Presiden Kuba dan Putin Bertemu, Bahas 'Situasi Internasional' Saat Ini | Borneotribun.com -->

Sabtu, 29 Januari 2022

Presiden Kuba dan Putin Bertemu, Bahas 'Situasi Internasional' Saat Ini

Presiden Kuba dan Putin Bertemu, Bahas 'Situasi Internasional' Saat Ini
Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan konferensi pers bersama setelah melangsungkan pertemuan di Moskow, Rusia, pada 2 November 2018. (Foto: Reuters/Maxim Shemetov)

BorneoTribun.com - Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel, mengacu pada percakapannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin kemarin (24/1/2022), mengatakan dalam sebuah tweet bahwa dia dan Putin berbicara "tentang hubungan baik negara kita dan ... tentang situasi saat ini. situasi internasional." ini."

Merujuk pada kompleksitas hubungan Amerika Serikat (AS) dan Rusia saat ini, kicauan Diaz-Canel menjadi rujukan resmi pertama atas kebuntuan diplomatik antara kedua negara adidaya tersebut.

Rusia sekali lagi menunjukkan penentangannya di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan kekuatan barat atas Ukraina, dan mengisyaratkan bahwa penolakan AS untuk mengindahkan tuntutannya dapat memacu kerja sama militer yang lebih erat dengan sekutu di Amerika Latin.

Dalam beberapa hari terakhir, beberapa pejabat senior Rusia telah memperingatkan bahwa Moskow dapat mengerahkan pasukan atau aset militer ke Kuba dan Venezuela jika AS dan NATO bersikeras untuk campur tangan di depan pintu Rusia.

Di tengah penumpukan pasukan besar-besaran di perbatasannya dengan Ukraina, kemampuan Rusia untuk memobilisasi pasukan di Belahan Barat, ribuan mil jauhnya, sangat terbatas, kata para ahli.

Tetapi bahkan jika pembicaraan tentang pengerahan pasukan sebagian besar hanyalah gertakan, perkembangan strategis Rusia di Amerika Latin adalah nyata, dan dapat menimbulkan ancaman keamanan nasional. Wilayah Amerika Latin telah lama disebut oleh pembuat kebijakan Amerika sebagai “halaman belakang Washington.”

Dalam dekade terakhir, ketika pengaruh Amerika di kawasan itu telah berkurang, Moskow — dan pada tingkat lebih rendah musuh lainnya seperti China dan Iran — diam-diam memperkuat hubungan dengan pemerintah otoriter di Nikaragua, Kuba, dan Venezuela melalui penjualan senjata, perjanjian pembiayaan dan keterlibatan diplomatik yang intensif.

Moskow membantu Venezuela merancang cryptocurrency, menghapus utang Kuba senilai $35 juta, dan mengoperasikan kompleks anti-narkotika berteknologi tinggi di Nikaragua yang diyakini banyak orang sebagai pijakan rahasia mata-mata di seluruh wilayah.

Berkali-kali, Rusia telah menunjukkan kesediaannya untuk menggunakan militernya yang cukup besar sebagai alat tawar-menawar setiap kali merasa terancam oleh Amerika. [lt/k]

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar