Berita Borneotribun.com: Jack Miller Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Jack Miller. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jack Miller. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Juli 2025

Jack Miller Antusias Balapan di Suzuka 8 Hours dengan Livery Spesial 70 Tahun Yamaha

Jack Miller Antusias Balapan di Suzuka 8 Hours dengan Livery Spesial 70 Tahun Yamaha
Jack Miller Antusias Balapan di Suzuka 8 Hours dengan Livery Spesial 70 Tahun Yamaha.

JAKARTA - Pembalap MotoGP dari tim Pramac Yamaha, Jack Miller, mengungkapkan rasa bangganya karena mendapat kesempatan spesial untuk tampil di ajang Suzuka 8 Hours 2025 dengan livery edisi ulang tahun ke-70 Yamaha. Bagi Miller, ini bukan sekadar balapan biasa, melainkan momen penuh makna dalam kariernya.

Momen Bersejarah bagi Jack Miller

Setelah pindah dari KTM ke Yamaha di musim ini, Jack Miller akan kembali tampil di ajang balap ketahanan legendaris Jepang, Suzuka 8 Hours. Ini adalah penampilan keduanya di ajang tersebut, setelah sebelumnya turun bersama Honda pada tahun 2017.

Menjelang sesi tes privat yang digelar pada 3-4 Juli, Yamaha telah memperkenalkan motor YZF-R1 dengan livery spesial ulang tahun ke-70. Menariknya, livery ini juga sudah digunakan Miller di MotoGP Belanda pekan lalu, membuatnya semakin akrab dengan nuansa klasik Yamaha.

“Jujur, saya sangat antusias bisa mengenakan warna merah dan putih khas Yamaha di Suzuka 8 Hours,” kata Miller.

“Ini adalah kehormatan besar, apalagi ini bertepatan dengan perayaan 70 tahun Yamaha. Warna ini begitu ikonik, saya langsung teringat dengan kemenangan Giacomo Agostini di tahun 1975 yang legendaris.”

Nakasuga: Tambahan Motivasi untuk Tampil Lebih Baik

Sementara itu, pembalap veteran Jepang, Katsuyuki Nakasuga, yang sudah lama membela Yamaha, juga menyambut positif penggunaan livery retro ini. Menurutnya, setiap kali mengenakan warna-warna spesial dari Yamaha, ada tanggung jawab ekstra untuk memberikan hasil terbaik.

“Selama karier saya, saya sudah beberapa kali balapan dengan livery spesial Yamaha,” kata Nakasuga.

“Tahun ini, kami pakai desain warna dari motor YZF-R7 tahun 1999. Rasanya seperti nostalgia, dan saya bangga bisa jadi bagian dari sejarah ini.”

Nakasuga juga menambahkan bahwa desain kali ini terasa berbeda dari yang sebelumnya, meski dia pernah mengendarai motor dengan warna merah-putih maupun hitam-kuning khas Yamaha.

“Desainnya keren banget. Saya nggak sabar untuk membawanya ke lintasan dan memberikan hasil terbaik, seperti yang selalu saya coba lakukan untuk tim.”

Suzuka 8 Hours: Lebih dari Sekadar Balapan

Ajang Suzuka 8 Hours bukan hanya ajang ketahanan biasa, tapi juga bagian penting dalam kalender balap Jepang dan dunia. Bagi Yamaha, edisi tahun ini punya makna khusus karena bertepatan dengan perayaan ulang tahun mereka yang ke-70.

Dengan Jack Miller dan Katsuyuki Nakasuga sebagai bagian dari skuad utama, Yamaha berharap bisa meraih hasil manis sambil merayakan warisan panjang mereka dalam dunia balap.

Jika kamu penggemar MotoGP dan pencinta sejarah motorsport, penampilan Yamaha dengan livery klasik ini wajib kamu nantikan di Suzuka 8 Hours bulan Agustus mendatang!

Kamis, 24 April 2025

Jack Miller Kenang Kemenangan di Jerez 2021 dan Siap Ulangi Kesuksesan Bersama Pramac Yamaha

Jack Miller Kenang Kemenangan di Jerez 2021 dan Siap Ulangi Kesuksesan Bersama Pramac Yamaha
Jack Miller Kenang Kemenangan di Jerez 2021 dan Siap Ulangi Kesuksesan Bersama Pramac Yamaha.

JAKARTA - Setelah akhir pekan yang berat di Qatar, Jack Miller datang ke MotoGP Spanyol di Sirkuit Jerez dengan semangat baru dan tekad untuk bangkit. 

Pembalap asal Australia ini memang punya alasan kuat untuk optimis. 

Pasalnya, Jerez adalah salah satu trek favoritnya, di mana ia pernah meraih kemenangan manis pada 2021 dan naik podium lagi pada tahun 2023.

“Aku sangat menantikan balapan di Jerez dan bisa bangkit setelah akhir pekan yang berat di Qatar – baik dari segi perasaan dengan motor maupun kondisi fisikku yang waktu itu kurang fit,” ujar Miller, yang sempat mengalami keracunan makanan di Lusail.

Jerez bukan hanya trek yang punya tempat spesial di hati Miller, tapi juga dinilai cocok untuk karakter motor Yamaha M1 yang saat ini ia tunggangi. Miller sendiri mengaku cukup optimis bisa tampil kompetitif.

“Jerez adalah trek di mana aku punya banyak kenangan indah. Aku suka banget balapan di sana, dan sekarang bakal menjajalnya dengan M1. Aku yakin karakter sirkuit ini cocok buat motor kami. Harapanku sih, akhir pekan ini kami bisa lebih dekat dengan barisan depan,” katanya.

Perubahan Setup di Qatar, Rasa Percaya Diri Kembali

Meski balapan di Qatar berakhir dengan crash, Miller mengungkapkan bahwa ia sempat merasa lebih nyaman dengan motornya setelah melakukan perubahan penting pada setelan ergonomis.

“Kami mengubah posisi setang, diturunin sekitar 10mm, balik lagi ke posisi sebelum Austin. Hasilnya langsung terasa lebih nyaman dan motor jadi nggak terlalu ‘liar’ di bagian depan,” jelasnya.

“Awalnya memang agak kaku rasanya, tapi setelah beberapa lap, ritmenya mulai dapet dan itu jadi momen terbaikku sepanjang akhir pekan. Sayangnya, crash yang terjadi itu kayak... ya gitu deh, pelan banget dan nyebelin.”

Meski tak mendapat poin di Qatar, Miller sebelumnya sukses memberi Yamaha hasil terbaik mereka sejak 2023 dengan finis di posisi kelima di COTA (Circuit of the Americas). 

Naik-turunnya performa ini bikin akhir pekan di Jerez makin krusial untuk mengevaluasi performa tim secara keseluruhan.

Team principal dari Pramac Yamaha, Gino Borsoi, juga menganggap Jerez sebagai momen penting. Bukan cuma karena ini balapan pertama di Eropa musim ini, tapi juga karena trek ini cocok dengan karakteristik Yamaha M1.

“Jerez bukan cuma trek pertama di Eropa, tapi juga salah satu yang benar-benar meng-highlight kekuatan motor Yamaha,” kata Borsoi. 

“Kami sekarang sudah menyelesaikan lima balapan pertama musim ini, jadi masa ‘shakedown’ sudah selesai. Sekarang kami mulai benar-benar paham motor ini dan cara terbaik bekerja dengan para pembalap kami.”

Menurut Borsoi, meskipun Qatar penuh tantangan, ia tak menganggap Jerez sebagai ‘restart’. Tapi, balapan ini tetap jadi indikator penting untuk menilai posisi tim saat ini.

“M1 udah banyak mengalami perkembangan dalam beberapa bulan terakhir. Jadi harapannya kami bisa tampil lebih kompetitif dan pulang bawa hasil bagus,” lanjutnya.

Dengan Miguel Oliveira yang masih belum pulih dari cedera bahu, posisi pendamping Miller kembali diisi oleh test rider Yamaha, Augusto Fernandez. 

Meski bukan starter reguler, pengalaman Fernandez sangat membantu tim untuk mengumpulkan data dan menjaga performa tim tetap stabil.

Situasi ini tentu jadi tantangan tersendiri bagi Miller, yang kini jadi ujung tombak Pramac Yamaha. 

Tapi dengan semangat dan track record positif di Jerez, ia jelas siap menghadapi tekanan.

Performa naik turun di awal musim memang bikin situasi jadi tidak menentu, tapi justru dari sanalah pembalap seperti Jack Miller bisa menunjukkan kualitasnya. 

Dengan semangat juang yang tinggi dan hubungan yang makin erat dengan motornya, Jerez bisa jadi titik balik Miller dan tim Pramac Yamaha musim ini.

Apakah Miller bisa kembali naik podium di Andalusia? Atau bahkan mengulang kemenangan manisnya di tahun 2021? Kita tunggu saja aksinya akhir pekan ini.

Minggu, 20 April 2025

Jack Miller Soroti Gaji Pembalap MotoGP yang Menurun: Beberapa Pembalap Tidak Dibayar Sesuai dengan Yang Seharusnya

Jack Miller Soroti Gaji Pembalap MotoGP yang Menurun Beberapa Pembalap Tidak Dibayar Sesuai dengan Yang Seharusnya
Jack Miller Soroti Gaji Pembalap MotoGP yang Menurun: "Beberapa Pembalap Tidak Dibayar Sesuai dengan Yang Seharusnya"

JAKARTA - Jack Miller, pembalap MotoGP asal Australia, baru-baru ini mengungkapkan pandangannya tentang gaji yang diterima oleh pembalap MotoGP saat ini. Menurutnya, banyak pembalap masa kini tidak mendapatkan bayaran yang setimpal dengan risiko dan usaha yang mereka keluarkan di setiap balapan.

Miller membandingkan kondisi saat ini dengan era kejayaan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, di mana kedua pembalap tersebut dikenal mendapatkan bayaran yang sangat besar. Namun, Miller menegaskan bahwa gaji pembalap kini jauh lebih rendah dibandingkan dengan masa-masa keemasan tersebut.

Fabio Quartararo, yang saat ini dilaporkan sebagai pembalap dengan bayaran tertinggi, hanya menerima sekitar €12 juta per tahun. Bahkan, Marc Marquez, yang pada 2023 masih menjadi pembalap dengan penghasilan tertinggi di Honda, memutuskan untuk meninggalkan tim tersebut. Menurut Miller, penurunan gaji ini berkaitan dengan dominasi pabrikan dan motor mereka, yang sekarang lebih menentukan daripada keberhasilan individu seorang pembalap.

"Saat itu, pembalap-pembalap besar - seperti Rossi dan Lorenzo - mendapatkan gaji yang luar biasa," kata Miller dalam podcast Gypsy Tales. "Sekarang, pembalap yang baru masuk atau yang sudah berpengalaman, termasuk saya, harus menerima bayaran yang sangat rendah hanya untuk bisa naik motor dan mendapatkan kesempatan."

Miller juga menjelaskan bahwa, untuk mendapatkan gaji yang layak atau maju ke level yang lebih tinggi, beberapa pembalap harus mencari motor dari pabrikan lain yang memiliki potensi lebih besar. "Pasar sudah menurun. Pembalap-pembalap seperti Marc dan Pecco memang masih di atas, tapi jika kita mundur 10 tahun, situasinya sangat berbeda," tambahnya.

Menurut Miller, dominasi pabrikan dan motor mereka telah mengurangi daya tawar pembalap dalam negosiasi kontrak. "Sekarang, tidak ada yang benar-benar berusaha merekrut pembalap dari tim lain. Pembalap tidak merasa terancam kehilangan tempat mereka," jelasnya. "Motor-motor sekarang sangat kuat. Mereka menetapkan standar. Kalau kamu ingin naik motor itu, kamu harus memenuhi syarat."

Miller juga menyayangkan kenyataan bahwa banyak pembalap yang harus mempertaruhkan nyawa mereka setiap akhir pekan, namun tidak dibayar sesuai dengan risiko yang mereka ambil. "Pembalap-pembalap ini punya waktu yang terbatas untuk mencari uang. Sayangnya, pembayaran yang mereka terima semakin menurun dalam 10 tahun terakhir," katanya.

Sebagai seorang veteran MotoGP dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, Miller telah mengendarai motor dari berbagai pabrikan seperti Honda, Ducati, KTM, dan kini Yamaha. Meskipun kariernya sempat terancam setelah kehilangan tempat di KTM pada tahun lalu, peluang baru muncul ketika tim Pramac beralih dari Ducati ke Yamaha dan memberinya kesempatan untuk melanjutkan kariernya.

Pernyataan Miller ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menghargai kerja keras dan risiko yang dihadapi oleh pembalap MotoGP, sekaligus mencerminkan bagaimana dunia balap motor kini lebih dipengaruhi oleh kekuatan pabrikan daripada pembalap individu.

Sabtu, 19 April 2025

Jack Miller Bicara Jujur soal Motor Balap MotoGP: “Gak Ada Motor yang Sempurna, Tapi Harus Tetap Maksimal!”

Jack Miller Bicara Jujur soal Motor Balap MotoGP “Gak Ada Motor yang Sempurna, Tapi Harus Tetap Maksimal!”
Jack Miller Bicara Jujur soal Motor Balap MotoGP: “Gak Ada Motor yang Sempurna, Tapi Harus Tetap Maksimal!”

JAKARTA - Dalam dunia MotoGP yang serba cepat dan penuh tekanan, seorang Jack Miller kembali menunjukkan bahwa pengalaman dan mindset positif bisa membuat perbedaan besar. 

Pembalap asal Australia ini sekarang membela tim satelit Pramac Yamaha, dan walaupun belum berada di posisi atas klasemen, kontribusinya terhadap pengembangan motor Yamaha patut diacungi jempol.

Setelah pindah dari tim pabrikan KTM ke Yamaha musim ini, performa Miller terbilang cukup menjanjikan. 

Ia terlihat lebih nyaman dan percaya diri saat menunggangi motor Yamaha, dibanding saat bersama KTM tahun lalu yang sering ia keluhkan karena masalah chatter alias getaran berlebihan. 

Masalah ini, nyatanya, masih jadi keluhan utama bagi para rider KTM musim 2025.

Miller saat ini berada di peringkat ke-15 klasemen MotoGP setelah empat seri awal. Tapi angka bukan segalanya. 

Perannya dalam membantu kebangkitan proyek Yamaha yang sempat tenggelam setelah Fabio Quartararo juara dunia tahun 2021 sangat penting. 

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, ada semacam semangat baru di paddock Yamaha dan Miller adalah bagian dari perubahan itu.

Dalam wawancara bersama Speedweek, Miller mengungkapkan filosofi hidup dan balapnya yang selalu berusaha mencari sisi positif dari situasi apa pun, bahkan ketika segalanya terlihat tidak sempurna.

“Saya selalu berusaha melihat kekuatan motor dan membangunnya dari situ. Baik itu waktu di Honda, Ducati, KTM, atau sekarang di Yamaha. Walau kondisinya tidak ideal, tetap harus dimaksimalkan. Kita gak pernah dapat motor yang sempurna, mau itu motor terbaik atau terburuk, pasti tetap ada tantangannya,” ungkap Miller.

Menurutnya, kunci untuk berkembang adalah memahami dengan baik di mana keunggulan motor, dan bagaimana mengoptimalkannya di lintasan. Filosofi ini yang terus ia pegang sejak awal karier balapnya.

Tak cuma soal teknis, Miller juga menekankan pentingnya fokus terhadap pekerjaan sendiri tanpa terganggu oleh komentar atau tekanan media. 

Ia mencontohkan rekan sesama rider, Francesco Bagnaia (Pecco), yang walaupun punya start musim terbaik dalam kariernya, tetap saja mendapat kritik karena “hanya” finish di posisi tiga.

“Itu omong kosong. Kadang media terlalu fokus sama angka, padahal yang penting adalah progres dan kerja keras yang dilakukan,” ujarnya.

Selain berpindah motor, Miller juga melakukan transisi dari tim pabrikan ke tim satelit. Tapi baginya, hal itu tidak terlalu jadi masalah. 

Menurutnya, pengembangan motor tetap ditentukan oleh hasil di lintasan, bukan sekadar label tim.

“Mau di tim pabrikan atau satelit, tetap sama saja. Yang penting adalah hasil. Semua orang di sini kerja keras dan ingin motor mereka kompetitif,” katanya.

Di seri MotoGP Texas, Miller sempat bikin kejutan dengan finish di posisi lima besar sebuah bukti bahwa dia masih punya taji di tengah kompetisi yang makin ketat. 

Sayangnya, di balapan berikutnya di Qatar, ia gagal menyelesaikan lomba. Meski begitu, semangat Miller tetap membara.

Perjalanan Miller di MotoGP memang penuh warna. Dari naik-turun performa hingga berganti-ganti tim, tapi satu hal yang tetap konsisten adalah cara berpikirnya yang selalu positif dan pantang menyerah. 

Inilah yang membuatnya tetap relevan di tengah generasi pembalap muda yang terus bermunculan.

Bagi penggemar MotoGP, cerita Jack Miller ini bisa jadi inspirasi tersendiri. Bahwa dalam hidup dan balapan kita gak harus menunggu semuanya sempurna untuk mulai bergerak. 

Justru dari keterbatasanlah kita bisa belajar banyak, selama kita tahu di mana kekuatan kita dan tetap fokus pada tujuan.

Yamaha pun beruntung punya pembalap seperti Miller, yang bukan hanya bisa ngebut di lintasan, tapi juga punya jiwa pemimpin dan mental tangguh yang bisa membantu tim bangkit dari masa-masa sulit.

Jack Miller bukan hanya pembalap yang handal, tapi juga simbol konsistensi dan sikap positif dalam menghadapi tantangan. 

Dengan pengalaman segudang di Honda, Ducati, KTM, dan kini Yamaha, dia membawa energi baru ke tim dan mengingatkan kita semua: motor boleh gak sempurna, tapi semangat harus tetap 100 persen.