Salahsatu Kota Kecil di Itali Berhasil Menghentikan Sementara Infeksi COVID-19 | Borneotribun.com -->

Jumat, 20 Maret 2020

Salahsatu Kota Kecil di Itali Berhasil Menghentikan Sementara Infeksi COVID-19

BORNEO TRIBUN --- Saat negara lain meningkatkan infeksi virus corona, sebuah kota kecil di Italia telah mampu menghentikan penyebaran COVID-19 selama beberapa waktu.


Sebuah kota kecil di Italia utara telah melaporkan bahwa pihaknya kini berhasil menghentikan sementara infeksi COVID-19 berkat salah satu percobaan yang dianggap berhasil.


Dikutip Borneotribun dari laman News Sky, kota yang dimaksud itu bernama Vo, yang berlokasi di dekat Venesia dan termasuk dari sebelas kota yang memiliki angka kasus virus corona tertinggi di Italia.


Sementara itu, pemerintah Kota Vo memang langsung melakukan uji coba pandemi virus tersebut saat pertama kali terjadi di Eropa.


Percobaan juga melibatkan pengujian menyeluruh terhadap seluruh populasi kota, yaitu sebanyak 3.300 orang mengikuti karantina.


Ditambah, pengawasan cukup ketat bagi mereka yang telah positif terinfeksi agar tak melakukan kontak langsung maupun tidak langsung antar sesama.


Terdapat pula pernyataan yang dilaporkan secara langsung oleh Wali Kota Vo, Giuliano Martini beberapa waktu lalu.


Bahwa mereka belum mendapatkan kasus baru sejak Jumat, 13 Maret 2020 lalu. Sehingga menjadi salah satu bukti bahwa percobaan berhasil.


"Pengujian sangat penting, hal tersebut telah menyelamatkan banyak nyawa," ujar Giuliano Martini.


Di samping itu, seorang ahli infeksi di Imperial College London, Prof. Andrea Crisanti, yang juga terlibat dalam upaya daerah Vo untuk memerangi virus corona membuka suara.


Ia mengatakan bahwa pengujian yang dilakukan di laboratorium setempat dilakukan secara terus menerus terhadap seluruh populasi.


Apa yang dilakukan tersebut juga bertujuan agar membuat perbedaan yang berarti khususnya untuk membantu proses penyembuhan pasien COVID-19.


Meski sempat beberapa kali gagal, namun pada akhirnya pengujian membuat efek yang signifikan bahwa tidak adanya korban baru seperti yang telah disebutkan di atas.


"Dalam Vo Euganeo (laboratorium di Vo) kami menguji semua penduduk, bahkan mereka yang tidak menunjukkan gejala. Semua warga dikarantina agar tak dapat menularkan penyakit," ujar Prof. Andrea Crisanti.


Sementara itu, ia menambahkan bahwa pada pengujian kedua tepatnya penurunan dan hasil baik dari pengujian mulai terlihat.


"Pada pengujian kedua yang dilakukan, kami mencatat penurunan 90 persen dalam tingkat kasus yang positif.


"Dan dari semua yang positif dalam pengujian kedua, delapan orang tak menunjukkan gejala," tambahnya.


Profesor Crisanti memperingatkan pula bahwa untuk setiap pasien yang menunjukkan gejala COVID-19 tak semuanya akan positif terjangkit.


Sebab sepuluh diantaranya yang menunjukan gejala pada akhirnya dinyatakan tak terpapar virus corona sehingga dapat kembali ke rumah.


"Jelas bahwa anda tidak dapat menguji semua orang di Italia. Tetapi anda dapat menguji orang-orang yang dekat dengan mereka yang tidak menunjukkan gejala.


"Kita harus menggunakan kasus tanpa gejala sebagai bel alarm untuk memperlebar tindakan kita agar semakin tepat," ujar Prof. Andrea Crisanti.


Selain itu, Italia sejauh ini telah melaporkan bahwa ada lebih dari 2.500 kematian akibat COVID-19. Juga, hampir 28.000 kasus terkonfirmasi positif virus tersebut.


Jumlah yang juga dianggap lebih tinggi dari apa yang telah dilaporkan oleh Tiongkok pada puncak wabah.


Dengan begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga meminta untuk minggu ini semua negara meningkatkan program pengujian sebagai cara terbaik untuk memperlambat kemajuan pandemi.


"Kami memiliki pesan sederhana untuk semua negara...Uji, uji uji. Semua negara harus bisa menguji semua kasus yang dicurigai.


"Mereka tidak bisa melawan pandemi ini dengan mata tertutup," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.


Di Inggris, terdapat sebuah dokumen baru yang diterbitkan oleh Tim Tanggap COVID-19 di Imperial College London, berisi mengenai saran untuk pemerintah dalam merespon virus mematikan itu.


Mereka memperingatkan ancaman kesehatan masyarakat saat ini termasuk yang paling serius sejak Flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1918.


Juga, menyarankan Inggris untuk mengadopsi penanggulangan pandemi Flu Spanyol tersebut untuk periode 18 bulan atau lebih dibanding mitigasi, yang berarti pula sebagai upaya pengurangan penyakit.(red)

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar