Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) menginisiasi program Radio Masih Ada untuk kembali menghidupkan peran radio di tengah era transformasi digital.
Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya mengatakan langkah ini untuk mendorong radio bertumbuh bersama digitalisasi dengan kolaborasi dan berkembangnya industri kreatif.
“Dan tentu upaya bersama untuk menghidupkan kembali semangat, memori, dan kedekatan yang diberikan oleh sebuah media, yaitu sebuah radio yang menjadi semangat kita me-launching program hari ini,” kata Riefky saat peluncuran program Radio Masih Ada di Jakarta, Senin.
Riefky mengatakan program ini juga untuk mendukung berkembangnya industri radio di Indonesia terkait dengan tantangan digitalisasi terestrial untuk radio.
Program Radio Masih Ada juga akan menyasar ke gedung perkantoran dan tempat publik lainnya dalam bentuk mini studio untuk mendekatkan radio sebagai ruang untuk berkreasi.
Ia juga mengatakan program ini juga menyasar anak muda untuk memperkenalkan hasil kreasinya, karena industri radio masih menjadi sarana media yang mudah diakses untuk menghidupkan ekosistem industri kreatif lainnya seperti periklanan, musik dan penyiar atau voice over.
“Butuh keberpihakan kita bersama, tapi juga butuh dukungan terutama dari generasi muda, agar industri radio ini juga tetap dapat bertahan,” kata Riefky.
Sementara itu, Direktur Utama LPP RRI I Hendrasmo mengatakan melalui program kolaborasi ini ingin menyampaikan pesan kuat kepada publik bahwa radio masih relevan, dibutuhkan, dan masih mempunyai masa depan.
Hendrasmo mengatakan radio memiliki karakter yang tidak tergantikan oleh media visual karena membangun imajinasi, kedekatan emosional dan menyampaikan informasi dengan cara yang personal dan akrab.
Hal ini berkaitan dengan data Susenas Badan Pusat Statistik tahun 2024 yang disampaikan Hendrasmo, bahwa sebanyak 8,6 persen dari populasi Indonesia atau sebanyak 25 juta orang masih menjadi pendengar radio.
Sementara melalui survei Good Start, pengguna radio pada kalangan anak muda sebanyak 52 persen responden menjawab mendengarkan radio setidaknya dalam satu bulan terakhir, dan 14,6 persen mendengarkan 2-4 hari sekali dan 10 persen responden mendengarkannya setiap hari.
Hendrasmo juga mengatakan masyarakat juga sudah mulai bergeser ke platform digital untuk mendengarkan radio baik komputer maupun ponsel dan 52 persen masih bertahan untuk mendengarkan radio melalui perangkat analog.
“Ini adalah bukti bahwa radio belum benar-benar tinggalkan kebangkitan. Ia hanya sedang mencari cara baru untuk beradaptasi dan menyapa pendengarnya, radio tetap menjadi media inklusif, mudah diakses, dan memiliki daya jangkau yang luas bahkan hingga ke pelosok-pelosok negeri yang belum stabil koneksi internetnya,” kata Hendrasmo.
Ia juga mengatakan kolaborasi ini tidak hanya akan memperkuat ekosistem pelaku industri radio tetapi juga mendorong tumbuhnya inovasi konten berbasis audio dan ekonomi kreatif, mulai dari penyiaran komunitas, podcast lokal, hingga kampanye sosial yang berdampak.
Pewarta : Fitra Ashari/ANTARA