Pemanfaatan teknologi jadi jembatan layanan keuangan inklusif | Borneotribun

Rabu, 07 Mei 2025

Pemanfaatan teknologi jadi jembatan layanan keuangan inklusif

Pemanfaatan teknologi jadi jembatan layanan keuangan inklusif
Pemanfaatan teknologi jadi jembatan layanan keuangan inklusif. (ANTARA)
Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) meyakini bahwa pemanfaatan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dapat menjadi jembatan dalam mewujudkan layanan yang inklusif di sektor keuangan yang juga sejalan dengan visi Asta Cita dan Indonesia Emas 2045.

Oleh karena itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mendukung adanya peningkatan inklusi keuangan digital melalui tiga pilar penting yakni pembangunan infrastruktur digital, penguatan literasi digital, dan penyiapan regulasi yang inklusif.

"Teknologi bukan hanya alat, melainkan jembatan yang menghubungkan jutaan masyarakat, termasuk UMKM dan kelompok rentan, ke dalam satu sistem keuangan yang formal," kata Nezar Patria melalui keterangan resminya, Rabu.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa saat ini sudah banyak teknologi-teknologi canggih yang sudah bisa digunakan seperti halnya blockchain yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi keuangan yang transparan dan juga sudah aman.

Tidak hanya itu, teknologi tersebut juga sudah kompatibel dengan beragam aplikasi yang sering digunakan oleh masyarakat umum seperti e-commerce dan transportasi daring. Sehingga, hal tersebut dapat memberikan kemudahan bagi mereka.

“Digital public infrastructure atau DPI meliputi identitas digital, pembayaran, dan pertukaran data telah menjadi katalisator inklusi yang tidak hanya membuka akses tetapi juga memberdayakan masyarakat,” tuturnya.

Untuk memastikan masyarakat tidak ada yang tertinggal dalam pemanfaatan transformasi digital keuangan, pemerintah tengah berupaya dalam mengentaskan hal tersebut dengan beragam cara yang memudahkan mereka.

"Dengan inovasi dan kolaborasi, kita bisa memastikan bahwa no one left behind, tidak satu pun yang tertinggal dalam proses transformasi digital yang sedang berlangsung saat ini," tegas Nezar Patria.

Sebelumnya, Nezar Patria juga sudah mengungkapkan terdapat 345 juta pelaku UMKM dari 400 juta UMKM di negara berkembang masih bersifat informal. Namun, praktik terbaik Ubank di Pakistan dan Erada Microfinance di Mesir dapat memanfaatkan digitalisasi untuk menjangkau kelompok rentan.

Di Indonesia, saat ini Indeks Inklusi Keuangan telah mencapai 80,51 persen. Namun demikian, data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan tingkat literasi keuangan masih di angka 66 persen dengan sektor paling tinggi perbankan.

Pewarta : Chairul Rohman/ANTARA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.