Kampung Gambut Siantan Hilir jadi model konservasi pertanian organik | Borneotribun.com

Selasa, 05 Agustus 2025

Kampung Gambut Siantan Hilir jadi model konservasi pertanian organik

Kampung Gambut Siantan Hilir jadi model konservasi pertanian organik
Kampung Gambut Siantan Hilir jadi model konservasi pertanian organik. (ANTARA)
Pontianak - Kampung Gambut Siantan Hilir yang terletak di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi contoh nyata keberhasilan konservasi lahan gambut melalui pendekatan pertanian organik dan pemberdayaan masyarakat.

"Model pengelolaan ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk 25 orang petani dari kelompok binaan Program CSR Tanduraya Pertamina Patra Niaga Aviation Fuel Terminal (AFT) Supadio yang melakukan kunjungan studi banding ke mari," kata Ketua Badan Usaha Milik Rukun Warga (BUMRW) 33, Irwan di Pontianak, Selasa.

Dia menjelaskan kunjungan yang berlangsung di Balai Kampung Gambut itu bertujuan mempelajari praktik pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan tanpa merusak fungsi ekologisnya.

"Selama ini lahan gambut dikenal sebagai ekosistem rapuh yang kaya karbon dan memiliki peran vital dalam mitigasi perubahan iklim. Namun, pengelolaannya membutuhkan metode khusus agar tidak menimbulkan kerusakan atau risiko kebakaran," tuturnya.

Irwan menjelaskan bahwa warga di Siantan Hilir dulunya sangat bergantung pada pupuk kimia. Namun berkat serangkaian pelatihan, mereka mulai beralih ke sistem pertanian organik sebagai bagian dari konservasi tanah dan air di lahan gambut.

"Setelah belajar membuat pupuk organik cair (POC), eco enzyme, dan kompos, kami bisa menurunkan penggunaan pupuk kimia hingga 80 persen. Ini sangat membantu menjaga kesuburan gambut secara alami," katanya.

Lahan gambut di kawasan tersebut memiliki kedalaman antara 6 hingga 9 meter, dan selama ini dikelola tanpa metode pembakaran. Hal ini menjadi poin penting dalam menjaga struktur dan kelembapan gambut agar tidak mengalami degradasi.

Selain aspek lingkungan, masyarakat juga mengembangkan kawasan ini sebagai agrowisata edukatif, yang menggabungkan praktik pertanian organik dengan kegiatan wisata berbasis alam. Pendekatan ini tidak hanya berdampak pada konservasi, tetapi juga memberi nilai ekonomi tambahan bagi warga.

Di tempat yang sama, Ketua Kelompok binaan Program CSR Tanduraya Pertamina Patra Niaga Aviation Fuel Terminal (AFT) Supadio, Saban menyampaikan bahwa pihaknya sangat terinspirasi dari model pengelolaan di Kampung Gambut.

"Wilayah kami juga memiliki lahan gambut. Melihat inovasi yang dikembangkan di sini, kami yakin pendekatan serupa bisa kami terapkan untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan tanpa merusak lingkungan," katanya.

Sementara itu, Area Manager Komunikasi, Relasi dan CSR Kalimantan, Pertamina Patra Niaga, Edi Mangun, menyampaikan harapannya agar kunjungan ini menjadi momentum bagi para petani untuk mulai menerapkan praktik ramah lingkungan dalam mengelola lahan gambut.

"Konservasi gambut melalui pertanian berkelanjutan adalah salah satu langkah nyata dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan. Ini tidak hanya tentang produksi pangan, tetapi juga menjaga fungsi ekologis gambut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Lahan gambut di Kalimantan Barat merupakan salah satu cadangan karbon terbesar di Indonesia. Pengelolaan berbasis komunitas seperti di Kampung Gambut Siantan Hilir menjadi solusi efektif dalam menghadapi ancaman kerusakan gambut dan sekaligus menciptakan sumber ekonomi hijau bagi masyarakat sekitar.

Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA

Follow Borneotribun.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Tombol Komentar