Terhalang Aturan Usang, Pasien Katarak di Hong Kong Frustrasi: Kenapa Surat Rujukan dari Ahli Tak Diakui?
![]() |
Terhalang Aturan Usang, Pasien Katarak di Hong Kong Frustrasi: Kenapa Surat Rujukan dari Ahli Tak Diakui? |
JAKARTA - Bayangkan kamu sudah menjalani pemeriksaan mata oleh seorang ahli optometri yang terlatih, dan hasilnya menyatakan bahwa kamu menderita katarak.
Tapi ketika kamu ingin menjalani pengobatan lanjutan di rumah sakit pemerintah, surat rujukan dari ahli tersebut malah ditolak.
Inilah yang dialami oleh seorang warga Hong Kong, sebut saja Pak Chan, yang mengaku kecewa dan bingung dengan sistem kesehatan yang terasa makin rumit.
Di Hong Kong, kekurangan tenaga medis sudah menjadi masalah lama. Untuk bisa mendapatkan perawatan spesialis di rumah sakit negeri, pasien harus membawa surat rujukan dari dokter medis yang ditandatangani dalam tiga bulan terakhir.
Masalahnya, meskipun Pak Chan sudah diperiksa oleh seorang optometris profesional yang terdaftar, surat tersebut tetap tidak diterima oleh rumah sakit.
Ia harus kembali mencari dokter pribadi hanya untuk mendapatkan surat rujukan tambahan.
Ini tidak hanya membuang waktu dan biaya, tapi juga membuat khawatir karena penyakit matanya bisa saja makin parah dalam masa tunggu yang bisa mencapai lebih dari satu tahun.
Padahal, para optometris di Hong Kong telah menjalani pendidikan formal selama lima tahun dan memiliki keterampilan tinggi untuk melakukan skrining dan mengenali berbagai gangguan mata, termasuk katarak dan glaukoma.
Namun, karena definisi profesi optometris dalam hukum medis Hong Kong belum diperbarui selama 40 tahun, peran mereka dalam sistem kesehatan sangat terbatas.
Mereka dianggap hanya “tukang kacamata”, padahal kenyataannya jauh lebih dari itu.
Ketua Asosiasi Optometris Hong Kong, Chan Man Bun, menjelaskan bahwa waktu belajar mengenai kacamata hanya sebagian kecil dari total masa studi.
Sebagian besar waktu kuliah justru difokuskan pada ilmu pengobatan mata, penggunaan obat, hingga manajemen klinis.
Di negara seperti Australia, optometris memiliki wewenang untuk langsung merujuk pasien ke dokter spesialis mata.
Hal ini menciptakan sistem yang lebih efisien dan cepat dalam penanganan kasus-kasus mata yang serius.
Pemerintah Hong Kong sebenarnya pernah ditanya soal kemungkinan mengadopsi sistem “nurse practitioner” seperti di Amerika, di mana perawat senior diberi wewenang tambahan untuk membantu tugas dokter.
Sayangnya, pemerintah saat itu menolak gagasan tersebut dengan alasan takut mengganggu distribusi tenaga medis, dan bukannya mendorong reformasi, justru terkesan menunda-nunda perubahan.
Padahal, dengan keterlibatan lebih aktif dari para tenaga kesehatan non-dokter seperti optometris, fisioterapis, dan terapis okupasi, beban rumah sakit bisa dibagi dan pelayanan kepada masyarakat bisa jadi lebih cepat.
Anggota legislatif Hong Kong, Lam So Wai, juga menegaskan bahwa kita perlu mempercayakan lebih banyak tanggung jawab kepada profesi-profesi ini.
Misalnya, dalam program pengelolaan penyakit kronis, sudah terbukti bahwa kehadiran optometris di pusat kesehatan masyarakat bisa sangat membantu dalam mendeteksi dini komplikasi mata pada pasien diabetes.
Waktunya Hong Kong memperbarui cara pandangnya terhadap tenaga medis di luar profesi dokter.
Memberikan wewenang yang tepat kepada optometris untuk melakukan rujukan bukan hanya soal efisiensi, tapi juga soal keadilan bagi pasien yang butuh penanganan cepat dan tepat.
Karena dalam dunia kesehatan, menunggu terlalu lama bisa berarti kehilangan kesempatan untuk sembuh.