpan terobosan dari Vitinha, Doué menyodorkan bola manis yang tinggal disontek Hakimi ke gawang kosong. Inter pun langsung tertinggal 0-1.
Gak butuh waktu lama, delapan menit berselang, Doué kembali mencatatkan namanya di papan skor. Kali ini, dia menerima bola dari Ousmane Dembélé, mengontrol dengan dada, lalu melepaskan tembakan mendatar yang sempat membentur kaki Federico Dimarco hingga mengecoh kiper Yann Sommer. PSG unggul 2-0 dan membuat sejarah sebagai tim pertama yang mencetak dua gol dalam 20 menit pertama final Liga Champions.
Inter Kewalahan, PSG Terus Menggila
Inter sempat berusaha bangkit. Ada beberapa peluang dari Marcus Thuram dan Francesco Acerbi, tapi finishing mereka jauh dari kata klinis. Di sisi lain, PSG malah makin berbahaya. Khvicha Kvaratskhelia, pemain asal Georgia yang musim ini tampil gemilang, beberapa kali mengancam gawang Sommer. Tapi sayang, tendangannya belum menemui sasaran di babak pertama.
Masuk babak kedua, PSG gak mengendur. Justru mereka makin ganas! Menit ke-63, Doué mencetak gol keduanya lewat kombinasi apik dengan Vitinha dan Dembélé. Kali ini, Vitinha melepas umpan mendatar ke arah Doué yang dengan tenang menyelesaikan peluang menjadi gol ke pojok kanan bawah.
Empat menit berselang, giliran Kvaratskhelia yang ikut mencatatkan namanya di papan skor. Umpan terobosan dari Dembélé dikonversi menjadi gol dengan finishing keras ke sudut gawang Sommer. Skor jadi 4-0!
Dan belum selesai, PSG menutup pesta gol mereka di menit ke-86 lewat gol indah dari Senny Mayulu. Pemain muda berusia 18 tahun ini melepaskan tembakan keras yang menghantam tiang sebelum masuk ke gawang. Gol yang jadi penutup sempurna malam luar biasa PSG!
Luis Enrique Catat Rekor Langka: Treble dengan Dua Klub Berbeda!
Luis Enrique bukan pelatih sembarangan. Setelah sukses membawa Barcelona meraih treble pada 2015, kini ia ulangi prestasi itu bersama PSG di tahun 2025! Ia menjadi pelatih kedua dalam sejarah setelah Pep Guardiola yang mampu memenangkan treble bersama dua klub berbeda.
Musim ini, PSG sukses menyapu bersih gelar Ligue 1, Coupe de France, dan puncaknya: Liga Champions. Kemenangan 5-0 atas Inter Milan bahkan jadi kemenangan terbesar dalam sejarah final Liga Champions, mengalahkan rekor AC Milan yang menang 4-0 atas Barcelona pada 1994.
Akhir dari Penantian Panjang PSG
Sejak diakuisisi Qatar Sports Investments tahun 2011, PSG memang punya target besar: juara Eropa. Tapi meski sudah menghabiskan miliaran euro dan mendatangkan nama-nama besar seperti Zlatan Ibrahimovic, Neymar, Kylian Mbappé, hingga Lionel Messi, trofi Liga Champions tak kunjung mendarat ke Paris.
Namun di musim ini, PSG memilih pendekatan berbeda. Mereka mengandalkan pemain-pemain muda penuh semangat dan kecepatan. Dan terbukti, strategi ini lebih jitu.
Final ini adalah pertandingan ke-168 PSG di Liga Champions. Angka itu menjadikan mereka klub dengan jumlah pertandingan terbanyak sebelum akhirnya bisa jadi juara. Sebagai perbandingan, Manchester City “hanya” butuh 117 pertandingan sebelum jadi juara pertama kali di 2023.
Doué, Mayulu, dan Generasi Baru yang Siap Ambil Alih Eropa
Désiré Doué benar-benar tampil luar biasa. Selain mencetak dua gol dan satu assist, dia juga menjadi remaja ketiga dalam sejarah yang mencetak gol di final Liga Champions, menyusul nama-nama legendaris seperti Patrick Kluivert (1995) dan Carlos Alberto (2004). Sementara Mayulu jadi remaja keempat yang ikut mencetak gol di final.
Rata-rata usia starting XI PSG di laga ini adalah 25 tahun 96 hari, membuat mereka jadi tim termuda yang tampil di final Liga Champions dalam 20 tahun terakhir. Sementara Inter, sebaliknya, justru menurunkan skuad ketiga tertua dalam sejarah final Liga Champions dengan rata-rata usia nyaris 31 tahun.
Inter Gagal Ulangi Kejayaan, Dihantam Realitas
Inter Milan datang ke laga ini dengan kepercayaan diri tinggi. Mereka adalah tim yang sangat disiplin dan jarang tertinggal sepanjang Liga Champions musim ini. Bahkan, mereka cuma sempat tertinggal total 1,2% dari seluruh waktu bermain musim ini! Tapi semuanya berubah saat menghadapi PSG.
Strategi Inter yang biasanya mengandalkan penguasaan bola dan pertahanan solid jadi hancur lebur saat menghadapi pressing tinggi dan kecepatan para pemain muda PSG. Inter seakan kehabisan tenaga di babak kedua dan tidak mampu merespons tekanan.
Fakta mencengangkan lainnya: Ini pertama kalinya sejak Real Madrid kalah 3-5 dari Benfica di final 1962, ada tim yang kebobolan lima gol di final Liga Champions.
PSG dan Era Baru Sepak Bola Eropa
Dengan kemenangan ini, PSG bukan hanya menutup lembaran sejarah kegagalan mereka di Eropa, tapi juga membuka era baru. Mereka menunjukkan bahwa membangun tim dengan talenta muda bisa lebih efektif daripada sekadar mengandalkan superstar.
Pemain seperti Doué, Mayulu, Barcola, Vitinha, Joao Neves, dan Kvaratskhelia kini jadi simbol generasi baru PSG. Kombinasi antara taktik brilian Luis Enrique, kecepatan, dan energi luar biasa para pemain muda jadi kunci keberhasilan mereka.
Dan yang pasti, PSG kini bukan lagi “tim kaya tanpa gelar Eropa”. Mereka adalah juara Liga Champions 2025 dan itu dilakukan dengan cara yang sangat dominan!
Final Liga Champions 2025 akan dikenang sebagai malam saat PSG akhirnya menuntaskan mimpi besar mereka. Dengan skor telak 5-0 atas Inter Milan, pasukan Luis Enrique menunjukkan kepada dunia bahwa mereka layak menyandang status sebagai tim terbaik di Eropa.
Mereka bukan hanya menang, tapi juga menang dengan gaya. Dominasi, strategi, semangat muda, dan keberanian semua berpadu jadi satu di malam magis di Munich.
Apakah ini awal dinasti baru PSG di Eropa? Waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal pasti: malam itu, dunia menyaksikan kebangkitan raksasa baru.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS