![]() |
AMSI Kalbar Sinergi Bisnis Sawit-Tambang untuk Kemakmuran Rakyat. |
PONTIANAK -- Pagi 11 Juni 2025, udara Kota Pontianak Kalimantan Barat terasa hangat. Bukan hanya karena sengatan matahari tropis, tapi juga semangat yang membara dari para pelaku media, pengusaha, akademisi, hingga perwakilan pemerintah yang hadir di ruang utama penyelenggaraan Konferwi III Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Kalimantan Barat.
Di tengah dinamika informasi yang semakin liar dan penuh dengan hoaks, AMSI hadir bukan sekadar sebagai organisasi profesi, tapi sebagai harapan baru bagi keberlangsungan pers nasional yang lebih kuat dan relevan.
Acara yang digelar pada Rabu, 11 Juni 2025 di Hotel Harris ini dibuka dengan sebuah seminar bertajuk “Bagaimana Bisnis Sawit dan Tambang Membawa Kemakmuran Rakyat dan Bersinergi dengan Bisnis Media di Kalbar.”
Tema yang cukup berani, bahkan bisa dibilang ‘panas’, karena menyentuh dua industri besar di Kalimantan Barat sawit dan tambang yang kerap menjadi sorotan publik.
Namun, di tangan AMSI, tema ini tidak sekadar menjadi bahan debat atau polemik biasa.
Ini adalah panggilan untuk melihat bagaimana media bisa menjadi mitra strategis dalam menciptakan kesejahteraan bersama.
Mencari Titik Temu: Media, Bisnis, dan Kesejahteraan Publik
Plt Ketua AMSI Kalbar, Muhlis Suhaeri, membuka seminar dengan paparan yang lugas namun mendalam.
Menurutnya, media saat ini tidak boleh lagi hanya menjadi penonton pasif dalam alur perkembangan ekonomi daerah.
Ia menegaskan, media harus mampu menjadi pilar informasi yang komprehensif, berbasis data, dan tentunya memiliki solusi saat terjadi konflik atau ketidakseimbangan.
“Media tidak hanya menulis, tapi juga harus mampu memberikan analisis yang bisa menginspirasi kebijakan,” ujar Muhlis Suhaeri.
Dalam konteks Kalimantan Barat, yang dikenal dengan potensi alam yang luar biasa besar, media bisa menjadi jembatan antara bisnis pertambangan dan perkebunan kelapa sawit dengan aspirasi masyarakat lokal.
Tapi sayangnya, selama ini hubungan tersebut sering kali tegang, dipenuhi oleh kesalahpahaman, hoaks, dan narasi-narasi provokatif yang justru merugikan semua pihak.
Meneguhkan Visi Konten Berkualitas, Bisnis Sehat
AMSI hadir dengan visi yang jelas: menjaga kualitas jurnalisme sekaligus memperkuat bisnis media.
Dengan tagline “Kontennya Berkualitas, Bisnisnya Sehat” , asosiasi ini mencoba menjawab tantangan zaman di mana media tak hanya dituntut untuk profesional, tetapi juga mandiri secara finansial.
Sebagai organisasi yang didirikan sejak April 2017, AMSI telah berkembang pesat.
Kini, jumlah anggotanya mencapai 595 media online dari seluruh Indonesia, termasuk 22 media di Kalimantan Barat.
Wakil Ketua Umum AMSI Nasional, Upi Asmaradhana, yang turut hadir dalam acara ini, mengatakan bahwa AMSI lahir dari keprihatinan bersama atas kondisi media digital yang kian rentan terhadap disinformasi dan tekanan ekonomi.
“Banyak media online yang hebat secara konten, tapi rapuh secara bisnis. Kami ingin menjembatani itu,” ucap Upi Asmaradhana.
AMSI pun melakukan pendekatan ganda: satu, meningkatkan kualitas produksi konten dan etika jurnalistik; dua, memperkuat model bisnis agar media bisa bertahan dan berkembang di tengah persaingan global.
Era Kolaborasi Itu Tak Ada Lagi 'Main Sendiri'
Salah satu poin penting yang terus digaungkan dalam Konferwi III ini adalah pentingnya kolaborasi.
Dalam era yang serba cepat dan kompleks, media tidak bisa lagi bekerja sendirian. AMSI mendorong adanya sinergi antara media, pemerintah, lembaga pendidikan, hingga dunia usaha.
Upi Asmaradhana bahkan menyebut bahwa kita sedang memasuki era kolaborasi . "Tantangan kita hari ini tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan individual. Butuh kekuatan bersama, butuh niat baik dari semua pihak," Upi Asmaradhana mengingatkan.
Di Kalimantan Barat, kolaborasi ini sangat relevan. Industri sawit dan tambang memiliki andil besar dalam roda ekonomi daerah, tetapi seringkali konflik sosial dan lingkungan menjadi bayang-bayang yang tak kunjung reda.
Di situlah peran media bisa sangat strategis: menjadi mediator, edukator, dan pemberi informasi yang seimbang.
Menjawab Krisis Informasi
Masalah besar yang dihadapi media saat ini adalah banjir informasi yang belum tentu benar.
Hoaks, misinformasi, dan disinformasi merajalela di platform digital, membuat masyarakat sulit membedakan mana fakta dan mana opini.
“Saat ini masyarakat dibanjiri informasi yang belum tentu berkualitas hoaks dan misinformasi menjadi tantangan besar,” kata Muhlis Suhaeri.
Untuk itu, AMSI berkomitmen untuk menjaga standar produksi konten yang etis dan berkualitas.
Termasuk di dalamnya adalah penerapan prinsip-prinsip jurnalisme berkeadilan, transparansi, dan akuntabilitas.
Selain itu, AMSI juga tengah menjalin kerjasama dengan platform digital seperti Google untuk meningkatkan kapasitas produksi konten lokal yang informatif dan terpercaya.
Langkah ini merupakan upaya konkret dalam membangun ekosistem digital yang sehat dan berkelanjutan.
Menuju Ekosistem Digital Lebih Baik
AMSI Nasional saat ini sedang fokus pada pemberdayaan dan peningkatan kualitas ekosistem digital Indonesia.
Dengan kehadiran AMSI di tingkat wilayah seperti Kalimantan Barat, diharapkan bisa menjadi motor penggerak transformasi digital yang inklusif dan progresif.
Visi AMSI Kalbar pun selaras dengan agenda pemerintah daerah: meningkatkan kualitas demokrasi dan ekosistem digital.
Hal ini semakin relevan mengingat pemerintah telah membuka ruang fiskal sebesar 30% yang diharapkan dapat membantu pemulihan ekonomi media di kuartal kedua tahun ini.
Langkah-langkah seperti workshop, pelatihan, hingga inkubasi bisnis digital mulai digagas oleh AMSI Kalbar untuk memperkuat kapasitas media-media lokal.
Tujuannya bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi juga menjadi aktor utama dalam pembangunan daerah.
Menuju Pers yang Kuat, Mandiri, dan Inklusif
Konferwi III AMSI Kalbar bukan hanya sekadar ajang pertemuan rutin. Ini adalah simbol kebangkitan media digital di tengah tantangan yang semakin kompleks.
Dengan semangat kolaborasi, komitmen pada kualitas konten, dan dorongan untuk memperkuat bisnis media, AMSI menunjukkan bahwa jalan untuk membangun pers yang kuat, mandiri, dan inklusif masih terbuka lebar.
Seperti yang disampaikan oleh Upi Asmaradhana, “Media yang sehat adalah media yang bisa menjaga integritas sekaligus berbisnis dengan cerdas.”
Dan di tengah gema Konferwi III, itulah yang sedang diperjuangkan oleh AMSI Kalbar: membangun pers yang tidak hanya survive, tapi thriving dalam arti sesungguhnya.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS