Berita Borneotribun: Paris Saint-Germain Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Paris Saint-Germain. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Paris Saint-Germain. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Juni 2025

Prediksi PSG vs Atletico Madrid di Piala Dunia Antarklub 2025: Jadwal, Lineup, dan Analisa Kekuatan Tim

Prediksi PSG vs Atletico Madrid di Piala Dunia Antarklub 2025: Jadwal, Lineup, dan Analisa Kekuatan Tim
Prediksi PSG vs Atletico Madrid di Piala Dunia Antarklub 2025: Jadwal, Lineup, dan Analisa Kekuatan Tim.

JAKARTA -- Setelah mengangkat trofi Liga Champions untuk pertama kalinya, Paris Saint-Germain langsung dihadapkan pada tantangan baru di Piala Dunia Antarklub 2025. 

Di pertandingan pembuka mereka, tim asuhan Luis Enrique bakal bentrok dengan Atletico Madrid, yang punya rekor cukup oke musim lalu meski gagal di Eropa dan La Liga. Duel ini akan digelar di Rose Bowl, Pasadena, pada Senin (16/6/2025).

Reuni Panas Setelah Kekalahan Pahit PSG

Pertemuan ini bakal jadi semacam revans buat PSG. Pasalnya, kedua tim pernah bersua di fase grup Liga Champions 2024/25, di mana Atletico berhasil mencuri kemenangan dramatis 2-1 lewat gol Ángel Correa di menit-menit akhir. Meski PSG tampil dominan dalam laga tersebut, mereka harus mengakui keunggulan taktis Diego Simeone.

Namun setelah kekalahan itu, PSG justru semakin mengganas. Mereka sukses menyingkirkan tiga wakil Premier League dalam perjalanan ke final dan menutup musim Eropa dengan kemenangan telak 5-0 atas Inter Milan di partai puncak. Performa seperti itu tentu menjadikan mereka salah satu unggulan juara di ajang ini.

Atletico Madrid: Antara Harapan dan Kenyataan

Atletico sempat menjalani musim yang penuh harapan dengan catatan 15 kemenangan beruntun di tengah musim La Liga. Tapi semuanya runtuh setelah tersingkir dari Eropa oleh Real Madrid dan kehilangan momentum di perburuan gelar domestik.

Meski begitu, skuat Atletico datang ke Amerika Serikat dengan ambisi tinggi. Mengalahkan tim sekelas PSG di panggung dunia bakal jadi prestasi besar bagi Simeone dan anak buahnya.

Jadwal dan Lokasi Pertandingan PSG vs Atletico Madrid

  • Lokasi: Rose Bowl, Pasadena, Amerika Serikat

  • Tanggal: Senin, 16 Juni 2025

  • Waktu Kick-Off:

    • 02.00 WIB (indonesia)

  • Wasit: István Kovács (Rumania)

Head-to-Head PSG vs Atletico Madrid

  • PSG Menang: 0

  • Atletico Menang: 1

  • Imbang: 0

  • Pertemuan Terakhir: PSG 1–2 Atletico (6 November 2024 – Liga Champions)

Performa Terakhir Kedua Tim

PSG:

  • PSG 5–0 Inter (31/05/25)

  • PSG 3–0 Reims (24/05/25)

  • PSG 3–1 Auxerre (17/05/25)

  • Montpellier 1–4 PSG (10/05/25)

  • PSG 2–1 Arsenal (07/05/25)

Atletico Madrid:

  • Girona 0–4 Atletico (25/05/25)

  • Atletico 4–1 Real Betis (18/05/25)

  • Osasuna 2–0 Atletico (15/05/25)

  • Atletico 4–0 Sociedad (10/05/25)

  • Alaves 0–0 Atletico (03/05/25)

Susunan Pemain dan Kabar Tim Terbaru

PSG (Pelatih: Luis Enrique)
Luis Enrique membawa skuat berisi 24 pemain ke turnamen ini. Meski tak banyak kejutan, ia kemungkinan besar akan melakukan rotasi dari susunan pemain di final Liga Champions. Ousmane Dembélé kemungkinan besar diistirahatkan karena cedera ringan, sementara Gonçalo Ramos bisa jadi starter di lini depan.

Pemain muda seperti Senny Mayulu, Warren Zaïre-Emery, dan Ibrahim Mbaye juga berpotensi mencuri panggung musim panas ini.

Prediksi Susunan Pemain PSG (4-3-3):
Donnarumma; Hakimi, Marquinhos, Beraldo, Hernandez; Zaïre-Emery, Moscardo, Ruiz; Doué, Ramos, Kvaratskhelia

Atletico Madrid (Pelatih: Diego Simeone)
Simeone membawa 30 pemain, termasuk beberapa nama senior yang kontraknya akan segera habis seperti César Azpilicueta, Axel Witsel, dan Reinildo. Tidak ada pemain yang absen karena cedera, jadi mereka siap turun dengan kekuatan penuh.

Rodrigo De Paul dan Julian Alvarez, dua pemain kunci asal Amerika Selatan, kemungkinan besar akan langsung tampil sejak awal. Sementara itu, Alexander Sørloth yang cetak hattrick di laga terakhir La Liga masih harus bersaing dengan Antoine Griezmann di lini depan.

Prediksi Susunan Pemain Atletico (4-4-2):
Oblak; Molina, Gimenez, Le Normand, Galán; Simeone, De Paul, Barrios, Gallagher; Alvarez, Griezmann

Cara Menonton PSG vs Atletico Madrid

📺 Siaran Langsung:

  • Amerika Serikat: DAZN, TUDN, Watch TNT, Univision

  • Inggris: DAZN

  • Kanada & Meksiko: DAZN

Prediksi Skor PSG vs Atletico Madrid

Meskipun PSG tampil luar biasa di final Liga Champions, turnamen ini bisa jadi tantangan baru. Atmosfer dan tekanan berbeda di Amerika bisa memengaruhi performa mereka. Bisa jadi, kita tidak akan melihat versi "monster" PSG seperti saat melibas Inter.

Di sisi lain, Atletico punya gaya permainan yang cocok untuk menghadapi tim besar seperti PSG. Dengan lini belakang yang solid dan taktik khas Simeone, Atletico berpotensi memberi kejutan.

Prediksi Skor Akhir: PSG 1–1 Atletico Madrid

Duel ini diprediksi bakal jadi laga pembuka yang seru dan penuh strategi. PSG mungkin datang dengan status favorit, tapi Atletico punya semua elemen untuk bikin kejutan. Gimana menurut kamu, siapa yang bakal menang?

Kamis, 05 Juni 2025

Kenapa Timnas Prancis Gak Bisa Meniru Gaya Bermain PSG, Ini Penjelasan Didier Deschamps

Kenapa Timnas Prancis Gak Bisa Meniru Gaya Bermain PSG, Ini Penjelasan Didier Deschamps
Kenapa Timnas Prancis Gak Bisa Meniru Gaya Bermain PSG, Ini Penjelasan Didier Deschamps.

JAKARTA - Kalau ngomongin soal Paris Saint-Germain (PSG), belakangan ini mereka lagi naik daun banget. Di bawah arahan pelatih Luis Enrique, klub ini berhasil mencuri perhatian dengan gaya main menyerang yang bebas dan agresif. 

Terakhir, mereka bahkan sukses besar menjuarai Liga Champions dengan kemenangan telak 5-0 atas Inter Milan kemenangan terbesar dalam sejarah final Liga Champions!

Banyak pemain PSG seperti Ousmane Dembele, Desire Doue, dan Bradley Barcola yang tampil cemerlang dan jadi sorotan. Contohnya, Doue sukses bikin dua gol plus satu assist di final, yang belum pernah terjadi sebelumnya di laga sebesar itu. Tapi, meski begitu, pelatih Timnas Prancis, Didier Deschamps, bilang kalau gaya bermain PSG itu susah banget ditiru oleh timnas.

Kenapa, ya?

Deschamps bilang kalau PSG punya keunggulan besar karena mayoritas pemain inti mereka punya waktu banyak untuk berlatih dan bermain bersama dalam satu klub. Sedangkan di Timnas, para pemain datang dari klub-klub yang berbeda, jadwalnya terbatas, dan kadang mereka bahkan harus bersaing untuk posisi yang sama.

Dia juga menekankan, beberapa pemain penting PSG seperti Achraf Hakimi, Marquinhos, atau Vitinha bukan warga negara Prancis, jadi tentu saja mereka nggak bisa begitu saja diharapkan untuk mengulang kesuksesan yang sama di Timnas.

Deschamps bilang:
"Kalau di klub, kita latihan bareng setiap hari, main bareng terus, otomatis chemistry-nya kuat. Di Timnas, waktunya jauh lebih sedikit, jadi gak mudah untuk langsung nyatuin gaya bermain kayak klub."

Meskipun Dembele, Doue, dan Barcola punya talenta bagus, mereka tetap harus bersaing di posisi yang sama, jadi belum tentu bisa tampil bersama secara optimal seperti di PSG.

Di sisi lain, Deschamps juga menyinggung soal lawan Timnas Prancis di semifinal Liga Negara UEFA, yaitu Spanyol, yang punya pemain muda luar biasa seperti Lamine Yamal. Pemain muda Barcelona ini disebut-sebut punya potensi sehebat Kylian Mbappe saat masih muda.

Menurut Deschamps:
"Yamal itu pemain luar biasa yang langka. Dia konsisten tampil bagus di usia muda, sama seperti yang pernah dilakukan Mbappe waktu dia mulai dikenal."

Jadi, walaupun PSG lagi berjaya dan bikin banyak orang terkesima, tetap aja, Deschamps percaya gaya main Timnas Prancis harus dibangun sendiri sesuai dengan karakter pemain dan waktu yang ada. Nggak bisa cuma nyontek langsung dari klub, apalagi klub sebesar PSG.

Minggu, 01 Juni 2025

PSG Juara Liga Champions untuk Pertama Kalinya, Marquinhos: Hari Terbaik dalam Hidup Saya!

PSG Juara Liga Champions untuk Pertama Kalinya, Marquinhos: Hari Terbaik dalam Hidup Saya!
PSG Juara Liga Champions untuk Pertama Kalinya, Marquinhos: Hari Terbaik dalam Hidup Saya!

JAKARTA - Setelah penantian panjang dan luka yang belum sembuh sejak final 2020, Paris Saint-Germain (PSG) akhirnya meraih mimpi terbesar mereka: juara Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub! Dan bagi sang kapten, Marquinhos, momen ini bukan sekadar trofi tapi jadi momen paling emosional dalam hidupnya.

Kemenangan Telak dan Bersejarah

PSG benar-benar tampil menggila di final Liga Champions kali ini. Mereka sukses membantai Inter Milan dengan skor telak 5-0! Ini bukan cuma kemenangan biasa, tapi juga rekor baru. PSG jadi tim pertama yang menang di final Liga Champions dengan selisih lima gol.

Pemain muda Desire Doue tampil cemerlang dengan mencetak dua gol dan memberikan assist untuk gol pembuka Achraf Hakimi. Lalu, Khvicha Kvaratskhelia dan Senny Mayulu menambah dua gol lagi di babak kedua untuk melengkapi pesta Paris.

Treble Winner Pertama dari Prancis

Nggak cuma Liga Champions, musim ini PSG juga menyabet gelar Ligue 1 dan Coupe de France. Itu artinya, mereka sukses meraih treble winner, dan jadi tim Prancis pertama yang pernah melakukan hal tersebut!

Kemenangan ini datang di pertandingan ke-168 PSG di Liga Champions jumlah pertandingan terbanyak yang dibutuhkan sebuah tim sebelum akhirnya mengangkat trofi si Kuping Besar.

Marquinhos: Dari Luka Lama ke Air Mata Bahagia

Buat Marquinhos, yang pernah merasakan pahitnya kekalahan di final 2020 saat PSG kalah dari Bayern Munchen, momen ini begitu berharga.

“Aku campur aduk banget. Ada rasa bahagia, haru, semuanya jadi satu,” kata Marquinhos ke M6 setelah pertandingan. “Aku tumbuh dan berjuang bersama tim ini. Banyak pemain hebat yang pernah ada di sini tapi belum sempat merasakan juara.”

Ia menyebut nama-nama besar seperti Thiago Silva, Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, Lucas Moura, hingga Angel Di Maria yang dulu ikut membangun fondasi PSG, tapi belum sempat meraih trofi Liga Champions.

“Kita akhirnya sampai juga. Gelar ini buat semua fans PSG, di Parc des Princes maupun di seluruh dunia. Aku cinta kalian semua! Ini hari terbaik dalam hidupku.”

Marquinhos juga menambahkan, “Selama 12 tahun aku melihat dan merasakan perjuangan ini. Susah banget sampai ke sini. Tapi hari ini semua terbayar.”

Pemain Muda Bersinar di Panggung Besar

Salah satu bintang malam itu, Desire Doue, mencetak sejarah sebagai pemain pertama yang terlibat dalam tiga gol di final Liga Champions (dua gol, satu assist). Penampilannya luar biasa dan jadi penentu kemenangan PSG.

Pemain pengganti Bradley Barcola juga mencuri perhatian dengan assist-nya untuk gol terakhir PSG. Ia mengungkapkan rasa bangganya, “Klub ini sudah lama banget mengejar trofi ini. Dan sekarang kami berhasil! Rasanya kayak mimpi!”

Kemenangan PSG ini bukan sekadar pencapaian sejarah, tapi bukti bahwa kerja keras selama bertahun-tahun akhirnya terbayar. Dari pemain veteran seperti Marquinhos sampai talenta muda seperti Doue dan Barcola, semua berkontribusi membawa PSG jadi juara Liga Champions 2025.

Dan buat fans PSG di seluruh dunia hari ini adalah hari perayaan. Setelah bertahun-tahun menunggu, akhirnya trofi yang didambakan datang juga ke Paris.

PSG Bantai Inter 5-0: Luis Enrique Catat Rekor Langka: Treble dengan Dua Klub Berbeda! Juara Liga Champions Pertama Kali!

PSG Bantai Inter 5-0: Luis Enrique Catat Rekor Langka: Treble dengan Dua Klub Berbeda! Juara Liga Champions Pertama Kali!
PSG Bantai Inter 5-0: Luis Enrique Catat Rekor Langka: Treble dengan Dua Klub Berbeda! Juara Liga Champions Pertama Kali!

JAKARTA - Paris Saint-Germain akhirnya mencetak sejarah! Tim raksasa asal Prancis itu sukses meraih gelar Liga Champions pertama mereka setelah membantai Inter Milan 5-0 di final yang digelar di Allianz Arena, Munich, Minggu dini hari (1/6/2025). 

Pertandingan ini bukan hanya tentang kemenangan, tapi juga soal betapa dominannya pasukan muda asuhan Luis Enrique dalam laga yang mencetak banyak rekor baru.

Yuk kita bahas lebih lengkap, karena ada banyak banget momen keren yang terjadi dalam laga bersejarah ini!

Pesta Gol PSG: Dominasi Total dari Menit Awal

Sejak peluit pertama dibunyikan, PSG langsung tancap gas. Mereka benar-benar gak kasih ampun buat Inter Milan yang terlihat kewalahan dari menit-menit awal. Baru berjalan 12 menit, Achraf Hakimi berhasil membuka keunggulan PSG lewat kerja sama apik dengan wonderkid berusia 18 tahun, Désiré Doué. Setelah menerima umpan terobosan dari Vitinha, Doué menyodorkan bola manis yang tinggal disontek Hakimi ke gawang kosong. Inter pun langsung tertinggal 0-1.

Gak butuh waktu lama, delapan menit berselang, Doué kembali mencatatkan namanya di papan skor. Kali ini, dia menerima bola dari Ousmane Dembélé, mengontrol dengan dada, lalu melepaskan tembakan mendatar yang sempat membentur kaki Federico Dimarco hingga mengecoh kiper Yann Sommer. PSG unggul 2-0 dan membuat sejarah sebagai tim pertama yang mencetak dua gol dalam 20 menit pertama final Liga Champions.

Inter Kewalahan, PSG Terus Menggila

Inter sempat berusaha bangkit. Ada beberapa peluang dari Marcus Thuram dan Francesco Acerbi, tapi finishing mereka jauh dari kata klinis. Di sisi lain, PSG malah makin berbahaya. Khvicha Kvaratskhelia, pemain asal Georgia yang musim ini tampil gemilang, beberapa kali mengancam gawang Sommer. Tapi sayang, tendangannya belum menemui sasaran di babak pertama.

Masuk babak kedua, PSG gak mengendur. Justru mereka makin ganas! Menit ke-63, Doué mencetak gol keduanya lewat kombinasi apik dengan Vitinha dan Dembélé. Kali ini, Vitinha melepas umpan mendatar ke arah Doué yang dengan tenang menyelesaikan peluang menjadi gol ke pojok kanan bawah.

Empat menit berselang, giliran Kvaratskhelia yang ikut mencatatkan namanya di papan skor. Umpan terobosan dari Dembélé dikonversi menjadi gol dengan finishing keras ke sudut gawang Sommer. Skor jadi 4-0!

Dan belum selesai, PSG menutup pesta gol mereka di menit ke-86 lewat gol indah dari Senny Mayulu. Pemain muda berusia 18 tahun ini melepaskan tembakan keras yang menghantam tiang sebelum masuk ke gawang. Gol yang jadi penutup sempurna malam luar biasa PSG!

Luis Enrique Catat Rekor Langka: Treble dengan Dua Klub Berbeda!

Luis Enrique bukan pelatih sembarangan. Setelah sukses membawa Barcelona meraih treble pada 2015, kini ia ulangi prestasi itu bersama PSG di tahun 2025! Ia menjadi pelatih kedua dalam sejarah setelah Pep Guardiola yang mampu memenangkan treble bersama dua klub berbeda.

Musim ini, PSG sukses menyapu bersih gelar Ligue 1, Coupe de France, dan puncaknya: Liga Champions. Kemenangan 5-0 atas Inter Milan bahkan jadi kemenangan terbesar dalam sejarah final Liga Champions, mengalahkan rekor AC Milan yang menang 4-0 atas Barcelona pada 1994.

Akhir dari Penantian Panjang PSG

Sejak diakuisisi Qatar Sports Investments tahun 2011, PSG memang punya target besar: juara Eropa. Tapi meski sudah menghabiskan miliaran euro dan mendatangkan nama-nama besar seperti Zlatan Ibrahimovic, Neymar, Kylian Mbappé, hingga Lionel Messi, trofi Liga Champions tak kunjung mendarat ke Paris.

Namun di musim ini, PSG memilih pendekatan berbeda. Mereka mengandalkan pemain-pemain muda penuh semangat dan kecepatan. Dan terbukti, strategi ini lebih jitu.

Final ini adalah pertandingan ke-168 PSG di Liga Champions. Angka itu menjadikan mereka klub dengan jumlah pertandingan terbanyak sebelum akhirnya bisa jadi juara. Sebagai perbandingan, Manchester City “hanya” butuh 117 pertandingan sebelum jadi juara pertama kali di 2023.

Doué, Mayulu, dan Generasi Baru yang Siap Ambil Alih Eropa

Désiré Doué benar-benar tampil luar biasa. Selain mencetak dua gol dan satu assist, dia juga menjadi remaja ketiga dalam sejarah yang mencetak gol di final Liga Champions, menyusul nama-nama legendaris seperti Patrick Kluivert (1995) dan Carlos Alberto (2004). Sementara Mayulu jadi remaja keempat yang ikut mencetak gol di final.

Rata-rata usia starting XI PSG di laga ini adalah 25 tahun 96 hari, membuat mereka jadi tim termuda yang tampil di final Liga Champions dalam 20 tahun terakhir. Sementara Inter, sebaliknya, justru menurunkan skuad ketiga tertua dalam sejarah final Liga Champions dengan rata-rata usia nyaris 31 tahun.

Inter Gagal Ulangi Kejayaan, Dihantam Realitas

Inter Milan datang ke laga ini dengan kepercayaan diri tinggi. Mereka adalah tim yang sangat disiplin dan jarang tertinggal sepanjang Liga Champions musim ini. Bahkan, mereka cuma sempat tertinggal total 1,2% dari seluruh waktu bermain musim ini! Tapi semuanya berubah saat menghadapi PSG.

Strategi Inter yang biasanya mengandalkan penguasaan bola dan pertahanan solid jadi hancur lebur saat menghadapi pressing tinggi dan kecepatan para pemain muda PSG. Inter seakan kehabisan tenaga di babak kedua dan tidak mampu merespons tekanan.

Fakta mencengangkan lainnya: Ini pertama kalinya sejak Real Madrid kalah 3-5 dari Benfica di final 1962, ada tim yang kebobolan lima gol di final Liga Champions.

PSG dan Era Baru Sepak Bola Eropa

Dengan kemenangan ini, PSG bukan hanya menutup lembaran sejarah kegagalan mereka di Eropa, tapi juga membuka era baru. Mereka menunjukkan bahwa membangun tim dengan talenta muda bisa lebih efektif daripada sekadar mengandalkan superstar.

Pemain seperti Doué, Mayulu, Barcola, Vitinha, Joao Neves, dan Kvaratskhelia kini jadi simbol generasi baru PSG. Kombinasi antara taktik brilian Luis Enrique, kecepatan, dan energi luar biasa para pemain muda jadi kunci keberhasilan mereka.

Dan yang pasti, PSG kini bukan lagi “tim kaya tanpa gelar Eropa”. Mereka adalah juara Liga Champions 2025 dan itu dilakukan dengan cara yang sangat dominan!

Final Liga Champions 2025 akan dikenang sebagai malam saat PSG akhirnya menuntaskan mimpi besar mereka. Dengan skor telak 5-0 atas Inter Milan, pasukan Luis Enrique menunjukkan kepada dunia bahwa mereka layak menyandang status sebagai tim terbaik di Eropa.

Mereka bukan hanya menang, tapi juga menang dengan gaya. Dominasi, strategi, semangat muda, dan keberanian semua berpadu jadi satu di malam magis di Munich.

Apakah ini awal dinasti baru PSG di Eropa? Waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal pasti: malam itu, dunia menyaksikan kebangkitan raksasa baru.

PSG Bungkam Inter 5-0 di Final Liga Champions: Sejarah Baru Tercipta di Eropa!

PSG Bungkam Inter 5-0 di Final Liga Champions: Sejarah Baru Tercipta di Eropa!
PSG Bungkam Inter 5-0 di Final Liga Champions: Sejarah Baru Tercipta di Eropa!

JAKARTA - Siapa sangka final Liga Champions 2025 yang awalnya diprediksi bakal berjalan sengit justru berubah jadi pesta gol satu arah? 

Paris Saint-Germain (PSG) tampil luar biasa dan sukses menggilas Inter Milan dengan skor telak 5-0! 

Kemenangan ini bukan cuma membawa pulang trofi si Kuping Besar ke Paris, tapi juga mencetak rekor sebagai kemenangan terbesar dalam sejarah final Liga Champions.

Yes, kamu nggak salah baca. PSG bikin sejarah! Yuk, kita kulik bareng gimana jalannya pertandingan bersejarah ini dan kenapa kemenangan ini punya makna besar buat klub asal Prancis tersebut.

Ekspektasi Tinggi Sebelum Laga Dimulai

Sebelum final digelar, banyak pengamat bola yang memprediksi laga antara Inter Milan vs PSG bakal jadi pertarungan dua tim kuat Eropa. Inter sendiri berhasil menyingkirkan Barcelona dengan performa solid di semifinal. 

Di sisi lain, PSG juga tampil konsisten sepanjang turnamen dan dipenuhi pemain bintang dari lini depan sampai belakang.

Banyak fans netral berharap laga ini berjalan ketat, penuh drama, dan mungkin berakhir dengan adu penalti. Tapi kenyataannya jauh dari ekspektasi. PSG benar-benar mendominasi sejak menit awal.

Désiré Doué, Bintang Baru di Panggung Eropa

Nama Désiré Doué mungkin belum terlalu familiar bagi semua fans bola, tapi setelah final ini, dijamin semua orang bakal ingat namanya. Pemain muda asal Prancis ini tampil luar biasa!

Doué membuka pesta PSG dengan memberikan assist manis untuk Achraf Hakimi di menit ke-12. Cuma butuh 8 menit setelah itu, Doué kembali mencatatkan namanya di papan skor lewat gol indah yang bikin kiper Inter mati langkah.

Pertahanan Inter yang biasanya solid benar-benar kesulitan membendung pergerakan Doué. Di babak kedua, tepatnya menit ke-62, dia mencetak gol keduanya di laga ini. Skor 3-0, dan Doué seolah ingin bilang ke dunia bahwa ini adalah malam miliknya!

Tambahan Gol dari Kvaratskhelia dan Senny Mayulu

Belum cukup sampai di situ, PSG terus menekan tanpa ampun. Pemain asal Georgia, Khvicha Kvaratskhelia, ikut meramaikan papan skor dengan mencetak gol keempat. Gol ini menyamai rekor kemenangan terbesar sebelumnya yang dipegang Real Madrid saat mengalahkan Frankfurt 7-3 di final 1960.

Tapi PSG nggak mau puas sampai di situ. Meski Bradley Barcola sempat gagal menambah gol, pemain pengganti berusia 19 tahun, Senny Mayulu, mencetak gol kelima hanya dua sentuhan setelah masuk lapangan! Skor akhir 5-0, dan PSG pun mencatatkan kemenangan paling dominan dalam sejarah final Liga Champions.

Rekor-Rekor yang Tercipta

Kemenangan PSG ini bukan sekadar hasil besar di atas kertas. Mereka berhasil menciptakan dan menyamai beberapa rekor penting, antara lain:

  • Kemenangan Terbesar di Final Liga Champions: PSG 5-0 Inter Milan (2025)

  • Pemain Termuda yang Cetak Gol di Final Liga Champions: Senny Mayulu (19 tahun)

  • Penampilan Paling Dominan PSG di Kompetisi Eropa

Dengan skor telak ini, PSG mengungguli kemenangan bersejarah lainnya seperti:

  • Real Madrid 7-3 Frankfurt (1960)

  • Bayern Munich 4-0 Atlético Madrid (1974)

  • AC Milan 4-0 Steaua Bucharest (1989)

  • AC Milan 4-0 Barcelona (1994)

Apa Rahasia Kesuksesan PSG?

Kemenangan besar ini tentu bukan hasil kebetulan. Ada beberapa faktor kunci yang membuat PSG tampil luar biasa malam itu:

  1. Kedalaman Skuat dan Kualitas Pemain
    PSG punya kedalaman tim yang luar biasa. Bahkan pemain cadangan seperti Mayulu bisa bikin gol di final. Kombinasi pemain muda penuh semangat dan bintang berpengalaman jadi kunci utama.

  2. Strategi Pelatih yang Jitu
    Pelatih PSG benar-benar mempersiapkan tim dengan matang. Pressing ketat, penguasaan bola, dan rotasi pemain dilakukan dengan presisi tinggi.

  3. Mental Juara
    PSG terlihat lapar akan gelar. Mereka bermain tanpa rasa takut, percaya diri, dan total sejak peluit pertama.

  4. Lini Tengah yang Dominan
    Kreativitas di lini tengah membuat alur serangan PSG sulit ditebak. Inter kesulitan membaca permainan dan sering kalah duel di tengah lapangan.

Dampak Kemenangan Ini untuk PSG

Kemenangan ini nggak cuma bersejarah, tapi juga punya arti besar untuk masa depan PSG:

  • Meningkatkan reputasi klub di level Eropa

  • Menarik minat sponsor dan investor baru

  • Menambah daya tarik buat pemain bintang lainnya untuk gabung

  • Membuktikan bahwa proyek besar PSG sejak satu dekade terakhir akhirnya berbuah manis

Ini juga jadi pelipur lara bagi fans PSG yang berkali-kali gagal di fase akhir Liga Champions, termasuk kekalahan menyakitkan di final 2020 lawan Bayern Munich.

Kekalahan Menyakitkan untuk Inter Milan

Di sisi lain, kekalahan ini jelas jadi tamparan keras buat Inter Milan. Setelah tampil luar biasa di semifinal, mereka justru tampil kurang greget di partai puncak. Tapi jangan salah, perjalanan mereka tetap patut diapresiasi.

Inter punya skuad muda berbakat dan bisa kembali ke final di musim-musim berikutnya. Mereka hanya perlu memperbaiki konsistensi dan kesiapan mental untuk pertandingan sebesar final Eropa.

Final Liga Champions 2025 Akan Diingat Selamanya

Final kali ini akan tercatat sebagai salah satu final paling ikonik dalam sejarah Liga Champions. Bukan karena pertandingannya berlangsung sengit, tapi karena dominasi mutlak dari satu tim: PSG.

Pertandingan ini juga jadi bukti bahwa regenerasi pemain berjalan baik di klub besar seperti PSG. Pemain muda seperti Doué dan Mayulu menunjukkan bahwa masa depan klub aman di tangan generasi berikutnya.

PSG Akhirnya Berjaya!

PSG yang selama ini dikenal sebagai “raja belanja” akhirnya membuktikan kalau mereka bukan sekadar tim bintang, tapi juga tim pemenang. Dengan strategi matang, pemain muda berbakat, dan semangat juang tinggi, mereka berhasil mengukir sejarah baru.

Buat fans PSG, ini adalah momen yang sudah ditunggu-tunggu selama bertahun-tahun. Dan buat dunia sepak bola, ini adalah pengingat bahwa dominasi bisa datang dari kerja keras, bukan cuma nama besar.

Selamat, PSG! Liga Champions akhirnya pulang ke Paris, dan sejarah pun ditulis ulang!

PSG Hancurkan Inter Milan 5-0 di Final Liga Champions 2025: Dominasi Tanpa Ampun di Allianz Arena!

PSG Hancurkan Inter Milan 5-0 di Final Liga Champions 2025: Dominasi Tanpa Ampun di Allianz Arena!
PSG Hancurkan Inter Milan 5-0 di Final Liga Champions 2025: Dominasi Tanpa Ampun di Allianz Arena!

JAKARTA - Pertandingan final Liga Champions 2025 antara Paris Saint-Germain (PSG) vs Inter Milan yang digelar di Allianz Arena pada 1 Juni 2025 benar-benar jadi ajang unjuk gigi dari klub raksasa Prancis. 

PSG tampil luar biasa dominan dan menghajar Inter dengan skor telak 5-0! Hasil ini bukan hanya menunjukkan betapa kuatnya tim asuhan Luis Enrique musim ini, tapi juga jadi sinyal bahwa PSG makin serius dalam perburuan gelar Eropa.

Yuk, kita bahas secara lengkap jalannya pertandingan, statistik penting, hingga momen-momen kunci yang bikin laga ini nggak akan dilupakan begitu saja!

Babak Pertama: PSG Langsung Tancap Gas

Dari peluit awal, PSG langsung menunjukkan taringnya. Mereka menekan Inter sejak menit pertama dan nggak kasih ruang sedikit pun buat anak-anak asuh Simone Inzaghi untuk mengembangkan permainan. Hasilnya, baru menit ke-12, Achraf Hakimi membuka keunggulan lewat kerja sama apik dengan Desire Doue. Skor berubah jadi 1-0.

Gelandang muda berbakat itu kemudian ikut menyumbang assist lagi untuk gol kedua. Kali ini di menit ke-20, Ousmane Dembélé memanfaatkan umpan akurat dari Doue dan menggandakan keunggulan PSG. Inter tampak frustrasi dan kehilangan arah permainan di babak pertama. Meskipun mereka sempat mencatatkan beberapa peluang, namun lini belakang PSG tampil solid.

Babak Kedua: Pembantaian Berlanjut

Inter mencoba merespons di babak kedua dengan beberapa pergantian pemain. Henrikh Mkhitaryan, Federico Dimarco, dan Benjamin Pavard ditarik keluar, digantikan pemain-pemain segar seperti Carlos Augusto, Nicola Zalewski, dan Yann Bisseck. Tapi sayangnya, perubahan ini tetap nggak mampu membendung arus serangan PSG.

Menit ke-63, Desire Doue kembali jadi bintang dengan mencetak gol ketiga PSG, hasil umpan dari Vitinha. Skor makin menjauh, dan saat itu terlihat jelas bahwa mental pemain Inter mulai runtuh. Kartu kuning beruntun yang diterima Inter, termasuk dari pelatih Simone Inzaghi, menambah indikasi bahwa mereka kehilangan kontrol pertandingan.

PSG makin menggila. Di menit ke-73, kombinasi antara Dembélé dan Khvicha Kvaratskhelia menambah penderitaan Inter dengan gol keempat. Dan tak berhenti di situ, Senny Mayulu, pemain muda yang baru masuk sebagai pengganti, mencetak gol kelima di menit ke-86 hasil assist Bradley Barcola.

Statistik Pertandingan: PSG Dominan di Segala Aspek

Kalau kita lihat statistiknya, memang jelas banget PSG menang mutlak di semua lini. Berikut beberapa data menarik:

  • Total Tembakan: PSG 23, Inter 7

  • Tembakan Tepat Sasaran: PSG 8, Inter 2

  • Penguasaan Bola: PSG menguasai penuh lini tengah dengan 536 total umpan, sedangkan Inter hanya mencatatkan 358.

  • Intersepsi & Sapuan: PSG berhasil melakukan 11 intersepsi, jauh lebih tinggi dibanding Inter yang hanya mencatatkan 2.

  • Kesalahan Defensif: Inter tercatat melakukan 4 kesalahan defensif, sedangkan PSG hanya 1.

Data ini menunjukkan betapa matangnya skema permainan PSG malam itu. Mereka bukan hanya menang skor, tapi juga secara taktik dan mental.

Bintang Laga: Desire Doue

Kalau harus memilih satu pemain terbaik di pertandingan ini, rasanya nggak perlu mikir panjang. Desire Doue benar-benar jadi pembeda malam itu. Dengan 1 gol dan 2 assist, pemain muda yang biasanya lebih banyak jadi pelapis ini membuktikan kalau dia layak main di level tertinggi.

Nggak cuma itu, permainan Doue juga menunjukkan kedewasaan dalam membaca ruang dan ritme laga. Kombinasinya dengan Hakimi dan Dembélé di sisi kanan jadi mimpi buruk buat pertahanan Inter.

Inter Milan: Gagal Total di Laga Final

Buat Inter Milan, kekalahan ini jelas jadi pukulan telak. Setelah kerja keras sepanjang musim untuk sampai ke final, mereka justru tampil di bawah standar pada laga yang paling penting. Lini belakang mereka, yang biasanya kokoh, tampak rapuh dan sering salah posisi.

Beberapa keputusan pergantian pemain Inzaghi juga patut dipertanyakan. Mengeluarkan pemain berpengalaman seperti Calhanoglu dan Mkhitaryan di tengah tekanan justru membuat lini tengah Inter kehilangan arah.

Performa PSG: Misi Juara Eropa Akhirnya Terwujud?

Sejak proyek besar PSG dimulai lebih dari satu dekade lalu, Liga Champions selalu jadi target utama mereka. Berkali-kali mereka nyaris juara, tapi selalu mentok di semifinal atau final. Nah, dengan kemenangan telak atas Inter ini, bisa jadi ini adalah tahun di mana impian mereka akhirnya jadi kenyataan.

Performa tim ini menunjukkan kedalaman skuad yang luar biasa. Luis Enrique mampu merotasi pemain dan tetap menjaga intensitas permainan. Bahkan ketika pemain utama diganti, penggantinya tetap memberikan kontribusi besar—contohnya Mayulu dan Barcola yang ikut menyumbang gol dan assist.

Kata Kunci Kemenangan PSG: Kolektivitas

Kunci kemenangan PSG malam itu adalah kolektivitas tim. Nggak ada satu pemain yang terlalu dominan secara egois. Semua saling dukung, saling isi posisi, dan yang paling penting: mereka bermain untuk menang sebagai tim, bukan untuk pencapaian individu.

Dari Hakimi, Vitinha, hingga Zaire-Emery yang masuk sebagai pemain pengganti, semuanya tampil dengan semangat yang sama. Ini adalah ciri khas tim juara sejati.

Apa Selanjutnya untuk PSG dan Inter?

Setelah kemenangan ini, PSG bakal fokus pada perayaan gelar dan rencana musim depan. Beberapa pemain muda seperti Mayulu dan Doue mungkin akan mendapat menit bermain lebih banyak. Dan pastinya, PSG akan jadi tim yang ditakuti di Eropa musim depan.

Sementara itu, Inter punya banyak PR. Mereka harus membenahi lini pertahanan, mengevaluasi skema taktik Inzaghi, dan mungkin melakukan beberapa perombakan di bursa transfer jika ingin kembali kompetitif di Eropa.

Malam Sempurna PSG, Mimpi Buruk Inter

Final Liga Champions 2025 ini akan dikenang sebagai malam di mana PSG tampil sempurna. Mereka bukan hanya menang, tapi menang dengan gaya, menang dengan dominasi, dan menang dengan kolektivitas. Skor 5-0 bukan sekadar angka, tapi simbol dari kerja keras, taktik yang matang, dan kepercayaan diri luar biasa.

Sementara bagi Inter Milan, ini jadi pengingat bahwa tampil di final saja nggak cukup. Butuh mental baja dan taktik yang tepat untuk bisa bersaing di panggung terbesar Eropa.

Sabtu, 31 Mei 2025

Luis Enrique Yakin PSG Siap Raih Gelar Liga Champions Pertama: Pengalaman dan Perjuangan Jadi Kunci

Luis Enrique Yakin PSG Siap Raih Gelar Liga Champions Pertama: Pengalaman dan Perjuangan Jadi Kunci
Luis Enrique Yakin PSG Siap Raih Gelar Liga Champions Pertama: Pengalaman dan Perjuangan Jadi Kunci.

JAKARTA - Paris Saint-Germain (PSG) akan menghadapi salah satu momen paling penting dalam sejarah klub mereka ketika bertemu Inter Milan di final Liga Champions, Sabtu nanti. 

Pelatih mereka, Luis Enrique, percaya bahwa anak asuhnya sudah sangat siap untuk mencetak sejarah baru: membawa pulang trofi Si Kuping Besar untuk pertama kalinya.

Dalam konferensi pers jelang laga, Enrique mengungkapkan bahwa meski skuad PSG saat ini relatif muda, pengalaman dan rintangan yang mereka hadapi selama dua musim terakhir justru membuat mereka lebih kuat dan matang.

"Kami adalah tim yang sudah terbiasa dengan atmosfer final. Kami tahu bagaimana tekanan itu terasa dan bagaimana cara menghadapinya. Motivasi itu penting, tapi kami sudah terbiasa," ujar Enrique.

Menurut eks pelatih Barcelona itu, perjalanan PSG musim ini memang tidak selalu mulus. Tapi justru dari situ, karakter tim terbentuk. 

Mereka sempat mengalami masa sulit di paruh pertama musim, namun justru itu yang membuat semangat mereka menyala-nyala jelang laga pamungkas ini.

"Perjalanan kami penuh lika-liku. Tapi justru itu jadi keuntungan. Tim ini sudah melewati banyak ujian, dan kami siap untuk pertandingan besar seperti ini," tambahnya.

Luis Enrique juga menyoroti bahwa pengalaman tidak selalu soal usia atau jumlah pertandingan. Tapi soal bagaimana tim belajar dari setiap tantangan.

Catatan Buruk di Liga Champions, Saatnya PSG Bangkit

Sejak pertama kali kompetisi ini digelar pada 1955, PSG termasuk salah satu tim yang paling sering tampil tanpa pernah mencicipi gelar juara. 

Mereka sudah memainkan 167 pertandingan di ajang ini tanpa trofi, hanya kalah dari Arsenal (211), Dynamo Kyiv (185), dan Atletico Madrid (176) dalam hal jumlah laga tanpa gelar.

Kalau berhasil menang lawan Inter, PSG bakal mencetak rekor baru sebagai tim dengan jumlah pertandingan terbanyak sebelum akhirnya jadi juara menggeser Manchester City yang meraih gelar setelah 117 laga.

Namun musim ini, PSG di bawah arahan Enrique tampil beda. Mereka mencetak rekor kemenangan terbanyak (10 laga) dan gol terbanyak (33 gol) dalam satu musim Liga Champions sepanjang sejarah klub.

Misi Sejarah untuk Luis Enrique dan PSG

Bagi Enrique sendiri, final ini bukan sekadar pertandingan biasa. Ia bisa mencetak rekor pribadi sebagai pelatih keenam dalam sejarah yang mampu menjuarai Liga Champions bersama dua klub berbeda, setelah sukses bersama Barcelona di tahun 2015.

"Saya lebih tenang sekarang, karena sudah lebih berpengalaman. Saya ingin para pemain saya fokus dan tidak terbawa emosi berlebihan. Mereka bisa menulis sejarah baru untuk PSG," ungkapnya.

Ousmane Dembele Jadi Andalan Utama

Salah satu pemain yang bersinar terang musim ini adalah Ousmane Dembele. Sang winger jadi mesin kreatif utama PSG dengan torehan delapan gol dan empat assist di Liga Champions musim ini rekor tertinggi yang pernah dicatatkan satu pemain PSG dalam satu musim Eropa.

"Ousmane luar biasa musim ini. Dia bukan cuma pemain hebat, tapi juga pemimpin di lapangan. Dia selalu memberi contoh dan mendorong tim untuk terus maju," puji Enrique.

PSG di Ambang Sejarah Baru

Laga melawan Inter Milan bukan hanya soal 90 menit di lapangan. Ini tentang perjalanan panjang, perjuangan, dan ambisi PSG untuk menghapus label ‘raja tanpa mahkota’ di Eropa. 

Dengan skuad muda yang lapar gelar, pengalaman pahit di masa lalu, dan sentuhan magis dari Luis Enrique, PSG terlihat sangat siap untuk akhirnya meraih trofi yang selama ini selalu mereka impikan.

Apakah ini saatnya PSG mencetak sejarah? Kita tunggu saja hasil akhir di Munich!

Prediksi PSG vs Inter Milan: Final Liga Champions di Allianz Arena! Link Nonton, Susunan Pemain, dan Analisis Lengkap!

Prediksi PSG vs Inter Milan: Final Liga Champions di Allianz Arena! Link Nonton, Susunan Pemain, dan Analisis Lengkap!
Prediksi PSG vs Inter Milan: Final Liga Champions di Allianz Arena! Link Nonton, Susunan Pemain, dan Analisis Lengkap!

JAKARTA -- Final Liga Champions musim ini benar-benar menghadirkan duel yang panas banget! Dua raksasa Eropa, Paris Saint-Germain (PSG) dan Inter Milan, bakal saling jegal demi memperebutkan trofi paling bergengsi di Benua Biru. 

Pertandingan akan digelar di Allianz Arena, Jerman, pada 1 Juni 2025 pukul 02.00 WIB. Buat kamu pecinta bola sejati, siap-siap begadang, ya!

Biar kamu nggak ketinggalan info penting, yuk simak prediksi skor, susunan pemain, link live streaming, hingga performa terkini dari kedua tim. 

Artikel ini bakal bantu kamu lebih ngerti situasi pertandingan dan bikin nonton jadi makin seru!

Waktu & Tempat Pertandingan Final Liga Champions 2025

  • Laga: PSG vs Inter Milan

  • Kompetisi: Final Liga Champions UEFA 2024/2025

  • Tanggal: Minggu, 1 Juni 2025

  • Kick-off: Pukul 02.00 WIB

  • Stadion: Allianz Arena, Munich

  • Siaran Langsung: SCTV, beIN Sports 3, dan Vidio.com

Prediksi Susunan Pemain PSG vs Inter Milan

Pelatih dari kedua tim tampaknya akan menurunkan skuad terbaiknya demi meraih kemenangan di laga puncak ini. Berikut prediksi starting XI dari PSG dan Inter Milan.

Prediksi Starting XI Paris Saint-Germain (PSG):

  • Kiper: Gianluigi Donnarumma

  • Belakang: Achraf Hakimi, Willian Pacho, Nuno Mendes, Marquinhos

  • Tengah: Joao Neves, Fabian Ruiz, Vitinha

  • Depan: Ousmane Dembele, Khvicha Kvaratskhelia, Bradley Barcola

  • Pelatih: Luis Enrique

Luis Enrique diprediksi akan menurunkan formasi agresif dengan trio menyerang yang lincah dan cepat. 

Kvaratskhelia yang baru bergabung musim ini dari Napoli menunjukkan kualitas luar biasa di sektor sayap.

Prediksi Starting XI Inter Milan:

  • Kiper: Yann Sommer

  • Belakang: Francesco Acerbi, Alessandro Bastoni, Benjamin Pavard

  • Tengah: Denzel Dumfries, Federico Dimarco, Hakan Calhanoglu, Nicolo Barella, Henrikh Mkhitaryan

  • Depan: Lautaro Martinez, Marcus Thuram

  • Pelatih: Simone Inzaghi

Simone Inzaghi tetap andalkan duet Lautaro-Thuram yang sejauh ini jadi momok pertahanan lawan. Dengan bek-bek yang disiplin dan lini tengah yang kreatif, Inter datang ke final ini dengan kepercayaan diri tinggi.

Performa Terkini Kedua Tim

Performa Terakhir PSG (5 Laga Terakhir):

  • PSG 3-0 Reims (Menang)

  • PSG 3-1 Auxerre (Menang)

  • Montpellier 1-4 PSG (Menang)

  • PSG 2-1 Arsenal (Menang – Liga Champions)

  • Strasbourg 2-1 PSG (Kalah)

PSG sedang dalam tren positif, menang 4 dari 5 pertandingan terakhirnya. Mereka bahkan berhasil menyingkirkan Arsenal di semifinal Liga Champions, yang jelas jadi bukti bahwa mereka layak berada di final.

Performa Terakhir Inter Milan (5 Laga Terakhir):

  • Como 0-2 Inter (Menang)

  • Inter 2-2 Lazio (Seri)

  • Torino 0-2 Inter (Menang)

  • Inter 4-3 Barcelona (Menang – Liga Champions)

  • Inter 1-0 Hellas Verona (Menang)

Inter juga tampil konsisten dan sangat solid, apalagi usai menyingkirkan Barcelona dengan skor agregat meyakinkan. 

Simone Inzaghi tampaknya sudah menemukan racikan yang pas di semua lini.

Statistik Head to Head PSG vs Inter Milan (4 Pertemuan Terakhir)

  • PSG menang: 2 kali

  • Inter Milan menang: 2 kali

  • Seri: 1 kali

Pertemuan Terakhir:

  • 1 Agustus 2023 – PSG 1-2 Inter

  • 27 Juli 2019 – PSG 1-1 Inter

  • 30 Desember 2015 – Inter 0-1 PSG

  • 31 Desember 2014 – PSG 1-0 Inter

Kalau dilihat dari data head-to-head, duel ini selalu berjalan ketat. Nggak pernah ada yang benar-benar dominan. Artinya, laga final nanti dijamin penuh kejutan!

Faktor Kunci Pertandingan

1. Kreativitas Lini Tengah

PSG punya Vitinha dan Joao Neves yang punya visi permainan ciamik. Tapi Inter juga nggak kalah, Barella dan Calhanoglu adalah dua gelandang pekerja keras yang bisa jadi pembeda.

2. Duel Sayap yang Krusial

Duel antara Hakimi vs Dimarco, serta Kvaratskhelia vs Dumfries bakal jadi tontonan menarik. Kecepatan dan kemampuan crossing kedua tim di sisi sayap bisa menentukan hasil akhir.

3. Ketangguhan Kiper

Donnarumma vs Sommer. Dua kiper berpengalaman ini pasti akan bekerja ekstra keras untuk menjaga gawang masing-masing tetap perawan.

Prediksi Skor PSG vs Inter Milan

Melihat performa terkini dan materi pemain dari kedua tim, laga ini diprediksi akan berlangsung sangat ketat. 

PSG punya keunggulan di sektor penyerangan yang lebih kreatif dan dinamis, sedangkan Inter Milan unggul dalam organisasi permainan dan kekompakan lini belakang.

Prediksi Skor Akhir:
PSG 2 - 1 Inter Milan

Tapi perlu diingat, ini adalah final. Segalanya bisa terjadi, dan satu momen bisa mengubah segalanya!

Link Live Streaming PSG vs Inter Milan

Buat kamu yang nggak sabar nonton laga final ini secara langsung, berikut beberapa platform resmi yang bisa kamu akses:

  • SCTV (TV nasional Indonesia)

  • beIN Sports 3 (TV kabel)

  • Vidio.com (live streaming online – berbayar)

Pastikan kamu udah langganan dan punya koneksi internet yang stabil, biar nonton makin nyaman tanpa buffering!

Siapa yang Akan Jadi Raja Eropa?

Final Liga Champions antara PSG dan Inter Milan ini benar-benar jadi sajian spesial buat para penggemar bola. 

PSG yang haus gelar Eropa dan Inter Milan yang ingin mengulang kejayaan masa lalu bakal tampil all-out di lapangan.

Buat PSG, ini bisa jadi momen pembuktian generasi baru mereka tanpa Messi, Neymar, dan Mbappe. 

Sementara Inter akan mengandalkan pengalaman dan kedalaman skuad untuk merebut trofi.

Apapun hasilnya nanti, yang pasti kita semua bakal disuguhi pertandingan kelas dunia yang layak ditunggu. Jangan lupa siapin kopi dan camilan biar nonton makin seru!

Jangan Sampai Ketinggalan!

Cek jadwal, aktifkan alarm, dan pastikan kamu jadi saksi pertarungan akbar ini. PSG vs Inter Milan – siapa yang bakal angkat trofi Liga Champions musim ini?

Minggu, 04 Mei 2025

Strasbourg Bikin Kejutan! PSG Kalah Dua Kali Beruntun di Ligue 1 Setelah 2 Tahun

Strasbourg Bikin Kejutan! PSG Kalah Dua Kali Beruntun di Ligue 1 Setelah 2 Tahun
Strasbourg Bikin Kejutan! PSG Kalah Dua Kali Beruntun di Ligue 1 Setelah 2 Tahun.

JAKARTA - Paris Saint-Germain (PSG), sang juara bertahan Ligue 1, kembali menelan kekalahan secara beruntun usai tumbang 2-1 saat bertandang ke markas Strasbourg. Kekalahan ini jadi yang pertama kali dalam dua tahun terakhir bagi PSG di ajang liga secara berturut-turut. Waduh!

Pelatih Luis Enrique memang menurunkan skuad yang banyak diisi pemain muda. Nggak heran sih, karena mereka lagi bersiap buat duel penting lawan Arsenal di semifinal Liga Champions tengah pekan nanti. Tapi, rotasi ini ternyata bikin PSG goyah.

Strasbourg Gas Pol Demi Tiket Eropa

Strasbourg yang masih berjuang buat masuk zona Liga Champions tampil ngotot sejak awal laga. Mereka berhasil membuka keunggulan di menit ke-20 lewat sundulan Mamadou Sarr yang sempat mengenai Lucas Hernandez sebelum masuk ke gawang. Gol ini sempat bikin lini belakang PSG panik.

Nggak cukup sampai di situ, Strasbourg menambah gol lagi di injury time babak pertama. Kali ini giliran Félix Lemarechal yang unjuk kebolehan dengan tendangan melengkung cantik ke pojok atas gawang. Matvey Safonov, kiper PSG, cuma bisa melongo ngeliatin bola masuk.

Barcola Coba Selamatkan PSG, Tapi Terlambat

Begitu babak kedua dimulai, PSG langsung tancap gas. Baru 44 detik berjalan, Bradley Barcola mencetak gol balasan lewat aksinya dari sisi kiri. Ini jadi gol ke-14 Barcola di Ligue 1 musim ini, tapi sayangnya itu nggak cukup buat menyelamatkan PSG dari kekalahan.

Gonçalo Ramos sebenarnya punya peluang emas buat menyamakan kedudukan, tapi sundulannya melenceng tipis. Di menit-menit akhir, Ramos juga sempat digagalkan secara heroik oleh kiper Strasbourg, Djordje Petrovic. Alhasil, PSG pulang tanpa poin dari laga ini.

Catatan Penting: PSG Mainkan Banyak Anak Muda

Di laga ini, PSG mencetak sejarah dengan jadi tim pertama di lima liga top Eropa yang menurunkan empat pemain kelahiran 2006 atau lebih muda di laga liga. Nama-nama seperti Warren Zaire-Emery, Senny Mayulu, Axel Tchapchet, dan Ibrahim Mbaye semuanya dapat kesempatan unjuk gigi.

Sayangnya, pengalaman masih jadi pembeda. PSG akhirnya harus menelan kekalahan tandang pertama mereka dalam 40 laga terakhir di Ligue 1. Terakhir kali mereka kalah beruntun di liga itu terjadi di April 2023, jadi ini jelas jadi tamparan buat tim ibu kota.

Strasbourg Pecah Telur Lawan PSG

Buat Strasbourg, kemenangan ini terasa manis banget. Bayangin aja, terakhir kali mereka menang lawan PSG itu tahun 2017! Setelah 13 kali pertemuan tanpa hasil positif, akhirnya kutukan itu pecah juga.

Dengan hasil ini, Strasbourg ngumpulin 57 poin dari 32 laga. Catatan ini jadi yang terbaik kedua dalam sejarah klub di titik yang sama musim Ligue 1, cuma kalah dari rekor musim 1978/79 waktu mereka ngoleksi 65 poin.

Kekalahan ini jadi peringatan buat PSG kalau mereka nggak boleh terlalu santai walau sudah juara. Sementara itu, Strasbourg makin panas dan siap rebut tiket ke Eropa musim depan. Laga ini juga bukti bahwa regenerasi di PSG sudah mulai berjalan, tinggal nunggu waktu buat para pemain mudanya bersinar.

Rabu, 30 April 2025

Arteta Optimis Arsenal Bisa Comeback di Leg Kedua Kontra PSG di Liga Champions

Arteta Optimis Arsenal Bisa Comeback di Leg Kedua Kontra PSG di Liga Champions
Arteta Optimis Arsenal Bisa Comeback di Leg Kedua Kontra PSG di Liga Champions.

JAKARTA - Arsenal harus menelan kekalahan tipis 0-1 dari Paris Saint-Germain (PSG) di leg pertama semifinal Liga Champions. Tapi pelatih Mikel Arteta tetap yakin timnya bisa membalikkan keadaan saat gantian bertandang ke markas PSG minggu depan.

Pertandingan yang berlangsung di Emirates Stadium pada Selasa malam (waktu setempat) itu dimulai dengan kejutan. Ousmane Dembele langsung membobol gawang Arsenal di menit keempat, bikin PSG unggul cepat. Meski tertinggal, Arsenal sebenarnya punya beberapa peluang emas untuk menyamakan kedudukan.

Salah satu momen yang bikin fans Gunners gregetan adalah ketika sundulan Mikel Merino di babak kedua dianulir karena offside. Ditambah lagi, kiper PSG, Gianluigi Donnarumma, tampil luar biasa dengan serangkaian penyelamatan yang bikin frustrasi para penyerang Arsenal.

Statistiknya pun berbicara. Ini adalah pertama kalinya Arsenal gagal mencetak gol di kandang dalam laga Liga Champions sejak kekalahan 0-2 lawan Barcelona pada Februari 2016. Musim ini, hanya saat melawan Newcastle di EFL Cup mereka menciptakan lebih banyak peluang besar tanpa gol.

Meski begitu, Arteta tetap mengambil sisi positif dari performa timnya. "Kita masih di babak pertama," ucap Arteta. "Pesan saya ke tim tetap sama seperti saat lawan Real Madrid, ketika kami menang 3-0 di kandang."

Pelatih asal Spanyol itu menegaskan bahwa Arsenal harus datang ke Paris dengan mental untuk menang. "Kami punya kemampuan untuk membalikkan keadaan. Saya lihat dua tim hebat di lapangan, tapi detail kecil yang menentukan. PSG lebih efektif di depan gawang dan kiper mereka luar biasa," tambahnya.

"Kita pengen masuk final Liga Champions, berarti harus ngelakuin hal yang luar biasa. Dan itu yang bakal kita usahain di Paris."

Menurut data dari Opta, peluang Arsenal untuk lolos ke final saat ini ada di angka 27 persen, sementara PSG punya peluang 73 persen. Tapi seperti kata Arteta, semuanya belum berakhir.

Musim ini, Liga Champions jadi satu-satunya harapan Arsenal untuk angkat trofi, setelah Liverpool resmi mengunci gelar juara Premier League pekan lalu. Tekanan untuk Arteta pun semakin besar, mengingat terakhir kali Arsenal juara adalah saat menjuarai Piala FA tahun 2020.

Saat ditanya apakah laga ini masih terbuka lebar, Arteta menjawab dengan yakin, "Saya nggak tahu persentasenya, tapi saya yakin kami masih punya banyak peluang untuk lolos ke final. Kalau mau juara di kompetisi ini, harus ada momen spesial. Dan momen itu bakal kita cari di Paris."

Strategi Jitu PSG Bekuk Arsenal: Tekanan Tinggi, Ketenangan, dan Sentuhan Magis Dembélé

Strategi Jitu PSG Bekuk Arsenal: Tekanan Tinggi, Ketenangan, dan Sentuhan Magis Dembélé
Strategi Jitu PSG Bekuk Arsenal: Tekanan Tinggi, Ketenangan, dan Sentuhan Magis Dembélé

JAKARTA - Paris Saint-Germain (PSG) sukses mencuri kemenangan tipis 1-0 atas Arsenal di leg pertama semifinal Liga Champions 2025. Tapi jangan salah, walaupun skornya cuma satu gol, PSG benar-benar tampil dominan dan bikin Arsenal kesulitan sepanjang laga.

Gol cepat Ousmane Dembélé di menit ke-4 jadi pembeda di Emirates Stadium. Itu adalah gol ke-25 Dembélé musim ini, dan seolah jadi bukti tajamnya sang winger asal Prancis. Tapi yang bikin PSG layak diacungi jempol bukan cuma golnya, tapi cara mereka main: agresif, penuh tekanan, tapi tetap tenang saat menguasai bola.

Arsenal Dibuat Mati Gaya

Bermain di kandang sendiri, Arsenal justru terlihat gugup. Dalam 30 menit pertama, mereka lebih sering mengejar bayangan pemain PSG ketimbang mengatur ritme permainan. Passing mereka acak-acakan, akurasi umpan babak pertama cuma 80,1% – termasuk yang terendah musim ini. Padahal biasanya mereka bisa tembus 88%.

PSG benar-benar menekan sejak menit pertama. Dembélé langsung mengejar kiper David Raya, bikin bola diarahkan ke Jakub Kiwior yang terlihat panik. Dalam sekejap, pemain PSG sudah mengepung. Bahkan dalam dua menit pertama, jumlah pemain PSG di wilayah Arsenal lebih banyak dari tuan rumah sendiri!

Tekanan Cerdas dan Disiplin

Taktik Luis Enrique terlihat jelas: main berani, tekan tinggi, dan ganggu build-up Arsenal dari belakang. Dan itu sukses besar. Arsenal yang biasanya nyaman main pendek dari belakang, malah terpaksa mengandalkan bola panjang dari Raya ke Martinelli atau Saka.

Parahnya lagi, dua kombinasi umpan terbanyak Arsenal malam itu justru antara kiper Raya ke Saliba dan Saliba balik lagi ke Raya. Artinya? Mereka nggak punya ruang dan terus ditekan mundur!

PSG Juga Kalem Saat Pegang Bola

Meski main agresif, PSG nggak cuma asal tekan. Saat pegang bola, mereka sangat rapi. Nggak panik walau dikejar pemain Arsenal. Setiap pemain terlihat nyaman dengan bola, bahkan dalam ruang sempit sekalipun.

Vitinha tampil sebagai Man of the Match dengan 50 umpan sukses. Marquinhos nggak jauh beda dengan 49 umpan. Hebatnya lagi, akurasi umpan mereka nyaris sempurna – Vitinha 93,2%, Marquinhos 92,4%. Dua pemain ini jadi pemimpin statistik di Liga Champions musim ini dalam hal akurasi umpan saat ditekan.

Gol Indah Lewat Rangkaian 26 Umpan

Gol tunggal PSG ke gawang Arsenal bukan gol biasa. Prosesnya keren banget: 26 umpan berturut-turut dari lini belakang sampai ke depan tanpa kehilangan bola. Itu jadi rekor rangkaian umpan terpanjang PSG untuk mencetak gol di Liga Champions sejak 2003-04, dan juga jadi gol dengan build-up terlama yang pernah kebobolan Arsenal.

Dembélé nggak cuma cetak gol, tapi juga sering turun bantu di lini tengah. Dia pintar banget membaca ruang. Bek Arsenal kayaknya ragu buat ikut menempel dia ke tengah, dan itu dimanfaatkannya dengan cerdik.

Arsenal Punya Peluang, Tapi Donnarumma Lagi On Fire

Meski ditekan habis-habisan, Arsenal tetap punya peluang. Gabriel Martinelli dan Leandro Trossard nyaris bikin gol, tapi Gianluigi Donnarumma tampil luar biasa. Kiper Italia itu melakukan lima penyelamatan penting – terbanyak yang dia catat di Liga Champions musim ini. Bahkan itu jadi rekor tersendiri buat PSG: kiper mereka belum pernah bikin sebanyak ini di laga knockout tanpa kebobolan.

Masih Ada Harapan Buat Arsenal

Arteta sempat mengaku setelah pertandingan kalau dia mengubah taktik di pertengahan babak pertama demi mencari keseimbangan. Meski belum maksimal, setidaknya Arsenal mulai bisa merespons.

Buat Arsenal, tertinggal 1-0 di leg pertama memang bukan hal ideal, tapi bukan akhir segalanya. Mereka masih punya peluang besar di Paris. Tapi satu hal jelas: kalau mau membalikkan keadaan, Arsenal harus tampil jauh lebih siap dan disiplin. Karena PSG, seperti yang kita lihat, bukan tim yang mudah diberi celah.

Arsenal 0-1 PSG: Dembele Jadi Mimpi Buruk The Gunners di Emirates, PSG Selangkah Lagi ke Final UCL!

Arsenal 0-1 PSG: Dembele Jadi Mimpi Buruk The Gunners di Emirates, PSG Selangkah Lagi ke Final UCL!
Arsenal 0-1 PSG: Dembele Jadi Mimpi Buruk The Gunners di Emirates, PSG Selangkah Lagi ke Final UCL!

JAKARTA - Waduh, Arsenal harus gigit jari setelah dikalahin Paris Saint-Germain (PSG) 0-1 di leg pertama semifinal Liga Champions yang digelar Rabu dini hari (30/4) pukul 02.00 WIB di Emirates Stadium. 

Gol cepat dari Ousmane Dembele langsung bikin stadion senyap, dan sekarang The Gunners harus berjuang mati-matian di leg kedua di Paris minggu depan.

Dembele Bikin Kaget Seisi Emirates!

Baru juga duduk manis, laga baru masuk menit ke-4, PSG udah ngegas. Tim asuhan Luis Enrique sukses memainkan 26 umpan tanpa putus sebelum akhirnya Khvicha Kvaratskhelia ngasih bola ke Dembele di sisi kotak penalti. 

Dengan kaki kirinya, Dembele langsung ngelepasin tembakan keras yang nyampe kena tiang jauh dan masuk gawang! Gokil!

Gol itu jadi bukti kalo PSG datang ke London bukan buat main-main. Mereka langsung ngerusak tempo Arsenal dan bikin pasukan Mikel Arteta keliatan grogi di awal-awal laga.

Arsenal Coba Bangkit, Tapi Donnarumma Nggak Mau Kalah

Setelah kebobolan, Arsenal perlahan-lahan mulai bangkit. Di 15 menit terakhir babak pertama, mereka mulai dapet celah, tapi tetep aja mentok. 

Gabriel Martinelli sempat dapet peluang setelah lolos dari kawalan bek PSG, tapi finishing-nya masih bisa ditepis Donnarumma. Si kiper jangkung asal Italia itu emang lagi on fire banget malam itu!

Masuk babak kedua, Arsenal nyaris nyetak gol lewat sundulan Mikel Merino yang manfaatin free kick dari Declan Rice. Seisi stadion sempat bersorak, tapi ternyata... VAR bilang offside! Tiga menit nungguin keputusan, dan hasilnya bikin fans Arsenal tambah frustasi.

PSG Nggak Main Bertahan Doang

Walau unggul, PSG nggak sepenuhnya main bertahan. Mereka tetep ngasih tekanan balik. Desire Doue hampir dobelin keunggulan, tapi David Raya tampil sigap. 

Bradley Barcola dan Goncalo Ramos juga nyaris cetak gol, bahkan Ramos sempat kena mistar di menit ke-85. Untung aja gak jadi gol, kalo enggak bisa makin berat deh buat Arsenal.

Statistik Bikin Kagum: 26 Operan Sebelum Gol

Ngomongin soal gol Dembele tadi, ternyata itu hasil dari 26 operan berturut-turut dari pemain PSG. Ini jadi rekor buat mereka di Liga Champions sejak data Opta mulai dicatat musim 2003-04. Keren banget!

Selain itu, gol ini juga jadi gol ke-33 Dembele musim ini di semua kompetisi. Di antara pemain top Eropa, cuma Lewandowski (40), Harry Kane (36), dan Mbappe (34) yang lebih banyak cetak gol. Jadi makin pantes deh Dembele disebut sebagai salah satu winger terbaik dunia saat ini.

Donnarumma, Pahlawan PSG

Nggak bisa dipungkiri, Donnarumma juga jadi bintang utama di laga ini. Kiper 25 tahun itu sukses bikin lima penyelamatan penting angka tertingginya musim ini di Liga Champions. Dia benar-benar jadi tembok kokoh buat PSG.

Laga Penentuan di Paris, Arsenal Harus All-Out

Dengan hasil ini, PSG tinggal butuh hasil imbang di leg kedua untuk mengunci tiket final Liga Champions. Sementara Arsenal? Mereka harus menang di kandang PSG, yang jelas bukan tugas gampang. 

Tapi bola itu bundar, apa pun masih bisa terjadi. Fans Arsenal pasti berharap Arteta bisa cari formula jitu biar bisa comeback dramatis di Parc des Princes minggu depan.

PSG Unggul, Tapi Belum Aman

Kemenangan ini jadi modal penting buat PSG, tapi mereka nggak boleh lengah. Arsenal punya potensi buat bangkit, apalagi kalau lini serang mereka bisa lebih tajam di leg kedua. Tapi kalau Dembele, Donnarumma, dan kawan-kawan tampil kayak kemarin, bisa-bisa PSG akhirnya bisa pecahin kutukan dan masuk final UCL lagi.

Jadi, siap-siap aja nonton leg kedua yang bakal panas banget minggu depan! Siapa yang bakal melaju ke final? PSG atau Arsenal? Kita tunggu aja!

Selasa, 29 April 2025

Adu Strategi Arteta vs Luis Enrique: Arsenal dan PSG Siap Tempur di Semifinal Liga Champions

Adu Strategi Arteta vs Luis Enrique: Arsenal dan PSG Siap Tempur di Semifinal Liga Champions
Adu Strategi Arteta vs Luis Enrique: Arsenal dan PSG Siap Tempur di Semifinal Liga Champions.

JAKARTA - Pertarungan panas antara dua pelatih top Eropa, Mikel Arteta dan Luis Enrique, kembali menjadi sorotan menjelang semifinal Liga Champions antara Arsenal dan Paris Saint-Germain (PSG). Keduanya saling lempar komentar soal hasil pertemuan sebelumnya yang dimenangkan Arsenal, dan kini mereka siap membawa timnya bertarung habis-habisan demi satu tiket ke final.

Buat kamu yang ngikutin Liga Champions dari awal musim, pasti ingat dong kalau Arsenal dan PSG udah pernah bentrok di fase grup? Waktu itu, The Gunners sukses menang 2-0 di Emirates Stadium lewat gol Kai Havertz dan Bukayo Saka. Tapi pertanyaannya, apakah hasil itu masih relevan buat laga semifinal nanti? Di sinilah pendapat Arteta dan Enrique mulai berseberangan.

PSG Bangkit dari Kekalahan, Luis Enrique Tetap Percaya Diri

Luis Enrique, pelatih PSG yang pernah bawa Barcelona juara Liga Champions tahun 2015, tampak santai menanggapi kekalahan dari Arsenal waktu itu. Menurutnya, pertandingan itu sudah lewat lama banget, tepatnya tanggal 1 Oktober. Dalam delapan bulan terakhir, PSG sudah berubah drastis.

“Dulu itu Oktober, sekarang kita udah masuk April. Banyak hal yang udah berubah,” kata Enrique dalam sesi konferensi pers.

Dia bilang kalau timnya udah jauh lebih solid dan kompak sekarang. Bahkan, Enrique nyebut kalau PSG sekarang lebih siap dari sebelumnya. Mereka berhasil juara Ligue 1 lagi dan mengalahkan Liverpool di babak sebelumnya—yang notabene juara Premier League musim ini. Meski butuh adu penalti buat singkirin The Reds, PSG tampil dominan di dua leg.

“Saya nggak tahu apakah Premier League itu benar-benar liga terbaik di dunia. Tapi yang jelas kami kalahin tim terbaik dari Inggris. Itu bikin kami makin pede,” tambahnya.

Enrique juga mengingatkan bahwa Arsenal belum pernah angkat trofi Liga Champions. “Hanya satu tim dari kami yang akan melaju ke final. Saya harap itu PSG,” tegasnya sambil menebar sedikit psywar.

Arteta: Kemenangan Lawan PSG Jadi Modal Mental

Di sisi lain, Arteta justru melihat kemenangan lawan PSG sebagai pembuktian bahwa Arsenal pantas bersaing di level tertinggi Eropa.

“Waktu kita kalahin PSG, mereka itu salah satu tim terbaik di Eropa. Menang dari mereka bikin kami makin yakin kalau kami bisa bersaing di level itu,” kata Arteta dengan percaya diri.

Pelatih asal Spanyol itu juga menyinggung pengalaman penting saat Arsenal bertandang ke Santiago Bernabeu untuk menghadapi Real Madrid. Menurutnya, momen itu adalah ujian besar yang bikin skuadnya tumbuh jadi tim yang lebih dewasa.

“Bertanding di Bernabeu adalah ujian besar. Itu bawa pengalaman dan rasa percaya diri yang belum pernah kami rasain sebelumnya,” tambahnya.

Arteta menekankan bahwa di fase seperti semifinal, perbedaan antara dua tim nggak akan terlalu jauh. Yang paling penting adalah mental, sikap, dan keyakinan untuk menang.

“Kalau kita bisa bikin energi positif dan yakin sejak awal kalau kita bisa menang, itu udah setengah jalan menuju kemenangan,” tutupnya.

Laga Sarat Gengsi dan Sejarah Baru

Yang bikin duel ini makin menarik, kedua tim sama-sama haus gelar Liga Champions. Arsenal terakhir kali lolos ke final tahun 2006, sementara PSG melangkah ke final pada 2020 tapi gagal angkat piala.

Makanya, laga ini bukan sekadar semifinal. Ini adalah peluang besar buat dua tim yang sudah lama menunggu momen emas. Kemenangan akan jadi sejarah baru buat klub, pelatih, bahkan para pemain muda di kedua tim.

PSG Penuh Bintang, Arsenal Penuh Semangat

PSG jelas unggul secara materi pemain. Ada Kylian Mbappe yang lagi gacor, ditambah nama-nama seperti Ousmane Dembele, Vitinha, dan Marquinhos. Tapi jangan lupa, Arsenal juga nggak kalah solid. Bukayo Saka, Declan Rice, dan Martin Ødegaard tampil luar biasa sepanjang musim.

Yang membedakan adalah semangat kolektif Arsenal yang lagi panas-panasnya. Mereka bukan cuma pengen menang, tapi juga pengen buktiin kalau mereka udah balik jadi tim elite Eropa.

Jadwal Semifinal dan Prediksi Panasnya Laga

Leg pertama akan digelar di Emirates Stadium, London, pada hari Rabu (30/4) pukul 02.00 WIB dini hari. Setelah itu, leg kedua bakal berlangsung di markas PSG, Parc des Princes, seminggu kemudian. Siapapun yang unggul agregat akan melaju ke final yang digelar bulan depan.

Pertanyaannya sekarang: siapa yang bakal lebih siap secara mental dan taktik?

Enrique punya pengalaman, PSG punya skuad mewah. Tapi Arteta punya semangat juang dan soliditas tim yang udah dibangun sejak lama. Dan yang pasti, Arsenal juga punya modal kemenangan di pertemuan sebelumnya.

Siap Duel Panas, Siapa yang ke Final?

Pertarungan Arteta vs Enrique bukan cuma soal strategi di lapangan, tapi juga soal perang urat saraf dan kepercayaan diri. Keduanya punya argumen kuat, tapi hanya satu tim yang bakal melaju ke final dan berpeluang mengukir sejarah baru.

Jadi, buat kamu fans Arsenal, PSG, atau cuma penikmat bola netral, semifinal ini jelas wajib ditonton! Karena bisa jadi ini salah satu laga paling seru di Liga Champions musim ini.

Siapakah yang bakal melangkah ke final? Apakah PSG akhirnya pecah telur? Atau Arsenal yang comeback ke puncak Eropa setelah hampir dua dekade?

Martinelli Siap Hadapi Pertandingan Terbesar dalam Hidupnya Melawan PSG di Semi Final Liga Champions

Martinelli Siap Hadapi "Pertandingan Terbesar dalam Hidupnya" Melawan PSG di Semi Final Liga Champions
Martinelli Siap Hadapi "Pertandingan Terbesar dalam Hidupnya" Melawan PSG di Semi Final Liga Champions.

JAKARTA - Arsenal akan menjamu Paris Saint-Germain (PSG) di leg pertama semifinal Liga Champions. Sebelumnya, tim asal London ini berhasil mengalahkan Real Madrid dan melaju ke semifinal setelah absen selama 16 tahun.

Bagi Gabriel Martinelli, pertandingan melawan PSG merupakan laga yang sangat berarti, tidak hanya untuk dirinya pribadi, tetapi juga bagi seluruh klub. Pemain muda asal Brasil ini menyadari betapa pentingnya pertandingan tersebut bagi perjalanan karirnya serta sejarah Arsenal di kompetisi Eropa.

"Ini adalah pertandingan terbesar dalam hidup saya," ujar Martinelli dalam wawancara dengan The Mirror. "Sejak saya berusia lima atau enam tahun, bermain di pertandingan besar seperti ini adalah impian saya. Kami pantas berada di sini dan kami siap untuk itu. Ini adalah kesempatan terbesar dalam hidup kami. Semua orang yang mencintai sepak bola ingin bermain di pertandingan seperti ini. Kami harus menikmati momen ini dan siap untuk itu."

Bagi Martinelli, tampil di semifinal Liga Champions adalah pencapaian besar, namun ia juga menegaskan bahwa mereka datang dengan rasa percaya diri dan keyakinan tinggi. “Kami pantas berada di sini, kami pantas meraih sesuatu untuk salah satu klub terbaik di Eropa. Kami memiliki kesempatan luar biasa dan kami akan memasuki pertandingan ini dengan keyakinan bahwa kami bisa melakukannya.”

Arsenal, yang telah menorehkan sejarah besar dengan berhasil melaju sejauh ini, memiliki ambisi untuk meraih gelar pertama mereka di Liga Champions. Martinelli menambahkan, “Kami memiliki impian ini, klub ini belum pernah memenangkan gelar ini dan kami pantas mendapatkannya karena kami adalah salah satu klub terbesar di dunia.”

Pada perempat final sebelumnya, Martinelli menjadi pahlawan dengan mencetak gol kemenangan di menit akhir dalam pertandingan melawan Real Madrid di Santiago Bernabéu. Gol tersebut mengantarkan Arsenal meraih kemenangan 2-1 dan memastikan tiket ke semifinal dengan keunggulan agregat 5-1. Momen tersebut tentu saja menjadi kenangan indah dalam karir Martinelli, namun bagi pemain berusia 22 tahun ini, pencapaian tersebut bukanlah segalanya.

Gol tersebut juga membuat Martinelli memperpanjang rekor pribadi yang luar biasa: ia tidak pernah kalah ketika mencetak gol untuk Arsenal, dengan total 50 gol di semua kompetisi sejak bergabung dengan klub pada tahun 2019. Meski begitu, rekor tersebut tidak menjadi fokus utama bagi Martinelli menjelang laga penting melawan PSG.

“Jika saya perlu berlari sejauh 15 km, tidak mencetak gol, dan kami tetap memenangkan Liga Champions, maka saya akan tetap menjadi orang paling bahagia di dunia,” katanya dengan rendah hati. "Saya berusaha memberikan yang terbaik untuk tim. Saya tidak terlalu memikirkan rekor itu, tetapi saya tahu tentang hal itu."

Martinelli juga mengungkapkan betapa pentingnya kerja tim dalam menghadapi PSG yang memiliki banyak pemain bintang, seperti Neymar, Lionel Messi, dan Kylian Mbappé. Ia menambahkan bahwa dirinya bersama dengan rekan setimnya, Bukayo Saka, selalu berusaha membantu pemain bertahan seperti Jurrien Timber dan Myles Lewis-Skelly untuk meminimalisir ancaman dari pemain-pemain berbahaya PSG.

"Kami memiliki rasa hormat yang besar untuk PSG, kami telah menonton mereka bermain. Mereka adalah tim yang luar biasa, tetapi kami juga memiliki tim yang sangat hebat, dengan para pendukung yang luar biasa yang akan selalu mendukung kami,” ujar Martinelli.

Martinelli dan rekan-rekannya di Arsenal akan memasuki pertandingan ini dengan semangat juang yang tinggi, bertekad untuk memberi yang terbaik demi mewujudkan impian meraih gelar Liga Champions pertama mereka. Kemenangan atas Real Madrid di perempat final jelas meningkatkan rasa percaya diri mereka, dan meskipun PSG akan menjadi lawan yang tangguh, Arsenal merasa siap untuk menghadapi tantangan besar tersebut.

Arsenal dan Perjalanan Luar Biasa ke Semi Final Liga Champions

Melaju ke semifinal Liga Champions adalah pencapaian luar biasa bagi Arsenal, terlebih setelah mereka sempat mengalami masa-masa sulit dalam beberapa musim terakhir. Tim yang sebelumnya dikenal sebagai "The Invincibles" karena keberhasilan mereka tak terkalahkan di Liga Premier pada musim 2003-2004, kini kembali menunjukkan bahwa mereka masih memiliki kekuatan untuk bersaing di level tertinggi Eropa.

Melawan PSG yang memiliki segudang bintang tentu saja menjadi ujian besar, namun dengan kekompakan tim dan keyakinan yang tinggi, Arsenal akan berusaha keras untuk membuktikan bahwa mereka pantas berada di antara tim-tim terbaik Eropa.

Para pendukung Arsenal juga menjadi faktor penting dalam perjalanan tim ini. Dengan dukungan penuh dari stadion Emirates, Arsenal berharap bisa menciptakan atmosfer yang memotivasi mereka untuk meraih hasil maksimal. Selain itu, para pemain muda seperti Martinelli, Saka, dan Bukayo Saka, menjadi kekuatan baru yang diharapkan bisa mengantarkan klub ke puncak kejayaan.

Bagi Martinelli sendiri, pertandingan melawan PSG adalah kesempatan emas untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah pemain yang siap bersaing di level tertinggi. Pemain berusia 22 tahun ini telah menunjukkan kualitas luar biasa dengan kontribusinya di lini depan Arsenal, dan kini ia berambisi untuk memberikan yang terbaik di panggung Eropa.

Tantangan Berat Melawan PSG

PSG, dengan segala kekuatan yang mereka miliki, jelas akan menjadi lawan yang sulit ditaklukkan. Dengan pemain-pemain bintang seperti Neymar, Messi, dan Mbappé, mereka telah menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu tim terkuat di Eropa. Namun, Arsenal yang memiliki semangat juang tinggi, bersama dengan strategi pelatih Mikel Arteta, memiliki peluang untuk membuat kejutan besar.

Dengan persiapan matang dan rasa percaya diri yang tinggi, Arsenal akan berusaha keras untuk membuktikan bahwa mereka layak untuk mencapai final dan meraih gelar yang telah lama mereka impikan. Setiap pemain, terutama Martinelli, siap menghadapi tantangan terbesar dalam karir mereka, dan dengan dukungan penuh dari pendukung setia, Arsenal berharap bisa mewujudkan impian mereka di kompetisi paling bergengsi di Eropa ini.

Jadi, jangan lewatkan laga seru leg pertama semifinal Liga Champions antara Arsenal dan PSG yang diprediksi akan penuh dengan drama dan aksi tak terduga!

Arsenal Tampil Luar Biasa, Tapi Mereka Ingin Lebih Dari Sekadar Semifinal Liga Champions

Arsenal Tampil Luar Biasa, Tapi Mereka Ingin Lebih Dari Sekadar Semifinal Liga Champions
Arsenal Tampil Luar Biasa, Tapi Mereka Ingin Lebih Dari Sekadar Semifinal Liga Champions.

JAKARTA - Arsenal akan menghadapi Paris Saint-Germain (PSG) dalam semifinal Liga Champions pertama mereka dalam 16 tahun, dengan leg pertama yang dijadwalkan pada hari Selasa. Meskipun berhasil mencapai tahap ini, manajer Mikel Arteta menegaskan bahwa ambisi Arsenal jauh lebih besar daripada hanya sekadar mencapai semifinal.

Sebelum pertandingan penting tersebut, Arteta berbicara kepada pers pada hari Senin dan menyatakan bahwa timnya tidak hanya ingin menjadi salah satu dari empat tim terbaik di Eropa. Mereka ingin lebih.

"Kami telah mengatasi banyak masalah dan tantangan musim ini, dan fakta bahwa kami berada di sini sebagai salah satu dari empat tim terbaik di Eropa, itu sudah mengatakan banyak tentang pola pikir, semangat, dan betapa kami benar-benar menginginkannya," kata Arteta.

"Kami sedang membuat sejarah, dan ini adalah cerita yang indah saat ini, tetapi kami menginginkan lebih."

Perjalanan Arsenal Menuju Semifinal

Pertemuan dengan PSG akan menjadi semifinal Liga Champions ketiga bagi Arsenal, dan yang pertama sejak 2009. Sebelumnya, mereka sudah mengalahkan Real Madrid dengan agregat 5-1 di perempat final, sebuah pencapaian yang menunjukkan betapa seriusnya tim ini.

Arsenal juga telah mengalahkan PSG sekali musim ini, dengan skor 2-0 di Emirates Stadium pada Oktober lalu. Tak hanya itu, mereka juga tidak terkalahkan dalam delapan pertandingan terakhir Liga Champions mereka (7 kemenangan dan 1 hasil imbang).

Arteta: Kami Bisa Lebih Baik Dari PSG

Arteta mengungkapkan rasa percaya dirinya dan tim. Ia merasa para pemain Arsenal siap menghadapi tantangan besar, dan mereka percaya bisa mengalahkan PSG.

"Para pemain benar-benar meresapi apa yang kami lakukan, dan mereka merasa kami bisa menghadapi mereka dan menjadi lebih baik dari mereka," tambah Arteta.

"Sama seperti yang kami rasakan saat menghadapi Madrid dan di babak sebelumnya, itulah perasaan kami hari ini. Saya melihat mereka di mata, dan mereka tidak sabar untuk bermain besok."

Kondisi Tim Arsenal Menjelang Pertandingan

Arsenal akan kehilangan Thomas Partey yang terkena skorsing, sementara Riccardo Calafiori masih cedera. Namun, Ben White dan Mikel Merino mungkin bisa kembali bermain setelah pulih dari cedera.

"Tentu saja kami sangat kehilangan Thomas setelah cedera yang kami alami sangat terlambat saat melawan Madrid," ujar Arteta. "Ben dan Mikel bisa berlatih, kita lihat saja apakah mereka bisa tampil besok. [Calafiori] masih belum pulih."

Arsenal Masih Belum Favorit Menurut Arteta

Meski Arsenal tampil impresif, Arteta mengakui bahwa sejarah mereka belum mencatatkan trofi Liga Champions, dan mereka harus menghadapi kenyataan tersebut. Ketika ditanya apakah Arsenal bisa dianggap sebagai favorit untuk memenangkan trofi tertinggi Eropa tahun ini, Arteta menjawab dengan jujur.

"Jika melihat sejarah, tidak, karena kami belum pernah melakukannya," kata Arteta. "Mudah-mudahan, jika ada yang percaya kami bisa melakukannya, itu karena penampilan kami dan apa yang ditransmisikan tim ini melawan lawan-lawan besar."

Arsenal jelas sedang dalam perjalanan yang luar biasa, namun mereka tetap fokus untuk meraih lebih banyak pencapaian, dan semifinal Liga Champions ini hanyalah satu langkah lagi dalam pencapaian yang lebih besar.

Arsenal vs PSG: Enam Plot Penting yang Bisa Menentukan Hasil Semi-Final

Arsenal vs PSG: Enam Plot Penting yang Bisa Menentukan Hasil Semi-Final
Arsenal vs PSG: Enam Plot Penting yang Bisa Menentukan Hasil Semi-Final.

JAKART A - Babak semi-final Liga Champions 2024-25 akan dimulai pada hari Selasa dengan pertandingan antara Arsenal dan Paris Saint-Germain, dua klub besar yang belum pernah memenangkan kompetisi ini. Pertandingan pertama akan berlangsung di Stadion Emirates, sebelum keduanya bertemu lagi di Parc des Princes pada Rabu depan. Berikut adalah enam aspek yang bisa menentukan hasil pertandingan ini.

1. Saka vs Mendes – Siapa yang Akan Menjadi Unggulan?

Bukayo Saka telah menjadi pemain kunci bagi Arsenal, seperti yang terlihat saat mereka mengalahkan Real Madrid di Santiago Bernabéu. Dalam pertandingan tersebut, meskipun sempat melewatkan penalti, Saka mencetak gol penting yang mengantar Arsenal ke semi-final. Dia akan menghadapi bek kiri PSG, Nuno Mendes, yang telah menunjukkan kemampuan pertahanan yang solid. Pertarungan ini bisa menentukan banyak hal, mengingat Saka sering mengalirkan serangan Arsenal dari sisi kanan, yang juga menjadi kekuatan utama PSG.

2. Lewis-Skelly vs Kekuatan Kanan PSG

Myles Lewis-Skelly, bek muda Arsenal, akan menghadapi ujian berat saat berhadapan dengan serangan kanan PSG yang kuat. PSG, yang lebih sering menyerang dari sisi kanan, memiliki pemain-pemain lincah seperti Achraf Hakimi dan pemain sayap lainnya yang bisa mengancam pertahanan Arsenal. Namun, Lewis-Skelly dikenal sebagai bek yang sulit ditembus, dan ini akan menjadi duel menarik di sisi kanan lapangan.

3. Absennya Partey dan Dampaknya terhadap Penguasaan Bola PSG

Thomas Partey yang absen karena skorsing akan menjadi kehilangan besar bagi Arsenal, terutama dalam menghadapi penguasaan bola PSG yang dominan. PSG sangat terampil dalam mengontrol permainan dengan penguasaan bola yang tinggi, dengan Vitinha dan João Neves menjadi pengatur tempo. Tanpa Partey, Arsenal akan kesulitan mengendalikan lini tengah dan mempertahankan penguasaan bola.

4. Pertarungan Kiper: Raya vs Donnarumma

David Raya dan Gianluigi Donnarumma adalah dua kiper hebat yang akan diuji dalam pertandingan ini. Raya telah menunjukkan performa stabil sepanjang musim, sementara Donnarumma telah menjadi pahlawan bagi PSG dalam pertandingan-pertandingan sebelumnya. Keduanya akan memainkan peran penting, terutama dalam hal distribusi bola dan kemampuan mereka untuk melakukan penyelamatan krusial.

5. Kelemahan PSG dalam Situasi Set-Piece

Meskipun PSG memiliki banyak kekuatan, mereka dikenal memiliki kelemahan dalam situasi bola mati. Arsenal, yang sangat kuat dalam situasi set-piece, bisa memanfaatkan ini untuk mencetak gol penting. PSG sudah kebobolan banyak gol dari set-piece musim ini, dan Arsenal bisa mengeksploitasi kelemahan ini untuk meraih keuntungan.

6. Momentum: PSG dan Arsenal Mencari Kestabilan

PSG datang ke semi-final dengan momentum yang kurang stabil setelah memenangkan Ligue 1 lebih awal, sementara Arsenal juga menghadapi tantangan dengan sejumlah cedera pemain kunci. Namun, Arsenal tetap lebih tangguh di Liga Champions, dan hasil pertandingan domestik mereka yang buruk bisa memberi mereka motivasi tambahan untuk tampil lebih baik di Eropa.

Pertandingan ini diprediksi akan sangat menarik dengan banyak faktor yang bisa mempengaruhi hasilnya. Arsenal dan PSG memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, dan siapa yang akan keluar sebagai pemenang sangat bergantung pada bagaimana mereka mengatasi plot-plot ini.

PSG Kini Lebih Kuat Dibandingkan Oktober, Menurut Luis Enrique

Artikel Berita Bahasa Indonesia: PSG Kini Lebih Kuat Dibandingkan Oktober, Menurut Luis Enrique
Artikel Berita Bahasa Indonesia: PSG Kini Lebih Kuat Dibandingkan Oktober, Menurut Luis Enrique.

JAKARTA - Paris Saint-Germain (PSG) akan kembali bertandang ke markas Arsenal untuk yang kedua kalinya musim ini. Kali ini, mereka akan bertemu di babak semifinal Liga Champions setelah sebelumnya kalah 2-0 pada pertemuan pertama di fase grup bulan Oktober lalu.

Menurut pelatih kepala Luis Enrique, PSG kini jauh lebih kuat dibandingkan dengan yang mereka tunjukkan di pertandingan sebelumnya. Meskipun PSG kalah pada pertemuan pertama dengan gol dari Kai Havertz dan Bukayo Saka, Enrique yakin timnya telah banyak berkembang dan akan menjadi lawan yang lebih sulit bagi Arsenal kali ini.

"Saat itu, sekitar tujuh atau delapan bulan yang lalu, kami kalah. Saya menonton ulang pertandingan itu dan saya bisa bilang, kami adalah tim yang jauh lebih baik sekarang," ujar Enrique dalam konferensi pers jelang pertandingan.

PSG memang telah menunjukkan perkembangan yang pesat sejak Oktober lalu. Mereka berhasil meraih gelar Ligue 1 untuk keempat kalinya berturut-turut, mencapai final Coupe de France, dan menyingkirkan Liverpool serta Aston Villa dari Liga Champions. Hal itu membuat Enrique semakin yakin bahwa timnya kini lebih siap untuk menghadapi Arsenal.

"Fase grup kami sangat intens dengan banyak pertandingan yang seharusnya sudah bisa menjadi final. Itu membuat kami berada dalam posisi sulit, tapi sekarang kami jauh lebih kuat dan lebih lengkap," tambahnya.

Enrique juga menekankan bahwa meskipun ini adalah semifinal Liga Champions, kedua tim memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menang. Dia menyebutkan bahwa kunci dalam pertandingan ini adalah bagaimana tim dapat mengelola tekanan.

Arsenal, di sisi lain, datang ke pertandingan ini dengan percaya diri tinggi setelah mengalahkan Real Madrid dengan agregat 5-1 di perempat final. Mereka juga tidak terkalahkan di kandang sendiri dalam kompetisi Eropa, dengan mencatatkan tujuh kemenangan dan satu hasil imbang dalam delapan pertandingan terakhir mereka.

Namun, PSG memiliki tantangan tersendiri. Mereka tercatat kalah lima kali dari enam pertandingan terakhir mereka melawan tim-tim Inggris di Liga Champions. Meski demikian, Enrique tetap optimis bahwa timnya dapat tampil maksimal.

"Arsenal adalah salah satu tim terbaik di Eropa dan mereka telah melakukan pekerjaan luar biasa bersama pelatih mereka selama beberapa tahun terakhir," kata Enrique. "Kami semua layak berada di sini. Saya suka tim saya, itu sebabnya saya di sini. Beberapa orang mungkin lebih suka PSG, yang lain Arsenal, itu bagian dari kehidupan."

Baik Arsenal maupun PSG memiliki ambisi yang sama, yaitu meraih Liga Champions pertama dalam sejarah klub mereka. Luis Enrique pun menambahkan, "Tujuan ini memang sulit dicapai. Itu tidak berarti kami berada di bawah tekanan, kami sangat ambisius."

PSG mungkin belum pernah meraih Liga Champions, dan begitu juga dengan Arsenal. Namun, Enrique menegaskan bahwa hal tersebut tidak boleh menghalangi mereka untuk tampil dengan performa terbaik.

"Ketika kami berkata ingin membuat sejarah, itu berarti kami ingin melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Tim ini penuh dengan kepercayaan diri. Terkadang kami tidak bermain sebrilian yang diharapkan, tapi itu bagian dari kehidupan. Kami harus tetap fokus pada apa yang perlu kami lakukan," tutup Enrique.

Semua mata kini tertuju pada laga semifinal yang seru ini. Apakah PSG akan mampu membalikkan keadaan dan mengalahkan Arsenal? Hanya waktu yang akan menjawabnya.