Inflasi Turun di Eropa, Harga Makanan dan BBM Tetap Tinggi, Bank Sentral Berencana Naikkan Suku Bunga | Borneotribun.com -->

Jumat, 03 Maret 2023

Inflasi Turun di Eropa, Harga Makanan dan BBM Tetap Tinggi, Bank Sentral Berencana Naikkan Suku Bunga

Inflasi Turun di Eropa, Harga Makanan dan BBM Tetap Tinggi, Bank Sentral Berencana Naikkan Suku Bunga
Inflasi Turun di Eropa, Harga Makanan dan BBM Tetap Tinggi, Bank Sentral Berencana Naikkan Suku Bunga.

JAKARTA - Inflasi sedikit menurun di 20 negara pengguna mata uang Euro, namun harga makanan dan BBM masih tinggi. Hal ini membuat Bank Sentral Eropa tidak memiliki alasan untuk memperlambat kenaikan suku bunga yang bertujuan untuk mengendalikan harga-harga.

Indeks harga konsumen mencapai 8,5 persen pada bulan Februari dibandingkan dengan setahun yang lalu, turun dari 8,6 persen pada bulan Januari. Hal ini dikatakan oleh agensi statistik Uni Eropa, Eurostat, pada hari Kamis. Angka ini masih lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar 8,3 persen.

Inflasi telah turun dari puncaknya sebesar 10,6 persen pada bulan Oktober tahun lalu. Akan tetapi, tingkat inflasi yang masih tinggi ini telah mencengangkan banyak ekonom, di mana tingkat inflasi di Jerman, Prancis, dan Spanyol lebih tinggi dari perkiraan minggu ini.

Harga makanan, alkohol, dan tembakau naik 15 persen, lebih tinggi dari bulan Januari lalu yang mencapai 14,1 persen, yang sudah sangat membebani konsumen. Laju kenaikan ini lebih tinggi dari harga energi, meskipun terjadi perang di Ukraina. Harga energi tumbuh sebesar 13,7 persen dari setahun yang lalu, tetapi lebih rendah dari kenaikan 18,9 persen pada bulan Januari.

Harga gas alam, yang digunakan untuk penghangat ruangan, operasional proses industri, dan membangkitkan listrik, merupakan penyebab utama inflasi tinggi dalam ekonomi. Rusia memotong sebagian besar pasokannya ke Eropa tahun lalu karena hendak menekan negara-negara Eropa karena mendukung Ukraina.

Sementara harga gas alam turun karena musim dingin yang ringan mengurangi kebutuhan pemanas ruangan, masih diperlukan waktu berbulan-bulan sebelum hal itu tercermin dalam tagihan rekening gas konsumen.

Sementara itu, harga yang lebih tinggi telah menyebabkan para pekerja menuntut gaji yang lebih besar dalam negosiasi kerja, seringkali disertai pemogokan dan demonstrasi yang melanda Eropa.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah inflasi inti, sebuah indeks yang tidak menyertakan harga makanan dan energi, namun memberikan petunjuk lebih baik apakah inflasi itu akan bertahan di dalam ekonomi untuk jangka panjang. Angka itu naik dari 5,3 persen menjadi 5,6 persen.

“Kenaikan inflasi inti pada bulan Februari akan memperkuat keyakinan penyusun kebijakan di Bank Sentral Eropa bahwa kenaikan suku bunga yang signifikan masih dibutuhkan,” kata Jack Allen-Reynolds, deputi ekonomi utama untuk zona euro di Capital Economics.

Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde, telah memberikan petunjuk bahwa bank tersebut akan menaikkan suku bunga sebesar setengah persen pada pertemuan yang akan diadakan pada tanggal 16 Maret mendatang. Bank tersebut berusaha menurunkan inflasi ke sasaran dua persen yang dianggap paling baik untuk perekonomian.

Kenaikan suku bunga bank sentral akan membuat kredit mobil, kredit rumah, dan utang kartu kredit menjadi lebih mahal, dan langkah tersebut mampu menurunkan belanja dan permintaan barang.

Federal Reserve AS dan bank sentral lain di seluruh dunia mengambil langkah yang sama untuk memerangi inflasi ketika permintaan melonjak pascapandemi COVID-19 dan invasi Rusia menyusutkan pasokan makanan dan energi.

Inflasi AS melambat pada bulan Januari untuk bulan ketujuh berturut-turut dan mencapai 6,4 persen, tetapi kenaikan tajam pada angka bulanan menunjukkan bahwa inflasi masih belum terkendali.

Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya kenaikan suku bunga lebih banyak lagi, dan hal tersebut membuat kemungkinan terjadinya resesi menjadi lebih besar.

Ekonomi zona euro yang hanya tumbuh sebesar 0,1 persen dalam tiga bulan terakhir tahun 2022 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, telah memperlihatkan tanda-tanda pertumbuhan yang agak lebih kuat, sebagian besar disebabkan oleh belanja pemerintah untuk membantu konsumen dan bisnis yang terpukul keras oleh inflasi.

Pakar ekonomi Allen Reynolds meramalkan bahwa kenaikan suku bunga sebesar setengah poin akan terjadi pada pertemuan bank pada Maret dan Mei, dan menambahkan bahwa kemungkinan terjadinya kenaikan suku bunga lanjutan pada pertemuan mendatang kini semakin menjadi kenyataan. [jm/rd]

Oleh: VOA Indonesia/Editor: Yakop

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar