Ayam Brazilian Masuk Jakarta, Pedagang dan Konsumen Mulai Beralih | Borneotribun.com

Kamis, 31 Juli 2025

Ayam Brazilian Masuk Jakarta, Pedagang dan Konsumen Mulai Beralih

Ayam Brazilian Masuk Jakarta, Pedagang dan Konsumen Mulai Beralih. (Gambar ilustrasi)
Ayam Brazilian Masuk Jakarta, Pedagang dan Konsumen Mulai Beralih. (Gambar ilustrasi)

Jakarta – Ayam Brazilian, atau daging ayam beku asal Brasil, kini makin banyak beredar di pasar Indonesia.

Produk ini menjadi perbincangan karena harganya yang jauh lebih murah dibanding ayam lokal. 

Tak hanya menyasar konsumen rumah tangga, ayam Brazilian juga diminati pelaku usaha kuliner seperti katering dan restoran cepat saji.

Ayam Brazilian merupakan produk unggas beku yang diekspor dari Brasil, negara yang dikenal sebagai salah satu pengekspor ayam terbesar di dunia. 

Produk ini dikemas dalam bentuk potongan seperti paha, dada, dan sayap, lalu dibekukan dalam suhu tertentu untuk menjaga kesegarannya selama pengiriman. 

Keunggulan utama ayam Brazilian terletak pada harganya yang bisa 30 hingga 40 persen lebih murah dibandingkan ayam lokal.

Murahnya ayam Brazilian bukan tanpa alasan. Brasil memiliki sistem peternakan unggas modern dengan skala produksi besar. 

Mereka memproduksi jutaan ayam setiap hari dengan proses yang efisien dan cepat. 

Pemerintah Brasil juga memberi dukungan berupa subsidi yang membuat biaya produksi dan distribusi makin ringan. 

Sistem logistik dan pengolahan daging di negara tersebut juga sudah tersertifikasi standar internasional, membuat ayam Brazilian menjadi komoditas ekspor andalan.

Di Indonesia, ayam Brazilian yang masuk ke pasar harus melalui pengawasan ketat dari Badan Karantina Pertanian dan harus memenuhi syarat kelayakan pangan sesuai standar nasional maupun internasional seperti HACCP dan ISO. 

Produk ini juga dikirim melalui sistem rantai dingin (cold chain) yang menjaga suhu di bawah -18 derajat Celcius, sehingga mencegah pertumbuhan bakteri dan menjaga kualitas daging selama perjalanan.

Soal kehalalan, sejumlah produsen ayam Brazilian telah memperoleh sertifikat halal dari lembaga internasional seperti CDIAL Halal dan FAMBRAS. 

Namun masyarakat tetap diimbau untuk memastikan bahwa label halal tersebut diakui oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). 

Pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa ayam Brazilian hanya boleh masuk ke pasar domestik apabila telah memenuhi ketentuan halal dan keamanan pangan yang berlaku.

Di sisi rasa dan tekstur, ayam Brazilian cenderung lebih lembut dan juicy, karena berasal dari ayam broiler berusia pendek. 

Namun sebagian konsumen menilai rasa ayam Brazilian lebih netral dibanding ayam lokal yang dinilai lebih gurih. 

Hal ini menjadi pertimbangan bagi sebagian orang dalam memilih bahan baku sesuai kebutuhan kuliner mereka.

Sejak Indonesia membuka keran impor ayam dari Brasil pasca gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), distribusi ayam Brazilian mulai terlihat meningkat. 

Kini ayam Brazilian dapat ditemukan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. 

Selain digunakan di restoran dan hotel, ayam Brazilian juga dijual di supermarket dan toko frozen food.

Kehadiran ayam Brazilian di pasar Indonesia menuai respons beragam. Di satu sisi, banyak pelaku UMKM menyambut positif karena dapat menekan biaya produksi makanan. 

Namun di sisi lain, peternak lokal mengaku khawatir karena produk impor murah seperti ayam Brazilian bisa mengancam kelangsungan usaha mereka.

Beberapa pelaku usaha makanan menyebut ayam Brazilian sebagai solusi ekonomis untuk menjaga harga jual tetap terjangkau tanpa mengorbankan keuntungan. 

Namun para peternak lokal mengingatkan bahwa membanjirnya ayam impor bisa membuat harga ayam lokal anjlok dan membuat para peternak merugi.

Meski demikian, masyarakat tetap diimbau untuk berhati-hati dalam membeli dan mengolah ayam Brazilian. 

Produk ini sebaiknya dibeli dari distributor resmi yang terpercaya. Pastikan label halal dan tanggal kedaluwarsa jelas, serta simpan produk dalam suhu dingin hingga siap dimasak. 

Proses pencairan daging sebaiknya tidak dilakukan terlalu lama di suhu ruang. 

Ayam Brazilian juga harus dimasak hingga matang sempurna dengan suhu minimal 74 derajat Celcius agar aman dikonsumsi.

Fenomena ayam Brazilian di Indonesia menunjukkan bagaimana produk pangan global mulai mengisi kebutuhan domestik di tengah tekanan harga dan tuntutan efisiensi. 

Meski harganya terjangkau, konsumen tetap harus mengedepankan prinsip kehati-hatian, khususnya dalam aspek keamanan pangan dan kehalalan. 

Ayam Brazilian bisa menjadi alternatif pilihan di pasar, tetapi jangan abaikan aspek kualitas dan tanggung jawab dalam konsumsi harian.

Pemerintah diharapkan terus melakukan pengawasan agar distribusi ayam Brazilian tetap terkendali dan tidak merugikan peternak lokal. 

Di sisi lain, masyarakat juga diminta semakin cerdas dalam memilih produk, serta memahami bahwa harga murah tidak boleh mengorbankan kualitas dan keamanan pangan. 

Ayam Brazilian boleh jadi pilihan, asalkan dikonsumsi secara bijak dan bertanggung jawab.

Follow Borneotribun.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Tombol Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.