Rusia, China Jalin Hubungan Lebih Dekat | Borneotribun.com -->

Kamis, 23 Februari 2023

Rusia, China Jalin Hubungan Lebih Dekat

Rusia, China Jalin Hubungan Lebih Dekat
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin menerima diplomat top China Wang Yi di Moskow pada Rabu (22/2).
MOSKOW — Rusia dan China pada Rabu menjalin hubungan yang lebih erat. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan hubungan antara kedua negara mencapai "perbatasan baru", bahkan ketika Amerika Serikat mengemukakan kekhawatiran bahwa China akan memasok Rusia dengan senjata untuk membantu upaya perangnya melawan Ukraina.

China telah menolak untuk mengkritik invasi Rusia selama setahun ke Ukraina tetapi menyangkal memberikan dukungan militer kepada pasukan Rusia. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan para pejabat China telah membahas masalah ini dan “pada kenyataannya, dengan keras membantahnya. Tidak ada yang perlu ditambahkan di sini."

Putin juga menyambut baik kedatangan Menlu China Wang Yi ke Kremlin.

“Hubungan internasional sekarang lebih sulit. Hubungan tidak membaik setelah runtuhnya sistem bipolar, melainkan menjadi lebih tajam. Dalam hal ini, kerja sama di arena internasional antara Republik Rakyat Tiongkok dan Federasi Rusia, seperti yang berulang kali kami tekankan, memainkan peran penting dalam menstabilkan situasi internasional," kata Putin.

Putin memberi tahu Wang Yi bahwa dia menantikan kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Rusia dan bahwa perdagangan bilateral antara kedua negara akan segera mencapai $200 miliar per tahun, naik dari $185 miliar tahun lalu. “Semuanya maju, berkembang. Kami telah mencapai perbatasan baru," tambah Putin.

Di awal pembicaraannya dengan Wang, Putin memuji hubungan kedua negara. Dengan meningkatnya ketegangan dunia, kata Putin, "kerja sama antara Republik Rakyat Tiongkok dan Federasi Rusia di arena global sangat penting untuk menstabilkan situasi internasional."

Wang, melalui seorang penerjemah, memberi tahu Putin bahwa hubungan kedua negara bukan untuk melawan pihak ketiga mana pun, tetapi "tidak akan menyerah pada tekanan dari pihak ketiga." Ini adalah pukulan telak bagi Amerika setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan Wang akhir pekan lalu tentang konsekuensi yang tidak ditentukan jika China memberikan dukungan senjata mematikan untuk upaya perang Rusia.

China-Rusia Sepakat Stabilitas di Asia-Pasifik Harus Dijunjung Tinggi

Sementara itu, China mengatakan Rabu bahwa diplomat utamanya, Wang Yi, bertemu dengan kepala keamanan Rusia di Moskow. Kedua belah pihak sepakat bahwa perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik harus dijunjung tinggi.

Wang bertemu dengan para pemimpin Mekanisme Konsultasi Keamanan Strategis China-Rusia, dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev. Kedua belah pihak membahas cara untuk meningkatkan tata kelola dunia, menurut pernyataan dari kementerian luar negeri China.

"Pembicaraan kami tentang keamanan strategis adalah salah satu jalur paling bermanfaat antara kedua negara kami, yang memainkan peran penting dan unik dalam memperkuat kepercayaan dan kerja sama di bawah situasi internasional yang terus berubah," kata Wang.

Pasokan senjata China ke Rusia akan mengancam dan berpotensi meningkatkan perang Ukraina menjadi konfrontasi antara Rusia dan China di satu sisi, dan Ukraina serta aliansi militer NATO pimpinan AS di sisi lain.

Juru bicara Kremlin Dmitrry Peskov berkata, “Setelah berita Rusia membatalkan START yang baru, kami melihat reaksi pertama: cukup terkonsolidasi dari pihak-pihak yang mewakili Barat. Reaksi ini tentu tidak memberi kita alasan untuk berharap adanya kemauan untuk berdialog atau berunding. Namun di sisi lain, waktu berlalu, keadaan berubah, dan sangat penting bagi Rusia untuk memastikan keamanannya sendiri, termasuk masalah stabilitas dan kontrol senjata.”

China adalah pembeli minyak terbesar Rusia, salah satu sumber pendapatan tunai utama Moskow. [waktu/detik/hari]

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakub

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar