Bom Bunuh Diri di Makassar, Polisi Tangkap 4 Terduga Teroris di Condet dan Bekasi | Borneotribun.com -->

Selasa, 30 Maret 2021

Bom Bunuh Diri di Makassar, Polisi Tangkap 4 Terduga Teroris di Condet dan Bekasi

Polisi anggota regu penjinak bom, menunjukkan kantong plastik berisi barang-barang yang dikumpulkan di dekat lokasi ledakan hari Minggu di Katedral Hati Kudus Yesus, termasuk apa yang diyakini sebagai bagian dari alat peledak yang digunakan dalam serangan bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 29 Maret 2021. (AP Photo / Yusuf Wahil)

BorneoTribun Jakarta -- Polisi Senin (29/3) menangkap empat terduga teroris dalam penggerebekan di Condet dan Bekasi yang diduga terkait ledakan bom di Makassar, Sulawesi Selatan sehari sebelumnya.

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) Inspektur Jenderal Fadil Imran dalam jumpa pers, Senin (29/3) menjelaskan dalam penggerebekan di dua tempat, Bekasi dan Condet, hari Senin (29/3) polisi menangkap empat terduga teroris terkait serangan bom bunuh diri yang berlangsung di depan gereja katedral di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, hari Minggu (28/3).

Terduga teroris pertama berinisial ZA, laki-laki umur 37 tahun, diduga berperan membeli bahan baku untuk membuat bahan peledak, seperti aseton, HCl, termometer, dan bubuk aluminium. ZA juga mengajarkan cara membuat bom kepada terduga teroris berinisial BS.

Terduga teroris kedua adalah BS, pria berusia 43 tahun, diduga mengetahui cara membuat bahan peledak dan menyampaikan kepada terduga teroris berinisial AJ terkait “takjil” (nama sandi untuk campuran bahan kimia untuk membuat bahan peledak).

Anggota polisi penjinak bom memeriksa area sekitar lokasi serangan bom bunuh diri hari Minggu di Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, Senin, 29 Maret 2021. (AP Photo/Yusuf Wahil)

Terduga teroris ketiga berinisial AJ, lelaki berumur 46 tahun, diduga mengetahui dan membantu ZA membuat bahan peledak. AJ bersama BS mengikuti beberapa pertemuan untuk mempersiapkan serangan teror menggunakan bahan peledak.

Terduga teroris keempat berinisial HH, laki-laki berusia 56 tahun yang ditangkap di Condet, dinilai memiliki peran penting.

"Dia yang merencanakan, mengatur taktis dan teknis pembuatan (bom) bersama ZA. (HH) hadir dalam pertemuan-pertemun untuk mempersiapkan kegiatan-kegiatan amaliyah (serangan bunuh diri) ini. (Dia) membiayai dan mengirimkan video tentang teknis pembuatan (bom) kepada ketiga tersangka lainnya," kata Fadil.

Polisi penjinak bom memeriksa area sekitar lokasi serangan bom bunuh diri hari Minggu di Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 29 Maret 2021.

Beberapa barang bukti yang disita dari dua lokasi penggerebekan itu adalah satu parang, telepon seluler, dompet, kartu debit, kartu ATM, dan KTP atas nama ZA, dua surat tilang, kartu asuransi, dan uang tunai Rp 3.056.900.

Dari tangan AJ, polisi juga menyita sebuah telepon seluler. Sementara dari tangan HH, polisi menyita telepon seluler dan kartu identitas diri. Polisi juga menemukan lima bom aktif yang sudah dirakit dalam bentuk kaleng dan tergolong bom berdaya ledak tinggi dan sangat mudah terbakar. Polisi juga menyita campuran bahan peledak seberat 3,5 kilogram yang dapat menghasilkan 70 bom pipa.

Fadil menambahkan keempat terduga teroris itu diancam penjara 15 tahun berdasarkan Undang-undang Terorisme.

Pengamat: Pandemi Tak Surutkan Ancaman Teror

Pengamat Timur Tengah dan Terorisme dari Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah mengatakan penangkapan teroris di Bekasi dan Condet serta bom bunuh diri di Makassar menunjukkan kelompok teror di Indonesia masih ada.

Dia menambahkan organisasi teroris kerap mencari momentum dalam melancarkan serangannya. "Seringkali kelompok teror itu ingin melakukan aksi terornya menjelang bulan suci Ramadan. Kelompok ini mencari juga klarifikasi aksinya mendekati bulan suci Ramadan atau di bulan suci Ramadan. Ini kan momentumnya menjelang bulan suci Ramadan," ujar Syauqillah.

Syauqillah memperingatkan kejadian bom bunuh diri di Makassar menunjukkan di masa pandemi COVID-19, kelompok teroris tidak mengurangi ancaman mereka untuk melaksanakan teror.

Menurut Syauqillah, sebagian teroris meyakini melakukan serangan teror menjelang atau di bulan suci Ramadan bisa menjadi simbol kemenangan bagi mereka, seperti sejumlah perang yang dilakukan umat Islam semasa Nabi Muhammad hidup.

Dia menekankan selama ideologi takfiri masih ada, maka teroris akan selalu ada.

Polisi Terus Kembangkan Penyelidikan

Kapolda Metro Jakarta Raya Inspektur Jenderal Fadil Imran memimpin langsung penggerebekan di dua tempat tersebut pada Senin, yakni di Desa Sukasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, dan di Condet, Jakarta Timur.

Penggerebekan ini merupakan tindak lanjut dari upaya pengusutan bom bunuh diri yang berlangsung di depan pintu masuk sebuah gereja di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, hari Minggu (28/3).

Fadil mengatakan penggerebekan itu dilakukan oleh para personel dari Detasemen Khusus 88 sert Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Polda Metro Jaya, sehari setelah Lukman dan istrinya – dua tersangka pembom bunuh diri – melakukan serangan bunuh diri di Makassar. Insiden ini menewaskan kedua pelaku dan melukai puluhan orang lainnya. [fw/em]

Oleh: VOA Indonesia

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar