Berita Borneotribun: MotoGP Hari ini
Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Juli 2025

Jorge Martin Siap Comeback! Begini Kondisi Terbarunya Jelang MotoGP Brno 2025

Jorge Martin Siap Comeback! Begini Kondisi Terbarunya Jelang MotoGP Brno 2025
Jorge Martin Siap Comeback! Begini Kondisi Terbarunya Jelang MotoGP Brno 2025.

JAKARTA - Setelah absen cukup lama dari lintasan balap karena cedera serius, Jorge Martin akhirnya kembali mengaspal di Sirkuit Barcelona. 

Meski belum sepenuhnya pulih, langkah ini menjadi sinyal positif bahwa sang juara dunia MotoGP 2023 mulai mendekati masa comeback-nya.

Cedera Serius Buat Martin Absen Lama

Martin mengalami masa sulit di awal musim 2025. Ia harus menepi setelah insiden mengerikan di seri pembuka MotoGP Qatar, 13 April lalu. 

Dalam balapan tersebut, Martin terjatuh dan secara tidak sengaja tertabrak oleh Fabio di Giannantonio. Akibatnya, ia mengalami patah tulang rusuk dan cedera paru-paru yang cukup parah.

Tak hanya itu, sebelumnya Martin juga sudah absen dari sesi tes pramusim akibat kecelakaan di tes Sepang dan insiden saat latihan Supermoto yang menyebabkan cedera pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Bisa dibilang, musim 2025 dimulai dengan sangat berat bagi pebalap asal Spanyol ini.

Kembali ke Lintasan dengan Motor RSV4

Pada Kamis lalu, Martin akhirnya kembali naik motor di lintasan MotoGP Barcelona. Namun kali ini ia belum menggunakan motor balap utama, melainkan motor superbike RSV4 milik Aprilia. Lewat unggahan di Instagram pribadinya, Martin menulis, “Kembali ke motor setelah 3 bulan.” Ungkapan singkat yang penuh harapan dari seorang pejuang sejati.

Belum Siap Balapan di Sachsenring

Meskipun sudah mulai latihan ringan, Martin dipastikan belum bisa tampil di seri berikutnya yang akan digelar di Sachsenring, Jerman. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari tim medis, terutama Dr. Angel Charte, memang ada perkembangan yang cukup baik pada cedera tulang rusuk kirinya. Namun, beberapa tulang masih belum sepenuhnya menyatu.

“Progresnya sangat positif, tapi masih butuh sekitar dua minggu lagi untuk pemulihan total,” ujar Dr. Charte.

Target Comeback: MotoGP Brno atau Austria?

Melihat kondisi saat ini, kemungkinan besar Jorge Martin baru bisa kembali membalap di seri MotoGP Republik Ceko (Brno) yang dijadwalkan berlangsung pada 18–20 Juli 2025. Seri tersebut juga menjadi ajang terakhir sebelum libur musim panas MotoGP.

Jika belum memungkinkan juga di Brno, maka Martin kemungkinan besar akan menunggu hingga GP Austria di Red Bull Ring pada 15–17 Agustus 2025.

Kembalinya Jorge Martin ke lintasan meski hanya sekadar latihan, adalah kabar menggembirakan bagi para penggemarnya. Meskipun proses pemulihan masih berjalan, semangat dan konsistensinya patut diapresiasi. Semoga saja Martin bisa segera comeback 100% dan kembali memanaskan persaingan di MotoGP 2025!

Drama Panas Aprilia dan Jorge Martin: Akankah Bertahan atau Pisah Jalan?

Drama Panas Aprilia dan Jorge Martin: Akankah Bertahan atau Pisah Jalan?
Drama Panas Aprilia dan Jorge Martin: Akankah Bertahan atau Pisah Jalan?

JAKARTA - Perseteruan antara Jorge Martin dan tim Aprilia belakangan ini jadi perbincangan hangat di dunia MotoGP. 

Padahal, awalnya hubungan mereka berjalan sangat manis, terutama setelah Martin resmi direkrut oleh Aprilia tahun lalu usai gagal naik ke tim pabrikan Ducati yang lebih memilih Marc Marquez.

Sayangnya, hubungan yang awalnya menjanjikan kini mulai retak. Bahkan, Martin dikabarkan ingin memanfaatkan klausul performa dalam kontraknya untuk hengkang dari Aprilia di akhir musim ini. 

Namun Aprilia bersikeras bahwa ketidakhadirannya karena cedera sepanjang sebagian besar musim 2025 membuat klausul tersebut tidak berlaku. Situasi ini pun berpotensi berakhir di meja hijau.

Aprilia: Masih Ingin Martin Bertahan

CEO Aprilia, Massimo Rivola, masih berharap agar Martin tetap balapan bersama timnya tahun depan. Tapi dia juga mengakui kalau kondisi sekarang tidak ideal.

“Memang ini bukan situasi yang nyaman,” ujar Rivola saat diwawancarai di Assen, Belanda.

“Kami merekrut Jorge karena alasan yang kuat, dan saya rasa dia juga memilih kami karena faktor performa. Dan sejauh ini, performa kami tetap konsisten.”

Rivola juga menyindir bahwa tidak semua hubungan harmonis harus sempurna. “Kita pernah lihat pembalap yang tetap berjuang meraih gelar dunia meski sedang tidak bahagia dengan timnya. Jadi ya… kita lihat saja. Untungnya, kami tidak punya anak bersama!” katanya sambil bercanda.

Bukan Kasus Pertama di Dunia MotoGP

Drama seperti ini bukan hal baru di MotoGP. Beberapa pembalap top pernah mengalami hal serupa:

  • Jorge Lorenzo sempat bersitegang dengan Yamaha pada 2015, namun tetap tampil kompetitif dan berhasil meraih gelar juara dunia di musim 2016 sebelum akhirnya pindah tim.

  • Valentino Rossi juga pernah juara dunia bareng Honda di tahun 2003, walau merasa tidak dihargai karena tim lebih mengandalkan reputasi motor daripada skill sang pembalap.

  • Maverick Vinales bahkan lebih ekstrem. Ia memutus kontraknya lebih awal dengan Yamaha di 2021, setelah hubungan keduanya benar-benar memburuk. Ia sempat diskors karena diduga sengaja merusak mesin motor saat balapan di GP Styria.

Bagaimana Nasib Jorge Martin?

Manajer Jorge Martin, Albert Valera, mengatakan bahwa pembalapnya sudah "bebas" untuk musim 2026 dan membuka peluang pindah ke Honda. Tapi Aprilia langsung membantah dan siap membawa masalah ini ke pengadilan jika perlu.

Kini yang jadi pertanyaan besar: akankah Aprilia dan Martin bisa berdamai dan melanjutkan kerja sama, atau akan berakhir seperti kisah klasik MotoGP lainnya penuh drama dan perpisahan?

Konflik antara Jorge Martin dan Aprilia menambah daftar panjang kisah panas di balik layar MotoGP. Meski punya potensi besar di lintasan, hubungan personal dan profesional tetap jadi kunci. Akankah Martin tetap setia bersama Aprilia? Atau justru memulai babak baru di tim lain? Kita tunggu saja kelanjutannya di musim 2025!

Franco Morbidelli Bangkit di MotoGP 2025: Dari Terpuruk Bersama Yamaha ke Panggung Podium Bersama Ducati

Franco Morbidelli Bangkit di MotoGP 2025: Dari Terpuruk Bersama Yamaha ke Panggung Podium Bersama Ducati
Franco Morbidelli Bangkit di MotoGP 2025: Dari Terpuruk Bersama Yamaha ke Panggung Podium Bersama Ducati.

Perjalanan Karier Franco Morbidelli: Jatuh Bangun di MotoGP hingga Temukan Kembali Performanya

JAKARTA - Kalau kita bicara tentang pembalap MotoGP yang pernah melewati masa-masa sulit namun berhasil bangkit, nama Franco Morbidelli patut masuk daftar teratas. 

Pembalap asal Italia ini pernah meroket jadi runner-up MotoGP 2020 bareng tim satelit Petronas Yamaha saat itu cuma Joan Mir dari Suzuki yang bisa mengunggulinya. 

Tapi siapa sangka, semuanya berubah drastis ketika Morbidelli naik ke tim pabrikan Yamaha di pertengahan musim 2021.

Awal yang Indah, Tapi Berakhir Pahit di Yamaha

“Semuanya terasa indah seperti bunga mawar di awal karier saya di grand prix,” kata Morbidelli saat diwawancarai Crash.net.

Tapi semua berubah ketika ia dipromosikan ke tim utama Yamaha menggantikan Maverick Vinales. Alih-alih tampil lebih kompetitif, performanya justru menurun tajam. Morbidelli kesulitan bersaing dan kalah bersinar dari rekan setimnya, Fabio Quartararo. Ditambah lagi, motor Yamaha M1 saat itu mulai tertinggal dari motor-motor Eropa seperti Ducati dan KTM.

“Banyak yang menanti-nanti penampilan apik dari saya, tapi justru itu masa tersulit sepanjang karier saya,” ujar Morbidelli.

Ia mengaku selama tiga tahun terakhir—dari 2021 hingga 2023—seolah kehilangan sentuhan ajaibnya. Padahal semangat untuk tampil di posisi atas tak pernah padam. Yang terjadi hanyalah situasi sulit yang membuatnya tak bisa menunjukkan performa terbaiknya.

Dari Top 10 ke Podium Lagi: Perjalanan Mental dan Profesional

Franco juga menyadari bahwa perubahan drastis performa itu bikin banyak orang berpikir ia sudah kehilangan motivasi. Padahal, ia masih sangat ingin bersaing di lima besar MotoGP.

“Bukan berarti saya malas atau menyerah. Saya hanya harus menghadapi kondisi yang tidak mudah, dan itu bagian dari kehidupan pembalap,” jelasnya.

Menurutnya, 2021 adalah titik pertama ia benar-benar merasakan “tembok besar” dalam kariernya, setelah sebelumnya selalu mengalami perkembangan yang positif. Ia baru merasakannya di usia 25, sementara pembalap lain mungkin mengalaminya lebih cepat.

“Ini proses yang wajar. Dalam hidup, semua orang pasti pernah berada di titik sulit,” lanjutnya.

Meski tak mencapai ekspektasi publik, Morbidelli tetap menilai usahanya bersama Yamaha tidak buruk. Ia masih bisa bersaing untuk posisi 10 besar, bahkan sesekali menyentuh lima besar—sebuah pencapaian tersendiri mengingat motor Yamaha saat itu sedang tertinggal jauh dari pesaing.

“Sekarang pun yang bisa tampil maksimal hanya Fabio (Quartararo), dan itu menunjukkan betapa menantangnya motor itu,” tambahnya.

Bangkit Bersama Ducati, Siap Rebut Gelar?

Tinggalkan Yamaha, Morbidelli resmi bergabung dengan tim Pramac Ducati untuk musim 2024. Sayangnya, awal musim terganggu karena cedera kepala yang membuatnya absen dari seluruh sesi tes pra-musim. Namun begitu pulih, ia langsung tampil mengesankan.

Di Misano Sprint, ia sukses meraih podium—yang pertama sejak era Petronas. Ia pun menutup musim 2024 di posisi kesembilan klasemen dunia. Sebuah comeback yang pantas diacungi jempol.

Memasuki musim 2025, Pramac beralih ke Yamaha. Tapi Morbidelli memilih tetap bersama Ducati dan pindah ke tim VR46. Keputusan itu terbukti tepat.

Setelah 10 seri, Morbidelli sudah mengantongi dua podium dan kini berada di peringkat empat besar klasemen sementara MotoGP 2025. Ini jadi pencapaian terbaiknya sejak 2021, sekaligus sinyal kuat bahwa dirinya benar-benar kembali ke jalur juara.

Franco Morbidelli adalah bukti nyata bahwa semangat dan ketekunan bisa membalikkan keadaan. Dari keterpurukan bersama Yamaha, kini ia kembali bersinar bersama Ducati dan masuk jajaran kandidat juara dunia MotoGP 2025. Perjalanannya penuh pelajaran berharga, tak hanya bagi penggemar MotoGP, tapi juga siapa saja yang sedang menghadapi masa sulit. Karena seperti kata Morbidelli: “Ini semua bagian dari hidup. Dan saya belum selesai.”

Marc Marquez dan Alex Marquez Dominasi MotoGP, Tapi Kok Banyak yang Curiga? Ini Penjelasannya!

Marc Marquez dan Alex Marquez Dominasi MotoGP, Tapi Kok Banyak yang Curiga? Ini Penjelasannya!
Marc Marquez dan Alex Marquez Dominasi MotoGP, Tapi Kok Banyak yang Curiga? Ini Penjelasannya!

JAKARTA - Persaingan antara Marc Marquez dan adiknya, Alex Marquez, di MotoGP musim ini jadi sorotan tajam. Duo kakak beradik dari tim Gresini Racing ini tampil luar biasa dan berkali-kali finish di posisi satu dan dua, membuat banyak orang mulai bertanya-tanya: apakah Alex sengaja ‘ngalah’ kalau duel lawan sang kakak?

Bayangin aja, dari 20 balapan yang sudah digelar tahun ini (10 Sprint Race dan 10 Grand Prix), mereka finish 1-2 sebanyak 14 kali! Dan menariknya, Marc selalu menang dalam duel tersebut, kecuali sekali saat Alex berhasil unggul di Sprint Race Silverstone.

Kecurigaan Muncul Usai GP Italia

Setelah GP Italia di Mugello, di mana Marc finish di depan Alex dengan selisih hampir dua detik, banyak kritik mulai bermunculan. Beberapa pengamat MotoGP menilai Alex terlihat seperti menahan diri ketika berhadapan dengan kakaknya sendiri, berbeda saat ia bertarung melawan pembalap lain seperti Francesco Bagnaia.

Hal ini makin ramai dibicarakan karena di Sprint Race akhir pekan lalu mereka kembali finish 1-2. Sayangnya, di balapan utama, Alex harus keluar lintasan lebih awal setelah kecelakaan dengan Pedro Acosta yang menyebabkan tangannya patah.

Marc Marquez pun angkat bicara. Ia kesal karena dianggap adiknya tidak bertarung maksimal saat melawannya. Marc menjelaskan bahwa dirinya justru menggunakan banyak strategi bertahan agar pembalap lain, termasuk Alex, kesulitan menyalip.

Pendapat Para Eks Rider MotoGP

Michael Laverty dan Sylvain Guintoli, dua mantan pembalap MotoGP yang kini menjadi analis, turut memberikan pendapat mereka.

Laverty, yang pernah ikut 37 balapan MotoGP, menilai bahwa motor MotoGP terlalu besar dan cepat, membuat Alex sulit mencari celah untuk menyalip.

“Kalau di World Superbike, setelah tikungan cepat di Turn 12 masih bisa cari celah. Tapi di MotoGP, trek lurusnya terlalu pendek dan motornya lebih lebar. Sulit banget untuk menyodok masuk,” kata Laverty kepada TNT Sports.

Ia juga menyebut bahwa di beberapa momen, Alex sebenarnya hampir bisa mencoba menyalip, tapi kemungkinan besar ia berpikir itu belum waktunya dan memilih menunggu momen yang lebih pas, seperti di lap terakhir.

Sementara itu, Guintoli menambahkan bahwa faktor aerodinamika juga bikin motor MotoGP susah dikendalikan saat kecepatan tinggi. Motor lebih cenderung ‘ngotot’ jalan lurus, jadi manuver tajam jadi makin sulit.

“Dengan beban aero seperti itu, motor jadi sulit dibelokkan. Apalagi di kecepatan tinggi. Saya rasa Alex memang nggak punya peluang buat nyalip,” ujar Guintoli.

Marc Marquez: Kecelakaan, Cedera, Tapi Masih Menang!

Balapan di Sirkuit Assen, Belanda, jadi bukti mental baja Marc Marquez. Meski sempat dua kali jatuh di sesi latihan Jumat dan performa kualifikasinya juga kurang oke—Marc hanya start dari posisi keempat dia tetap berhasil memenangi Sprint Race hari Sabtu.

“Dia sempat jatuh parah dua kali dan jelas-jelas kesakitan. Tapi dia bangkit dan menang di Sprint Race. Gila banget sih performanya,” puji Guintoli.

Nggak berhenti sampai di situ, Marc bahkan sukses menyapu bersih dengan kemenangan di balapan utama hari Minggu, yang jadi kemenangan perdananya di Dutch TT sejak tahun 2018!

Jadi, apakah Alex sengaja ngalah sama kakaknya? Menurut para pakar, kecil kemungkinan. Faktor teknis seperti ukuran motor, aerodinamika, hingga kondisi trek jadi penghalang utama. Alex bukan tidak mau menyalip, tapi memang sangat sulit mencari celah di tengah ketatnya persaingan dan teknologi MotoGP yang makin kompleks.

Untuk kamu penggemar MotoGP, jangan lewatkan aksi seru mereka di race berikutnya. Semua balapan MotoGP, World Superbike, dan balap motor lainnya bisa kamu tonton di TNT Sports dan discovery+!

Ducati Hadiahi Pecco Bagnaia Motor Flat Track Spesial untuk Latihan di Ranch Valentino Rossi

Ducati Hadiahi Pecco Bagnaia Motor Flat Track Spesial untuk Latihan di Ranch Valentino Rossi
Ducati Hadiahi Pecco Bagnaia Motor Flat Track Spesial untuk Latihan di Ranch Valentino Rossi.

JAKARTA - Ducati baru saja memberikan kejutan spesial untuk pembalap andalannya, Pecco Bagnaia. Demi mendongkrak performa sang juara bertahan MotoGP yang sedang kesulitan, pabrikan asal Italia ini menghadiahkan sebuah motor flat track edisi khusus: Desmo450 MX.

Motor ini bukan sembarang motor, lho. Desmo450 MX dirancang khusus dengan suspensi dan kit roda yang sudah disesuaikan untuk lintasan flat track. Artinya, saat Bagnaia kembali berlatih di ranch milik Valentino Rossi di Tavullia, ia bakal menggunakan motor Ducati yang benar-benar unik dan beda dari yang lain.

Ini jelas jadi kabar menarik, apalagi dengan performa Bagnaia yang belum stabil di musim 2025 ini. Semua mata kini tertuju ke markas VR46—bukan hanya karena tempat latihan legendarisnya, tapi juga karena penasaran melihat aksi Bagnaia menggeber motor baru ini.

Performa Masih Naik Turun, Bagnaia Perlu Dorongan Tambahan

Sejauh ini, perjalanan Bagnaia di musim ini memang belum sesuai harapan. Ia tampak kesulitan menjinakkan motor Ducati versi terbaru (spesifikasi 2025), bahkan dibandingkan dengan rekan setim barunya, Marc Marquez, yang justru langsung nyetel dengan motor pabrikan tersebut.

Yang lebih mengejutkan, Bagnaia bahkan kalah cepat dari Alex Marquez dari tim Gresini, yang hanya memakai motor versi tahun lalu. Saat ini, Bagnaia tertinggal 126 poin dari Marc Marquez yang memimpin klasemen MotoGP, dan juga 58 poin dari Alex Marquez yang berada di posisi kedua.

Meski begitu, ada sedikit titik terang. Di seri terakhir yang digelar di Assen, Bagnaia berhasil naik podium. Hasil tersebut diharapkan bisa mengangkat kembali semangat dan kepercayaan dirinya.

Namun perjuangan belum selesai. Selanjutnya, Bagnaia akan berlaga di Sachsenring, sirkuit yang dikenal sebagai ‘kandangnya’ Marc Marquez. Tantangan ini jelas berat, tapi bisa menjadi momen pembuktian apakah latihan ekstra dengan motor flat track barunya bisa membawa perubahan nyata.

Apakah hadiah spesial dari Ducati ini akan menjadi titik balik bagi Pecco Bagnaia di sisa musim ini? Patut dinantikan!

Jorge Martin Masih Absen di MotoGP, Aprilia Targetkan Comeback di Brno

Jorge Martin Masih Absen di MotoGP, Aprilia Targetkan Comeback di Brno
Jorge Martin Masih Absen di MotoGP, Aprilia Targetkan Comeback di Brno.

JAKARTA - Musim 2025 ini benar-benar jadi tantangan berat buat Jorge Martin. Belum juga mulai balapan secara penuh, rider anyar Aprilia ini sudah lebih dulu berkutat dengan berbagai cedera yang bikin dia harus absen dari beberapa seri penting MotoGP.

Martin awalnya mengalami cedera cukup parah saat tes pramusim pertama di Sirkuit Sepang. Belum pulih benar, dia kembali celaka saat latihan pribadi hanya beberapa hari sebelum balapan pembuka di Buriram. Baru pada seri keempat di Lusail, Martin akhirnya menjalani debut resminya bersama Aprilia. Sayangnya, nasib belum berpihak padanya. Di sirkuit Qatar itu, ia kembali mengalami cedera dan harus menepi lagi hingga saat ini.

Regulasi Baru Bikin Jalan Pulang Lebih Mudah

Ada kabar baik meski belum terlalu menggembirakan. Berkat dorongan dari Aprilia, regulasi baru kini memperbolehkan pembalap yang cedera untuk menjalani satu hari sesi tes sebelum mereka kembali balapan. Ini jadi angin segar buat Martin untuk bisa kembali menyesuaikan diri dengan motor dan ritme balapan.

Sayangnya, tim medis Aprilia baru saja mengonfirmasi bahwa Martin masih belum bisa ikut MotoGP Jerman yang digelar pada 11–13 Juli mendatang. Pemeriksaan medis lanjutan dijadwalkan dilakukan minggu depan untuk menentukan kapan dia benar-benar siap kembali.

Comeback Ditargetkan di GP Ceko, Brno

Massimo Rivola, Direktur Aprilia Racing, menyampaikan bahwa pihak tim sebenarnya sudah menyiapkan sesi tes untuk Martin di Misano pada 9 Juli, tapi itu batal karena kondisi fisiknya belum memungkinkan.

“Kalau kondisinya membaik, kami akan duduk bareng dan diskusi soal kapan dia siap kembali balapan,” ungkap Rivola kepada TNT Sports. “Brno bisa jadi target yang masuk akal. Tapi ya, kita harus ambil langkah demi langkah.”

MotoGP Ceko di Brno sendiri akan berlangsung pada 18–20 Juli dan jadi seri terakhir sebelum jeda musim selama satu bulan. Jadi, jika Martin bisa comeback di sana, itu bakal jadi momen pas buat memulihkan kondisi fisik dan mental sebelum paruh musim kedua dimulai.

“Di Qatar kemarin, dia sudah lama nggak naik motor. Sekarang, kalau dia bisa kembali dan tampil kompetitif, itu sudah jadi langkah besar,” tambah Rivola.

Drama Masa Depan Jorge Martin Masih Bergulir

Kembalinya Martin ke paddock Aprilia nanti kemungkinan besar akan diselimuti isu panas seputar masa depannya. Kabarnya, Martin ingin hengkang dari Aprilia meski masih terikat kontrak satu tahun lagi. Bahkan, manajernya sudah menyatakan bahwa Martin bebas untuk negosiasi dengan tim rival.

Tentu saja Aprilia langsung membantah klaim tersebut. Rivola sendiri bilang, kalau sampai masalah ini harus diselesaikan di meja hijau, dia bakal tetap santai dan siap menghadapinya.

Follow terus kabar MotoGP terbaru hanya di Borneotribun.com, tempatnya berita balap motor terkini dan terpercaya!ikel ini juga dalam versi bahasa Inggris atau ingin format khusus untuk blog, tinggal bilang ya!

Fabio Di Giannantonio Bersinar di MotoGP Bersama Tim VR46, Dapat Dukungan Langsung dari Valentino Rossi

Fabio Di Giannantonio Bersinar di MotoGP Bersama Tim VR46, Dapat Dukungan Langsung dari Valentino Rossi
Fabio Di Giannantonio Bersinar di MotoGP Bersama Tim VR46, Dapat Dukungan Langsung dari Valentino Rossi.

JAKARTA - Fabio Di Giannantonio akhirnya mencetak podium pertamanya di Mugello dalam ajang MotoGP, dan yang bikin momen ini makin spesial: ia melakukannya bersama tim milik legenda MotoGP, Valentino Rossi VR46 Racing Team!

Dalam balapan penuh gengsi di kampung halamannya, Italia, Di Giannantonio berhasil finis di posisi ketiga, bahkan mengungguli pembalap pabrikan Ducati, Francesco Bagnaia. Ini jadi podium keduanya di MotoGP, setelah sebelumnya juga naik podium di Circuit of The Americas (COTA). Tapi podium kali ini, di depan publik sendiri dan disaksikan langsung oleh "The Doctor", jelas punya makna lebih.

“Podium di Mugello itu luar biasa. Di depan keluarga dan fans sendiri, rasanya nggak bisa digambarkan. Ini jadi bukti kalau kami masih bisa bersaing di level atas,” kata Diggia, panggilan akrabnya.

Valentino Rossi: Sumber Energi dan Motivasi

Diggia juga mengungkap betapa besar pengaruh kehadiran Valentino Rossi di tim. Menurutnya, aura sang legenda bisa dirasakan di paddock, dan nasihat-nasihat Rossi jadi penyemangat tersendiri.

“Kehadiran Vale bikin akhir pekan itu terasa istimewa. Memang nggak ada pesta karena dia harus pulang ke anak-anaknya, tapi saya senang bisa kasih hasil manis untuknya,” ujar Diggia sambil tertawa.

Ia menambahkan, setiap kali Rossi hadir, justru performanya sering nggak maksimal. Tapi kali ini beda: mereka bisa meraih podium bersama!

“Rossi nggak pernah bikin tekanan. Dia justru kasih banyak bantuan dan pengalaman. Hal terbaik dari Vale itu, dia bikin segalanya terasa lebih mudah. Jadi pembelajaran dari dia benar-benar membantu saya berkembang,” jelasnya.

Musim Terbaik Diggia di MotoGP

Musim 2025 bisa dibilang jadi tahun terbaik bagi Di Giannantonio sejauh ini. Setelah 10 seri berjalan, ia duduk di posisi kelima klasemen sementara dengan 136 poin. Ia sudah mengoleksi tiga podium: dua di COTA dan Mugello, serta satu podium Sprint Race di Silverstone.

Namun, masalah utama Diggia ada di sesi kualifikasi. Dari 10 balapan, ia hanya sekali start dari baris depan di COTA, serta dua kali dari baris kedua (Argentina dan Qatar). Ia menyadari bahwa setup motornya lebih fokus untuk performa tengah hingga akhir balapan, terutama dalam hal manajemen ban.

“Kami kerja keras agar motor lebih kuat di akhir balapan. Saya memang cukup jago dalam menjaga ban. Tapi karena itu, kami agak kehilangan performa saat time attack di kualifikasi,” ungkapnya.

Target selanjutnya bagi Diggia adalah mencari titik tengah: performa kualifikasi bagus tapi tetap kuat hingga akhir balapan.

Diggia Gunakan Motor Ducati GP25, Tapi...

Menariknya, Diggia adalah salah satu dari sedikit pembalap yang menggunakan motor Ducati GP25, bersama dua bintang utama Ducati, Marc Marquez dan Francesco Bagnaia. Tapi menurutnya, perbedaan antara GP25 dan versi sebelumnya (GP24) nyaris tidak terasa.

“Kalau dibanding tahun lalu, perbedaan antara GP23 dan GP24 cukup signifikan. Tapi sekarang, GP25 dan GP24 itu hampir sama. Bisa dibilang Ducati punya enam pembalap pabrikan di lintasan,” jelas Diggia.

“Ducati terus membawa pembaruan demi mengalahkan kompetitor. Tapi meski kami pakai motor pabrikan, bukan berarti otomatis dapat podium. Persaingan sangat ketat.”

Awal Musim yang Penuh Tantangan

Diggia juga mengungkap bahwa awal musim ini cukup berat baginya. Usai sembuh dari cedera tahun lalu, ia kembali mengalami insiden saat sesi tes di Sepang, Malaysia. Namun ia tetap bisa tampil di seri pembuka di Buriram, Thailand, dan finis di posisi 10 besar.

“Awal musim benar-benar kacau buat saya karena cedera, dan kami juga sempat kehilangan arah dalam setting motor. Tapi sekarang kami perlahan kembali ke jalur yang benar,” katanya.

GP25: Motor Terbaik, Tapi Tak Sempurna

Meskipun GP25 disebut sebagai motor terbaik yang pernah ia tunggangi, Diggia mengaku masih ada masalah, terutama pada bagian depan motor—masalah yang juga dikeluhkan Bagnaia. Namun, performa secara keseluruhan tetap meningkat.

“GP25 ini motor terbaik yang pernah saya kendarai. Bahkan saat performa saya jelek, catatan waktunya tetap lebih baik dibanding saat pakai GP23,” pungkasnya.

Fabio Di Giannantonio menunjukkan perkembangan luar biasa di musim ini. Dengan dukungan langsung dari Valentino Rossi dan performa solid di atas Ducati GP25, Diggia berpotensi menjadi salah satu penantang serius di MotoGP. Tantangannya kini adalah memperbaiki hasil kualifikasi agar bisa bertarung sejak awal balapan.

Maverick Vinales Akui Penyesalan Terbesar: Tolak Tawaran Tim Ducati di MotoGP

Maverick Vinales Akui Penyesalan Terbesar: Tolak Tawaran Tim Ducati di MotoGP
Maverick Vinales Akui Penyesalan Terbesar: Tolak Tawaran Tim Ducati di MotoGP.

Maverick Vinales Ungkap Penyesalan Terbesar: Menolak Ducati, Pilihan yang Kini Disesali

JAKARTA - Perjalanan Maverick Vinales di ajang MotoGP bisa dibilang cukup berwarna. Sejak debutnya di kelas utama tahun 2015, ia sudah mencicipi berbagai tim pabrikan: mulai dari Suzuki, Yamaha, Aprilia, hingga kini bersama Tech3 KTM. Tapi tahukah kamu, dari sekian banyak tim besar yang pernah ia bela, hanya dua pabrikan yang belum pernah ia tunggangi Honda dan Ducati.

Nah, menariknya, Vinales ternyata pernah mendapat tawaran dari Ducati pada 2018 untuk bergabung dengan tim pabrikan mereka. Sayangnya, kesempatan itu tidak ia ambil, dan keputusan tersebut kini menjadi salah satu penyesalan terbesarnya.

Tawaran Menggiurkan dari Ducati yang Ditolak

Di tahun 2018, Ducati mengajukan tawaran kepada Vinales untuk bergabung bersama Andrea Dovizioso di musim 2019 dan 2020, menggantikan Jorge Lorenzo yang pindah ke Repsol Honda. Tapi saat itu, Vinales memilih untuk tetap setia bersama Yamaha.

"Ya, itu hal yang paling saya sesali dalam karier balap saya. Tahun 2018 saya ditawari bergabung ke Ducati sebagai rekan setim Dovizioso untuk musim 2019 dan 2020," ujar Vinales dalam wawancara dengan media Spanyol, AS.

"Mereka hampir berhasil meyakinkan saya. Saya sebenarnya sudah sangat yakin untuk pindah ke Ducati, tapi tim di sekitar saya saat itu membujuk saya agar tetap di Yamaha dan mencoba meraih gelar di sana. Ternyata itu adalah kesalahan besar. Kesalahan total."

Karier Berbelok Tajam Setelah Keputusan Itu

Keputusan bertahan di Yamaha ternyata tidak membuahkan hasil manis. Hubungan Vinales dengan Yamaha mulai retak dan akhirnya berujung pada perpisahan lebih awal di musim 2021, padahal ia baru saja menandatangani kontrak dua tahun yang nilainya ditaksir mencapai sekitar Rp296 miliar.

Beruntung, Aprilia datang membawa harapan baru. Mereka memberi tempat untuk enam balapan terakhir musim 2021, lalu memperpanjang kontrak Vinales hingga tiga musim berikutnya. Puncaknya, Vinales mencetak kemenangan luar biasa di Circuit of the Americas (COTA) pada 2024, menjadikannya pembalap pertama yang menang dengan tiga pabrikan berbeda di MotoGP.

Kini Bersama KTM, Tetap Optimis dan Fokus

Di musim 2025, Vinales membela tim Tech3 KTM dan mencoba menaklukkan motor RC16. Ia bahkan sempat finis podium di Qatar, namun sayangnya harus turun ke posisi ke-14 karena penalti tekanan ban.

Ketika ditanya soal kemungkinan kariernya jika saat itu menerima tawaran Ducati, Vinales menjawab bijak.

"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Mungkin saja saya pindah ke Ducati, lalu kecelakaan, cedera, dan karier saya malah berakhir. Tidak ada yang tahu," ucapnya.

"Yang pasti, takdir membawa saya ke KTM dan saya merasa berkembang dengan baik di sini. Saya bangga dengan diri saya dan dengan apa yang saya wakili, terutama keluarga saya—Raquel, Nina, dan Blanca. Saya ingin orang-orang menghargai bukan hanya saya, tapi juga nilai-nilai yang kami pegang di rumah."

Soal Gelar Juara? Fokusnya Sekarang Adalah Kebahagiaan

Vinales juga mengakui, jika ia memiliki mentalitas seperti sekarang dan bergabung dengan Ducati waktu itu, bisa saja ia sudah meraih 3 atau 4 gelar juara dunia.

"Tapi yang terpenting adalah bagaimana perasaanmu. Bahagia itu penting. Dan saya sekarang merasa damai."

"Ketika kamu damai, semuanya berjalan lancar. Harmoni itu kunci. Jangan memaksakan sesuatu. Seperti saat di Mugello, saya bilang ke diri sendiri: ‘Kalau belum waktunya, ya tunggu saat yang lebih baik’. Dan sekarang saya benar-benar ingin menang."

Kisah Maverick Vinales jadi pengingat bahwa dalam dunia balap, keputusan besar bisa berdampak panjang. Meski sempat menolak peluang emas bersama Ducati, Vinales tetap bangkit dan membuktikan diri dengan cara yang berbeda. Kini, ia lebih memilih ketenangan batin dan perkembangan pribadi daripada sekadar gelar juara. Sebuah pelajaran berharga, bukan?

Jika kamu penggemar MotoGP, kisah seperti ini bukan hanya menarik, tapi juga inspiratif. Yuk, terus ikuti perkembangan Vinales dan MotoGP lainnya di musim 2025 ini!

Marc Marquez Ungkap Peran Penting Ducati: “Sekarang Saya Lebih Terkontrol dan Fokus Menyerang di Momen yang Tepat”

Marc Marquez Ungkap Peran Penting Ducati: “Sekarang Saya Lebih Terkontrol dan Fokus Menyerang di Momen yang Tepat”
Marc Marquez Ungkap Peran Penting Ducati: “Sekarang Saya Lebih Terkontrol dan Fokus Menyerang di Momen yang Tepat”

JAKARTA - Marc Marquez kembali menjadi sorotan di MotoGP 2025. Bukan hanya karena kemenangan beruntun yang ia raih, tetapi juga karena perubahan besar dalam gaya balapnya. Marquez memuji Ducati yang telah membantunya untuk lebih mengontrol naluri agresifnya di lintasan.

Dalam beberapa seri terakhir, pembalap tim pabrikan Ducati ini tampil luar biasa. Ia memenangkan tiga balapan sprint dan grand prix secara berturut-turut, termasuk di sirkuit yang selama ini kurang bersahabat dengannya, seperti Mugello dan Assen. Hasil ini membuat Marquez kini unggul 68 poin di klasemen sementara MotoGP.

Padahal sebelumnya, Marquez sempat mengalami beberapa insiden, seperti jatuh di GP Inggris dan saat bersaing memperebutkan kemenangan di COTA dan Jerez. Namun ia berhasil bangkit, dan perubahan pendekatannya terhadap balapan menjadi kunci utama.

“Saya belajar untuk menyerang di momen yang tepat, terutama di sirkuit yang biasanya sulit bagi saya,” ujar Marquez setelah GP Belanda.

Ia menambahkan bahwa kemenangan di Qatar menjadi salah satu yang paling spesial karena saat itu ia tidak yakin bisa bersaing, namun hasilnya justru sangat positif.

Ducati Bantu Marquez Kendalikan Emosi

Marquez mengakui bahwa peran Ducati sangat penting dalam transformasinya. Saat akhir pekan di Assen dimulai dengan dua kecelakaan besar saat latihan, ia mampu bangkit dan meraih kemenangan. Ia merasa Ducati telah membantu dirinya untuk lebih tenang dan fokus, sehingga bisa mengontrol insting balapnya yang dulu sering membuatnya terlalu agresif.

“Saya senang untuk diri saya sendiri, dan juga untuk Ducati karena mereka membantu saya mengendalikan diri dan naluri saya,” kata Marquez.

Perubahan Strategi Balap: Lebih Tenang, Lebih Efektif

Ketika ditanya apa yang membuatnya tampil lebih stabil musim ini, Marquez menjawab bahwa ia terus berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Meskipun ia enggan terlalu percaya diri karena musim masih panjang, namun ia merasa lebih nyaman sejak perubahan pada keseimbangan motor yang dilakukan timnya.

“Sekarang saya merasa motor lebih stabil di lap awal, dan saya bisa menjaga ritme hingga akhir balapan. Di Assen, saya bisa menyalip Alex Marquez dan Pecco [Bagnaia] untuk memimpin balapan,” jelasnya.

Target Berikutnya: Serang di Sachsenring, Tapi Tetap Waspada

Putaran berikutnya adalah Grand Prix Jerman di Sachsenring, sirkuit favorit Marquez. Ia pernah meraih kemenangan di sana setiap tahun dari 2013 hingga 2021.

“Kalau di Assen saya bilang akan bertahan, di Sachsenring saya akan menyerang. Target saya di sana 37 poin,” ungkapnya.

Meski begitu, Marquez menyadari bahwa dengan keunggulan poin saat ini, ia harus mulai mengelola keunggulan tersebut dengan cermat. Musim masih panjang dan segalanya bisa terjadi.

Marquez Tampil Lebih Matang, Ducati Berperan Besar

Perubahan pendekatan Marc Marquez di musim ini bukan hanya soal strategi, tapi juga soal kedewasaan. Dengan bantuan tim Ducati, ia kini lebih sabar, tahu kapan harus menyerang, dan tahu kapan harus bertahan. Semua ini membuatnya menjadi kandidat kuat juara dunia MotoGP 2025.

Jika tren positif ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Marquez akan kembali merajai dunia MotoGP kali ini dengan gaya yang lebih tenang dan penuh perhitungan.

Kalau kamu fans MotoGP atau penggemar berat Marquez, bagaimana menurutmu gaya balap barunya? Lebih keren atau justru kehilangan ciri khas? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar!

Sabtu, 05 Juli 2025

Somkiat Chantra Cedera Lutut, Absen di Dua Seri MotoGP! Ini Jadwal Comeback-nya

Somkiat Chantra Cedera Lutut, Absen di Dua Seri MotoGP! Ini Jadwal Comeback-nya
Somkiat Chantra Cedera Lutut, Absen di Dua Seri MotoGP! Ini Jadwal Comeback-nya.

JAKARTA - Kabar kurang menyenangkan datang dari dunia MotoGP. Pembalap kebanggaan Thailand, Somkiat Chantra, dipastikan harus absen dalam dua seri MotoGP berikutnya karena mengalami cedera lutut saat latihan.

Chantra baru saja mencatat sejarah manis dengan meraih poin pertamanya di kelas utama saat balapan di Assen akhir pekan lalu. Namun, nasib berkata lain. Saat latihan menggunakan motor off-road pada hari Selasa (2 Juli), ia terjatuh dan mengalami cedera pada bagian ligamen kolateral lateral di lutut kanannya.

Akibat cedera tersebut, Somkiat harus menjalani operasi pada hari Selasa depan di Rumah Sakit Universitari Dexeus, Barcelona. Ini berarti ia akan melewatkan Grand Prix Jerman di Sachsenring dan juga seri Ceko di Brno yang akan berlangsung pada 18–20 Juli 2025.

Setelah dua balapan itu, MotoGP akan memasuki libur musim panas, sebelum kembali digelar dalam Grand Prix Austria pada pertengahan Agustus. Ini memberikan waktu pemulihan ekstra bagi Chantra untuk bisa kembali ke lintasan.

Sampai saat ini, tim LCR Honda belum mengumumkan siapa yang akan menggantikan Chantra selama masa pemulihannya. Namun, dua nama yang kemungkinan besar bisa masuk radar adalah Aleix Espargaro dan Takaaki Nakagami.

Sebagai informasi, Espargaro sempat turun di Assen pekan lalu menggantikan Luca Marini, dan itu adalah penampilan ketiganya musim ini. Sementara Nakagami, yang dulu pernah membela LCR Honda, tampil impresif sebagai wildcard di balapan basah Le Mans dengan finis di posisi ke-6.

Absennya Somkiat Chantra tentu jadi kabar kurang menyenangkan, terutama setelah pencapaiannya yang membanggakan untuk Thailand. Namun dengan penanganan medis dan waktu pemulihan yang cukup, diharapkan Chantra bisa comeback lebih kuat setelah liburan musim panas.

Jack Miller Antusias Balapan di Suzuka 8 Hours dengan Livery Spesial 70 Tahun Yamaha

Jack Miller Antusias Balapan di Suzuka 8 Hours dengan Livery Spesial 70 Tahun Yamaha
Jack Miller Antusias Balapan di Suzuka 8 Hours dengan Livery Spesial 70 Tahun Yamaha.

JAKARTA - Pembalap MotoGP dari tim Pramac Yamaha, Jack Miller, mengungkapkan rasa bangganya karena mendapat kesempatan spesial untuk tampil di ajang Suzuka 8 Hours 2025 dengan livery edisi ulang tahun ke-70 Yamaha. Bagi Miller, ini bukan sekadar balapan biasa, melainkan momen penuh makna dalam kariernya.

Momen Bersejarah bagi Jack Miller

Setelah pindah dari KTM ke Yamaha di musim ini, Jack Miller akan kembali tampil di ajang balap ketahanan legendaris Jepang, Suzuka 8 Hours. Ini adalah penampilan keduanya di ajang tersebut, setelah sebelumnya turun bersama Honda pada tahun 2017.

Menjelang sesi tes privat yang digelar pada 3-4 Juli, Yamaha telah memperkenalkan motor YZF-R1 dengan livery spesial ulang tahun ke-70. Menariknya, livery ini juga sudah digunakan Miller di MotoGP Belanda pekan lalu, membuatnya semakin akrab dengan nuansa klasik Yamaha.

“Jujur, saya sangat antusias bisa mengenakan warna merah dan putih khas Yamaha di Suzuka 8 Hours,” kata Miller.

“Ini adalah kehormatan besar, apalagi ini bertepatan dengan perayaan 70 tahun Yamaha. Warna ini begitu ikonik, saya langsung teringat dengan kemenangan Giacomo Agostini di tahun 1975 yang legendaris.”

Nakasuga: Tambahan Motivasi untuk Tampil Lebih Baik

Sementara itu, pembalap veteran Jepang, Katsuyuki Nakasuga, yang sudah lama membela Yamaha, juga menyambut positif penggunaan livery retro ini. Menurutnya, setiap kali mengenakan warna-warna spesial dari Yamaha, ada tanggung jawab ekstra untuk memberikan hasil terbaik.

“Selama karier saya, saya sudah beberapa kali balapan dengan livery spesial Yamaha,” kata Nakasuga.

“Tahun ini, kami pakai desain warna dari motor YZF-R7 tahun 1999. Rasanya seperti nostalgia, dan saya bangga bisa jadi bagian dari sejarah ini.”

Nakasuga juga menambahkan bahwa desain kali ini terasa berbeda dari yang sebelumnya, meski dia pernah mengendarai motor dengan warna merah-putih maupun hitam-kuning khas Yamaha.

“Desainnya keren banget. Saya nggak sabar untuk membawanya ke lintasan dan memberikan hasil terbaik, seperti yang selalu saya coba lakukan untuk tim.”

Suzuka 8 Hours: Lebih dari Sekadar Balapan

Ajang Suzuka 8 Hours bukan hanya ajang ketahanan biasa, tapi juga bagian penting dalam kalender balap Jepang dan dunia. Bagi Yamaha, edisi tahun ini punya makna khusus karena bertepatan dengan perayaan ulang tahun mereka yang ke-70.

Dengan Jack Miller dan Katsuyuki Nakasuga sebagai bagian dari skuad utama, Yamaha berharap bisa meraih hasil manis sambil merayakan warisan panjang mereka dalam dunia balap.

Jika kamu penggemar MotoGP dan pencinta sejarah motorsport, penampilan Yamaha dengan livery klasik ini wajib kamu nantikan di Suzuka 8 Hours bulan Agustus mendatang!

Fabio Quartararo Curhat Soal Masalah Yamaha di MotoGP: Seperti Balapan di Lintasan Basah!

Fabio Quartararo Curhat Soal Masalah Yamaha di MotoGP: Seperti Balapan di Lintasan Basah!
Fabio Quartararo Curhat Soal Masalah Yamaha di MotoGP: Seperti Balapan di Lintasan Basah!

JAKARTA - Fabio Quartararo kembali buka suara soal performa Yamaha yang masih jauh dari kata memuaskan di MotoGP 2025. Meski sempat tampil gemilang dengan meraih pole position di Sirkuit Assen, Belanda, pembalap asal Prancis itu justru merasa seolah-olah balapan di atas lintasan yang basah saat balapan berlangsung.

Start Buruk dan Tak Bisa Menyalip

Di awal lomba, Quartararo harus menghadapi masalah besar: motornya nyaris tak punya grip! Ia bahkan membandingkan sensasinya seperti sedang mengendarai di kondisi hujan.

“Lap pertama benar-benar bencana buat kami. Sama sekali tidak ada grip,” ujar Fabio.

“Motornya seperti meluncur di atas air. Saya nggak bisa ikuti ritme dan jadi frustrasi.”

Hal makin rumit ketika dia harus menghindari Fermin Aldeguer yang terjatuh, membuat posisinya makin sulit untuk menyalip pembalap lain. Walau performa motornya membaik di paruh kedua balapan, ia tetap kesulitan melakukan overtaking.

Akhirnya, Quartararo hanya mampu finis di posisi ke-10, tepat di belakang Enea Bastianini yang kini membela KTM.

Masalah Utama: Akselerasi Buruk dari Tikungan Lambat

Menurut Fabio, titik lemah terbesar Yamaha saat ini adalah saat keluar dari tikungan lambat menuju lintasan lurus. Di situlah, pembalap lain bisa melesat jauh karena Yamaha tak bisa mengeluarkan tenaga maksimal.

“Kita kehilangan banyak tenaga, bahkan saat gigi pertama dan kedua. Begitu masuk gigi ketiga sampai keenam, kita makin tertinggal,” jelasnya.

Dia menyebut bahwa motor lain bisa menjaga traksi sambil tetap menghasilkan power yang maksimal. Sementara Yamaha? Sliding, spinning, dan kehilangan akselerasi.

Tetap Kompak di Tengah Kesulitan

Meskipun seringkali lebih cepat dibanding rekan setimnya, Quartararo menegaskan bahwa hubungan antar rider Yamaha baik di tim Monster Energy maupun Pramac masih sangat solid.

“Kami tetap satu tim dan semua bekerja sama mencari solusi terbaik,” katanya.

“Saya tahu kekuatan saya di kualifikasi, tapi saya juga tahu kekurangan kami di race. Spinning di gigi enam sebelum tikungan cepat jelas bukan hal yang ideal.”

Musim yang Naik-Turun Buat Quartararo

Tahun ini, Fabio sudah mengoleksi empat pole position dan sempat naik podium kedua di Jerez—podium pertamanya sejak 2023. Tapi sayangnya, konsistensi belum jadi milik Yamaha.

Di Silverstone, ia harus merelakan kemenangan karena kegagalan sistem ride-height saat memimpin balapan. Lalu finish ke-14 di Mugello dan hanya ke-10 di Assen membuat Quartararo kini duduk di peringkat 11 klasemen sementara.

Alex Rins, rekan setimnya, berada di posisi ke-17. Yamaha, yang kini sedang mengembangkan mesin V4 untuk musim 2026, masih berada di posisi buncit dalam klasemen konstruktor MotoGP.

Dengan performa yang naik turun dan masalah teknis yang terus berulang, Yamaha harus segera mencari solusi. Baik itu soal grip, akselerasi, atau kekuatan mesin. Fabio Quartararo sendiri masih menunjukkan semangat tinggi, tapi jelas dibutuhkan motor yang lebih kompetitif untuk membantunya bersaing di papan atas.

Drama Kontrak Jorge Martin dan Aprilia: Aleix Espargaro Ungkap Situasi yang Bikin Miris

Drama Kontrak Jorge Martin dan Aprilia: Aleix Espargaro Ungkap Situasi yang Bikin Miris
Drama Kontrak Jorge Martin dan Aprilia: Aleix Espargaro Ungkap Situasi yang Bikin Miris.

JAKARTA - Perseteruan kontrak antara Jorge Martin dan Aprilia kini makin memanas dan bikin banyak pihak angkat bicara, termasuk Aleix Espargaro yang menyebut situasi ini sebagai hal yang “sangat menyedihkan dari kedua belah pihak”.

Aleix Espargaro, yang sempat punya peran penting dalam proses kepindahan Martin ke Aprilia tahun lalu, akhirnya buka suara setelah akhir pekan MotoGP Belanda. Espargaro juga dikenal dekat dengan Martin, jadi komentarnya cukup mencuri perhatian.

Jorge Martin dan Aprilia: Hubungan yang Retak di Tengah Jalan

Martin sebenarnya direkrut Aprilia sebagai juara dunia MotoGP untuk musim 2025. Sayangnya, perjalanan kariernya bersama tim asal Italia itu belum berjalan mulus. Martin baru turun di satu balapan musim ini, karena cedera beruntun—dua terjadi saat menggunakan motor RS-GP dan satu lagi saat sesi latihan.

Kini, masa depan Martin untuk musim 2026 jadi tanda tanya besar. Tim manajemennya yang dipimpin Albert Valera mengklaim ada klausul performa yang memungkinkan Martin keluar dari kontrak lebih awal. Tapi Aprilia menolak hal ini, dan menegaskan bahwa kontrak mereka masih sah hingga akhir 2026.

CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta, bahkan ikut turun tangan dan mendukung posisi Aprilia. Ia menyatakan bahwa Martin tidak boleh membela tim MotoGP lain sebelum masalah hukum ini selesai—baik melalui kesepakatan bersama atau keputusan pengadilan.

Aleix Espargaro: “Kalau Pembalap Nggak Mau Bertahan, Buat Apa Dipaksa?”

Saat dimintai pendapat di Assen, Espargaro mengaku ikut sedih melihat konflik ini.

“Ini situasi yang berat. Menyedihkan dari kedua sisi,” ucap Espargaro.

“Kalau memang ada klausul dan Jorge nggak mau lanjut di situ, saya nggak ngerti kenapa harus dipertahankan. Tapi saya juga ngerti, ini nggak mudah buat dua-duanya.”

Ia juga menyebut Valera sebagai manajer yang sangat cerdas, sehingga sulit memprediksi arah masalah ini ke depannya.

Menariknya, Espargaro saat ini juga terikat sebagai pembalap penguji dan pengembang motor untuk Honda—tim yang santer disebut-sebut sebagai pelabuhan Martin berikutnya jika benar-benar hengkang dari Aprilia.

Valera, yang juga mengelola Espargaro, telah mengonfirmasi bahwa Honda adalah salah satu opsi. HRC pun secara terbuka menyatakan minat mereka terhadap Jorge Martin untuk musim 2026.

Di sisi lain, CEO Aprilia Racing, Massimo Rivola, menyatakan bahwa tim masih memprioritaskan mempertahankan Martin. Tapi ia juga tegas, Aprilia siap membawa perkara ini ke pengadilan bila perlu.

Hal ini tentu membuat posisi Martin makin sulit. Proses hukum yang panjang bisa membuatnya “menganggur” selama musim 2026 jika tidak segera tuntas.

Apalagi, Aprilia sudah menemukan pengganti potensial dalam diri Marco Bezzecchi, yang berhasil membawa kemenangan untuk tim. Ditambah lagi, sebagian besar pembalap top di grid sudah terikat kontrak sampai 2026, sehingga opsi Martin pun semakin terbatas.

Martin telah absen dalam 9 dari 10 seri yang sudah digelar musim ini. Ia diperkirakan bisa kembali paling cepat pada MotoGP Ceko, yang akan digelar pada 19–21 Juli mendatang. Namun, Aprilia menegaskan bahwa keputusan soal kembalinya Martin ke lintasan akan menunggu hasil evaluasi medis berikutnya.

Sebagai langkah awal, Jorge Martin sudah mulai pemanasan dengan menjajal motor Superbike di Sirkuit Barcelona pada hari Kamis kemarin. Ini jadi sinyal positif bahwa ia ingin segera comeback, meski masa depannya di MotoGP masih abu-abu.

KTM Belum Gunakan Wild Card di MotoGP 2025: Strategi atau Kesempatan yang Terbuang?

KTM Belum Gunakan Wild Card di MotoGP 2025: Strategi atau Kesempatan yang Terbuang?
KTM Belum Gunakan Wild Card di MotoGP 2025: Strategi atau Kesempatan yang Terbuang?

JAKARTA - Setelah 10 seri MotoGP 2025 berlalu, pabrikan KTM belum sekalipun menurunkan pembalap penguji mereka lewat jatah wild card. Ini cukup mengejutkan, mengingat KTM sebenarnya punya hak untuk menurunkan hingga enam kali wild card sepanjang musim ini.

Apa Itu Wild Card di MotoGP?

Wild card adalah kesempatan bagi tim untuk menurunkan pembalap non-reguler biasanya pembalap penguji—dalam balapan resmi. Tujuannya bisa bermacam-macam: mulai dari menguji teknologi baru, mengumpulkan data di situasi balapan sungguhan, hingga memberi pengalaman lebih pada rider cadangan.

Nah, karena KTM saat ini berada di kategori C dalam sistem konsesi MotoGP (bersama Aprilia), mereka seharusnya bisa memakai hingga 6 wild card dalam satu musim. Sebaliknya, Ducati yang dominan dan berstatus level A, justru tidak boleh menggunakan wild card.

Kenapa KTM Tak Turunkan Dani Pedrosa atau Pol Espargaro?

Dua nama besar ini Dani Pedrosa dan Pol Espargaro adalah pembalap uji andalan KTM. Pedrosa sempat turun balapan terakhir kali di Jerez 2024, sementara Espargaro tiga kali tampil tahun lalu setelah pensiun dari balapan penuh.

Namun, sejak KTM melakukan restrukturisasi keuangan, keduanya hanya fokus sebagai pembalap uji di balik layar. Belum ada tanda-tanda mereka akan kembali balapan tahun ini, bahkan lewat wild card sekalipun.

Apakah Ini Merugikan Pengembangan Motor KTM?

Menurut bintang utama tim KTM, Brad Binder, absennya wild card sejauh ini bukan masalah besar.

"Yang keren dari wild card itu mereka bisa coba hal-hal baru yang nggak bisa kami coba di motor reguler," ujar Binder.

"Tapi pada akhirnya, semua data yang mereka kumpulkan tetap kembali ke pengembangan motor yang kami pakai."

Binder juga menambahkan bahwa Dani dan Pol adalah pembalap yang sangat berpengalaman, dengan total 26 musim di kelas utama. Jadi, dia yakin pengujian di luar balapan tetap memberi hasil maksimal.

Performa KTM di Musim 2025

Walaupun belum naik podium musim ini, KTM tetap menunjukkan persaingan ketat. Hasil terbaik mereka adalah finish keempat oleh Pedro Acosta dan Maverick Vinales.

Sebenarnya, Vinales sempat finish kedua di Qatar, tapi hasil itu dibatalkan karena penalti tekanan ban yang tak sesuai regulasi. Sayang banget, ya!

Klasemen Konstruktor Sementara MotoGP 2025

  • Ducati masih tak terkalahkan di puncak klasemen.

  • KTM saat ini berada di posisi ketiga, hanya terpaut 8 poin dari Aprilia.

  • Di bawahnya, Honda hanya tertinggal 9 poin, dan Yamaha masih mencoba bangkit di posisi kelima.

Musim ini, kemenangan balapan masih didominasi Ducati (8 kali), dengan Aprilia dan Honda masing-masing menang sekali. Yamaha sempat bikin kejutan dengan Fabio Quartararo finish kedua di Jerez, meski sayangnya gagal finis di Silverstone saat memimpin.

Keputusan KTM untuk tidak menggunakan jatah wild card bisa jadi strategi jangka panjang untuk fokus pada pengembangan motor di balik layar. Tapi di sisi lain, banyak penggemar merasa sayang karena Dani Pedrosa dan Pol Espargaro sebenarnya masih punya "taji" untuk bersaing di lintasan.

Apakah KTM akan mengubah strategi di sisa musim ini? Kita tunggu saja kejutan berikutnya!

Kamis, 03 Juli 2025

Marc Marquez Samai Rekor Giacomo Agostini di MotoGP, Dall’Igna: Dia Pembalap Luar Biasa

Marc Marquez Samai Rekor Giacomo Agostini di MotoGP, Dall’Igna: Dia Pembalap Luar Biasa
Marc Marquez meraih kemenangan ke-68 di kelas utama MotoGP dan menyamai rekor Giacomo Agostini. Gigi Dall’Igna memuji ketangguhan Marquez di TT Belanda.

JAKARTA - Pembalap andalan Ducati, Marc Marquez, kembali mencetak sejarah di ajang MotoGP 2025. Pada balapan di Sirkuit Assen, Belanda, Minggu lalu, Marquez meraih kemenangan ke-68 di kelas utama MotoGP, menyamai rekor legenda Italia, Giacomo Agostini.

Kemenangan ini terasa lebih spesial karena Marquez sebelumnya sempat mengalami dua kecelakaan hebat di sesi latihan hari Jumat. Namun, pembalap asal Spanyol itu bangkit dengan luar biasa dan menyapu bersih kemenangan Sprint dan Grand Prix menjadi double win ketiga berturut-turut yang diraihnya musim ini.

Bos Ducati, Gigi Dall’Igna, tak ragu melontarkan pujian tinggi kepada Marquez.

"Marc mencatat kemenangan keenamnya musim ini di Assen, trek yang sudah lama tak ia menangkan sejak 2018. Ini menunjukkan karakter luar biasa seorang juara sejati," ujar Dall’Igna.

Ia juga menambahkan bahwa Assen bukanlah lintasan favorit Marquez sama seperti Mugello minggu lalu namun saat Marquez memutuskan untuk memimpin balapan, ia tak terbendung.

Tak hanya itu, Dall’Igna juga memuji semangat dan profesionalisme Marquez.

"Meski tidak 100% setelah dua crash di hari Jumat, dia tetap mampu menjebak lawan-lawannya dalam ‘jaring mematikan’. Itulah ciri khas pembalap hebat," lanjutnya.

Selain Marc, Francesco Bagnaia juga mendapat sorotan positif dari Dall’Igna. Pecco, sapaan akrab Bagnaia, berhasil lolos kualifikasi di posisi kedua hasil terbaiknya musim ini dan mengakhiri balapan di posisi ketiga.

"Saya senang dengan balapan Pecco. Dia menunjukkan performa intens, hampir menyamai kemenangannya di Austin. Sayangnya, dua kesalahan kecil saat time attack membuatnya gagal raih pole."

Dall’Igna menegaskan bahwa tim akan terus berjuang dan menggali potensi terbaik dari para pembalapnya. Termasuk saat Bagnaia menyalip Pedro Acosta dengan sangat presisi.

Di akhir wawancara, Dall’Igna menyampaikan harapan terbaik untuk Alex Marquez yang mengalami kecelakaan dengan Acosta di lintasan lurus belakang. Alex mengalami patah tulang tangan, namun tetap mempertahankan posisi kedua di klasemen sementara.

“Semoga Alex lekas pulih. Dia pejuang sejati yang tidak pernah setengah-setengah saat balapan,” tutup Dall’Igna.

Aprilia Diam-Diam Dekati Enea Bastianini Jika Jorge Martin Pergi di MotoGP 2026

Aprilia Diam-Diam Dekati Enea Bastianini Jika Jorge Martin Pergi di MotoGP 2026
Aprilia Diam-Diam Dekati Enea Bastianini Jika Jorge Martin Pergi di MotoGP 2026.

JAKARTA - Persaingan panas di balik layar MotoGP terus berlanjut! Kali ini, giliran Aprilia yang jadi sorotan setelah dikabarkan mulai bergerak cepat mengantisipasi kemungkinan hengkangnya Jorge Martin di musim 2026 mendatang.

Menurut laporan dari Sky Italia, Aprilia telah melakukan kontak awal dengan Enea Bastianini, sebagai langkah cadangan jika negosiasi dengan Jorge Martin menemui jalan buntu. Walau Aprilia masih berniat mempertahankan Martin, konflik kontrak yang tengah memanas membuat masa depan sang juara dunia semakin tak pasti.

Drama Kontrak dan Ketertarikan Aprilia

Martin, yang sejatinya masih terikat kontrak dengan Aprilia hingga 2026, dikabarkan memiliki klausul yang bisa membuatnya hengkang lebih awal. Klaim ini datang dari manajernya, namun langsung dibantah oleh pihak Aprilia. CEO Aprilia, Massimo Rivola, bahkan mengancam akan membawa persoalan ini ke jalur hukum.

Dalam kondisi genting ini, Aprilia rupanya tak tinggal diam. Nama Enea Bastianini mencuat sebagai kandidat utama jika Martin benar-benar pergi. Tak hanya Aprilia, Pramac Yamaha juga dilaporkan berminat terhadap Bastianini.

Karier Bastianini yang Naik-Turun

Setelah kehilangan tempatnya di tim pabrikan Ducati karena kedatangan Marc Marquez, Bastianini hijrah ke Tech3 KTM. Sayangnya, performanya belum kembali ke level terbaik. Pencapaian terbaiknya musim ini hanyalah finis di posisi 7 di Circuit of the Americas.

Ia tertinggal jauh dari rekan setimnya, Maverick Vinales, serta duo KTM pabrikan, Pedro Acosta dan Brad Binder.

Namun, tawaran untuk kembali ke tim Italia seperti Aprilia bisa menjadi kesempatan emas bagi Bastianini untuk bangkit. Apalagi jika Aprilia kehilangan Martin, kursi panas di tim pabrikan tersebut tentu menjadi incaran banyak rider.

Menanti Kembali Sang Juara

Sementara itu, Jorge Martin yang sedang cedera akan absen di seri Sachsenring. Ia diharapkan bisa kembali di Brno, balapan terakhir sebelum jeda musim panas. Menariknya, saat Martin absen, rekan setimnya Marco Bezzecchi justru tampil gemilang dan sukses memberi kemenangan bagi Aprilia di GP Inggris.

Apakah Aprilia akan kehilangan bintang besarnya? Atau justru mereka menemukan pengganti yang tak kalah garang? Jawabannya bisa sangat menentukan peta kekuatan MotoGP 2026.

Yamaha Harus Rekrut Pembalap Baru, Quartararo Tak Bisa Berjuang Sendirian

Yamaha Harus Rekrut Pembalap Baru, Quartararo Tak Bisa Berjuang Sendirian
Yamaha Harus Rekrut Pembalap Baru, Quartararo Tak Bisa Berjuang Sendirian.

JAKARTA - Tim pabrikan Yamaha di MotoGP dikabarkan tengah menghadapi masalah serius yang telah berlangsung cukup lama: kurangnya kedalaman skuad pembalap. Meskipun memiliki Fabio Quartararo, salah satu pembalap dengan bayaran tertinggi di grid, Yamaha dinilai tidak memiliki pembalap kedua yang cukup kompetitif untuk membantu dalam persaingan papan atas.

Analis MotoGP Lewis Duncan menyampaikan di podcast Crash MotoGP, bahwa masalah utama Yamaha saat ini adalah ketimpangan kualitas pembalap. “Saya percaya masalah terbesar Yamaha sekarang adalah kedalaman tim. Alex Rins belum cukup cepat, Jack Miller belum menunjukkan performa sejak awal musim, dan Miguel Oliveira meski cedera, juga belum kembali ke kecepatan terbaiknya,” ujar Duncan.

Hal ini berdampak langsung pada performa Quartararo, yang meski telah meraih empat pole position musim ini, tetap kesulitan mengimbangi dominasi Ducati yang menempatkan empat pembalap di lima besar klasemen sementara. Yamaha dianggap butuh "armada" pembalap seperti yang dimiliki Ducati, KTM, dan Aprilia.

Peran pembalap kedua sangat penting untuk menahan lawan dan memberi ruang bagi pembalap utama melesat di depan. Saat ini, Yamaha belum punya sosok itu. Bahkan saat Quartararo menang di Silverstone, ia terbantu oleh Miller yang sempat bertarung di depan, menahan Ducati.

Meskipun Yamaha sudah berinvestasi besar dalam mempertahankan Quartararo hingga 2026 dan merekrut Toprak Razgatlioglu untuk tim satelit Pramac musim depan, masalah kedalaman tim tetap mengkhawatirkan.

Lewis Duncan menambahkan, jika Yamaha kembali memperpanjang kontrak Quartararo dengan nilai yang lebih tinggi, akan semakin sulit bagi mereka merekrut pembalap pendukung yang solid. Ini menjadi dilema yang harus segera dipecahkan sebelum memperparah masalah yang sudah lama ada.

Terakhir kali Yamaha punya "skuad kuat" adalah di tahun 2019, saat Valentino Rossi, Quartararo, dan Franco Morbidelli tampil bersinar. Sejak itu, kedalaman tim menurun drastis.

Kini, dengan posisi Alex Rins yang diragukan dan belum jelasnya tandem Razgatlioglu di Pramac, Yamaha dituntut untuk bergerak cepat. Tanpa pembaruan komposisi pembalap, Quartararo dipaksa terus berjuang sendiri dan itu tidak akan cukup untuk bersaing di level tertinggi.

Sabtu, 28 Juni 2025

Marc Marquez Alami Hari Sulit di MotoGP Belanda: Dua Kali Kecelakaan Berkecepatan Tinggi

Marc Marquez Alami Hari Sulit di MotoGP Belanda: Dua Kali Kecelakaan Berkecepatan Tinggi
Marc Marquez Alami Hari Sulit di MotoGP Belanda: Dua Kali Kecelakaan Berkecepatan Tinggi.

JAKARTA - Marc Marquez mengalami salah satu hari terberatnya secara fisik sebagai pembalap tim pabrikan Ducati dalam gelaran MotoGP Belanda 2025, Jumat (27/6). 

Pembalap asal Spanyol itu terjatuh dua kali dalam sesi latihan bebas yang berlangsung di sirkuit Assen, namun tetap menunjukkan semangat juang tinggi.

Kecelakaan Pertama di FP1: Highside di Tikungan Cepat

Kecelakaan pertama terjadi di awal sesi latihan bebas pertama (FP1), tepatnya di Tikungan 15. Marquez mengalami highside saat sedang mengurangi kecepatan di tikungan kiri cepat sebelum chicane terakhir. 

Akibat insiden ini, ia merasakan nyeri pada tangan kiri dan siku, namun tetap memutuskan untuk kembali ke lintasan.

Tak disangka, Marquez justru berhasil mencatatkan waktu tercepat dalam sesi tersebut, unggul 0,313 detik dari Maverick Vinales.

Kecelakaan Kedua di Latihan: Lowside Saat Time Attack

Saat sesi Practice berlangsung, Marquez kembali terjatuh, kali ini saat melakukan time attack di akhir sesi. 

Ia mengalami lowside di Tikungan 7 dan meluncur cukup jauh di area gravel. Insiden ini sempat membuat Marquez dilarikan ke pusat medis.

Beruntung, hasil pemeriksaan medis menyatakan bahwa tidak ada cedera serius, dan Marquez dinyatakan fit untuk kembali membalap pada hari Sabtu.

Kondisi Fisik dan Faktor Gravel Jadi Sorotan

Setelah dua kecelakaan tersebut, Marquez mengaku tubuhnya cukup kesakitan.

“Tentu saja, secara fisik, dua kecelakaan besar itu bukan hari yang mudah untuk tubuh saya,” ujar Marquez kepada MotoGP.com.

Namun, ia merasa cukup beruntung karena tidak mengalami cedera yang mengkhawatirkan.

“Beberapa bagian tubuh terasa sakit, tapi saya rasa tidak akan menjadi masalah untuk beberapa hari ke depan,” tambahnya.

Marquez juga mengeluhkan ukuran batu kerikil (gravel) di Assen yang menurutnya terlalu besar dan menyakitkan saat tubuhnya tergelincir di atasnya.

“Kedua kecelakaan sebenarnya tidak terlalu buruk, tapi saat saya masuk gravel, batu-batunya sangat besar dan menghantam tubuh saya. Yang kedua lebih parah, saya bahkan sempat kesulitan bernapas,” jelasnya.

Penyebab Kecelakaan: Ban Depan Bekas dan Feeling yang Aneh

Marquez menjelaskan bahwa kecelakaan pertama terasa janggal karena sejak keluar dari pit, motornya terasa licin. 

Sementara kecelakaan kedua terjadi karena ia menggunakan ban depan bekas dari FP1 demi menghemat alokasi ban.

“Sejak keluar dari pit di FP1, saya merasa motor sangat licin dan akhirnya jatuh,” katanya.

“Waktu time attack di sesi Practice, saya pakai ban depan bekas karena harus hemat untuk hari Sabtu. Jadi, kombinasi dari ban yang sudah terpakai dan kondisi gravel membuat jatuhnya cukup menyakitkan,” lanjut Marquez.

Siap Hadapi Kualifikasi Meskipun Jatuh

Meski mengalami dua kecelakaan, Marquez berhasil lolos langsung ke sesi kualifikasi Q2 untuk hari Sabtu. 

Ia tetap optimis karena kecepatannya sepanjang hari masih kompetitif.

“Terlepas dari dua kecelakaan itu yang saya tahu penyebabnya saya merasa baik-baik saja. Kami cepat di Assen, dan itu pertanda bagus,” tutupnya dengan semangat.

Marc Marquez menunjukkan semangat pantang menyerah meski harus menghadapi dua kecelakaan di hari yang sama. 

Kecepatan yang ia tunjukkan di tengah keterbatasan fisik membuktikan bahwa ia masih menjadi salah satu ancaman utama di MotoGP 2025.

MotoGP 2025: Drama, Kejutan, dan Marquez yang Tak Pernah Menyerah

MotoGP 2025: Drama, Kejutan, dan Marquez yang Tak Pernah Menyerah
MotoGP 2025: Drama, Kejutan, dan Marquez yang Tak Pernah Menyerah.

JAKARTA - Musim MotoGP 2025 memang menuai banyak kritik, terutama soal kurangnya aksi seru di lintasan. 

Tapi, siapa sangka, di balik semua keluhan itu, musim ini justru penuh kejutan dan perubahan tak terduga yang membuat para penggemar tetap penasaran menanti setiap balapan.

Dari Dominasi Marquez ke Kejutan Alex dan Zarco

Di Amerika, Marc Marquez memimpin balapan dengan sangat meyakinkan, sampai akhirnya terjatuh dan memberikan kemenangan untuk rekan setimnya, Pecco Bagnaia. 

Namun, yang lebih mengejutkan, posisi puncak klasemen malah direbut oleh sang adik, Alex Marquez.

Setelah menyapu bersih kemenangan di Qatar, Marquez kembali terjatuh di Jerez, dan Alex Marquez mengambil alih kemenangan sekaligus puncak klasemen lagi. 

Drama berlanjut di Le Mans saat Johann Zarco membawa Honda menang dalam kondisi hujan, dan Marco Bezzecchi mengantarkan Aprilia menang di Silverstone.

Tapi dua seri terakhir menjadi panggung dominasi Marquez. Ia meraih pole position, menang sprint, dan race utama di Aragon dan Mugello. Hasilnya? Marquez datang ke GP Belanda dengan keunggulan 40 poin di klasemen.

GP Belanda: Assen Bukan Trek Favorit, Tapi…

Marquez memang tidak punya rekor gemilang di Assen. Ia hanya menang dua kali di kelas MotoGP, terakhir pada 2018. Tapi seperti di Mugello minggu lalu, ia tetap datang dengan percaya diri, meski sedikit berhati-hati.

Sayangnya, hari Jumat di Assen jadi hari yang berat. Di sesi FP1, Marquez mengalami kecelakaan hebat di tikungan Ramshoek. 

Ia kehilangan kendali saat menurunkan gigi terlalu cepat, menyebabkan ban belakang selip dan tubuhnya terhempas ke gravel. 

Meski begitu, Marquez kembali ke lintasan dan justru jadi yang tercepat. Luar biasa!

Namun, di sesi Practice, ia kembali terjatuh di Tikungan 7. Setelah pemeriksaan medis, tidak ada cedera serius, hanya memar. Sebuah bukti lagi bahwa Marquez masih jadi sosok tangguh yang tak mudah tumbang.

Fabio Quartararo dan Yamaha: Harapan Baru di Assen?

Sesi Practice hari Jumat juga membawa kabar baik untuk Yamaha. Fabio Quartararo mencatat waktu terbaik dan menunjukkan performa kompetitif yang mengejutkan banyak pihak. 

Quartararo memang selalu tampil bagus di Assen, dan layout sirkuit yang tidak terlalu bergantung pada top speed memberi keuntungan tersendiri bagi Yamaha.

Meski sempat mengeluh soal motor di FP1, Quartararo melakukan peningkatan besar di sesi siang. Dengan setting yang lebih pas, ia melakukan long run 7 lap dengan kecepatan rata-rata 1m32.273s – lebih cepat dari Marc Marquez (1m32.409s) dan Pecco Bagnaia (1m32.499s).

Sayangnya, rekan-rekan Quartararo di Yamaha tidak bisa mengimbangi. Alex Rins hanya berada di posisi ke-13, sedangkan Miguel Oliveira dan Jack Miller masing-masing ke-14 dan ke-16.

Analisis Long Run: Siapa Tercepat?

Berikut data kecepatan rata-rata long run para pembalap top:

Pembalap Motor Rata-rata Ban Panjang Run
Alex Marquez Ducati 1m32.039s Soft 2 lap
Fabio Quartararo Yamaha 1m32.273s Soft 7 lap
Pedro Acosta KTM 1m32.369s Soft 3 lap
Marc Marquez Ducati 1m32.409s Soft 7 lap
Pecco Bagnaia Ducati 1m32.499s Soft 4 lap

Dari sini, terlihat bahwa Quartararo punya potensi besar jika bisa start dari posisi depan. Jika dia mampu menjaga pace dan menghindari tekanan, bukan tak mungkin Yamaha bisa meraih kemenangan pertama musim ini.

Bagnaia dan Marquez: Masih Dalam Pertarungan

Bagnaia menunjukkan tanda-tanda peningkatan, terutama di akhir sesi Practice. Meski sempat terganggu red flag, ia berhasil mencetak waktu kompetitif. Namun, masalah feeling di bagian depan motor masih menjadi kendala utamanya.

Marquez, meski dua kali terjatuh, tetap menunjukkan pace yang luar biasa. Dengan gaya balap penuh determinasi, dia tak hanya sekadar bertahan, tapi tetap jadi kandidat kuat juara di Assen.

Siapa yang Akan Bersinar di Assen?

GP Belanda 2025 belum menampilkan gambaran yang sepenuhnya jelas. Tapi satu hal pasti: akhir pekan ini penuh potensi kejutan. Quartararo tampil menjanjikan, Marquez tetap solid meski dua kali jatuh, dan Bagnaia siap tempur.

Dengan Sachsenring yang akan datang – trek favorit Marquez – para rivalnya harus memanfaatkan momen ini sebaik mungkin.

Valentino Rossi Unfollow Akun Resmi MotoGP: Tanda Ada Ketegangan Baru?

Valentino Rossi Unfollow Akun Resmi MotoGP: Tanda Ada Ketegangan Baru?
Valentino Rossi Unfollow Akun Resmi MotoGP: Tanda Ada Ketegangan Baru?

JAKARTA - Valentino Rossi, legenda balap MotoGP dengan sembilan gelar juara dunia, kembali menjadi sorotan publik. Bukan karena prestasi di lintasan, melainkan karena aktivitasnya di media sosial yang bikin heboh para penggemar.

Baru-baru ini, Rossi diketahui telah unfollow akun resmi MotoGP di Instagram dan X (sebelumnya Twitter). Aksi ini langsung menimbulkan spekulasi dan tanda tanya besar di kalangan fans maupun pengamat dunia balap motor.

Rossi & Marquez: Rivalitas Lama yang Belum Reda

Langkah Rossi ini mencuat hanya beberapa hari setelah Marc Marquez meraih kemenangan gemilang di Grand Prix Italia di Mugello bersama tim pabrikan Ducati. Seperti yang kita tahu, hubungan antara Rossi dan Marquez memang sempat memanas di masa lalu, terutama di tahun-tahun terakhir karier Rossi di MotoGP.

Marquez, yang kini menjadi rekan satu tim Francesco Bagnaia di Ducati Lenovo Team, sedang dalam performa luar biasa musim ini. Sementara Bagnaia sendiri merupakan jebolan dari VR46 Riders Academy, akademi pembalap yang dibentuk Rossi. Ironisnya, Marquez saat ini jauh mengungguli Bagnaia dalam klasemen pembalap MotoGP 2025 dengan selisih 110 poin!

Jika Marquez mampu mempertahankan performanya, ia berpeluang menyamai rekor sembilan gelar juara dunia milik Rossi. Tak hanya itu, ia kini hanya tertinggal 22 kemenangan dari total kemenangan grand prix Rossi (115 kali) dan juga 22 dari jumlah kemenangan di kelas utama (89 kali). Apakah ini jadi alasan di balik aksi Rossi? Bisa jadi.

Perubahan Besar di Dunia MotoGP

Aksi unfollow ini juga muncul tak lama setelah kabar resmi dari Komisi Eropa yang menyetujui akuisisi Dorna oleh Liberty Media. Dorna adalah pemegang hak komersial MotoGP dan World Superbike. Perubahan ini tentu berdampak besar pada ekosistem MotoGP, termasuk pada pihak-pihak yang selama ini punya pengaruh besar di dalamnya – seperti Rossi.

Sebagai sosok yang telah membentuk sejarah panjang di MotoGP dari 1996 hingga pensiun pada 2021, Rossi bukan hanya mantan pembalap, tapi juga pelatih, pemilik tim, hingga ikon olahraga ini. Ia adalah juara dunia terakhir di era 500cc dua-tak dan juga pemenang pertama di era mesin empat-tak yang dimulai pada 2002.

Rossi Setelah Pensiun: Masih Aktif di Dunia Balap

Walaupun sudah pensiun dari MotoGP, Rossi tak meninggalkan dunia balap begitu saja. Saat ini ia turun di ajang World Endurance Championship bersama Team WRT, mengendarai mobil BMW di kelas LMGT3. Ia juga masih aktif membina pembalap muda melalui VR46 Riders Academy.

Tahun 2025 ini, VR46 Racing Team milik Rossi menjalani musim pertamanya sebagai tim satelit resmi Ducati setelah menggantikan Pramac. Mereka menurunkan satu motor Ducati Desmosedici GP25 untuk pembalap Fabio Di Giannantonio.

Meskipun Rossi adalah duta merek Yamaha, kerja sama timnya dengan Ducati membuktikan bahwa di dunia balap, profesionalisme dan kesempatan terbaik lebih penting dibanding loyalitas semata.

Apa Arti dari Aksi Rossi Ini?

Belum ada pernyataan resmi dari pihak Rossi soal alasan di balik unfollow akun MotoGP. Namun publik dan media berspekulasi bahwa ini bisa jadi bentuk ketidakpuasan Rossi terhadap arah baru MotoGP, atau bahkan sebagai bentuk sindiran terhadap kebangkitan Marquez yang kini makin mendekati rekor-rekor miliknya.

Sebagai ikon besar, segala hal yang dilakukan Rossi tentu berdampak besar pada opini publik. Dan langkah sekecil apapun di media sosial bisa memicu efek domino dalam dunia balap motor.

Dunia MotoGP Masih Panas, Meski Rossi Sudah Pensiun

Aksi Valentino Rossi di media sosial membuktikan bahwa meskipun sudah pensiun, pengaruhnya masih besar di dunia MotoGP. Rivalitas dengan Marquez, perkembangan tim VR46, hingga dinamika baru pasca akuisisi Dorna oleh Liberty Media menunjukkan bahwa MotoGP 2025 tidak hanya seru di lintasan, tapi juga di balik layar.

Jadi, apakah ini tanda persaingan lama akan kembali memanas? Kita tunggu saja babak selanjutnya!