![]() |
Sam Altman Ungkap Visi ChatGPT yang Ingat Semua Tentang Hidupmu, Tapi Apa Aman? |
JAKARTA - Bayangin kalau kamu punya asisten digital yang nggak cuma pintar jawab pertanyaan, tapi juga ingat semua hal tentang hidup kamu, mulai dari chat lama, email, sampai buku yang pernah kamu baca. Kedengarannya keren banget, ya? Tapi di sisi lain, juga bikin merinding. Nah, ini yang lagi jadi perbincangan hangat setelah CEO OpenAI, Sam Altman, buka suara soal masa depan ChatGPT.
Dalam acara yang digelar oleh Sequoia Capital, Sam Altman bilang kalau ke depannya, ChatGPT bakal jadi super personal. Dia ngebayangin AI yang bisa punya konteks sebanyak satu triliun token cukup buat menyimpan seluruh sejarah hidup penggunanya. Mulai dari percakapan, dokumen, artikel, bahkan sumber eksternal yang pernah kamu akses, semuanya bisa dimasukkan ke dalam "ingatan" ChatGPT.
Kata Altman, ini bukan cuma buat individu, tapi juga perusahaan. Bayangin kalau perusahaan bisa menggabungkan semua data mereka ke dalam sistem ChatGPT dan memanfaatkannya buat ambil keputusan. Generasi muda bahkan udah mulai pakai AI kayak ChatGPT sebagai "sistem operasi" hidup mereka—mulai dari upload file, mengakses database, sampai minta saran buat hal-hal penting.
“Anak muda sekarang nggak jarang bikin keputusan hidup setelah tanya dulu ke ChatGPT,” kata Altman. Menurut dia, orang tua cenderung pakai AI sebagai pengganti Google, sementara anak usia 20-30 tahun melihatnya sebagai penasihat pribadi.
Kalau dipikir-pikir, teknologi ini punya potensi yang luar biasa. Misalnya, AI bisa otomatis daftarin mobil kamu buat ganti oli, beliin kado nikahan buat sahabat kamu, bahkan pesenin lanjutannya buku favorit kamu. Tapi, di balik semua itu, muncul pertanyaan besar: apa aman ngasih tahu semua informasi pribadi ke satu sistem AI?
Track record perusahaan teknologi besar nggak selalu bagus. Google aja baru-baru ini kalah di kasus antimonopoli di AS. Belum lagi AI dari perusahaan lain seperti xAI sempat bikin kontroversi karena jawaban-jawabannya yang aneh. Bahkan ChatGPT sendiri sempat jadi bahan meme gara-gara terlalu “nurut” sama pengguna.
Kesimpulannya, walaupun idenya terdengar revolusioner, kita tetap harus hati-hati. Semakin banyak AI tahu tentang kita, semakin besar juga risiko soal privasi dan potensi manipulasi. Jadi meskipun teknologi terus berkembang dan makin canggih, jangan lupa tetap kritis dan jaga batas antara nyaman dan aman.
Gimana menurut kamu? Apa kamu siap punya AI yang tahu semua tentang hidupmu? Atau justru kamu masih merasa was-was? Yuk share pendapat kamu di kolom komentar!
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS