Biden Diharapkan Danai Layanan Reproduksi di Kenya | Borneotribun.com -->

Senin, 01 Februari 2021

Biden Diharapkan Danai Layanan Reproduksi di Kenya

Veronica Atieno, kiri, melihat suaminya Gabriel Owour Juma menggendong putri mereka Shaniz Joy Juma, yang dilahirkan sebulan sebelumnya oleh dukun bayi tradisional. (Foto: AP)

BorneoTribun | Amerika - Sofi Mukwana, seorang ibu berusia 29 tahun, mendatangi dokternya untuk membahas soal pilihan keluarga berencana (KB) yang tepat baginya.  Warga Kawangware itu, yang terletak sekitar 15 kilometer barat ibu kota Nairobi, hamil dan melahirkan anak tak lama setelah menikah; hal yang membuatnya merasa sangat kelelahan. Sofi sudah mempertimbangkan untuk mengikuti metode  KB lima tahun, tetapi karena pertimbangan biaya akhirnya ia memilih opsi minum pil saja. Hal ini pun sulit dilakukan karena ketidakmampuannya membeli pil KB yang dibutuhkan.

Pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama, organisasi-organisasi layanan kesehatan seksual dan reproduksi di Kenya biasanya mendapatkan 95 persen anggarannya dari pemerintah Amerika. Namun mereka terpaksa meniadakan sebagian layanan ketika pemerintahan Trump memberlakukan kembali “global gag rule” yang memicu pembatasan anggaran. 

“Global gag rule” adalah julukan bagi kebijakan pemerintah Amerika yang memblokir anggaran federal untuk LSM yang menyediakan layanan atau rujukan bagi layanan aborsi, atau yang memperluas layanan aborsi.

Veronica Atieno, kiri, menggendong putrinya Shaniz Joy Juma, tengah, yang dilahirkan sebulan sebelumnya oleh dukun bayi tradisional pada jam malam menjelang fajar, ditemani oleh suaminya Gabriel Owour Juma, kanan. (Foto: AP)

“Ketika ada Obamacare, program KB jauh lebih terjangkau bagi setiap orang di semua kelas masyarakat, dibandingkan sekarang ketika sebagian layanan terpaksa dibatalkan," kata Dr. Victor Odhiambo, pejabat klinis di Klinik Elmo Premium.

"Jumlah orang yang datang ke klinik sangat turun. Ada begitu banyak tantangan yang muncul. Salah satu diantaranya adalah kami mendapati banyak kasus kehamilan yang tidak diinginkan, kasus menggugurkan kandungan, aborsi secara terang-terangan atau yang tidak resmi.  Ini karena jika seseorang tidak mampu membayar layanan KB, mereka juga tidak mampu mengikuti metode aborsi teraputik yang ada," tambahnya.

Aturan “global gag rule” berarti petugas layanan kesehatan harus memilih antara menyediakan layanan aborsi resmi yang aman atau tidak menerima anggaran layanan kesehatan global dari pemerintah Amerika, yang tentunya berdampak sangat besar pada layanan KB.  Hal ini menimbulkan dampak pada perempuan seperti Mukwana.

“Kita mungkin menginginkan kehadiran anak-anak dalam selang waktu tertentu.  Karena tidak ada opsi KB yang didanai, jadi sangat sulit untuk datang ke apotik karena harga pil-nya sangat mahal.  Walhasil kita memiliki anak-anak yang sebenarnya belum kita inginkan, yang menimbulkan tantangan untuk memberi mereka makan dan menjaga kesehatan keluarga.  Jadi sebagai perempuan kami menyerukan pada Presiden Joe Biden untuk kembali mendanai Obamacare sehingga kami dapat merencanakan kehamilan dan membesarkan keluarga dengan baik," paparnya.

Mukwana sangat menentang aborsi karena keyakinan agama yang dianutnya, tetapi tidak pernah ingin punya anak dengan jarak yang begitu dekat satu sama lain.

Ia khawatir mereka akan masuk sekolah pada waktu yang hampir bersamaan, dengan hanya satu sumber penghasilan yaitu pekerjaan suaminya sebagai juru tulis. 

Banyak LSM Lega dengan Kehadiran Biden 

LSM di seluruh belahan dunia, yang sebelumnya dibatasi atau dilarang menerima bantuan dari Amerika jika mereka menyediakan layanan aborsi atau memberi informasi tentang prosedur KB, merasa lega karena tokoh yang selama ini mendukung hak-hak reproduksi kini menjadi orang nomor satu di Amerika.

Keluarga berencana merupakan bagian integral suatu bangsa yang sehat, yang memungkinkan keluarga memenuhi kebutuhan dasar, seperti layanan kesehatan, pangan dan pendidikan tanpa perlu mengalihkan beban ini pada pemerintah.

Presiden Joe Biden tersenyum setelah menandatangani perintah eksekutif yang memperkuat akses ke perawatan kesehatan yang terjangkau. (Foto: Reuters/Kevin Lamarque)

Biden diharapkan akan mengubah keputusan era-Trump, seperti pembatasan hak-hak aborsi. 

Menurut Dr. Jorma Ojwang, apoteker yang praktik di Kibera – salah satu daerah kumuh terbesar di Kenya – meskipun aborsi di Kenya merupakan hal yang ilegal, hampir setengah juta aborsi terjadi setiap tahun.  Sebagian prosedur aborsi ini dilakukan di ruangan-ruangan yang tidak aman dan dilakukan terhadap remaja perempuan.

Seorang apoteker lainnya, Betty Mulinge, mengatakan remaja-remaja perempuan berusia sedikitnya 10 tahun telah mencapai usia reproduktif dan datang menemuinya.

“Remaja-remaja perempuan ini mencari layanan KB karena sudah berada pada usia reproduktif tetapi tidak memiliki dukungan atau orang-orang yang dapat mendidik mereka.  Itulah sebabnya mereka datang ke apotik, dan sebagian besar tidak memiliki uang untuk membeli obat.  Tetapi mereka benar-benar membutuhkan informasi," katanya.

"Jadi kami melihat banyak yang kemudian datang untuk mencari tahu bagaimana menggugurkan kandungan, karena mereka merasakan kebutuhan untuk berhubungan seksual, mereka tahu bagaimana melindungi diri tetapi tidak mampu membeli pirantinya. Jadi kami harap Obamacare akan menjawab kebutuhan remaja-remaja ini karena ini sesuatu yang harus mulai dibicarakan sejak sekarang," lanjut Betty.

Dr. Victor Odhiambo, mengoperasikan klinik yang hingga empat tahun lalu masih menyediakan layanan KB.  Tetapi sejak Trump membatasi anggaran layanan KB, klinik di kawasan kumuh Kawangware terpaksa memberikan obat-obatan generik, yang telah menurunkan jumlah orang yang datang ke klinik.

“Global gag rule yang diberlakukan Trump harus dicabut. Obamacare menawarkan layanan KB yang terjangkau. Dan pada dasarnya sebuah keluarga yang direncanakan dengan baik akan memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya.  Ini yang kami inginkan," tegasnya. [em/jm]

Oleh: VOA Indonesia

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar