Menyimpan sekotak kenangan Tokyo lewat “postcard” Ukiyo-e | Borneotribun

Senin, 19 Mei 2025

Menyimpan sekotak kenangan Tokyo lewat “postcard” Ukiyo-e

Menyimpan sekotak kenangan Tokyo lewat “postcard” Ukiyo-e
Menyimpan sekotak kenangan Tokyo lewat “postcard” Ukiyo-e. (ANTARA)
Surabaya - Negeri Sakura senantiasa menjadi pilihan utama para wisatawan untuk mengisi waktu liburan. Banyak destinasi yang menarik perhatian mulai dari soal alam, kuliner, hingga bangunan dan benda bersejarah.

Tak terlalu jauh dari pusat keramaian Tokyo, berdiri bangunan megah khas tradisional Jepang yang dikelilingi oleh taman luas nan asri dan hijau. Museum Nasional Tokyo namanya, museum tertua di Jepang yang berada di Taman Ueno.

Sebagai rumah bagi ratusan ribu karya seni dan artefak arkeologi Jepang maupun Asia, museum ini awalnya didirikan pada 1872 di Kuil Yushima Seido hingga kemudian dipindahkan ke Taman Ueno.

Museum Nasional Tokyo merupakan kompleks museum yang terdiri dari enam bangunan terpisah yaitu Honkan, Hyokeikan, Toyokan, Heiseikan, Horyuji Homotsukan, dan Kuroda Memorial Hall.

Masing-masing bangunan itu menyimpan koleksi tersendiri, seperti bangunan utama Honkan bergaya khas arsitektur Timur atau The Imperial Crown Style yang memamerkan karya seni zaman kuno Jepang.

Karya seni zaman kuno Jepang di dalam bangunan utama Honkan yang merupakan karya arsitek Watanabe Jin di antaranya adalah keramik, peta, topeng, kostum, hingga senjata.

Beberapa waktu lalu, ANTARA melalui program Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youth (JENESYS) berkesempatan untuk mengeksplorasi koleksi karya seni yang tersimpan di bangunan Honkan Museum Nasional Tokyo.

Untuk menjelajahi bangunan utama yang terdiri dari dua lantai tersebut membutuhkan waktu sekitar satu jam dengan dimulai dari melihat koleksi artefak kuno abad ke-19 termasuk patung-patung Budha, keramik, dan peta.

Yang paling menarik, terdapat koleksi milik para Samurai yakni golongan kelas ksatria militer Jepang. Golongan yang kala itu meniru budaya bangsawan kekaisaran sempat memimpin Jepang selama hampir 700 tahun.

Tak heran apabila menghasilkan koleksi benda peninggalan teramat banyak, termasuk baju zirah atau Gusoku yang merupakan pelindung tubuh golongan Samurai serta beragam jenis senjata.

Senjata dan perlengkapan perang lainnya seperti pakaian milik Samurai pun bervariasi dari sisi bahan, warna, dan teknik pembuatannya karena disesuaikan dengan kegiatan mereka.

Bahkan seiring waktu, keragamannya terus berkembang namun tetap menampilkan ciri khas simbol-simbol kekuasaan sekaligus status sosial mereka mereka sebagai ksatria di Jepang.

Terdapat satu koleksi baju zirah yang menarik perhatian wisatawan. Baju zirah ini dipamerkan dengan keterangan Armor (Gusoku) with a Domaru Cuirass and White Lacing. Ternyata baju zirah itu milik seorang Samurai bernama Matsudaira Lenori (1575-1614) yang memimpin Jepang bagian tengah pada abad ke-16.

Desain baju zirah milik Lenori merepresentasikan siklus abadi alam semesta. Samurai percaya adanya siklus kematian dan terlahir kembali. Hal ini digambarkan melalui simbol matahari terbit di bagian dada baju zirah dan cincin emas besar yang tertempel di helm sebagai simbol bulan.

Tak hanya peninggalan Samurai, wisatawan juga sangat tertarik dengan koleksi Kimono. Supervisor Museum Nasional Tokyo Takenouchi Katsunori mengatakan seluruh koleksi kimono masih utuh dan dilestarikan lantaran hanya dipakai dalam acara tertentu oleh kalangan bangsawan kelas atas.

Katsunori menuturkan corak dan desain pada Kimono sangat disesuaikan dan memiliki makna. Seperti Kimono Uchikake yang dipakai ketika terdapat acara formal seperti pernikahan.

Lantaran akan berada di tengah gelaran sakral, Kimono Uchikake didesain untuk melambangkan usia yang abadi melalui corak jeruk tachibana. Bahan sutra pun dipilih untuk menggambarkan kemewahan budaya istana.

"Postcard" seni Ukiyo-e

Selain memamerkan karya seni kuno, Museum Nasional Tokyo turut menawarkan pengalaman edukasi melalui cara yang unik. Wisatawan dilibatkan secara langsung untuk mengenal lebih dekat soal budaya Jepang.

Salah satu pengalaman unik ini terwujud melalui seni stempel Ukiyo-e yaitu teknik cetak berwarna-warni khas Jepang. Biasanya gambar yang tercetak berkaitan dengan budaya Negara Sakura seperti aktor kabuki, pegulat sumo, pemandangan alam, hingga festival.

Awalnya, teknik pembuatan Ukiyo-e dilakukan manual melalui lukisan dan kemudian seiring berkembangnya waktu dibuat dengan menggunakan balok kayu yang menghasilkan karya gambar berwarna-warni.

Di Museum Nasional Tokyo, wisatawan dapat menjajal secara langsung seni stempel Ukiyo-e tersebut. Langkah pertama, wisatawan dapat mengambil kertas kosong berwarna putih yang telah tersedia.

Setelah itu, akan terdapat lima bingkai yang terletak di meja dengan lima stempel masing-masing yang harus dilalui. Wisatawan dapat memasukkan kertas ke setiap bingkai dan kemudian menempelkan masing-masing stempel ke atas kertas.

Nantinya setiap stempel yang ditempelkan akan menghasilkan warna dan suatu bentuk yang apabila diselesaikan hingga stempel kelima akan membentuk sebuah gambar di atas kertas.

Ketika wisatawan sampai ke stempel kelima, seni Ukiyo-e telah tercipta. Sebuah kertas yang tadinya putih bersih kini memiliki sebuah gambar berwarna-warni yang sangat menarik yakni potret Otani Oniji III, seorang aktor kabuki terkenal periode Edo di Jepang.

Stempel Ukiyo-e menangkap ekspresi jahat dengan tangan Otani Oniji III yang menjulur ketika ia sedang memainkan peran sebagai Yakko Edobei dalam pementasan The Colored Reins of a Loving Wife.

Desain potret Otani Oniji III dalam stempel Ukiyo-e dikenalkan oleh Toshusai Sharaku yaitu seorang desainer cetakan Ukiyo-e a Jepang yang aktif pada 1794-1795.

Seni stempel Ukiyo-e ini memberikan pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan untuk mengenal lebih dekat dengan budaya Jepang, apalagi kertas kotak berbentuk persegi panjang bergambar Otani Oniji III dapat dibawa pulang sebagai buah tangan.

Oleh Astrid Faidlatul Habibah/ANTARA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar