Berita Borneotribun: viral pemerasan online Hari ini
Tampilkan postingan dengan label viral pemerasan online. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label viral pemerasan online. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Juni 2025

Wanita Cantik Asal Bekasi Diperas Pria Mengaku Polisi Lewat Video Syur, Kasusnya Kini Diselidiki

Wanita Cantik Asal Bekasi Diperas Pria Mengaku Polisi Lewat Video Syur, Kasusnya Kini Diselidiki
Wanita Cantik Asal Bekasi Diperas Pria Mengaku Polisi Lewat Video Syur, Kasusnya Kini Diselidiki. (Gambar ilustrasi)

JAKARTA - Seorang wanita asal Kabupaten Bekasi diduga menjadi korban pemerasan oleh pria yang mengaku polisi. Bermula dari kenalan di TikTok, video pribadi jadi alat ancaman.

Kasus Pemerasan Lewat Video Syur, Wanita Asal Bekasi Jadi Korban

Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan kasus pemerasan yang melibatkan seorang wanita muda berinisial EM asal Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. EM diduga menjadi korban pemerasan oleh seorang pria yang mengaku sebagai anggota polisi dari Bandar Lampung.

Kejadian ini bermula dari perkenalan mereka di aplikasi TikTok, yang kemudian berlanjut ke WhatsApp. Tanpa disangka, hubungan komunikasi yang awalnya tampak biasa saja justru berujung petaka.

Perkenalan di TikTok yang Berujung Pemerasan

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, menjelaskan bahwa pelaku awalnya memperkenalkan diri sebagai pria berinisial T, dan mengaku sebagai anggota kepolisian di Bandar Lampung.

“Awal kejadian korban berkenalan dengan seorang pria di aplikasi TikTok yang mengaku sebagai anggota kepolisian Bandar Lampung,” ujar Ade Ary saat memberikan keterangan kepada wartawan pada Selasa kemarin.

Dari perkenalan tersebut, komunikasi antara keduanya semakin intens. EM merasa nyaman hingga akhirnya sering mengirimkan video pribadi kepada pelaku. Sayangnya, kepercayaan itu disalahgunakan.

Video Syur Dijadikan Alat Pemerasan

Menurut keterangan Kombes Pol Ade Ary, video-video pribadi yang dikirim oleh korban dijadikan alat untuk memeras. Pelaku mengancam akan menyebarkan video tersebut ke publik jika EM tidak mengirimkan sejumlah uang.

“Korban dikirimkan rekaman video dirinya dan diminta uang sebesar Rp10 juta agar video tersebut tidak dipublikasikan. Namun korban hanya menyanggupi sebesar Rp5 juta, yang ditransfer secara bertahap,” ungkap Ade Ary.

Modus pemerasan seperti ini kerap kali terjadi di dunia digital. Banyak korban yang merasa malu dan akhirnya memilih untuk memenuhi permintaan pelaku ketimbang melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib.

Korban Melaporkan ke Polisi, Pelaku Masih Diburu

Beruntung, EM memberanikan diri untuk melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian. Saat ini, kasus tersebut tengah ditangani oleh jajaran Polres Metro Bekasi. Penyidik sudah melakukan langkah-langkah untuk mengungkap identitas pelaku dan memburu keberadaannya.

“Ditangani Restro Bekasi. Pelaku masih dalam penyelidikan,” tambah Kombes Ade Ary.

Langkah berani yang diambil oleh korban patut diapresiasi, karena dengan begitu pelaku bisa segera ditangkap dan tidak menimbulkan korban lainnya.

Waspadai Modus Penipuan Berkedok Cinta di Media Sosial

Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua agar lebih berhati-hati saat berinteraksi di media sosial. Banyak oknum tidak bertanggung jawab yang menyamar dengan identitas palsu demi mendapatkan keuntungan pribadi, baik secara materi maupun non-materi.

Berikut beberapa tips agar tidak terjebak dalam modus serupa:

  1. Jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal di media sosial. Apalagi jika mereka mengaku sebagai aparat atau orang penting tanpa bukti nyata.

  2. Hindari mengirimkan konten pribadi, apalagi yang bersifat sensitif, meskipun merasa sudah dekat.

  3. Gunakan fitur privasi dengan bijak. Jangan sembarangan membagikan informasi pribadi di akun media sosial Anda.

  4. Segera blokir dan laporkan akun yang mencurigakan jika menunjukkan perilaku manipulatif atau mencurigakan.

  5. Jangan takut untuk melapor ke pihak berwajib jika Anda merasa menjadi korban kejahatan digital.

Kisah yang dialami EM asal Bekasi ini bukan yang pertama dan mungkin bukan yang terakhir jika masyarakat tidak meningkatkan kewaspadaan. Di era digital seperti sekarang, kejahatan tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga secara virtual. Siapa saja bisa menjadi target jika tidak berhati-hati.

Mari kita ambil pelajaran dari kejadian ini. Jangan mudah terbuai oleh rayuan manis di dunia maya, apalagi sampai mengorbankan harga diri. Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami hal serupa, jangan ragu untuk segera melapor. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk menghentikan kejahatan serupa.