Rayyan Arkan Dikha Viral di TikTok dan Instagram Curi Perhatian Dunia Setelah Menari di Depan Jalur Tradisi Pacu Kuantan Singingi | Borneotribun

Senin, 07 Juli 2025

Rayyan Arkan Dikha Viral di TikTok dan Instagram Curi Perhatian Dunia Setelah Menari di Depan Jalur Tradisi Pacu Kuantan Singingi

Rayyan Arkan Dikha Viral di TikTok dan Instagram Curi Perhatian Dunia Setelah Menari di Depan Jalur Tradisi Pacu Kuantan Singingi
Rayyan Arkan Dikha Viral di TikTok dan Instagram Curi Perhatian Dunia Setelah Menari di Depan Jalur Tradisi Pacu Kuantan Singingi.

Kisah Menginspirasi Rayyan Arkan Dikha: Penari Cilik Viral dari Pacu Jalur Kuansing yang Curi Perhatian Dunia

JAKARTA - Beberapa waktu belakangan, media sosial diramaikan oleh sosok anak kecil yang tampil menari penuh semangat di atas perahu panjang saat acara pacu jalur di Kuantan Singingi, Riau. Anak tersebut adalah Rayyan Arkan Dikha, atau akrab disapa Dikha. 

Dengan gerakan luwes dan penuh semangat, Dikha berhasil mencuri perhatian netizen hingga viral dan menjadi inspirasi banyak orang tak hanya di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri.

Tak disangka, aksi menarinya yang spontan di atas jalur (sebutan untuk perahu dalam pacu jalur) berhasil membuat namanya dikenal luas. 

Bahkan, sejumlah pesepakbola ternama dari klub besar seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan, hingga selebritas seperti Luna Maya, turut meniru gerakan tari khas Dikha yang kini disebut-sebut punya “aura farming”.

Dari Kampung Kecil di Riau, Namanya Melambung ke Dunia Maya

Rayyan Arkan Dikha bukanlah penari profesional. Ia hanyalah anak desa biasa yang tinggal di Desa Pintu Gobang, Kecamatan Kari, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Namun siapa sangka, dari kampung yang sederhana itu, muncul seorang anak dengan bakat luar biasa yang menginspirasi ribuan orang di luar sana.

Dikha saat ini masih duduk di bangku kelas 5 di SD 013 Pintu Gobang. Ia lahir pada 28 Desember 2014, dan kini baru berusia 11 tahun. Namun usianya yang masih sangat muda tak menghalanginya untuk tampil percaya diri dan berani menunjukkan ekspresi dirinya di hadapan banyak orang.

Menurut sang ibu, Rani Ridawati, keluarganya tidak menyangka kalau video anaknya bisa viral dan menjadi perbincangan publik. “Senang banget, nggak nyangka. Kami bangga sekali lihatnya,” ujar Rani dengan nada haru dan penuh kebanggaan.

Sudah Tiga Tahun Menari di Atas Jalur

Dikha bukan baru pertama kali tampil menari di atas jalur. Ia sudah menekuni aktivitas ini sejak tiga tahun yang lalu. Ia biasanya ikut berlatih bersama tim pacu jalur dari desanya. Tim tersebut dikenal dengan nama Tuah Koghi Dubalang Ghajo jalur yang kini juga ditunggangi oleh ayahnya.

Dalam seminggu, Dikha berlatih sekitar tiga kali, terutama saat musim pacu jalur mulai mendekat. Latihan itu tidak hanya fokus pada mendayung, tapi juga pada cara menjaga keseimbangan dan menunjukkan tarian khas saat berada di bagian depan jalur, atau yang biasa disebut dengan “ujung jalur”.

Yang menarik, meski tampil luwes saat menari, sebenarnya Dikha bukan penari yang mengikuti pelatihan formal. “Dia bukan penari sehari-harinya, itu semua spontan aja di atas jalur. Belajarnya juga otodidak, karena terbiasa lihat dan ikut di jalur,” jelas sang ibu.

Bakat yang Diturunkan dari Sang Ayah

Ternyata, bakat Dikha ini memang tidak datang begitu saja. Sang ayah, Jufriono (40), juga merupakan atlet pacu jalur sejak remaja. Ia juga pernah menjadi anak pacuan di jalur yang sama, yakni Tuah Koghi Dubalang Ghajo.

Tak hanya sang ayah, keluarga besar mereka juga dikenal sebagai keluarga atlet pacu jalur. “Ayahnya itu dulu juga atlet pacu, adik-adiknya juga atlet. Jadi memang sudah turun-temurun,” kata Rani.

Dengan latar belakang keluarga yang kuat di dunia pacu jalur, tidak heran jika Dikha juga memiliki minat besar terhadap tradisi lokal ini. Bahkan, banyak yang memprediksi bahwa suatu hari nanti Dikha akan melanjutkan jejak sang ayah menjadi atlet pacu jalur yang handal.

Mengenal Tradisi Pacu Jalur: Warisan Budaya dari Riau

Untuk yang belum tahu, pacu jalur adalah salah satu tradisi lomba mendayung perahu panjang yang sangat terkenal di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Tradisi ini biasanya digelar saat momen penting seperti Hari Kemerdekaan Republik Indonesia atau hari besar lainnya.

Setiap jalur (perahu) biasanya diisi oleh puluhan pendayung, dan di bagian depan akan ada satu anak yang berdiri sambil menari-nari, memainkan gerakan yang mencerminkan semangat dan energi tim. Anak ini disebut juga sebagai anak joki atau penari ujung jalur.

Fungsi anak joki bukan hanya sebagai pemanis, tapi juga sebagai penyemangat bagi para pendayung, sekaligus sebagai representasi semangat juang tim di jalur tersebut.

Dari Tradisi ke Dunia Maya: Saat Budaya Lokal Bertemu Era Digital

Menariknya, kisah Dikha ini menjadi bukti nyata bahwa budaya lokal bisa dikenal lebih luas lewat media sosial. Aksi kecil yang dilakukan dengan hati, seperti menari penuh semangat di atas jalur, bisa menyentuh hati ribuan orang dan bahkan menjadi tren di dunia maya.

Banyak netizen yang mengapresiasi penampilan Dikha karena dianggap membawa semangat positif, keunikan budaya, dan tentu saja bakat alami yang jarang dimiliki anak seusianya. Bahkan, tak sedikit konten kreator yang kemudian membuat video reaksi atau remake gerakan tari Dikha sebagai bentuk penghargaan dan dukungan terhadap warisan budaya lokal.

Kisah Dikha juga bisa menjadi sumber inspirasi bagi banyak anak-anak di Indonesia. Bahwa tidak perlu menunggu besar atau jadi artis untuk bisa dikenal dan memberi dampak. Lewat aksi kecil yang dilakukan dengan penuh cinta dan semangat, setiap anak punya potensi untuk menjadi inspirasi.

Bagi para orang tua, kisah ini juga menjadi pengingat bahwa mendukung minat anak—walau terlihat sepele bisa membawa dampak besar. Dalam kasus Dikha, dukungan dari keluarga dan komunitasnya menjadi faktor penting dalam proses berkembangnya bakat dan rasa percaya dirinya.

Dengan bakat dan semangat yang dimilikinya, banyak yang berharap agar Dikha bisa terus mengembangkan kemampuannya, baik sebagai anak joki di pacu jalur maupun di bidang lain yang ia sukai. Tak sedikit pula yang mendorong agar pemerintah atau pihak terkait memberi perhatian khusus bagi anak-anak berbakat seperti Dikha, agar potensi mereka tidak berhenti hanya di dunia maya.

Sang ibu sendiri mengaku tidak memasang target tinggi untuk masa depan Dikha, tapi ia berharap anaknya bisa tetap rendah hati dan menjadi pribadi yang baik. “Yang penting dia bahagia, bisa jadi anak yang bermanfaat untuk banyak orang,” kata Rani.

Viralnya Rayyan Arkan Dikha bukan sekadar hiburan musiman di media sosial. Ia adalah simbol bahwa budaya lokal masih hidup dan mampu menyatu dengan zaman digital. Ia juga mewakili harapan besar bahwa generasi muda Indonesia bisa mencintai tradisi sekaligus berkembang di tengah dunia modern.

Semoga kisah Dikha menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus menjaga, mencintai, dan mempromosikan budaya lokal. Dan semoga semakin banyak "Dikha-Dikha" lainnya yang berani menari, berkarya, dan bersinar dari desa-desa kecil di seluruh penjuru negeri.

  

Follow Borneotribun.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Tombol Komentar