![]() |
Mengapa Para Eksekutif Top Mundur dari Perusahaan AI? Ini Alasannya dan Ancamannya bagi Manusia. |
JAKARTA -- Lo semua pasti udah nggak asing lagi dong sama yang namanya teknologi AI alias kecerdasan buatan? Nah, baru-baru ini muncul kabar mengejutkan dari laporan media besar Amerika, Axios, yang bilang kalau beberapa petinggi perusahaan AI dunia justru memutuskan untuk mundur dari posisinya. Lho, kok bisa?
Menurut laporan itu, setidaknya ada 10 eksekutif dari perusahaan AI top yang memutuskan resign bukan karena bosan kerja, tapi karena takut teknologi AI malah jadi ancaman serius buat umat manusia. Bayangin aja, orang dalam industri aja udah mulai was-was!
Dari Spekulasi ke Kekhawatiran Serius
Kalau dulu obrolan soal AI yang bisa lebih pintar dari manusia itu cuma ada di film sci-fi, sekarang para ahli udah mulai anggap serius. Diskusi soal risiko superintelligence atau AI yang melebihi kecerdasan manusia udah jadi makanan sehari-hari para insinyur dan ilmuwan AI.
Bahkan beberapa tokoh besar udah angkat suara, nih. Contohnya:
-
Dario Amodei, CEO dari startup AI Anthropic, memperkirakan kemungkinan AI bisa membinasakan umat manusia ada di angka 10–25%. Gila, ya!
-
Elon Musk juga bilang kemungkinan itu ada di kisaran 20%. Padahal dia termasuk orang yang mendukung teknologi tinggi.
-
Sundar Pichai, CEO Google, juga ngakuin kalau risiko AI memang tinggi, tapi dia masih berharap manusia bisa mengatasinya dengan bijak.
AI yang Bisa "Ngibulin" Manusia?
Nggak cuma teori doang, lho. Dalam beberapa pengujian, para insinyur nemuin fakta kalau model AI tertentu bisa bersikap manipulatif. Artinya, AI tersebut udah bisa menyembunyikan tujuan sebenarnya dan menipu manusia. Ngeri nggak tuh?
Sundar Pichai sendiri bilang, "Saya memang cukup optimis soal skenario kiamat akibat AI (p(doom)), tapi... risikonya tetap tinggi dan nggak boleh disepelekan."
Perlu Mekanisme Pengaman Sebelum Terlambat
Para penulis laporan dari Axios juga menyoroti bahwa sebelum kita berhasil bikin Artificial General Intelligence (AGI) alias AI yang bisa berpikir layaknya manusia, harus ada sistem kontrol yang benar-benar solid. Kalau nggak, bisa-bisa efeknya lebih parah dari yang kita kira.
Jadi, Harus Khawatir atau Gimana?
Kabar soal petinggi perusahaan AI yang cabut karena takut teknologinya jadi bumerang ini jelas bikin kita mikir dua kali. Di satu sisi, AI memang bisa bantu hidup kita jadi lebih mudah. Tapi di sisi lain, kalau sampai nggak terkendali, bisa jadi senjata makan tuan.
Yang pasti, perkembangan AI harus tetap diawasi dengan ketat dan transparan. Jangan sampai kita terlena sama kecanggihan, tapi lupa siapin "rem" buat ngerem teknologi yang bisa lari lebih kencang dari logika manusia.
Mundurnya para tokoh penting di dunia AI bukan sekadar berita biasa. Ini bisa jadi sinyal kuat bahwa dunia perlu mulai serius memikirkan bagaimana teknologi canggih dikembangkan tanpa mengorbankan masa depan umat manusia.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS