Janda Presiden Haiti: Pelaku Ingin 'Membunuh Visi, Ideologinya', dan Latar Belakang Para Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Mulai Terkuak | Borneotribun.com -->

Minggu, 11 Juli 2021

Janda Presiden Haiti: Pelaku Ingin 'Membunuh Visi, Ideologinya', dan Latar Belakang Para Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Mulai Terkuak

Janda Presiden Haiti: Pelaku Ingin 'Membunuh Visi, Ideologinya', dan Latar Belakang Para Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Mulai Terkuak

Latar Belakang Para Tersangka Pembunuhan Presiden Haiti Mulai Terkuak


BORNEOTRIBUN INTERNASIONAL - Perincian baru telah muncul mengenai para tersangka pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise.

Di antara mereka yang ditahan adalah dua warga Amerika Serikat (AS) keturunan Haiti.

Salah seorang di antaranya pernah bekerja bersama aktor AS Sean Penn pasca gempa bumi 2010 yang menghancurkan di negara itu.


Polisi Haiti juga telah menahan atau menewaskan belasan bekas anggota militer Kolombia.

Sebagian tersangka ditangkap dalam sebuah penyerbuan di Kedutaan Taiwan dimana mereka diduga mengajukan suaka. 

Kepala Kepolisian Nasional Léon Charles mengatakan delapan tersangka lain masih buron.

Para pejabat Kolombia telah mengatakan para laki-laki itu direkrut oleh empat perusahaan dan datang ke Haiti lewat Republik Dominika.

Para tentara Kolombia yang pernah dilatih AS seringkali direkrut oleh perusahaan-perusahaan keamanan dan tentara bayaran di zona konflik karena pengalaman mereka dalam perang puluhan tahun melawan para pemberontak dan kartel narkoba.

Belum diketahui siapa yang mendalangi serangan itu. Dan belum diketahui bagaimana para pelaku bisa menembus kediaman presiden dengan berpura-pura sebagai agen-agen Badan Pemberantasan Narkoba AS.

Janda Presiden Haiti: Pelaku Ingin 'Membunuh Visi, Ideologinya'



Para pelaku yang menembak mati Presiden Haiti Jovenel Moïse di kediamannya bertujuan "untuk membunuh mimpi, visi, ideologinya," menurut isterinya.

Itu adalah pernyataan publik pertama Martina Moise sejak penembakan hari Rabu (7/7) di pinggiran Port-au-Prince yang menyebabkan negara miskin di Karibia itu bergejolak.

Berbicara dari rumah sakit di Miami dimana dia dirawat karena luka-lukanya dalam serangan itu, Martine menceritakan rincian baru mengenai peristiwa itu.

"Dalam sekejap mata, tentara bayaran memasuki rumah saya dan menembaki suami saya dengan peluru ... bahkan tanpa memberinya kesempatan untuk mengucapkan sepatah kata pun," kata Martine dalam pernyataan audio berbahasa Kreol yang diposting ke Twitter pada hari Sabtu (10/7).

"Saya masih hidup, terima kasih kepada Tuhan," katanya, "tapi saya mencintai suami saya Jovenel. Kami berjuang bersama selama lebih dari 25 tahun. 

Selama waktu itu, cinta bersinar di dalam rumah. Tapi tiba-tiba, tentara bayaran datang dan menghujani suami saya dengan peluru.

"Kamu pasti kriminal terkenal tak bernyali karena membunuh seorang presiden seperti Jovenel Moïse dengan impunitas tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara," katanya, merujuk pada belasan orang yang ditangkap sejak serangan itu terjadi. 

Separuh pelakunya adalah mantan tentara Kolombia.

Polisi Haiti, yang masih memburu para tersangka lain dari kawanan beranggotakan 28 orang, mengatakan masih belum jelas siapa yang menyuruh mereka dan apa motifnya. [vm/ah/f]

VOA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar