Berita Borneotribun.com: Dunia Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Dunia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 Juli 2025

Thailand dan Kamboja Sepakat Berdamai Tanpa Syarat, Perang Perbatasan Resmi Dihentikan

Thailand dan Kamboja Sepakat Berdamai Tanpa Syarat, Perang Perbatasan Resmi Dihentikan
Thailand dan Kamboja Sepakat Berdamai Tanpa Syarat, Perang Perbatasan Resmi Dihentikan.

Putrajaya, Malaysia – Setelah ketegangan selama berminggu-minggu di wilayah perbatasan, akhirnya Thailand dan Kamboja sepakat melakukan gencatan senjata tanpa syarat untuk mengakhiri konflik bersenjata. Kesepakatan damai ini diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, pada Senin, (28/7/2025), di Putrajaya.

Konflik di perbatasan Thailand-Kamboja sempat memanas dan menimbulkan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur di beberapa titik strategis. Namun, melalui pendekatan diplomatik dan mediasi intensif dari Malaysia, kedua negara akhirnya duduk bersama untuk mencari solusi damai.

Pertemuan penting tersebut dihadiri langsung oleh Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Kedua pemimpin bertatap muka secara resmi di kediaman Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, di Putrajaya, ibu kota administratif negara tersebut.

Pertemuan bersejarah ini berlangsung pada Senin, 28 Juli 2025, dan menghasilkan keputusan penting untuk melakukan gencatan senjata segera tanpa syarat. Artinya, tidak ada prasyarat politik atau militer yang diajukan salah satu pihak semua dilakukan demi menghentikan pertumpahan darah dan menjaga stabilitas kawasan.

Kesepakatan damai ini dicapai di Putrajaya, Malaysia, yang menjadi tempat netral dan simbol komitmen Asia Tenggara untuk menjaga perdamaian regional. Anwar Ibrahim memainkan peran penting sebagai tuan rumah dan mediator dalam perundingan tersebut.

Perang di perbatasan bukan hanya berdampak bagi militer kedua negara, tetapi juga terhadap masyarakat sipil yang tinggal di wilayah konflik. Aktivitas ekonomi lumpuh, sekolah ditutup, dan ribuan orang harus mengungsi. Gencatan senjata ini menjadi harapan baru untuk memulai kembali kehidupan yang normal di perbatasan dan mencegah eskalasi lebih lanjut.

Menurut pernyataan resmi dari pemerintah Malaysia, gencatan senjata akan dimulai segera dan disertai dengan pembentukan tim pemantau bersama dari ASEAN guna memastikan kedua belah pihak mematuhi kesepakatan. Proses ini juga akan melibatkan dialog lanjutan mengenai batas wilayah, kerja sama ekonomi lintas negara, dan upaya pembangunan kembali wilayah terdampak.

Dalam konferensi pers usai pertemuan, Anwar Ibrahim menegaskan bahwa stabilitas regional adalah tanggung jawab bersama. “Kita tidak boleh membiarkan konflik kecil berkembang menjadi perang besar. Hari ini, kita semua telah menunjukkan bahwa diplomasi bisa menjadi jalan keluar terbaik dari konflik,” ujarnya.

Sabtu, 26 Juli 2025

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas.

DUNIA - Ketegangan di kawasan perbatasan Thailand-Kamboja kembali pecah menjadi konflik bersenjata yang mematikan. 

Lima prajurit Thailand gugur dalam tugas menjaga kedaulatan tanah air di tengah baku tembak hebat yang terjadi sejak 24 Juli 2025 di sekitar candi bersejarah Prasat Ta Muen Thom dan Prasat Preah Vihear.

Bentrokan Bersenjata Meletus di Kawasan Candi Perbatasan

Situasi genting dimulai ketika pasukan Kamboja melancarkan serangan mendadak ke pos militer Thailand yang dikenal dengan sebutan “Moo Pa” di sekitar Prasat Ta Muen Thom pada Rabu, 24 Juli 2025. 

Lokasi ini berada di garis perbatasan yang selama ini menjadi sengketa antara kedua negara.

Belum cukup sampai di situ, pada pagi harinya (25 Juli), pasukan Kamboja kembali melanjutkan serangan dengan menggunakan senjata berat, menargetkan posisi militer Thailand di sekitar Prasat Preah Vihear. 

Serangan ini disebut sebagai upaya Kamboja untuk merebut wilayah strategis di Bukit 469 yang menjadi titik kunci pertahanan militer Thailand.

Artileri dan roket ditembakkan secara intensif ke arah titik pertahanan Thailand di wilayah Chan Bok dan celah-celah perbukitan lainnya yang merupakan jalur penting dalam operasi militer perbatasan.

Jet Tempur Thailand Dikerahkan untuk Misi Serangan Udara Terbatas

Melihat intensitas serangan yang makin meningkat, Angkatan Udara Thailand segera mengirimkan 4 unit jet tempur F-16 ke area konflik. 

Operasi udara dilakukan dalam dua gelombang untuk menjalankan misi BAI (Battlefield Air Interdiction), yaitu misi serangan terbatas guna memutus pasokan senjata dan menghentikan serangan dari pihak lawan.

Sasaran utama operasi ini adalah kawasan Preah Vihear dan Phu Makuea di Distrik Kantharalak, Provinsi Sisaket—yang menjadi titik-titik vital dalam konflik terbaru ini. 

Operasi udara juga menargetkan peluncur roket BM-21 dan meriam artileri yang digunakan oleh militer Kamboja.

Lima Prajurit Thailand Gugur dalam Tugas Negara

Konflik ini membawa duka mendalam bagi seluruh rakyat Thailand. Lima prajurit muda gugur sebagai pahlawan dalam pertempuran sengit di perbatasan. 

Nama mereka kini dikenang sebagai simbol keberanian dan pengorbanan demi menjaga kedaulatan Thailand.

1. Prajurit Dua Waranchit Yuangsuwan (Nong Max)

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Prajurit Dua Waranchit Yuangsuwan (Nong Max)

Prajurit yang akrab disapa “Nong Max” adalah anggota militer dari Batalyon Infanteri ke-13, bagian dari Komando Militer Daerah 210. Ia gugur saat bertugas di garis depan sekitar Desa Non Wanchai, Kecamatan Sao Thong Chai, Distrik Kantharalak, Provinsi Sisaket.

Nong Max menjadi korban ledakan serpihan peluru artileri saat menjalankan tugas pada sore hari 24 Juli 2025. Ia meninggal dunia saat mempertahankan garis pertahanan negara dari gempuran militer Kamboja.

2. Sersan Mayor Tawatchai Bupha (Toh)

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Sersan Mayor Tawatchai Bupha (Toh)

Keesokan harinya (25 Juli), pasukan Kamboja kembali menggempur pos militer Thailand di lokasi yang dikenal sebagai “Pos Fahlun”. Serangan tersebut menewaskan Sersan Mayor Tawatchai Bupha, tentara dari Unit Artileri Lapangan ke-6 Batalyon 106.

Sekolah menengah tempat ia pernah menimba ilmu, yaitu Sekolah Menengah Nomsaklao Nonthaburi, turut menyampaikan belasungkawa melalui media sosial dan mengenang jasa almarhum sebagai alumnus yang berdedikasi tinggi terhadap tanah air.

3. Sersan Jirayu Sing-on (Nong James)

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Sersan Jirayu Sing-on (Nong James)

Sersan Jirayu baru menikah tiga tahun yang lalu dan dikenal sebagai sosok suami serta anak yang penyayang. Beberapa hari sebelum keberangkatannya ke medan tugas di sekitar Prasat Ta Kuai, ia sempat merayakan ulang tahun ibunya dengan penuh cinta. Namun, takdir berkata lain. Ia gugur dalam serangan saat bertugas menjaga perbatasan.

Sang istri, melalui akun Facebook-nya bernama “Joom Boom”, membagikan foto terakhir mereka berdua dengan caption yang menyentuh hati:
"Aku tahu kamu telah menjalankan tugasmu sebaik mungkin. Aku mencintaimu sepenuh hatiku."
Unggahan tersebut mendapat ribuan dukungan dan doa dari masyarakat Thailand.

4. Sersan Nopadol Boonlert (Nong Ton)

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Sersan Nopadol Boonlert (Nong Ton)

Sersan Nopadol merupakan anggota Kompi Lintas Udara Jarak Jauh ke-6 di bawah Divisi Infanteri ke-6. Ia menjadi salah satu korban gugur dalam pertempuran hebat yang terjadi di sekitar Prasat Ta Kuai.

5. Sersan Krisada Noikot

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Sersan Krisada Noikot

Bersama Sersan Nopadol, Sersan Krisada juga berasal dari satuan elit yang sama. Ia turut menjadi korban gugur dalam pertempuran mempertahankan garis perbatasan dari invasi militer Kamboja.

Satu Prajurit Thailand Luka Serius

Selain lima prajurit yang gugur, satu anggota militer lainnya mengalami luka berat dalam pertempuran tersebut, yaitu Sersan Suttichai Ruearueang. Saat ini, ia sedang dirawat secara intensif oleh tim medis militer.

Rakyat Thailand Berduka: Ucapan Belasungkawa dan Penghormatan Membanjiri Media Sosial

Kepergian lima pahlawan ini disambut dengan kesedihan dan penghormatan mendalam dari seluruh penjuru negeri. 

Di media sosial, ribuan netizen menyampaikan rasa kehilangan, mengirim doa, serta mengekspresikan rasa bangga terhadap para prajurit yang telah mengorbankan nyawa demi bangsa.

Pihak keluarga, rekan sejawat, sekolah asal para prajurit, dan institusi militer Thailand pun memberikan penghormatan dan dukungan moral bagi para keluarga korban. 

Mereka tak hanya kehilangan anggota keluarga, tapi juga kehilangan sosok pahlawan sejati.

Evakuasi Warga Sipil Masih Berlangsung di Sekitar Titik Konflik

Pemerintah daerah dan militer Thailand kini masih terus melanjutkan proses evakuasi terhadap warga sipil yang tinggal di sekitar garis pertempuran. 

Ratusan warga telah dievakuasi ke tempat aman untuk menghindari risiko tembakan artileri dan serangan darat dari pihak lawan.

Kementerian Pertahanan Thailand juga mengimbau seluruh warga di daerah perbatasan untuk tetap waspada, mengikuti perintah evakuasi, dan tidak kembali ke rumah mereka hingga kondisi dinyatakan benar-benar aman.

7 Maskapai Thailand Tambah Kursi Penerbangan untuk Evakuasi Warga dari Kamboja Akibat Konflik Perbatasan

7 Maskapai Thailand Tambah Kursi Penerbangan untuk Evakuasi Warga dari Kamboja Akibat Konflik Perbatasan
7 Maskapai Thailand Tambah Kursi Penerbangan untuk Evakuasi Warga dari Kamboja Akibat Konflik Perbatasan.

Bangkok, 25 Juli 2025 — Situasi panas di perbatasan antara Thailand dan Kamboja mendorong pemerintah Thailand bergerak cepat. Dalam upaya menyelamatkan warganya yang saat ini berada di wilayah Kamboja, Kementerian Transportasi Thailand mengambil langkah cepat dengan menginstruksikan tujuh maskapai penerbangan nasional untuk menambah kapasitas kursi dan bersiaga 24 jam guna mendukung proses evakuasi.

Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Transportasi Thailand, Suriya Jungrungreangkit, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengadakan rapat koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk menyusun strategi evakuasi dan memastikan semua maskapai siap menjalankan tugas kemanusiaan ini.

Langkah Cepat Pemerintah Thailand Hadapi Situasi Darurat

Kondisi yang tidak stabil di kawasan perbatasan membuat banyak warga Thailand di Kamboja merasa tidak aman. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Thailand menunjukkan kesigapan dengan menyusun langkah strategis untuk memastikan proses pemulangan berlangsung cepat, aman, dan terorganisir.

Suriya menginstruksikan Kritchanon Aiyapanya, Asisten Menteri sekaligus juru bicara Kementerian Transportasi, serta Marsekal Muda Manat Chuanaprayun selaku Direktur Jenderal Otoritas Penerbangan Sipil Thailand (CAAT), untuk mengatur pertemuan dengan 7 maskapai nasional Thailand. Koordinasi ini juga melibatkan Kementerian Luar Negeri Thailand untuk mendukung diplomasi dan penanganan langsung di lapangan.

Daftar 7 Maskapai Thailand yang Terlibat dalam Misi Evakuasi

Tujuh maskapai nasional yang siap mendukung proses evakuasi ini adalah:

  1. Thai Airways

  2. Thai AirAsia

  3. Bangkok Airways

  4. Thai VietJet Air

  5. Thai Lion Air

  6. Thai AirAsia X

  7. Nok Air

Dari ketujuh maskapai tersebut, empat di antaranya telah melayani rute reguler Bangkok–Kamboja, antara lain:

  • Thai Airways: 16 penerbangan per minggu, kapasitas 180 penumpang/penerbangan

  • Thai AirAsia: 28 penerbangan per minggu, kapasitas 180 penumpang/penerbangan

  • Bangkok Airways: 40 penerbangan per minggu, kapasitas 70–180 penumpang/penerbangan

  • Thai VietJet Air: 16 penerbangan per minggu, kapasitas 180 penumpang/penerbangan

Sementara itu, tiga maskapai lainnya menyatakan kesiapan penuh untuk membuka rute tambahan atau memperkuat armada, guna mendukung pemulangan warga Thailand dari wilayah Kamboja.

Penerbangan Tambahan Dimulai 25 Juli 2025

Mulai 25 Juli 2025, ketujuh maskapai tersebut akan menambah jumlah kursi dan frekuensi penerbangan dari Kamboja ke Thailand. Ini sebagai langkah konkret pemerintah Thailand untuk memastikan semua warganya bisa kembali dengan selamat dan nyaman, terutama yang berada di zona konflik atau area berisiko.

Selain itu, semua maskapai diminta untuk menyusun rencana tanggap darurat dan protokol keselamatan guna menghadapi segala kemungkinan yang mungkin muncul di lapangan.

Untuk warga Thailand yang ingin kembali ke tanah air, pemerintah mempersilakan untuk menghubungi Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh melalui nomor darurat: +855 77 888 114. Layanan tersebut tersedia 24 jam dan siap memberikan informasi, bantuan logistik, serta koordinasi langsung dengan pihak maskapai.

Pemantauan Ketat oleh Kementerian Transportasi Thailand

Suriya menekankan bahwa seluruh unit kerja di bawah Kementerian Transportasi Thailand kini siaga penuh dan melakukan pemantauan real-time selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk memastikan tidak ada warga Thailand yang terabaikan, serta menjamin proses evakuasi berjalan mulus, aman, dan efisien.

“Keselamatan rakyat Thailand adalah prioritas utama. Kami tidak akan membiarkan satu pun warga kami terjebak dalam situasi berbahaya tanpa bantuan,” tegas Suriya kepada media.

Latar Belakang Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja

Dalam beberapa pekan terakhir, ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat tajam. Beberapa insiden bentrokan militer dilaporkan terjadi di area perbatasan kedua negara, memicu kekhawatiran warga sipil dan menciptakan instabilitas regional. Beberapa infrastruktur di dekat perbatasan juga mengalami kerusakan, dan ada laporan korban luka dari pihak sipil.

Pemerintah Thailand pun mengambil pendekatan diplomatis dengan tetap menjaga hubungan bilateral, sambil tetap memastikan keselamatan warganya menjadi yang utama.

Dampak Ekonomi dan Diplomatik

Konflik ini tidak hanya berpengaruh pada keamanan, tetapi juga berdampak pada sektor ekonomi, pariwisata, dan perdagangan antara Thailand dan Kamboja. Jika ketegangan terus berlanjut, dikhawatirkan akan menurunkan minat investor, membatasi lalu lintas barang, serta memperburuk hubungan dagang yang selama ini cukup erat antara kedua negara.

Karena itu, langkah cepat pemerintah Thailand dalam melakukan evakuasi juga dimaksudkan untuk menekan risiko ekonomi dan menjaga stabilitas hubungan internasional.

Momen ini juga menjadi pengingat penting bagi seluruh warga Thailand yang sedang berada di luar negeri. Penting untuk selalu mendaftarkan diri di kedutaan besar Thailand di negara tempat tinggal, serta menyimpan kontak darurat agar dapat dengan mudah dihubungi saat terjadi keadaan darurat seperti konflik, bencana alam, atau kerusuhan politik.

Pemerintah Thailand Bergerak Cepat, Warga Diharapkan Tenang

Krisis yang terjadi di perbatasan Thailand-Kamboja kini ditangani secara serius oleh pemerintah Thailand. Dengan kerja sama antar kementerian, Otoritas Penerbangan Sipil, dan tujuh maskapai nasional, proses evakuasi kini berjalan dengan lancar.

Bagi warga Thailand di Kamboja, pemerintah mengimbau untuk tetap tenang, waspada, dan mengikuti arahan resmi. Proses pemulangan telah disiapkan secara matang dan dikoordinasikan langsung oleh para pejabat tinggi.

Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja

Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja
Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja.

Chanthaburi, Thailand (25 Juli 2025) — Pemerintah Thailand secara resmi menetapkan status darurat militer di beberapa wilayah penting yang berbatasan langsung dengan Kamboja, termasuk provinsi Chanthaburi dan Trat. Langkah ini diambil sebagai respons atas meningkatnya ketegangan militer dan dugaan adanya agresi bersenjata dari pihak Kamboja di sepanjang garis perbatasan.

Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Komando Pertahanan Perbatasan Chanthaburi-Trat, menyusul laporan situasi keamanan yang kian memanas di perbatasan timur Thailand. Dalam keterangannya, otoritas militer menekankan bahwa keputusan ini merupakan bentuk upaya nyata untuk melindungi kedaulatan negara, menjaga integritas wilayah, serta melindungi keselamatan rakyat Thailand dari ancaman luar negeri.

Ancaman dari Perbatasan Memaksa Thailand Ambil Sikap Tegas

Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja memang bukan hal baru. Namun, dalam beberapa hari terakhir, situasinya semakin memburuk dengan munculnya laporan mengenai penggunaan senjata dan kekuatan militer oleh pihak Kamboja. Dugaan serangan tersebut memicu kekhawatiran besar dari militer Thailand, yang kemudian memutuskan untuk menerapkan status darurat militer demi mengamankan kawasan terdampak.

Langkah ini disebut sebagai upaya preventif dan responsif atas serangkaian insiden yang dikhawatirkan akan mengancam stabilitas nasional. Pihak militer menyatakan bahwa keterlibatan angkatan bersenjata, kepolisian, hingga elemen sipil sangat diperlukan dalam menghadapi potensi konflik bersenjata yang melibatkan kekuatan asing.

Daerah yang Terdampak Status Darurat Militer

Dalam pengumuman resmi militer Thailand, dijelaskan secara rinci wilayah mana saja yang kini berada di bawah status darurat militer. Wilayah tersebut terbagi dalam dua bagian utama:

Bagian 1: Provinsi Chanthaburi

  • Distrik Mueang Chanthaburi

  • Distrik Tha Mai

  • Distrik Makham

  • Distrik Laem Sing

  • Distrik Kaeng Hang Maeo

  • Distrik Na Yai Am

  • Distrik Khao Khitchakut

Bagian 2: Provinsi Trat

  • Distrik Khao Saming

Penerapan status ini berlaku mulai saat diumumkan, tanpa batas waktu yang jelas, dan akan disesuaikan dengan perkembangan situasi keamanan di lapangan.

Dasar Hukum Penerapan Darurat Militer

Pemberlakuan status darurat militer ini merujuk pada kewenangan Konstitusi Kerajaan Thailand Pasal 176 Ayat 2, serta Undang-Undang Darurat Militer Thailand (B.E. 2457). Militer Thailand juga merujuk pada keputusan Dewan Reformasi Demokratis di bawah Monarki Konstitusional, yang sebelumnya pernah menerapkan darurat militer secara nasional pada 19 September 2006.

Seiring dengan waktu, status darurat di berbagai wilayah telah dicabut maupun disesuaikan. Namun, dalam konteks konflik terbaru ini, militer Thailand menganggap penting untuk kembali menggunakan undang-undang darurat militer sebagai bentuk perlindungan terhadap ancaman luar negeri.

Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja
Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja.

Mengapa Wilayah Chanthaburi dan Trat Jadi Fokus Utama?

Letak geografis Chanthaburi dan Trat yang berada tepat di perbatasan langsung dengan wilayah barat Kamboja membuat kedua provinsi ini menjadi titik rawan dalam situasi geopolitik antara kedua negara. Sepanjang sejarah, konflik kecil hingga ketegangan besar seringkali muncul di wilayah ini, baik karena perbedaan interpretasi batas wilayah maupun persoalan militer lainnya.

Wilayah-wilayah ini memiliki posisi strategis dalam mempertahankan garis pertahanan Thailand bagian timur. Dengan infrastruktur militer dan pos penjagaan yang aktif, Chanthaburi dan Trat menjadi ujung tombak Thailand dalam menghadapi kemungkinan ancaman dari luar.

Respons Pemerintah dan Masyarakat

Langkah pengumuman darurat militer ini menuai beragam tanggapan dari masyarakat. Banyak warga yang menyuarakan kekhawatiran atas kemungkinan pecahnya konflik bersenjata, sementara sebagian lainnya menyatakan dukungan atas keputusan pemerintah demi menjaga keselamatan warga sipil.

Pihak militer memastikan bahwa kehidupan masyarakat sipil akan tetap berjalan seperti biasa, namun dengan adanya beberapa penyesuaian seperti pembatasan pergerakan, peningkatan pengawasan keamanan, dan kemungkinan pemeriksaan tambahan di pos-pos militer.

Dukungan dan Koordinasi Nasional

Pemerintah pusat Thailand menyatakan bahwa pihaknya mendukung penuh langkah militer dalam menetapkan status darurat militer di wilayah yang dianggap berisiko. Koordinasi lintas lembaga, termasuk antara Kementerian Pertahanan, Kepolisian Nasional, dan otoritas lokal, telah ditingkatkan guna menjamin pelaksanaan kebijakan berjalan lancar.

Selain itu, pemerintah juga mengimbau warga di wilayah perbatasan untuk tetap tenang, tidak menyebarkan informasi yang belum diverifikasi, serta melaporkan segala aktivitas mencurigakan kepada pihak berwenang.

Potensi Dampak Ekonomi dan Sosial

Meski tujuannya adalah untuk menjaga keamanan nasional, status darurat militer di wilayah perbatasan juga berpotensi berdampak pada kegiatan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat. Kegiatan perdagangan lintas batas, sektor pariwisata lokal, hingga distribusi barang bisa mengalami penurunan akibat ketatnya pengawasan militer.

Namun pihak berwenang berjanji akan melakukan penyesuaian agar aktivitas masyarakat tetap bisa berjalan, meski di bawah pengawasan ketat. Beberapa program bantuan sosial dan penguatan ketahanan pangan juga sedang dipersiapkan untuk mengantisipasi dampak jangka menengah.

Ketegangan Masih Berlanjut, Dialog Diplomatik Diharapkan

Hingga saat ini, belum ada informasi resmi dari pihak Kamboja terkait tuduhan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap wilayah Thailand. Namun banyak pihak berharap agar ketegangan ini tidak berkembang menjadi konflik militer terbuka.

Masyarakat internasional, termasuk ASEAN, diharapkan turut andil dalam memediasi dan meredakan ketegangan antara kedua negara tetangga ini. Dialog diplomatik, penguatan kerja sama lintas batas, serta komitmen terhadap perdamaian kawasan menjadi kunci untuk menyelesaikan permasalahan yang tengah berlangsung.

Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian

Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian
Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian.

DUNIA - Perbatasan Thailand dan Kamboja kembali menjadi sorotan dunia internasional. Pada 25 Juli 2025, konflik militer antara kedua negara memuncak, memaksa ribuan warga sipil Thailand untuk mengungsi demi keselamatan. 

Tentara Kerajaan Thailand dari Wilayah Angkatan Darat ke-2 melaporkan perkembangan terbaru dari garis depan dan menyerukan Kamboja untuk menghentikan tindakan agresif serta kembali ke jalur diplomasi.

Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian
Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian.

Apa yang Sebenarnya Terjadi di Perbatasan Thailand-Kamboja?

Konflik yang terjadi di perbatasan Thailand-Kamboja bukanlah hal baru, namun kali ini eskalasinya lebih serius. Pada Jumat sore, 25 Juli 2025 pukul 16.00 waktu setempat, pihak militer Thailand—melalui Pusat Operasi Wilayah Angkatan Darat ke-2—mengeluarkan pernyataan resmi terkait situasi pertempuran yang berlangsung di berbagai titik perbatasan kedua negara.

Menurut laporan resmi tersebut, Kamboja diduga mencoba menduduki wilayah milik Thailand. Upaya ini bahkan disebut-sebut akan dibawa ke Mahkamah Internasional oleh pihak Kamboja. Namun, militer Thailand mendesak agar Kamboja menghentikan aksi sepihak tersebut dan segera kembali ke meja perundingan untuk menyelesaikan perselisihan secara damai.

Kronologi Ketegangan: Serangan Terjadi Sejak Pagi Hari

Ketegangan meningkat sejak pagi hari, tepatnya pukul 08.30. Menurut laporan, pasukan Kamboja memulai serangan dengan mengerahkan infanteri, tank, dan senjata jarak jauh untuk mendekati dan menyerang posisi militer Thailand. Tujuannya adalah menekan dan memaksa pasukan Thailand mundur.

Beberapa titik yang menjadi pusat pertempuran di antaranya:

  • Sam Tae dan Chong Ta Thao

  • Prasat Ta Muen dan Chong Bok

  • Chong Anma dan Cham Tae

  • Wat Kaeo di daerah Phra Wihan

  • Phu Makhuea

  • Chong Chom dan Prasat Ta Kwai

  • Prasat Ta Muen Thom

Serangan tidak hanya bersifat sepihak. Militer Thailand melakukan perlawanan dengan meluncurkan serangan balasan menggunakan artileri berat dan sistem peluncur roket BM-21. Di beberapa daerah seperti Prasat Ta Kwai dan Prasat Ta Muen Thom, pasukan Thailand bahkan harus mengubah strategi pertahanan karena adanya peningkatan jumlah pasukan musuh yang signifikan.

Evakuasi Massal: Lebih dari 63 Ribu Warga Sipil Mengungsi

Salah satu dampak terbesar dari konflik ini adalah evakuasi besar-besaran warga sipil. Wilayah-wilayah di dekat perbatasan menjadi terlalu berbahaya untuk ditinggali karena rentetan tembakan artileri dan potensi pertempuran lanjutan.

Berikut data jumlah pengungsi berdasarkan provinsi:

  • Provinsi Buriram: 4.813 orang dievakuasi ke lokasi aman

  • Provinsi Surin: 21.646 warga dievakuasi ke 20 titik pengungsian

  • Provinsi Sisaket: 26.511 orang dievakuasi dari 43 titik

  • Provinsi Ubon Ratchathani: 10.476 orang dari 67 titik

Total ada 63.446 warga sipil yang telah dipindahkan dari zona konflik ke tempat penampungan yang lebih aman.

Dampak Langsung di Wilayah Sipil: Rumah Hancur, Warga Ketakutan

Meskipun belum ada laporan korban jiwa hingga saat ini, sejumlah wilayah sipil mengalami kerusakan akibat jatuhnya peluru artileri. Beberapa wilayah yang terdampak antara lain:

  • Tambon Ta Miang, Bak Dai, dan Chik Daek di Distrik Phanom Dong Rak, Surin

  • Tambon Si Wichian di Distrik Nam Yuen, Ubon Ratchathani – 4 rumah rusak

  • Tambon Rung, Mueang, dan Nong Ya Lat di Distrik Kantharalak, Sisaket

Warga di daerah ini mengaku ketakutan dengan dentuman senjata yang terus terdengar sepanjang hari. Banyak dari mereka yang meninggalkan rumah tanpa sempat membawa harta benda.

Peran Relawan dan Dapur Umum: Solidaritas Kemanusiaan di Tengah Konflik

Dalam situasi genting ini, solidaritas masyarakat dan pemerintah setempat menjadi pilar penting. Lebih dari 3.200 relawan dikerahkan ke empat provinsi utama yang terdampak konflik. Para relawan membantu mengevakuasi warga, menyiapkan tempat penampungan, memindahkan barang-barang penting, serta memberikan informasi yang akurat kepada publik.

Selain itu, dapur umum atau “Dapur Kerajaan” didirikan di beberapa lokasi strategis:

  • Buriram: Stadion Chang Arena

  • Surin: Kampus Isan Universitas Teknologi Rajamangala, Universitas Rajabhat Surin, dan Kantor Administratif Kecamatan Chuepleng

  • Sisaket: Sekolah Teknik Kantharalak dan Sekolah Trakat Pracha Samakkhi

  • Ubon Ratchathani: Kantor Distrik Det Udom

Dapur-dapur ini menyediakan makanan gratis, air bersih, serta kebutuhan dasar lainnya bagi para pengungsi.

Pernyataan Resmi Militer Thailand: Kami Tidak Menyerang, Kami Membela

Dalam pernyataannya, Wilayah Angkatan Darat ke-2 menegaskan bahwa pihak Thailand tidak pernah memulai konflik. Mereka menyebut bahwa tindakan militer yang dilakukan adalah bentuk pembelaan atas kedaulatan negara dari invasi Kamboja.

Thailand juga menolak klaim Kamboja bahwa negara gajah putih itu telah melanggar batas wilayah. Mereka menuding Kamboja justru yang berusaha mengambil alih wilayah Thailand secara sepihak dengan mengajukan sengketa ke Mahkamah Internasional.

Pihak militer Thailand menyerukan agar Kamboja menghentikan segala bentuk provokasi dan agresi, serta kembali ke jalur diplomatik sebagai sesama negara ASEAN yang bertetangga.

Situasi di perbatasan Thailand-Kamboja masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Namun, harapan tetap ada. Pemerintah dan masyarakat internasional mendorong agar kedua negara menahan diri dan menyelesaikan sengketa secara damai melalui forum regional seperti ASEAN atau jalur diplomatik bilateral.

Keamanan kawasan Asia Tenggara sangat bergantung pada stabilitas kedua negara ini. Jika konflik ini tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin akan berdampak pada ekonomi, perdagangan lintas batas, hingga hubungan politik di kawasan.

Menlu Thailand Sampaikan di PBB: Kamboja Langgar Kedaulatan dan Serang Warga Sipil Termasuk Rumah Sakit

Menlu Thailand Sampaikan di PBB: Kamboja Langgar Kedaulatan dan Serang Warga Sipil Termasuk Rumah Sakit
Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sengyampong.

New York, 25 Juli 2025 — Situasi memanas di kawasan Asia Tenggara antara Thailand dan Kamboja kini semakin menyita perhatian dunia internasional. Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sengyampong, yang saat ini sedang berada di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, menyampaikan bahwa Thailand telah menjadi korban serangan terlebih dahulu oleh pihak Kamboja. Pernyataan tersebut disampaikan dalam forum tingkat tinggi PBB yang tengah berlangsung.

Maris, yang memimpin delegasi Thailand dalam Forum Politik Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Berkelanjutan 2025 (High-Level Political Forum on Sustainable Development / HLPF 2025), menegaskan bahwa negaranya tidak memulai konflik. Justru sebaliknya, Thailand diserang terlebih dahulu dan wilayah kedaulatannya dilanggar secara terang-terangan oleh militer Kamboja. Lebih memprihatinkan lagi, serangan itu menyasar wilayah sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas umum yang digunakan warga Thailand.

Latar Belakang Kehadiran Menlu Thailand di Markas PBB

Forum HLPF 2025 merupakan salah satu agenda tahunan penting di lingkungan PBB yang bertujuan mengevaluasi dan mempercepat pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) menuju tahun 2030. Delegasi Thailand, yang dipimpin oleh Menteri Maris, hadir dalam forum tersebut sejak Senin, 21 Juli 2025.

Namun, kehadiran Maris di forum internasional ini bukan hanya dalam kapasitas membahas pembangunan berkelanjutan. Konflik bersenjata yang baru saja pecah di perbatasan antara Thailand dan Kamboja menempatkan posisi Thailand di tengah sorotan dunia. Maris memanfaatkan momentum ini untuk memberikan klarifikasi langsung kepada anggota PBB mengenai situasi sebenarnya di lapangan.

Thailand Tegaskan Tidak Memulai Serangan

Menurut juru bicara pemerintah Thailand, Jirayu Huangsap, yang menyampaikan informasi resmi kepada publik pada Rabu (24 Juli 2025), pemerintah Thailand akan melakukan komunikasi strategis dengan berbagai pihak di dalam dan luar negeri. Ia menyatakan bahwa Maris dijadwalkan akan mengadakan video konferensi dengan pihak-pihak terkait di dalam negeri pada pukul 18.00 WIB.

Pertemuan itu bertujuan untuk membahas skenario evakuasi warga Thailand yang berada di wilayah Kamboja, terutama para pekerja dan investor asal Thailand. Selain itu, Maris juga akan menyampaikan rencana komunikasi diplomatik yang akan dibawa ke forum PBB, dengan fokus utama menjelaskan bahwa militer Kamboja telah melakukan pelanggaran terhadap hukum internasional.

Serangan Menyasar Wilayah Sipil dan Melanggar Hukum Internasional

Dalam laporan resmi yang disampaikan Jirayu, disebutkan bahwa terdapat bukti nyata yang menunjukkan militer Kamboja menargetkan wilayah sipil. Serangan yang terjadi pada pagi hari itu mengarah ke rumah sakit dan fasilitas umum lainnya. Aksi tersebut bukan hanya melanggar kedaulatan Thailand, tetapi juga mencederai prinsip-prinsip kemanusiaan yang dijunjung dalam konvensi internasional.

Pemerintah Thailand kini tengah menyusun dokumen pendukung dan bukti-bukti untuk diserahkan kepada Dewan Keamanan PBB serta forum-forum HAM internasional guna mengusut lebih lanjut pelanggaran tersebut.

Diplomasi Aktif Thailand di Tengah Ketegangan Regional

Kehadiran Maris di forum PBB kali ini menjadi sangat strategis. Selain memperkuat posisi Thailand dalam diplomasi multilateral, pemerintah juga berharap komunitas internasional dapat memahami secara objektif posisi Thailand dalam konflik yang tengah berlangsung.

Thailand menyatakan tetap berkomitmen pada perdamaian, namun tidak akan tinggal diam jika kedaulatan negaranya dilanggar secara brutal. Langkah diplomasi ini juga sejalan dengan arahan Perdana Menteri Thailand yang meminta semua kementerian dan lembaga untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan, termasuk evakuasi besar-besaran jika situasi di perbatasan memburuk.

Respons Dunia Internasional Dinantikan

Sejauh ini, berbagai negara anggota PBB mulai menyoroti perkembangan konflik di Asia Tenggara tersebut. Beberapa negara menyatakan keprihatinan mendalam dan menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri serta segera membuka jalur dialog.

Namun, dengan adanya laporan pelanggaran hukum perang dan serangan ke area sipil, tekanan internasional tampaknya mulai mengarah kepada pemerintah Kamboja agar memberikan penjelasan dan menghentikan segala bentuk agresi terhadap Thailand.

Evakuasi Warga Thailand di Kamboja Jadi Prioritas

Salah satu poin penting dalam pembahasan internal pemerintah Thailand adalah perlindungan terhadap warga negara yang berada di Kamboja. Data sementara mencatat bahwa terdapat ribuan warga Thailand yang tinggal atau bekerja di negara tetangga tersebut, termasuk dalam sektor investasi dan pariwisata.

Langkah-langkah evakuasi darurat tengah dipersiapkan dengan melibatkan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, serta Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh. Pemerintah juga menghimbau warga Thailand yang berada di Kamboja untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera melapor ke kantor perwakilan jika membutuhkan bantuan.

Pesan Thailand untuk Dunia: Hormati Hukum Internasional dan Kemanusiaan

Di tengah ancaman eskalasi konflik yang lebih luas, Thailand terus mengedepankan pendekatan damai dan mengingatkan pentingnya menjaga prinsip-prinsip hukum internasional. Serangan ke wilayah sipil seperti rumah sakit tidak hanya melanggar hukum perang, tetapi juga mencoreng nilai-nilai dasar kemanusiaan yang dijaga oleh komunitas global.

Thailand menyerukan agar seluruh anggota PBB mengambil sikap tegas terhadap segala bentuk pelanggaran tersebut dan turut mendukung upaya de-eskalasi melalui jalur diplomatik.

Jumat, 25 Juli 2025

Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi

Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi
Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi.

DUNIA - Thailand dan Kamboja kembali memanas. Bentrokan berdarah di perbatasan kedua negara menewaskan sedikitnya 12 orang pada Kamis, 24 Juli 2025. Ketegangan yang sudah berlangsung lebih dari satu abad kini memasuki babak baru yang lebih serius.

Simak penjelasan lengkap mengenai mengapa konflik ini terjadi, apa yang dipertaruhkan, dan ke mana arah konflik Thailand-Kamboja selanjutnya.

1. Apa yang Terjadi?

Pada Kamis (24/07), tentara Thailand dan Kamboja terlibat dalam bentrokan di wilayah perbatasan yang disengketakan. Menurut otoritas Thailand, sedikitnya 12 orang tewas dalam insiden ini. Peristiwa ini menandai salah satu eskalasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara.

Thailand langsung menutup perbatasan dan melakukan evakuasi terhadap warganya. Kamboja pun memutuskan hubungan diplomatik sambil menuduh Thailand menggunakan “kekuatan berlebihan”.

2. Di Mana Lokasi Bentrokan?

Bentrokan terjadi di kawasan perbatasan antara Provinsi Buriram, Thailand, dan wilayah timur laut Kamboja. Daerah ini memang sejak lama menjadi titik panas karena klaim wilayah yang tumpang tindih, terutama di sekitar Kuil Preah Vihear yang kaya sejarah.

3. Mengapa Thailand dan Kamboja Bertempur?

Konflik ini berakar dari sengketa perbatasan yang telah berlangsung sejak era kolonial. Setelah penjajahan Prancis di Kamboja, batas wilayah yang ditetapkan menjadi sumber perdebatan hingga hari ini.

Pada 2008, Kamboja mencoba mendaftarkan Kuil Preah Vihear sebagai situs warisan dunia UNESCO, yang memicu ketegangan dengan Thailand. Sejak itu, bentrokan bersenjata kerap terjadi secara sporadis.

Bentrokan terbaru diduga dipicu oleh insiden pada Mei lalu, saat seorang tentara Kamboja tewas dalam pertempuran kecil. Sejak saat itu, hubungan bilateral kedua negara mencapai titik terendah dalam satu dekade.

4. Siapa yang Terlibat dan Bagaimana Respons Kedua Negara?

  • Thailand memperkuat militer di sepanjang perbatasan dan mengevakuasi warga di zona konflik.

  • Kamboja menghentikan impor dari Thailand, termasuk buah-buahan, sayur, listrik, dan layanan internet.

Perdana Menteri Thailand sementara, Phumtham Wechayachai, menyatakan bahwa situasi ini “sangat sensitif” dan harus ditangani sesuai hukum internasional.

Sementara itu, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyebut negaranya “tidak punya pilihan selain merespons agresi dengan kekuatan bersenjata”.

5. Bagaimana Sejarah Hubungan Thailand-Kamboja?

Konflik ini bukan hal baru. Dalam 70 tahun terakhir, tercatat beberapa momen penting ketegangan:

  • 1958 & 1961: Kamboja memutus hubungan diplomatik akibat sengketa kuil.

  • 2003: Thailand evakuasi warganya setelah kerusuhan anti-Thailand di Phnom Penh.

  • 2008 & 2011: Bentrokan militer pecah di sekitar Kuil Preah Vihear.

  • 2009: Thailand turunkan hubungan diplomatik karena Kamboja mendukung Thaksin Shinawatra.

6. Apa yang Mungkin Terjadi Selanjutnya?

Meski tensi tinggi, banyak pengamat meyakini bahwa konflik ini tidak akan berkembang menjadi perang besar-besaran. Namun, ada beberapa faktor yang membuat situasi semakin rumit:

  • Kamboja dipimpin oleh Hun Manet, yang belum sepenuhnya memiliki otoritas seperti ayahnya, Hun Sen.

  • Thailand dipimpin koalisi yang lemah, dan Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra kini dalam posisi terancam setelah diskors Mahkamah Konstitusi, menyusul bocornya percakapan pribadi oleh Hun Sen.

Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi
Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi.

Dengan dua pemimpin yang belum sepenuhnya stabil, risiko kesalahpahaman dan eskalasi tetap tinggi. Namun, ada juga ruang untuk dialog diplomatik dan mediasi internasional jika keduanya memilih jalur damai.

Konflik Thailand-Kamboja adalah konflik kompleks yang diwarnai sejarah panjang, ego politik, dan nasionalisme. Saat ini, kedua negara berada di persimpangan jalan: melanjutkan konfrontasi atau menempuh penyelesaian damai.

Masyarakat internasional dan negara-negara ASEAN diharapkan ikut mendorong dialog, bukan konflik. Karena pada akhirnya, rakyat sipil di perbatasanlah yang paling merasakan dampaknya.

Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur

Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur
Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur.

DUNIA - Kamboja kembali memanaskan ketegangan di kawasan Asia Tenggara. Pada Kamis, 24 Juli 2025, tentara Kamboja dilaporkan melancarkan serangan ke wilayah militer Thailand yang berada di area perbatasan. Insiden ini menandai babak baru dalam konflik panjang antara kedua negara.

Serangan militer ini dilaporkan terjadi setelah ketegangan diplomatik meningkat tajam sehari sebelumnya. Pada Rabu malam, 23 Juli, Pemerintah Thailand mengusir Duta Besar Kamboja dan menarik pulang seluruh diplomatnya dari wilayah Nomf. Langkah ini diambil sebagai respons atas tuduhan bahwa Kamboja telah menanam ranjau di wilayah perbatasan, yang mengakibatkan lima anggota patroli militer Thailand terluka.

Kapan Serangan Terjadi?

Menurut informasi dari pihak militer Thailand, konflik fisik dimulai pada Kamis pagi sekitar pukul 03.35 waktu setempat. Saat itu, pasukan Thailand yang berjaga di kompleks Kuil Tamwen mendeteksi keberadaan drone milik militer Kamboja.

Enam prajurit Kamboja bersenjata lengkap, termasuk pembawa granat, terlihat mendekat ke pagar perbatasan Pos Thailand. Pihak militer Thailand mengaku telah memberikan peringatan secara verbal kepada mereka. Namun, peringatan itu diabaikan sehingga bentrokan tak terelakkan.

Sebagai bentuk balasan, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk melakukan serangan udara terhadap posisi pasukan Kamboja.

Mengapa Ketegangan Ini Bisa Terjadi?

Sumber utama konflik ini berasal dari sengketa wilayah yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Kedua negara berselisih paham soal klaim atas kawasan yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, sebuah daerah strategis yang kaya akan situs cagar budaya berupa kompleks candi kuno.

Masalah ini kembali memanas setelah Thailand menuduh Kamboja melakukan pelanggaran batas wilayah dengan memasang ranjau darat secara ilegal. Tindakan tersebut dianggap provokatif dan membahayakan stabilitas kawasan.

Di Mana Lokasi Konflik Terjadi?

Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur
Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur.

Wilayah yang terdampak konflik berada di sekitar Provinsi Bhante Menki, tepatnya dekat kota berkembang pesat bernama Madia Poipet, yang berbatasan langsung dengan Thailand. Lokasinya yang strategis membuat wilayah ini menjadi titik rawan sengketa antar dua negara.

Hingga saat artikel ini ditulis, belum ada laporan resmi terkait jumlah korban jiwa dari kedua belah pihak. Namun ketegangan terus meningkat dengan adanya pengerahan pasukan tambahan di sepanjang perbatasan. Pemerintah Thailand telah memperketat pengamanan di seluruh pos perbatasan dan menyerukan agar masyarakat tetap tenang namun waspada.

Sementara itu, pihak internasional, termasuk ASEAN dan PBB, mulai menyerukan gencatan senjata dan dialog terbuka antara kedua negara untuk mencegah konflik berskala lebih luas.

Ketegangan Memuncak! Thailand dan Kamboja Terlibat Bentrokan Bersenjata di Perbatasan

Ketegangan Memuncak! Thailand dan Kamboja Terlibat Bentrokan Bersenjata di Perbatasan
Cambodian soldiers near Preah Vihear Temple in Cambodia's Preah Vihear province, bordering Thailand, in 2012 [File: Mak Remissa/EPA]

DUNIA - Thailand dan Kamboja kembali terlibat konflik bersenjata di wilayah perbatasan yang disengketakan. 

Insiden ini terjadi pada Kamis, 24 Juli 2025, dan langsung memicu kekhawatiran dunia internasional akan potensi eskalasi konflik yang lebih besar di kawasan Asia Tenggara.

Bentrokan dimulai pada Kamis pagi, saat pasukan Kamboja dilaporkan melepaskan tembakan ke arah pangkalan militer Thailand yang berada dekat Kuil Tamuentom. 

Kawasan ini memang menjadi sengketa lama antara Provinsi Surin (Thailand) dan ODAR Meanchey (Kamboja).

Sebagai balasan, militer Thailand langsung mengerahkan jet tempur F-16 dan meluncurkan serangan udara ke beberapa target militer Kamboja. 

Pihak Thailand mengklaim berhasil menghancurkan dua unit pendukung militer Kamboja dalam serangan tersebut.

Insiden ini terjadi hanya sehari setelah seorang tentara Thailand kehilangan kaki akibat ledakan ranjau darat di kawasan yang sama. 

Serangkaian peristiwa ini membuat hubungan antara kedua negara memburuk drastis, bahkan menyentuh titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam insiden bentrokan ini, sedikitnya dua tentara Thailand terluka, sementara tiga warga sipil ikut menjadi korban setelah pasukan Kamboja diduga menembakkan senjata ke wilayah sipil di Distrik Kapoeng. 

Dua rumah sakit di Provinsi Surin bahkan mulai mengevakuasi pasien sebagai bentuk antisipasi akan kemungkinan korban tambahan.

Letnan Jenderal Mali Suceta, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, menyatakan bahwa serangan mereka adalah tindakan balasan terhadap serangan mendadak dari pihak Thailand. 

Sementara itu, Perdana Menteri Hun Manet secara tegas menyebut bahwa Thailand telah menyerang posisi militer Kamboja di dua provinsi, dan menyebut negaranya tidak punya pilihan lain selain membalas agresi bersenjata tersebut. 

Ia tetap menyerukan agar warga Kamboja tetap tenang di tengah situasi memanas ini.

Sebagai langkah tegas, Thailand langsung menurunkan hubungan diplomatiknya dengan Kamboja. 

Pemerintah Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh, sekaligus mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok. 

Langkah ini menunjukkan bahwa krisis ini tidak hanya berdampak di lapangan militer, tetapi juga menyentuh ranah politik dan hubungan bilateral kedua negara.

Belum ada tanda-tanda meredanya konflik ini. Meski belum ada pernyataan resmi dari komunitas internasional, banyak pihak berharap kedua negara bisa segera menahan diri dan menyelesaikan perselisihan melalui jalur diplomatik. 

Namun, dengan kondisi saat ini, situasi masih sangat dinamis dan berpotensi memburuk jika tidak ditangani secara hati-hati.

Minggu, 20 Juli 2025

Ledakan Konflik di Suwayda Suriah, Perang Antarkelompok dan Serangan Udara Picu Tragedi Besar, 400 orang dilaporkan Tewas dalam Bentrokan Berdarah yang Masih Berlangsung

Ledakan Konflik di Suwayda Suriah, Perang Antarkelompok dan Serangan Udara Picu Tragedi Besar, 400 orang dilaporkan Tewas dalam Bentrokan Berdarah yang Masih Berlangsung
Ledakan Konflik di Suwayda Suriah, Perang Antarkelompok dan Serangan Udara Picu Tragedi Besar, 400 orang dilaporkan Tewas dalam Bentrokan Berdarah yang Masih Berlangsung.

Kota Suwayda di Suriah Selatan lagi-lagi jadi sorotan dunia. Bukan karena berita baik, tapi karena konflik berdarah yang merenggut banyak nyawa. Sampai hari ini, lebih dari 400 orang dilaporkan tewas akibat bentrokan brutal yang belum juga berhenti, meskipun katanya sudah ada gencatan senjata.

Tragedi Kemanusiaan di Suwayda Suriah Ratusan Orang Tewas dan Konflik Masih Terus Berlanjut

Info ini disampaikan sama Denyuara tanggal 19 Juli. Salah satu sumbernya adalah Omar Obeid, dokter yang kerja di rumah sakit pemerintah Suwayda. Kata dia, kondisi di sana udah benar-benar darurat. Kamar jenazah penuh total dan bahkan ada mayat yang dibiarkan tergeletak di jalan-jalan. Gak kebayang seberapa parah situasinya.

Tiga Kubu Saling Serang

Konflik di Suwayda ini bukan cuma antara dua pihak, tapi tiga kubu utama yang saling serang:

  • Pendukung Syekh Hikmat Alhijri, tokoh agama berpengaruh di wilayah itu

  • Pasukan pemerintah Suriah yang ingin ambil alih kontrol

  • Kelompok suku Badui yang juga punya kekuatan militer lokal

Kerusuhan mulai meledak dari hari Minggu. Di tengah-tengah kekacauan itu, muncul juga serangan udara dari militer Israel yang ngaku mendukung kelompok etnis Druse. Jadi bisa dibayangin, medan perang makin rumit karena banyak pihak yang terlibat.

Jumlah Korban Bisa Lebih Besar

Menurut Syrian Network for Human Rights (SNHR), data korban masih terus berubah karena kondisi di lapangan yang kacau. Mereka bilang, jumlah korban yang dilaporkan sekarang masih belum final. Tim kemanusiaan masih kerja keras buat identifikasi jenazah dan cari tahu siapa aja yang bertanggung jawab atas tragedi ini.

Bahkan, ada laporan lain yang nyebut angka kematian bisa tembus 600 orang. Ini bisa jadi salah satu tragedi paling mematikan yang pernah terjadi di Suriah dalam beberapa tahun terakhir.

Dunia Harus Buka Mata

Dengan kondisi kayak gini, makin banyak yang minta dunia internasional turun tangan. Akses ke makanan, listrik, dan layanan medis di Suwayda  udah makin terbatas. Rumah sakit penuh, warga ketakutan, dan bantuan dari luar belum banyak yang nyampe.

Tragedi yang terjadi di Suwayda nunjukin bahwa konflik di Suriah belum bener-bener selesai. Gencatan senjata yang diumumkan ternyata gak cukup buat hentikan kekerasan. Ratusan nyawa melayang dan ribuan orang lainnya hidup dalam ketakutan.

Ini bukan sekadar konflik politik, tapi krisis kemanusiaan. Dunia gak boleh tutup mata. Harus ada aksi nyata buat selamatin nyawa dan hentikan penderitaan warga sipil yang gak berdosa.

Jumat, 18 Juli 2025

Kaki Bengkak dan Memar di Tangan, Kondisi Kesehatan Donald Trump Jadi Sorotan: Dokter Pastikan Tak Serius

Kaki Bengkak dan Memar di Tangan, Kondisi Kesehatan Donald Trump Jadi Sorotan: Dokter Pastikan Tak Serius
Kaki Bengkak dan Memar di Tangan, Kondisi Kesehatan Donald Trump Jadi Sorotan: Dokter Pastikan Tak Serius.

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini menjadi pusat perhatian publik setelah terlihat dengan pergelangan kaki yang membengkak dan memar di tangan. 

Hal ini memicu kekhawatiran banyak pihak tentang kondisi kesehatannya. 

Namun, Gedung Putih akhirnya buka suara dan memastikan bahwa kondisi yang dialami Trump bukanlah hal yang serius.

Menurut keterangan resmi yang disampaikan pada Rabu, 17 Juli, Trump yang kini berusia 79 tahun telah menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan setelah mengeluhkan pembengkakan di kakinya. 

Hasilnya, ia didiagnosis mengalami insufisiensi vena kronis—sebuah gangguan sirkulasi darah yang sebenarnya cukup umum terjadi, terutama pada orang yang berusia di atas 70 tahun.

Kaki Bengkak dan Memar di Tangan, Kondisi Kesehatan Donald Trump Jadi Sorotan: Dokter Pastikan Tak Serius
Kaki Bengkak dan Memar di Tangan, Kondisi Kesehatan Donald Trump Jadi Sorotan: Dokter Pastikan Tak Serius.

Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menjelaskan bahwa Trump telah melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk USG vena kaki dan tes vaskular lainnya. 

Hasilnya menunjukkan bahwa ada masalah ringan dengan aliran balik darah dari kaki ke jantung. 

Kabar baiknya, tidak ditemukan tanda-tanda penyakit berbahaya seperti penggumpalan darah dalam (DVT), gangguan pada arteri, gagal jantung, penyakit ginjal, maupun gangguan sistemik lainnya.

Dokter kepresidenan Sean Barbabella pun memperkuat pernyataan tersebut. 

Ia merilis memo kepada media, menyatakan bahwa hasil pemeriksaan Presiden Trump tergolong normal, dan secara keseluruhan kondisi kesehatannya dinyatakan baik. 

Bahkan, Barbabella menegaskan bahwa Trump masih sangat layak untuk menjalankan tugas sebagai Presiden.

Kabar tentang kondisi fisik Trump mulai ramai dibicarakan sejak dirinya terlihat mengenakan sepatu longgar saat menghadiri laga final Piala Dunia Antarklub FIFA di New Jersey pada 13 Juli. 

Beberapa hari kemudian, saat menjamu Putra Mahkota Bahrain, media juga menangkap foto tangan Trump yang tampak memar.

Menanggapi hal itu, Leavitt menjelaskan bahwa memar tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kebiasaan berjabat tangan yang intens, ditambah konsumsi aspirin jangka panjang yang dikonsumsi Trump sebagai pencegahan terhadap penyakit jantung. 

Aspirin memang dikenal bisa membuat kulit lebih mudah memar karena pengaruhnya terhadap pembekuan darah. 

Untungnya, memar tersebut tidak disertai rasa sakit atau gejala mengganggu lainnya.

Gedung Putih dengan sengaja mempublikasikan kondisi Trump untuk menghindari spekulasi liar yang beredar. 

Mereka ingin menegaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari segi medis. 

Meski insufisiensi vena kronis memang harus dipantau agar tidak menimbulkan komplikasi, namun ini bukan penyakit yang membahayakan jiwa.

Sebagai informasi tambahan, saat Trump dilantik kembali sebagai Presiden Amerika Serikat pada Januari tahun ini, ia telah menginjak usia 78 tahun dan 7 bulan, menjadikannya presiden tertua yang pernah menjabat dalam sejarah negara tersebut.

Jadi, meskipun ada gejala fisik seperti kaki bengkak atau memar di tangan, kondisi ini masih dalam kategori ringan dan cukup umum terjadi seiring bertambahnya usia. 

Trump sendiri dikabarkan tetap menjalankan aktivitas hariannya tanpa keluhan berarti.

Nekat Parkir di Trotoar Saat Hujan Deras, Pengemudi Mobil Pribadi Cuek Bahayakan Nyawa Pejalan Kaki!

Nekat Parkir di Trotoar Saat Hujan Deras, Pengemudi Mobil Pribadi Cuek Bahayakan Nyawa Pejalan Kaki!
Nekat Parkir di Trotoar Saat Hujan Deras, Pengemudi Mobil Pribadi Cuek Bahayakan Nyawa Pejalan Kaki!

JAKARTA - Beberapa hari terakhir, media sosial ramai memperbincangkan sebuah video yang bikin emosi seorang sopir mobil pribadi dengan santainya memarkir kendaraannya secara miring di atas trotoar saat hujan deras, demi menghindari basah saat menurunkan barang. 

Yang bikin geram, aksi ini membuat para pejalan kaki terpaksa turun ke jalan raya yang basah dan licin, mempertaruhkan keselamatan mereka di tengah lalu lintas yang padat.

Kejadian ini terekam pada tanggal 10 bulan ini, ketika sisa badai tropis “Danas” melanda wilayah pesisir selatan Tiongkok dan bagian utara Laut Cina Selatan, termasuk Hong Kong. 

Cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang dan petir membuat kondisi jalan sangat berbahaya. 

Namun, bukannya lebih berhati-hati, si pengemudi malah dengan seenaknya memanfaatkan trotoar sebagai tempat parkir dadakan. 

Ia membuka pintu bagasi belakang dan menurunkan barang satu per satu, seolah tidak peduli bahwa tindakannya memblokir jalur pejalan kaki sepenuhnya.

Padahal, dalam hukum yang berlaku di Hong Kong, yaitu Pasal 9 dari Peraturan Lalu Lintas Jalan (Parkir), Bab 374C, siapa pun yang memarkir kendaraan dengan cara yang membahayakan pengguna jalan lain bisa dikenakan denda sebesar HK$2.000 atau sekitar Rp4 juta

Jadi, jelas bahwa tindakan ini bukan hanya tidak etis, tapi juga melanggar hukum.

Lebih dari sekadar pelanggaran, perilaku seperti ini bisa memicu efek domino yang disebut “broken window effect”, di mana satu pelanggaran kecil bisa memicu pelanggaran lain karena dianggap “biasa saja”. 

Kalau dibiarkan, bukan tidak mungkin trotoar akan berubah fungsi menjadi lahan parkir liar. 

Ini jelas mengancam keselamatan dan kenyamanan publik, terutama bagi pejalan kaki yang sudah punya ruang terbatas di kota besar.

Saatnya aparat penegak hukum turun tangan. Penindakan tegas perlu dilakukan agar aksi seperti ini tidak jadi kebiasaan. 

Trotoar dibuat untuk pejalan kaki, bukan sebagai tempat parkir darurat saat hujan. Kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga keselamatan dan ketertiban di jalan, apalagi dalam kondisi cuaca ekstrem.

Terhalang Aturan Usang, Pasien Katarak di Hong Kong Frustrasi: Kenapa Surat Rujukan dari Ahli Tak Diakui?

Terhalang Aturan Usang, Pasien Katarak di Hong Kong Frustrasi: Kenapa Surat Rujukan dari Ahli Tak Diakui?
Terhalang Aturan Usang, Pasien Katarak di Hong Kong Frustrasi: Kenapa Surat Rujukan dari Ahli Tak Diakui?

JAKARTA - Bayangkan kamu sudah menjalani pemeriksaan mata oleh seorang ahli optometri yang terlatih, dan hasilnya menyatakan bahwa kamu menderita katarak. 

Tapi ketika kamu ingin menjalani pengobatan lanjutan di rumah sakit pemerintah, surat rujukan dari ahli tersebut malah ditolak. 

Inilah yang dialami oleh seorang warga Hong Kong, sebut saja Pak Chan, yang mengaku kecewa dan bingung dengan sistem kesehatan yang terasa makin rumit.

Di Hong Kong, kekurangan tenaga medis sudah menjadi masalah lama. Untuk bisa mendapatkan perawatan spesialis di rumah sakit negeri, pasien harus membawa surat rujukan dari dokter medis yang ditandatangani dalam tiga bulan terakhir. 

Masalahnya, meskipun Pak Chan sudah diperiksa oleh seorang optometris profesional yang terdaftar, surat tersebut tetap tidak diterima oleh rumah sakit. 

Ia harus kembali mencari dokter pribadi hanya untuk mendapatkan surat rujukan tambahan. 

Ini tidak hanya membuang waktu dan biaya, tapi juga membuat khawatir karena penyakit matanya bisa saja makin parah dalam masa tunggu yang bisa mencapai lebih dari satu tahun.

Padahal, para optometris di Hong Kong telah menjalani pendidikan formal selama lima tahun dan memiliki keterampilan tinggi untuk melakukan skrining dan mengenali berbagai gangguan mata, termasuk katarak dan glaukoma. 

Namun, karena definisi profesi optometris dalam hukum medis Hong Kong belum diperbarui selama 40 tahun, peran mereka dalam sistem kesehatan sangat terbatas. 

Mereka dianggap hanya “tukang kacamata”, padahal kenyataannya jauh lebih dari itu.

Ketua Asosiasi Optometris Hong Kong, Chan Man Bun, menjelaskan bahwa waktu belajar mengenai kacamata hanya sebagian kecil dari total masa studi. 

Sebagian besar waktu kuliah justru difokuskan pada ilmu pengobatan mata, penggunaan obat, hingga manajemen klinis. 

Di negara seperti Australia, optometris memiliki wewenang untuk langsung merujuk pasien ke dokter spesialis mata. 

Hal ini menciptakan sistem yang lebih efisien dan cepat dalam penanganan kasus-kasus mata yang serius.

Pemerintah Hong Kong sebenarnya pernah ditanya soal kemungkinan mengadopsi sistem “nurse practitioner” seperti di Amerika, di mana perawat senior diberi wewenang tambahan untuk membantu tugas dokter. 

Sayangnya, pemerintah saat itu menolak gagasan tersebut dengan alasan takut mengganggu distribusi tenaga medis, dan bukannya mendorong reformasi, justru terkesan menunda-nunda perubahan.

Padahal, dengan keterlibatan lebih aktif dari para tenaga kesehatan non-dokter seperti optometris, fisioterapis, dan terapis okupasi, beban rumah sakit bisa dibagi dan pelayanan kepada masyarakat bisa jadi lebih cepat. 

Anggota legislatif Hong Kong, Lam So Wai, juga menegaskan bahwa kita perlu mempercayakan lebih banyak tanggung jawab kepada profesi-profesi ini. 

Misalnya, dalam program pengelolaan penyakit kronis, sudah terbukti bahwa kehadiran optometris di pusat kesehatan masyarakat bisa sangat membantu dalam mendeteksi dini komplikasi mata pada pasien diabetes.

Waktunya Hong Kong memperbarui cara pandangnya terhadap tenaga medis di luar profesi dokter. 

Memberikan wewenang yang tepat kepada optometris untuk melakukan rujukan bukan hanya soal efisiensi, tapi juga soal keadilan bagi pasien yang butuh penanganan cepat dan tepat. 

Karena dalam dunia kesehatan, menunggu terlalu lama bisa berarti kehilangan kesempatan untuk sembuh.

Heboh! Mahasiswa Hukum HKU Bikin Foto Tak Pantas Pakai AI, Batal Ikut Program Luar Negeri, Kasus Masih Diusut!

Heboh! Mahasiswa Hukum HKU Bikin Foto Tak Pantas Pakai AI, Batal Ikut Program Luar Negeri – Kasus Masih Diusut!
Heboh! Mahasiswa Hukum HKU Bikin Foto Tak Pantas Pakai AI, Batal Ikut Program Luar Negeri, Kasus Masih Diusut!.

JAKARTA - Seorang mahasiswa jurusan hukum dari Universitas Hong Kong (HKU) tengah jadi sorotan setelah diduga membuat foto-foto tak senonoh menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Kasus ini kini tengah diselidiki oleh Kantor Komisaris Privasi setempat. 

Pihak universitas pun akhirnya buka suara pada Rabu malam (17 Juli), menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah menyatakan penyesalannya dan secara sukarela membatalkan keikutsertaannya dalam program pertukaran pelajar internasional yang semestinya berlangsung selama satu tahun ke depan.

Menurut keterangan resmi, pihak kampus telah menerima laporan dari mahasiswa yang merasa dirugikan dan langsung menghubungkan mereka dengan Unit Kesetaraan Kesempatan kampus. 

Dalam beberapa waktu terakhir, pihak universitas juga kembali berkomunikasi dengan mahasiswa pelaku, yang kemudian menyampaikan rasa penyesalan mendalam atas tindakannya.

Universitas Hong Kong menegaskan bahwa mereka akan terus bekerja sama dengan otoritas hukum untuk menyelidiki lebih jauh. 

Jika ditemukan bukti tambahan atau perkembangan signifikan, mereka tak segan mengambil tindakan lebih lanjut.

Dalam pernyataan resminya, HKU kembali menegaskan bahwa mereka punya komitmen nol toleransi terhadap segala bentuk diskriminasi, pelecehan, atau perilaku tidak pantas. 

Kasus seperti ini akan ditangani dengan penuh keseriusan tanpa kompromi.

Saat menerima laporan dugaan pelanggaran tersebut, universitas segera melakukan penyelidikan internal berdasarkan informasi yang ada saat itu. 

Mahasiswa yang dilaporkan telah menerima surat peringatan resmi dari kampus dan juga telah meminta maaf secara langsung kepada korban.

Namun, pihak kampus menekankan bahwa surat peringatan dan permintaan maaf itu bukan berarti kasusnya telah ditutup. 

Proses penanganan masih terus berjalan, dan keputusan akhir akan ditentukan setelah semua fakta terungkap sepenuhnya.

Rabu, 16 Juli 2025

Keajaiban Juliane Koepcke: Gadis 17 Tahun yang Selamat Sendirian di Hutan Amazon Setelah Kecelakaan Pesawat

Keajaiban Juliane Koepcke: Gadis 17 Tahun yang Selamat Sendirian di Hutan Amazon Setelah Kecelakaan Pesawat
Keajaiban Juliane Koepcke: Gadis 17 Tahun yang Selamat Sendirian di Hutan Amazon Setelah Kecelakaan Pesawat.

JAKARTA – Pernah mendengar kisah luar biasa Juliane Koepcke? Ia adalah gadis berusia 17 tahun yang menjadi satu-satunya orang selamat dari kecelakaan pesawat LANSA Penerbangan 508 yang jatuh di tengah hutan hujan Amazon, Peru, pada tahun 1971. 

Pesawat itu tersambar petir dan membawa 92 penumpang serta kru. 

Tak ada yang menyangka bahwa Juliane akan keluar hidup-hidup dari tragedi mengerikan itu.

Meski tubuhnya penuh luka, Juliane tak menyerah. Sendirian di hutan belantara yang penuh bahaya, ia bertahan hidup selama 11 hari.

Ia berjalan menyusuri sungai, meminum air hujan, dan berjuang melawan rasa sakit serta ketakutan hingga akhirnya ditemukan oleh penduduk lokal.

Kisahnya yang luar biasa ini menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. 

Ceritanya diangkat ke dalam film dokumenter dan buku, seperti Wings of Hope dan Miracles Still Happen

Juliane menjadi simbol harapan dan ketangguhan manusia dalam menghadapi maut.

Keajaiban Juliane Koepcke: Gadis 17 Tahun yang Selamat Sendirian di Hutan Amazon Setelah Kecelakaan Pesawat
Keajaiban Juliane Koepcke: Gadis 17 Tahun yang Selamat Sendirian di Hutan Amazon Setelah Kecelakaan Pesawat.

Setelah selamat dan pulih, Juliane melanjutkan hidupnya dengan penuh semangat. 

Ia menekuni bidang zoologi dan menjadi ahli dalam studi mamalia, khususnya kelelawar. 

Bahkan, ia kembali ke Amazon bukan sebagai korban, melainkan sebagai ilmuwan yang berdedikasi untuk penelitian dan pelestarian alam.

Kisah Juliane Koepcke bukan hanya tentang keberuntungan, tetapi juga tentang kekuatan tekad, keberanian, dan harapan yang tak pernah padam.

Selasa, 15 Juli 2025

Pria Australia Ditangkap Setelah Nekat Hancurkan Kotak Batu Keramat Skotlandia di Museum Perth

Pria Australia Ditangkap Setelah Nekat Hancurkan Kotak Batu Keramat Skotlandia di Museum Perth
Batu Takdir digunakan dalam upacara penobatan raja-raja Skotlandia abad pertengahan. Batu ini dicuri oleh Raja Inggris, Edward I, pada abad ke-13 dan baru dikembalikan ke Skotlandia pada tahun 1996. Jane Barlow/AP

London -- Ada-ada aja kelakuan orang zaman sekarang. Seorang pria asal Australia bikin heboh di Skotlandia gara-gara aksinya yang nggak masuk akal. 

Bayangin aja, dia nekat nyerang kotak kaca yang nyimpen Stone of Destiny, batu keramat yang punya nilai sejarah tinggi banget buat warga Skotlandia. 

Kejadian ini terjadi di Perth Museum dan langsung bikin geger satu museum.

Pelaku bernama Arnaud Harixcalde Logan, umur 35 tahun, dan diketahui tinggal di Sydney. 

Dia udah resmi dikenai tuduhan atas tindakan "malicious mischief" yang kalau diartiin gampangnya itu semacam aksi vandalisme. 

Logan dibawa ke pengadilan di Perth dan belum sempat kasih pembelaan. Hakim langsung mutusin buat nahan dia sampai sidang lanjutan minggu depan.

Kejadiannya sendiri berlangsung hari Sabtu. Polisi dapet laporan ada gangguan di Perth Museum, dan ternyata ada seorang pria yang pakai kilt baju khas Skotlandia lagi coba-coba hancurin kotak kaca tempat Stone of Destiny disimpan.

Buat yang belum tahu, batu ini bukan batu biasa. Beratnya sekitar 150 kilogram dan punya nama lain Stone of Scone

Dulu banget, batu ini dipakai buat acara penobatan raja-raja Skotlandia di Scone Abbey. 

Tapi di abad ke-13, Raja Edward I dari Inggris nyolong batu ini dan ngebawa ke London. 

Sejak itu, batu ini dipasang di bawah kursi penobatan kerajaan Inggris dan terus dipakai sampai sekarang.

Selama ratusan tahun, keberadaan batu ini di London bikin banyak warga Skotlandia kesel.

Bahkan tahun 1950, empat mahasiswa dari Glasgow pernah nekat nyolong balik batu ini dari Westminster Abbey. 

Tapi akhirnya dikembalikan juga pas mau penobatan Ratu Elizabeth II tahun 1953.

Batu ini akhirnya dipulangin ke Skotlandia pada tahun 1996, pas 700 tahun setelah pertama kali dicuri. 

Batu itu dipajang di Kastil Edinburgh dengan perjanjian kalau suatu saat nanti bakal dikirim lagi ke Inggris kalau ada penobatan raja baru. 

Makanya, waktu Raja Charles III naik takhta tahun 2023, batu ini diam-diam dibawa ke London dengan pengamanan super ketat.

Nah, baru tahun lalu batu ini pindah ke Perth Museum yang baru direnovasi. Museum ini udah klaim kalau mereka punya sistem keamanan 24 jam buat jaga batu tersebut. 

Tapi tetap aja, kejadian kayak kemarin nunjukin kalau benda sejarah kayak gini tetap butuh pengamanan ekstra.

Untungnya, walaupun kotak kacanya rusak, Stone of Destiny-nya sendiri nggak kenapa-kenapa. Pihak pengelola museum bilang batunya aman dan nggak ada kerusakan sedikit pun.

Rabu, 09 Juli 2025

Fakta Penting Seputar Banjir Mematikan di Texas dan Upaya Pencarian Korban yang Masih Berlangsung

Fakta Penting Seputar Banjir Mematikan di Texas dan Upaya Pencarian Korban yang Masih Berlangsung
Unit pencarian dan penyelamatan mendayung di sepanjang Sungai Guadalupe pada hari Senin di Hunt, Texas. Hujan deras menyebabkan banjir bandang yang parah di sepanjang Sungai Guadalupe di Texas bagian tengah. Foto oleh Brandon Bell/Getty Images

Texas, Amerika Serikat -- Lebih dari 100 orang dinyatakan meninggal dunia akibat banjir bandang yang melanda wilayah tengah Texas, Amerika Serikat, akhir pekan lalu. Peristiwa tragis ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan besar, terutama di daerah Kerr County yang menjadi titik terparah.

Pemerintah setempat bersama tim federal masih terus melakukan pencarian dan penyelamatan korban yang hingga kini belum ditemukan. Dalam kondisi yang sangat sulit, mereka menghadapi rintangan berupa puing-puing yang menumpuk, cuaca panas ekstrem, ular berbisa, dan hujan yang masih terus turun.

Berikut ini adalah empat hal penting yang perlu kamu ketahui tentang banjir mematikan di Texas dan bagaimana upaya penyelamatan terus dilakukan.

Korban Jiwa Terus Bertambah, dan Jumlahnya Diperkirakan Masih Akan Naik

Hingga Senin sore waktu setempat, jumlah korban jiwa di Kerr County telah mencapai 84 orang. Dari total tersebut, 56 di antaranya adalah orang dewasa, dan 28 adalah anak-anak. Angka ini kemungkinan besar masih akan bertambah seiring dengan proses pencarian yang masih terus berlangsung.

Salah satu lokasi yang paling terdampak adalah Camp Mystic, sebuah perkemahan musim panas khusus perempuan yang berlokasi di pinggir Sungai Guadalupe, sekitar 30 kilometer dari kota Kerrville. Camp Mystic sendiri melaporkan bahwa mereka kehilangan 27 orang yang terdiri dari peserta dan pembina perkemahan. Bahkan, direktur kamp juga dilaporkan telah meninggal dunia.

Hingga Senin malam, masih ada 10 peserta dan 1 pembina yang belum ditemukan. Perkemahan ini diketahui sedang menampung sekitar 750 peserta saat banjir melanda.

Sungai Guadalupe Meluap Sangat Cepat, Menyapu Apa Saja di Sekitarnya

Banjir bandang ini dipicu oleh luapan ekstrem Sungai Guadalupe, yang naik lebih dari 8 meter hanya dalam waktu kurang dari satu jam pada Jumat dini hari. Air yang begitu deras langsung menghantam rumah-rumah di dataran rendah, kendaraan, pepohonan, dan bahkan menyapu sebagian besar fasilitas Camp Mystic.

Kondisi ini membuat banyak orang tidak punya cukup waktu untuk menyelamatkan diri. Pemerintah dan masyarakat setempat mempertanyakan mengapa peringatan dini tidak dilakukan lebih cepat, mengingat perubahan ketinggian air terjadi begitu drastis.

Upaya Pencarian Terkendala Banyak Halangan Alam

Proses pencarian korban tidak semudah yang dibayangkan. Tim penyelamat harus menghadapi berbagai tantangan di lapangan, termasuk tumpukan puing, cuaca panas ekstrem, ular berbisa, dan curah hujan yang belum mereda.

Badan Cuaca Nasional AS (National Weather Service) juga mengeluarkan peringatan banjir tambahan yang berlaku hingga Senin malam waktu setempat di bagian selatan Texas, termasuk Kerrville yang menjadi pusat bencana.

Gubernur Texas, Greg Abbott, menyampaikan bahwa pihaknya akan mencari setiap orang yang mungkin masih berada di dasar sungai, terutama anak-anak dari Camp Mystic dan warga lain yang kemungkinan besar belum tercatat sebagai korban hilang.

“Banyak dari mereka yang berkemah di dekat sungai, termasuk yang tinggal di RV (mobil rumah) dan tenda,” kata Abbott. “Ada orang-orang yang masih hilang namun belum masuk dalam daftar resmi karena identitas mereka belum diketahui.”

Pemerintah Federal Turun Tangan, Bantuan Darurat Disalurkan

Presiden Amerika Serikat saat ini, Donald Trump, telah menandatangani deklarasi bencana nasional pada hari Minggu sebagai bentuk dukungan untuk penanganan banjir mematikan ini. Dengan penandatanganan ini, bantuan federal resmi disalurkan untuk mempercepat proses evakuasi dan pemulihan.

Trump juga berencana untuk mengunjungi wilayah terdampak dalam waktu dekat guna meninjau langsung kerusakan dan bertemu dengan keluarga korban.

Sementara itu, Dalton Rice, Manajer Kota Kerrville, mengatakan bahwa salah satu kendala besar dalam pendataan korban hilang adalah maraknya laporan palsu dari prank caller dan penipu yang menghubungi hotline resmi untuk membuat laporan orang hilang palsu.

“Jumlah korban hilang yang sebenarnya kemungkinan besar lebih banyak dari yang kami miliki saat ini,” kata Rice. “Kami masih terus memverifikasi data karena banyak laporan yang ternyata tidak valid.”

Pemerintah daerah pun mengimbau warga untuk tidak nekat menerobos jalanan yang terendam dan segera melapor jika ada anggota keluarga atau kerabat yang belum diketahui keberadaannya setelah bencana banjir terjadi.

Upaya Pencarian dan Penyelamatan Masih Berlangsung: Lebih dari 850 Orang Berhasil Diselamatkan di Texas

Upaya Pencarian dan Penyelamatan Masih Berlangsung: Lebih dari 850 Orang Berhasil Diselamatkan di Texas
Puing-puing terlihat di Sungai Guadalupe di Kerrville, Texas, pada hari Minggu. Jorge Salgado/Anadolu via Getty Images

Hingga saat ini, upaya pencarian dan penyelamatan terus dilakukan secara intensif di wilayah Texas setelah banjir besar yang melanda kawasan tersebut pada akhir pekan lalu. Para pejabat setempat menyatakan bahwa lebih dari 850 orang telah berhasil diselamatkan sejak bencana terjadi.

Bencana banjir ini tidak hanya menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur, tetapi juga memicu evakuasi massal dan pencarian korban yang masih terjebak di daerah terdampak. Tim penyelamat dari berbagai instansi baik lokal maupun nasional turun langsung ke lokasi untuk membantu operasi ini.

Lebih dari 400 Petugas Gabungan Terlibat dalam Operasi Penyelamatan

Menurut laporan resmi dari otoritas Kerr County, lebih dari 400 petugas tanggap darurat dari lebih dari 20 lembaga berbeda ikut ambil bagian dalam operasi ini. Mereka terdiri dari tim penyelamat lokal, negara bagian, hingga lembaga federal. Operasi ini mencakup berbagai metode penyelamatan darat, udara, dan air.

"Ini adalah respons penuh dari seluruh unsur penanganan bencana, baik di tingkat lokal, negara bagian, hingga nasional," ujar seorang pejabat di Kerrville. Ia menambahkan bahwa tim udara, tim air, anjing pelacak (K9), serta unit-unit khusus lainnya telah dikerahkan untuk menjangkau wilayah-wilayah sulit dan mencari para korban yang masih belum ditemukan.

Fase Pencarian Utama Masih Berlangsung

Manajer Kota Kerrville, Rice, menyampaikan pada Senin pagi bahwa operasi pencarian dan penyelamatan masih berada dalam tahap awal atau primary search phase. Ini berarti fokus utama tim adalah menyisir seluruh wilayah terdampak untuk memastikan tidak ada korban yang terlewatkan.

Menurut Rice, operasi ini melibatkan sekitar 19 tim penyelamat gabungan dari tingkat lokal dan nasional. Wilayah pencarian membentang luas, dari daerah Hunt hingga ke Comal County — mencakup jarak lebih dari 96 kilometer. Medan yang sulit dan cuaca yang terus-menerus hujan menjadi tantangan utama dalam proses evakuasi.

“Proses penyelamatan ini bergerak lambat karena banyak area yang sulit dijangkau, dan hujan membuat akses menjadi lebih rumit,” jelas Rice. Meskipun demikian, tim penyelamat tidak menyerah dan terus bekerja tanpa henti.

Mengapa Banjir Ini Begitu Parah?

Banjir bandang yang melanda wilayah Texas ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat. Tanah yang tidak mampu menyerap air dengan cepat menyebabkan aliran air deras dan merendam berbagai wilayah perumahan serta jalan utama.

Kerr County menjadi salah satu wilayah yang terdampak paling parah, terutama karena kontur tanahnya yang berbukit-bukit dan berbatu, membuat aliran air sulit dikendalikan. Selain itu, banyak sungai dan anak sungai di wilayah ini meluap secara tiba-tiba akibat hujan ekstrem.

Peran Teknologi dan Koordinasi Tim Penyelamat

Dalam upaya penyelamatan ini, berbagai teknologi canggih juga dimanfaatkan, mulai dari drone pencari panas, GPS pelacak tim, hingga alat komunikasi darurat yang memungkinkan koordinasi lintas tim secara real-time.

Selain itu, masyarakat juga dilibatkan secara aktif melalui laporan situasi di lapangan. Banyak warga yang melaporkan keberadaan anggota keluarga atau tetangga yang hilang, yang kemudian menjadi data penting dalam proses pencarian.

Bantuan Kemanusiaan dan Dukungan Logistik

Sejumlah organisasi kemanusiaan seperti Palang Merah Amerika, organisasi nirlaba, dan komunitas lokal turut memberikan bantuan logistik dan dukungan moral bagi korban banjir. Bantuan yang diberikan meliputi makanan, air bersih, pakaian, tempat pengungsian sementara, serta dukungan medis.

Donasi dalam berbagai bentuk juga mengalir dari seluruh penjuru Amerika Serikat, bahkan dari luar negeri. Jika dikonversi ke dalam mata uang rupiah, nilai bantuan yang terkumpul sudah mencapai miliaran rupiah menunjukkan solidaritas yang luar biasa dari masyarakat dunia.

Pesan kepada Warga: Tetap Waspada dan Ikuti Instruksi Resmi

Pemerintah setempat mengimbau kepada seluruh warga untuk tidak nekat kembali ke rumah sebelum ada izin resmi dari otoritas berwenang. Banyak wilayah yang masih berbahaya, terutama yang terletak dekat sungai atau memiliki tanah yang belum stabil.

Bagi warga yang masih berada di lokasi yang belum terjangkau, disarankan untuk menyalakan alat komunikasi, menggunakan sinyal darurat, atau menunjukkan tanda-tanda bantuan dari lokasi aman agar tim penyelamat dapat mendeteksi keberadaan mereka lebih cepat.

Banjir Bandang Texas Picu Saling Tuduh Antara Pejabat Federal dan Lokal: Siapa yang Bertanggung Jawab?

Banjir Bandang Texas Picu Saling Tuduh Antara Pejabat Federal dan Lokal: Siapa yang Bertanggung Jawab
Puing-puing menumpuk di pintu masuk Camp Mystic pada hari Senin di Hunt, Texas. Hujan deras menyebabkan banjir bandang parah di sepanjang Sungai Guadalupe di Texas bagian tengah, menyebabkan sedikitnya 85 orang dilaporkan tewas.Foto oleh Brandon Bell/Getty Images

Bencana banjir bandang yang melanda wilayah Texas, Amerika Serikat, pada Jumat lalu memicu banyak pertanyaan publik tentang siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas kurangnya kesiapsiagaan. Wilayah yang dijuluki “Flash Flood Alley” ini memang dikenal rawan banjir, namun bencana kali ini dianggap sebagai salah satu yang paling parah dalam 100 tahun terakhir. Kini, sorotan tertuju pada para pejabat lokal maupun federal apakah mereka sudah melakukan langkah yang tepat untuk mencegah jatuhnya korban?

Kapan Seharusnya Evakuasi Dilakukan?

Salah satu hal yang paling banyak dipertanyakan adalah keputusan soal kapan evakuasi seharusnya dilakukan, terutama terhadap perkemahan musim panas yang banyak diikuti anak-anak. Rice, salah satu pejabat setempat, mengatakan bahwa mengambil keputusan untuk evakuasi bukanlah perkara mudah.

“Kondisi bisa berubah dengan sangat cepat ketika badai datang. Kalau kita evakuasi terlalu telat, bisa jadi justru berbahaya karena anak-anak dibawa lewat jalan rendah yang rawan banjir,” ujar Rice.

Ia juga menambahkan bahwa pihak berwenang berusaha menghindari kepanikan yang tidak perlu. "Kami tidak ingin terus-terusan memberi alarm palsu," katanya. Namun tetap saja, publik merasa bahwa ada langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan lebih awal.

Komunikasi Jadi Sorotan

Pertanyaan lain yang muncul adalah seputar kualitas komunikasi saat darurat, termasuk apakah sinyal seluler dan radio cukup kuat untuk menyampaikan informasi darurat kepada warga. Dalam banyak kasus, informasi soal peringatan banjir baru muncul di media sosial aparat kepolisian Kerrville dan sheriff Kerr County setelah pukul 6 pagi, padahal peringatan banjir sudah mulai dikeluarkan jauh sebelumnya.

Siapa yang Tidak Memberi Peringatan?

Beberapa pejabat lokal di Texas menyalahkan National Weather Service (NWS) karena dianggap tidak memberi peringatan cukup awal dan cukup jelas soal potensi bahaya. Namun tuduhan itu langsung dibantah oleh pihak NWS.

Menurut kronologi yang dirilis oleh NPR (National Public Radio), Badan Manajemen Darurat Texas (Texas Division of Emergency Management) sudah mulai mengaktifkan sumber daya darurat sejak hari Rabu, dua hari sebelum banjir terjadi. Pada Kamis, badan tersebut juga mengunggah informasi penting di media sosial dan memperingatkan pejabat lokal tentang potensi banjir.

Secara terpisah, kantor NWS wilayah Austin/San Antonio mengeluarkan peringatan banjir pada beberapa wilayah pada hari Kamis, dan ditingkatkan menjadi peringatan darurat banjir pada Jumat dini hari. Bahkan, pada pukul 4:06 pagi, NWS menyebutkan bahwa sedang terjadi peristiwa “banjir bandang sangat berbahaya.”

Lantas, mengapa masyarakat baru tahu setelah pagi hari?

Prediksi Cuaca Itu Rumit

Para ahli cuaca mengatakan bahwa memprediksi cuaca ekstrem sangat sulit. Sistem cuaca yang kompleks bisa berubah arah atau intensitas dalam waktu singkat, sehingga menyampaikan informasi kepada masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri.

Selain itu, ada dugaan bahwa efisiensi kerja NWS menurun akibat pemangkasan tenaga kerja federal di masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Sekitar 600 pegawai NWS sempat diberhentikan awal tahun ini, meskipun sebagian dari mereka akhirnya dipekerjakan kembali setelah muncul kritik dari publik.

Namun, tuduhan ini juga segera ditepis oleh berbagai pejabat.

Respons dari Pemerintah dan Politikus

Mantan Presiden Donald Trump menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa bencana ini adalah peristiwa langka yang sangat menyedihkan.

“Ini adalah bencana 100 tahun sekali, sangat mengerikan untuk disaksikan,” ujarnya pada Minggu.

Senator dari Texas, Ted Cruz, juga membela pemerintah federal dengan menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa pemangkasan tenaga kerja NWS berdampak pada kualitas peringatan bencana.

“Tidak ada bukti bahwa pengurangan staf berpengaruh terhadap kemampuan NWS untuk memberi peringatan,” kata Cruz saat berada di Kerrville bersama pejabat setempat.

Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, juga memberikan pernyataan tegas. Ia menyebut tuduhan kepada Presiden Trump sebagai "kebohongan keji" yang tidak membantu di masa krisis nasional.

“Menuduh Presiden Trump atas banjir ini adalah kebohongan jahat, tidak ada manfaatnya di saat duka nasional seperti ini,” tegas Leavitt.

Ia menambahkan bahwa kantor lokal NWS di Texas tetap beroperasi penuh dan dalam kondisi staf lengkap selama bencana berlangsung.

Trump Akan Kunjungi Texas Akhir Pekan Ini, Warga Dunia Ramai-Ramai Kirim Donasi untuk Korban Banjir

Trump Akan Kunjungi Texas Akhir Pekan Ini, Warga Dunia Ramai-Ramai Kirim Donasi untuk Korban Banjir
Gereja Baptis Hunt di Texas menawarkan air, makanan, dan pakaian gratis kepada siapa pun yang membutuhkan. Foto oleh Jim Vondruska/Getty Images

Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencananya untuk mengunjungi wilayah Texas yang baru saja dilanda banjir besar. Dalam pernyataan kepada wartawan pada Minggu lalu, Trump mengatakan bahwa ia kemungkinan akan datang pada hari Jumat, untuk menunjukkan dukungan langsung kepada warga yang terdampak bencana.

"Saya seharusnya bisa datang hari ini, tapi kami hanya akan mengganggu aktivitas penyelamatan mereka," ujar Trump.

Banjir Parah di Texas: Warga Kehilangan Tempat Tinggal dan Akses Dasar

Bencana banjir yang melanda wilayah Kerr County, Texas, dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan kerusakan besar. Banyak warga kehilangan rumah, kendaraan, dan akses ke kebutuhan pokok seperti listrik dan air bersih.

Kawasan ini memang dikenal sebagai "Flash Flood Alley", atau jalur banjir kilat, karena sering kali mengalami banjir tiba-tiba akibat kondisi geografis dan cuaca ekstrem.

Lebih dari 850 orang berhasil diselamatkan sejauh ini, berkat kerja keras lebih dari 400 petugas tanggap darurat dari 20 lebih lembaga bantuan. Namun, para pejabat setempat mengatakan proses pemulihan akan memakan waktu lama.

Dukungan Mengalir dari Seluruh Dunia: Donasi dan Relawan Terus Berdatangan

Meski tengah dilanda kesulitan, semangat solidaritas masyarakat internasional tampak sangat kuat. Rep. Joaquin Castro dari Partai Demokrat yang mewakili Texas menyampaikan bahwa ia sangat tersentuh oleh dukungan luar biasa yang datang dari berbagai penjuru dunia.

“Sangat menyentuh melihat Kerr County mendapat begitu banyak dukungan dari seluruh dunia, baik melalui donasi dana maupun pendaftaran relawan,” kata Castro saat diwawancarai oleh Morning Edition pada hari Senin.

Ia menambahkan bahwa proses pemulihan akan panjang, dan komunitas lokal membutuhkan dukungan yang konsisten dalam beberapa bulan ke depan.

Bagaimana Masyarakat Bisa Membantu?

Jika Anda ingin membantu para korban banjir di Kerr County, Anda bisa menyalurkan donasi melalui berbagai organisasi kemanusiaan internasional yang sudah membuka akses bantuan.

Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:

  • Donasi uang: Banyak organisasi menyediakan pilihan donasi online, dan beberapa menerima donasi mulai dari Rp50.000 saja.

  • Relawan virtual: Beberapa lembaga membuka peluang bagi orang-orang di luar negeri untuk membantu secara daring, seperti mengelola data, kampanye media sosial, atau penggalangan dana.

  • Donasi barang: Walau pengiriman barang dari luar negeri cukup kompleks, organisasi lokal lebih menyarankan donasi berupa uang tunai agar lebih efektif dan efisien.

Trump Diharapkan Bawa Perhatian Nasional ke Wilayah Terdampak

Kunjungan Trump ke Texas diperkirakan akan menarik perhatian besar dari media nasional dan internasional. Banyak yang berharap kehadirannya bisa mendorong lebih banyak bantuan, baik dari pemerintah maupun sektor swasta.

Beberapa analis juga menilai bahwa langkah ini adalah bagian dari strategi Trump menjelang pemilu mendatang, karena ia mencoba menampilkan dirinya sebagai figur yang peduli terhadap masyarakat.

Namun terlepas dari motif politik, banyak warga yang menyambut baik rencana kunjungan ini karena dapat membawa spotlight penting ke wilayah yang saat ini sedang berjuang untuk bangkit.

Menurut data terakhir, kerugian ekonomi akibat banjir ini telah mencapai puluhan juta dolar, atau setara dengan ratusan miliar rupiah. Infrastruktur jalan, sekolah, fasilitas umum, dan rumah warga mengalami kerusakan parah.

Pemerintah daerah dan organisasi sosial memperkirakan bahwa proses pembangunan kembali bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan hingga satu tahun. Oleh karena itu, dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan.

Editor: Yakop | Reporter: Yakop