Berita Borneotribun.com: Nasa Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Nasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nasa. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 April 2025

Rover Curiosity Difoto dari Orbit Mars: Penampakan Langka dan Temuan Menarik NASA

Rover Curiosity Difoto dari Orbit Mars: Penampakan Langka dan Temuan Menarik NASA
Rover Curiosity Difoto dari Orbit Mars: Penampakan Langka dan Temuan Menarik NASA.

JAKARTA - Bayangin deh, kamu lagi jalan-jalan santai di gurun luas dan tandus, terus tiba-tiba ada drone dari atas langit yang ngambil foto kamu dari kejauhan. Nah, kurang lebih kayak gitu juga yang terjadi sama si Curiosity, rover andalan NASA yang lagi ngeksplorasi Mars sejak 2012 lalu. Baru-baru ini, NASA berhasil menangkap momen langka: rover Curiosity tertangkap kamera dari luar angkasa!

Momen ini diabadikan oleh wahana Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) milik NASA pada tanggal 28 Februari 2025. Lokasinya di Kawah Gale, sebuah tempat yang udah jadi rumah kedua buat Curiosity selama bertahun-tahun terakhir. Di foto itu, Curiosity tampak seperti titik kecil berwarna gelap di tengah hamparan pasir merah Mars. Tapi yang bikin keren, ada jejak roda sepanjang 320 meter yang terlihat jelas mengular di belakangnya itu adalah bukti Curiosity lagi aktif menjelajah!

Jejak Roda yang Bisa Hilang Kapan Aja

Rover Curiosity Difoto dari Orbit Mars: Penampakan Langka dan Temuan Menarik NASA
Rover Curiosity Difoto dari Orbit Mars: Penampakan Langka dan Temuan Menarik NASA.

Kalau kamu kira jejak roda itu bakal awet di permukaan Mars, sayangnya enggak. Mars punya angin yang sangat kencang dan bisa menghapus jejak-jejak itu dalam waktu singkat. Jadi, foto ini bener-bener istimewa karena memperlihatkan momen yang langka dan mungkin cuma bisa dilihat sekali seumur hidup.

Menurut NASA, ini mungkin adalah pertama kalinya rover yang sedang bergerak berhasil difoto dari orbit Mars. Biasanya, wahana orbit hanya menangkap gambar permukaan planet atau fitur-fitur besar kayak kawah dan lembah. Tapi kali ini, mereka berhasil memotret rover yang lagi jalan! Keren, kan?

Curiosity: Si Penjelajah Lambat Tapi Pasti

Kalau kamu ngebayangin Curiosity ngebut di permukaan Mars kayak mobil remote control, buang jauh-jauh ekspektasi itu. Curiosity punya kecepatan maksimum cuma sekitar 160 meter per jam—bahkan lebih lambat dari kamu jalan santai di taman. Tapi itu bukan karena dia lemot, ya. Semua ini dilakukan demi efisiensi energi dan keamanan. Soalnya, permukaan Mars penuh rintangan: bebatuan, jurang, pasir halus yang bisa jebak roda, dan lain-lain.

Meskipun jalannya pelan, Curiosity udah menempuh jarak total sekitar 34,59 kilometer selama misinya berlangsung. Jarak ini memang kelihatannya pendek kalau dibandingin sama mobil di Bumi, tapi untuk ukuran misi robotik di planet lain, ini adalah pencapaian yang luar biasa.

Eksplorasi Kanal Kuno dan Jejak Air Purba

Saat foto itu diambil, Curiosity sedang mengeksplorasi sebuah area bernama Gedis Vallis, yang dipercaya dulunya adalah saluran air besar. Para ilmuwan yakin kalau aliran air kuno ini pernah mengalir deras dan membentuk struktur geologis yang sekarang jadi target riset.

Di tempat itu, Curiosity menemukan endapan belerang murni yang cukup mengejutkan. Kenapa mengejutkan? Karena para ilmuwan belum tahu pasti gimana endapan itu bisa terbentuk. Biasanya, belerang bisa berkaitan dengan aktivitas vulkanik atau keberadaan air. Jadi, temuan ini bisa ngasih petunjuk penting soal sejarah geologi Mars dan kemungkinan pernah adanya lingkungan yang mendukung kehidupan.

Setelah itu, si rover naik ke sebuah batuan kecil yang punya nama keren: "Gerbang Setan" (Devil's Gate). Di sana, Curiosity melakukan analisis kimia terhadap batuan-batuan unik yang bentuknya kayak lapisan kue pastry berlapis-lapis dan menggoda untuk diteliti lebih dalam.

Menuju Gunung Sharp dan Misteri “Struktur Kotak”

Perjalanan Curiosity belum berhenti. Sekarang, dia sedang bergerak ke arah dasar Gunung Sharp (Mount Sharp), sebuah formasi gunung tinggi di tengah Kawah Gale. Di sana ada fitur geologi yang disebut sebagai "struktur kotak" bentuk-bentuk mineral aneh yang mengisi retakan batuan jutaan tahun lalu.

Kenapa bagian ini penting? Karena lingkungan di sana diperkirakan pernah lebih cocok untuk kehidupan mikroba dibanding permukaan Mars saat ini yang kering dan keras. Kalau ditemukan bukti bahwa mikroorganisme pernah bisa hidup di sana, itu bakal jadi langkah besar buat pencarian kehidupan di luar Bumi.

Foto yang Jadi Bukti Keren Teknologi NASA

Gambar yang diambil MRO ini bukan cuma estetik dan bikin kagum, tapi juga jadi bukti kemampuan teknologi luar angkasa yang dimiliki NASA. MRO terbang ratusan kilometer di atas permukaan Mars, tapi masih bisa memfoto objek sekecil rover. Itu ibarat kamu moto semut dari atas gedung pencakar langit dan hasilnya tetap jelas. Hebat banget, kan?

MRO sendiri udah mengorbit Mars sejak 2006 dan dilengkapi dengan kamera supercanggih bernama HiRISE (High Resolution Imaging Science Experiment). Kamera ini bisa menangkap detail sekecil satu meter dari orbit. Jadi wajar aja kalau hasil fotonya bisa memperlihatkan Curiosity dengan begitu jelas.

Jadi, Apa Pentingnya Semua Ini?

Buat kamu yang bertanya-tanya, “Kenapa sih NASA repot-repot ngirim robot ke Mars dan motoin dari luar angkasa segala?”, jawabannya simpel: setiap foto, data, dan temuan dari Curiosity membantu manusia lebih dekat untuk memahami Mars.

Bisa jadi, di masa depan kita bakal punya misi manusia ke Mars. Tapi sebelum itu, kita butuh tahu apakah planet ini pernah punya kehidupan, punya sumber daya, atau bahkan bisa jadi tempat tinggal suatu hari nanti. Nah, semua jawaban itu bisa dimulai dari satu foto kecil, satu temuan belerang, atau satu jejak roda.

Teknologi Canggih, Tujuan Mulia

Momen Curiosity difoto dari orbit Mars bukan cuma jadi pencapaian teknologi, tapi juga simbol dari rasa ingin tahu manusia yang gak pernah habis. Dari jutaan kilometer jauhnya, kita bisa melihat jejak robot kecil yang terus menjelajah demi menjawab pertanyaan besar: “Apakah kita sendirian di alam semesta?”

Dan mungkin, jawaban itu bakal datang dari robot mungil bernama Curiosity yang terus berjalan pelan tapi pasti, menelusuri Mars satu meter demi satu meter.

Sabtu, 26 April 2025

NASA Temukan Fakta Mengejutkan: Angin Matahari Bisa Ciptakan Air di Bulan!

NASA Temukan Fakta Mengejutkan Angin Matahari Bisa Ciptakan Air di Bulan!
NASA Temukan Fakta Mengejutkan: Angin Matahari Bisa Ciptakan Air di Bulan!

JAKARTA - Selama ini, banyak yang bertanya-tanya dari mana asal air yang ditemukan di permukaan Bulan. Apakah dari letusan vulkanik? Mungkin dari tabrakan mikrometeorit? Tapi ternyata, NASA punya jawaban baru yang cukup mengejutkan: angin matahari mungkin jadi penyebab terbentuknya air di Bulan!

Eksperimen Cerdas NASA dengan Debu Bulan

Untuk membuktikan teori ini, para ilmuwan NASA melakukan eksperimen keren banget. Mereka menggunakan sampel tanah Bulan (disebut regolit) yang dikumpulkan dari misi Apollo 17 pada tahun 1972. Sampel ini kemudian “ditembak” menggunakan angin matahari buatan di kondisi vakum, seperti di luar angkasa.

Angin matahari sendiri adalah aliran partikel bermuatan, terutama proton (inti atom hidrogen), yang melaju dengan kecepatan super tinggi lebih dari 1,6 juta kilometer per jam! Karena Bulan hampir tidak punya medan magnet, partikel ini bisa langsung “menghantam” permukaannya.

Dan hasilnya? Terbentuk molekul air!

Dari Mana Airnya Muncul?

Permukaan Bulan sebenarnya kaya akan oksigen, tapi tidak punya banyak hidrogen. Nah, ketika proton dari angin matahari bertabrakan dengan oksigen di regolit, terbentuklah molekul air (H₂O) atau hidroksil (OH).

Yang menarik, para peneliti menemukan bahwa jumlah air di permukaan Bulan berubah-ubah sepanjang hari. Ketika area Bulan terkena sinar matahari, air menguap. Tapi di daerah yang teduh dan dingin, air tetap bertahan. Bahkan, air ini bisa terbentuk ulang setiap harinya berkat proses terus-menerus dari angin matahari. Artinya, ini bukan hanya hasil dari momen-momen tertentu seperti tabrakan meteor, tapi proses yang berlangsung terus-menerus!

Fokus ke “Cold Traps”: Tempat Rahasia Menyimpan Air?

Temuan ini makin penting kalau kita bicara soal masa depan misi manusia ke Bulan. NASA tertarik banget sama yang namanya “cold traps” alias perangkap dingin yaitu daerah yang selalu dalam bayangan, terutama di sekitar kutub Bulan. Karena sinar matahari nggak pernah sampai ke sana, suhu tetap sangat dingin, jadi es bisa bertahan dalam jangka waktu lama.

Bisa kamu bayangkan? Tempat tersembunyi di Bulan yang menyimpan persediaan air alami. Ini bisa jadi kunci penting untuk misi manusia tinggal di Bulan lebih lama, tanpa perlu bawa semua air dari Bumi.

Manfaat Lebih Luas: Petunjuk Kehidupan di Luar Angkasa?

Nggak cuma soal Bulan, temuan ini juga membuka wawasan baru tentang cara air bisa terbentuk di benda langit lain yang tidak punya atmosfer, seperti asteroid atau bulan-bulan planet lain. Jadi bukan mustahil ada lebih banyak air dan mungkin kehidupan di luar sana dari yang kita bayangkan sebelumnya.

Penelitian terbaru dari NASA menunjukkan bahwa angin matahari bisa membentuk air di permukaan Bulan, terutama melalui interaksi antara proton dan oksigen di regolit. Ini bisa jadi jawaban atas misteri lama tentang asal-usul air di Bulan, dan membuka peluang baru untuk eksplorasi luar angkasa yang lebih berkelanjutan.

Gimana menurut kamu? Siap menjelajah Bulan dan mungkin suatu hari… tinggal di sana? 

Rabu, 23 April 2025

Dua Roti Es Krim di Luar Angkasa: Zond NASA Memotret Asteroid Langka dengan Jarak Dekat

Dua Roti Es Krim di Luar Angkasa Zond NASA Memotret Asteroid Langka dengan Jarak Dekat
Dua Roti Es Krim di Luar Angkasa Zond NASA Memotret Asteroid Langka dengan Jarak Dekat.

JAKARTA - Baru-baru ini, zond Lucy milik NASA berhasil mengirimkan gambar menakjubkan dari asteroid yang disebut Donaldjohanson

Asteroid ini sangat unik karena bentuknya yang tidak biasa, hampir menyerupai dua roti es krim yang saling bertautan. 

NASA bahkan menyebutnya sebagai bentuk yang mirip dengan dua kerucut es krim yang saling menempel di bagian "leher" asteroid tersebut. 

Wah, keren banget, kan?

Zond Lucy, yang dirancang untuk mempelajari benda-benda purba di Tata Surya kita, baru saja berhasil mendekati asteroid ini hingga jarak sekitar 960 km. 

Dengan jarak sedekat itu, Lucy berhasil mengambil foto detail dari struktur asteroid ini yang sangat menarik.

Asteroid yang Menarik: "Biner Kontak"

Asteroid Donaldjohanson ini ternyata termasuk dalam kategori yang disebut "biner kontak." Apa itu biner kontak? Jadi, asteroid ini terbentuk dari dua benda langit yang menyatu atau bertabrakan. 

Prosesnya mirip dengan bagaimana dua bola salju bisa menyatu saat berguling di salju. 

Dan di asteroid ini, kita bisa melihat ada "gundukan" di bagian tengahnya, yang memberi kesan bentuk seperti dua kerucut es krim yang terhubung di bagian tengahnya.

Hal ini pun dijelaskan oleh Hal Levison, kepala peneliti misi Lucy dari Southwest Research Institute. 

Menurutnya, mempelajari struktur seperti ini akan membantu para ilmuwan memahami lebih dalam bagaimana proses tabrakan dan penyatuan benda langit terjadi pada masa awal pembentukan planet-planet di Tata Surya.

Lebih Besar dari yang Diharapkan

Ukuran asteroid ini ternyata sedikit lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Panjangnya sekitar 8 km dan lebar 3,5 km. 

Donaldjohanson ini menjadi objek kedua yang dikunjungi oleh zond Lucy setelah sebelumnya mendekati asteroid Dinkinesh dan satelitnya, Selam, yang juga termasuk dalam kategori biner kontak. 

Zond Lucy pun terus melanjutkan misinya untuk mempelajari benda-benda langit purba ini.

Persiapan untuk Misi Utama: Menyelidiki Asteroid Trojan

Penelitian mengenai asteroid Donaldjohanson ini hanya tahap persiapan bagi misi utama zond Lucy, yaitu untuk mempelajari asteroid Trojan di orbit Jupiter. 

Asteroid-asteroid ini adalah benda langit purba yang mengorbit di titik-titik stabil dekat Jupiter, dan belum pernah ada satupun misi luar angkasa yang mendekat sejauh ini.

Menurut Tom Statler, pemimpin program NASA untuk misi Lucy, penemuan ini sudah menunjukkan betapa canggihnya alat-alat yang dibawa oleh zond Lucy. 

Dan ketika Lucy sampai di asteroid Trojan, kita akan mendapatkan kesempatan untuk menggali lebih dalam sejarah awal Tata Surya kita. 

Wah, itu bisa jadi penemuan luar biasa yang akan memperkaya pengetahuan kita!

Apa yang Bisa Kita Harapkan di Masa Depan?

Dalam beberapa minggu ke depan, para ilmuwan akan mulai menganalisis data yang dikirimkan oleh zond Lucy, termasuk gambar hitam-putih dan warna, serta data dari spekrometer inframerah. 

Salah satu momen penting dari misi ini adalah pada Agustus 2027, ketika zond Lucy akan melakukan pendekatan pertama ke asteroid Trojan. 

Siapa tahu, mungkin kita akan mendapatkan penemuan yang mengubah pandangan kita tentang bagaimana planet-planet di Tata Surya ini terbentuk!

Jadi, buat kalian yang tertarik dengan penemuan-penemuan luar angkasa, misi ini bisa menjadi langkah besar dalam mengungkap misteri awal pembentukan planet. 

Tentu saja, kita semua berharap bisa mempelajari lebih banyak tentang bagaimana kehidupan dan planet-planet seperti Bumi ini bisa terbentuk sejak dulu. Stay tuned untuk update berikutnya!

Sabtu, 08 Maret 2025

NASA Meluncurkan Jaringan 4G di Bulan Setelah Pendaratan Modul "Athena"

NASA Meluncurkan Jaringan 4G di Bulan Setelah Pendaratan Modul Athena
NASA Meluncurkan Jaringan 4G di Bulan Setelah Pendaratan Modul "Athena".

Jakarta - NASA kembali mencetak sejarah dengan berhasil mengaktifkan jaringan seluler 4G pertama di Bulan. Teknologi ini dikembangkan oleh Nokia dan dikirim ke Kutub Selatan Bulan menggunakan modul pendaratan "Athena", yang dibuat oleh perusahaan swasta Intuitive Machines.

Pendaratan Tidak Sempurna, Tapi Jaringan Tetap Berfungsi

Meskipun pendaratan modul "Athena" tidak berlangsung sempurna—karena posisi modul sedikit miring—para insinyur memastikan bahwa jaringan 4G tetap berfungsi dengan baik. 

Dalam waktu dekat, NASA akan mulai melakukan pengujian jaringan ini, yang nantinya akan menjadi bagian penting dari misi luar angkasa di masa depan.

Apa Fungsi Jaringan 4G di Bulan?

Banyak yang mungkin bertanya-tanya, apakah kita bisa menelepon ke Bumi menggunakan jaringan ini? Jawabannya tidak. 

Jaringan 4G di Bulan bukan untuk komunikasi langsung ke Bumi, tetapi lebih difokuskan pada:

  • Menyediakan konektivitas bagi para astronot di misi "Artemis 3".
  • Menghubungkan berbagai peralatan penelitian di Bulan.
  • Memfasilitasi komunikasi antar-robot seperti rover MAPP dan drone Micro Nova Hopper.

Teknologi di Balik Jaringan 4G Bulan

Perangkat jaringan yang digunakan oleh Nokia dikemas dalam modul "Network-in-a-Box" (Jaringan dalam Kotak). 

Modul ini memiliki semua komponen yang diperlukan untuk membangun jaringan seluler, kecuali antena dan sumber daya. 

Antena dipasang di modul pendaratan, sedangkan tenaga listrik disuplai oleh panel surya.

Namun, jaringan ini hanya akan bertahan selama beberapa hari, karena peralatan yang dikirim kemungkinan besar tidak akan mampu bertahan menghadapi malam pertama di Bulan yang ekstrem.

Langkah Awal Menuju Infrastruktur Komunikasi Luar Angkasa

Peluncuran jaringan 4G ini menjadi langkah awal dalam membangun sistem komunikasi yang lebih canggih di Bulan. 

Ke depannya, Nokia berencana mengembangkan jaringan 4G atau bahkan 5G yang lebih luas, yang dapat mencakup pangkalan penelitian "Artemis".

NASA juga tengah mengembangkan teknologi komunikasi untuk astronot, seperti integrasi jaringan seluler ke dalam baju antariksa terbaru dari Axiom. 

Hal ini akan memungkinkan astronot untuk tetap terhubung satu sama lain dan dengan tim di Bumi secara lebih efisien.

Tantangan dan Hambatan dalam Penggunaan 4G di Bulan

Meskipun inovasi ini terdengar menarik, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi:

  1. Interferensi dengan Radio Astronomi – Frekuensi LTE yang digunakan sebagian tumpang tindih dengan frekuensi yang dipakai untuk pengamatan luar angkasa, yang dapat mengganggu penelitian ilmiah.
  2. Regulasi Frekuensi Internasional – Hingga saat ini, frekuensi 4G belum secara resmi masuk dalam daftar gelombang yang diizinkan untuk misi luar angkasa. Oleh karena itu, Nokia hanya mendapat izin khusus untuk eksperimen ini. Di masa depan, mereka perlu menyesuaikan frekuensi agar tetap kompatibel dengan standar global.

Masa Depan Komunikasi di Bulan

Langkah NASA dan Nokia dalam menghadirkan jaringan 4G di Bulan adalah tonggak penting dalam eksplorasi luar angkasa. 

Dengan semakin majunya teknologi komunikasi, kemungkinan besar kita akan melihat jaringan yang lebih kuat dan tahan lama di Bulan. 

Hal ini bukan hanya membantu misi eksplorasi, tetapi juga membuka peluang bagi masa depan kolonisasi manusia di luar angkasa.

Bagaimana menurutmu? Apakah jaringan 4G di Bulan akan membuka jalan bagi kehidupan manusia di luar Bumi? Yuk, diskusikan di kolom komentar!

Senin, 03 Maret 2025

Wahana Blue Ghost Sukses Mendarat di Bulan Membawa Kiriman Khusus untuk NASA

Wahana Blue Ghost Sukses Mendarat di Bulan Membawa Kiriman Khusus untuk NASA
Blue Ghost setelah mendarat di bulan dengan pengiriman khusus untuk NASA, 2 Maret 2025. (NASA/Firefly Aerospace via AP)
JAKARTA - Sebuah pendarat bulan swasta bernama "Blue Ghost" sukses mendarat dengan stabil di Bulan pada Minggu (2/3). 

Keberhasilan ini menjadikan Firefly Aerospace sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil menempatkan pesawat ruang angkasa di Bulan tanpa mengalami kecelakaan atau tumbang.

Misi ini membawa berbagai peralatan penting untuk NASA, termasuk bor, ruang hampa udara, dan sejumlah eksperimen lainnya. 

Keberhasilan pendaratan ini menambah daftar perusahaan yang berupaya mengembangkan bisnis eksplorasi Bulan sebelum misi astronaut masa depan.

Pendaratan Autopilot di Cekungan Vulkanik Kuno

Pendarat "Blue Ghost" melakukan perjalanan sejauh 360.000 kilometer sebelum akhirnya turun secara autopilot menuju permukaan Bulan. Titik pendaratan yang dipilih adalah sebuah lereng kubah vulkanik kuno di cekungan tumbukan di tepi timur laut sisi dekat Bulan.

Tim Mission Control Firefly Aerospace yang berbasis di luar Austin, Texas, mengonfirmasi keberhasilan pendaratan ini. 

Kepala teknisi pendarat, Will Coogan, dengan bangga melaporkan, "Kami berhasil melakukan pendaratan. Kami berada di Bulan."

Misi Penting untuk Eksplorasi Masa Depan

Keberhasilan Firefly Aerospace menunjukkan bahwa perusahaan swasta memiliki potensi besar dalam mendukung eksplorasi ruang angkasa. 

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang ikut serta dalam eksplorasi Bulan, diharapkan akan semakin banyak inovasi yang mendukung misi masa depan, termasuk pengiriman manusia kembali ke satelit alami Bumi ini.

Misi "Blue Ghost" ini juga menjadi langkah awal dalam menjadikan Bulan sebagai pusat penelitian dan eksplorasi yang lebih luas. 

NASA dan berbagai pihak lainnya terus mencari cara untuk memanfaatkan sumber daya di Bulan guna mendukung misi luar angkasa yang lebih ambisius di masa depan, termasuk perjalanan ke Mars.

Dengan pencapaian ini, Firefly Aerospace membuktikan bahwa mereka siap bersaing dalam industri eksplorasi luar angkasa yang semakin berkembang. Kita tunggu inovasi dan misi luar angkasa menarik lainnya di masa depan!

Pendaratan yang tegak dan stabil menjadikan Firefly – sebuah perusahaan rintisan yang didirikan satu dekade lalu – sebagai perusahaan swasta pertama yang menempatkan pesawat ruang angkasa di Bulan tanpa jatuh atau terjatuh. 

Sejauh ini baru lima negara yang mengklaim berhasil melakukan pendaratan di Bulan, yaitu Rusia, Amerika Serikat, China, India, dan Jepang.

Setengah jam setelah mendarat, “Blue Ghost” mulai mengirimkan kembali gambar-gambar dari permukaan, yang pertama adalah swafoto (selfie) yang agak tertutup oleh sinar matahari.

Dua perusahaan pendarat lainnya sedang mengejar “Blue Ghost,” dan perusahaan berikutnya diperkirakan akan bergabung di bulan pada akhir minggu ini.

Piranti Pendarat Lebih Stabil, NASA Rogoh Kocek Lebih Dalam

“Blue Ghost” dinamai berdasarkan spesies kunang-kunang langka di AS, dengan ukuran dan bentuk yang sesuai. Pendarat jongkok berkaki empat ini memiliki tinggi 2 meter dan lebar 3,5 meter, sehingga lebih stabil.

Diluncurkan pada pertengahan Januari dari Florida, pendarat itu telah melakukan 10 percobaan ke bulan untuk NASA.

NASA membayar US$101 juta untuk pengiriman tersebut, ditambah US$44 juta untuk ilmu pengetahuan dan teknologi di dalamnya. 

Ini adalah misi ketiga di bawah program pengiriman komersial ke bulan NASA, yang dimaksudkan untuk memicu kompetisi bisnis swasta ke bulan, sambil mencari informasi tambahan sebelum mengirim para astronot di akhir dekade ini.

Ray Allensworth dari Firefly mengatakan pendarat itu melewati sejumlah bahaya, termasuk batu besar, untuk mendarat dengan aman.

Demo tersebut akan berlangsung selama dua minggu, sebelum siang hari di bulan berakhir dan pendarat dinonaktifkan.

“Blue Ghost” membawa alat vakum untuk menyedot material tak terkonsolidasi yang ditemukan di permukaan Bulanguna dianalisis lebih jauh, dan bor untuk mengukur suhu sedalam 3 meter di bawah permukaan. 

Ada pula berbagai perangkat untuk menghilangkan debu bulan yang bersifat abrasif, yang menjadi momok bagi para penjelajah Apollo milik NASA, yang melekat di seluruh pakaian dan peralatan antariksa mereka.

Dalam perjalanannya ke bulan, “Blue Ghost” memancarkan kembali gambar-gambar indah dari planet asalnya. 

Pendarat ini sempat beraksi saat berada di orbit mengelilingi bulan, dengan gambar lebih rinci tentang permukaan bulan yang bopeng abu-abu. 

Pada saat yang sama, penerima di dalam pesawat melacak dan memperoleh sinyal dari GPS AS dan konstelasi Galileo Eropa, sebuah langkah maju yang menggembirakan dalam navigasi penjelajah masa depan.

Pendaratan ini membuka jalan bagi banyak pihak yang sedang mengupayakan bisnis ke Bulan.

Pendarat Kedua Siap Mendarat pada Kamis

Pendarat lainnya – yaitu sebuah pesawat setinggi 15 kaki yang tinggi dan kurus, yang dibangun dan dioperasikan oleh Intuitive Machines yang berbasis di Houston – akan mendarat di bulan pada Kamis (6/3). 

Ia mengincar bagian bawah bulan, yang terletak hanya 160 kilometer dari kutub selatan. 

Jarak itu lebih dekat ke kutub dibandingkan yang dicapai perusahaan tahun lalu dengan pendarat pertamanya, yang bagian kakinya patah dan terbalik.

Meski terjatuh, pendarat pertama Intuitive Machines itu berhasil membawa Amerika Serikat kembali ke bulan untuk pertama kalinya, sejak astronaut NASA menutup program Apollo pada 972.

Pendarat Ketiga dari Jepang akan Tiba Juni

Pendarat ketiga milik perusahaan Jepang, ispace, baru akan mendarat tiga bulan lagi. Piranti ini menumpang roket “Blue Ghost” dari Cape Canaveral pada 15 Januari lalu, dengan rute yang lebih panjang dan berangin.

Sebagaimana halnya Intuitive Machines, ispace juga berusaha mendarat di bulan untuk kedua kalinya. Pendarat pertamanya pada 2023 jatuh.

Bulan dipenuhi puing-puing tidak hanya dari jatuhnya piranti ispace tersebut, tapi juga puluhan piranti lain yang gagal selama beberapa dekade. [em/ab]

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Rabu, 30 Juni 2021

Studi Terbaru Sebut Tidak Mungkin Ada Kehidupan di Awan Venus

Studi Terbaru Sebut Tidak Mungkin Ada Kehidupan di Awan Venus
Planet Venus dibuat dengan data dari pesawat ruang angkasa Magellan dan Pioneer Venus Orbiter.

BORNEOTRIBUN.COM - Sebuah studi baru mengesampingkan kemungkinan adanya kehidupan di awan Venus.  

Para ilmuwan dari Eropa dan Amerika Serikat (AS) melaporkan, Senin (28/6), hampir tidak ada cukup uap air di awan planet yang panas tersebut untuk mendukung kehidupan seperti yang kita ketahui. 

Tim penelitian menyelidiki masalah ini menyusul pengumuman pada September lalu oleh peneliti lain bahwa setelah ada organisme kecil yang aneh, yang mungkin bersembunyi di awan tebal Venus yang dipenuhi asam sulfat. 

Melalui pengamatan pesawat ruang angkasa, kelompok riset terbaru menemukan tingkat kandungan air di Venus lebih dari 100 kali lebih rendah untuk mendukung kehidupan seperti Bumi.  

"Ini hampir di bawah skala dan jarak yang tak terjembatani dari apa yang dibutuhkan kehidupan untuk aktif," kata penulis utama, John Hallsworth, ahli mikrobiologi di Queen's University Belfast di Irlandia Utara, sebagaimana dilansir dari Associated Press.  

Tim John meneliti mikroba yang paling toleran terhadap lingkungan kering dan juga paling toleran terhadap asam di Bumi - dan mereka "tidak akan memiliki peluang (untuk hidup) di Venus."  

Meski penemuan terbaru menepis kemungkinan Venus untuk organisme berbasis air, para ilmuwan juga mengidentifikasi planet lain, Jupiter, yang memiliki kandungan air yang cukup di awan dan suhu atmosfer yang tepat untuk mendukung kehidupan.  

"Saya tidak mengindikasikan bahwa ada kehidupan di Jupiter dan saya bahkan tidak mengindikasikan kehidupan bisa ada di sana karena akan membutuhkan hara untuk berada di sana. Kami tidak dapat memastikannya," Hallsworth menekankan kepada wartawan. 

“Namun tetap saja itu adalah temuan yang penting dan menarik dan sama sekali tidak terduga." 

Hallsworth dan ahli astrobiologi NASA Chris McKay, rekan penulis pada makalah penelitian yang diterbitkan Senin (28/6) di jurnal Nature Astronomy mengatakan perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk memastikan apakah kehidupan mikroba mungkin ada di dalam awan Jupiter.  

Adapun Venus, tiga pesawat ruang angkasa baru akan menuju ke sana akhir dekade ini dan awal dekade berikutnya. 

Pesawat tersebut dua di antaranya dimiliki Badan Antariksa AS, NASA, dan satu oleh Badan Antariksa Eropa, ESA. 

Hallsworth dan dan McKay tidak mengharapkan hasil mereka terkait aktivitas air yang tidak dapat dihuni di planet terpanas tata surya kita tersebut akan berubah.  

Para ilmuwan yang melakukan studi pada September mengisyaratkan kemungkinan adanya kehidupan di awan Vesuvian berdasarkan temuan mereka berdasarkan keberadaan fosfin gas beracun. 

Di Bumi, gas tersebut terkait dengan kehidupan. Para peneliti berpendapat bahwa tingkat fosfin Venus terlalu tinggi untuk menjadi asal geologis. [ah/au/ft]

Oleh: VOA

Rabu, 09 Juni 2021

Badan Antariksa Nasional AS Kirim Cumi-cumi Bobtail yang Baru Menetas ke Stasiun Antariksa

Badan Antariksa Nasional AS Kirim Cumi-cumi Bobtail yang Baru Menetas ke Stasiun Antariksa
Ilustrasi Tardigrade atau beruang air. (iStockphoto/dottedhippo)

BorneoTribun Internasional -- Badan Antariksa Nasional AS (NASA) mengirim koleksi cumi-cumi bobtail yang baru menetas ke Stasiun Antariksa Internasional. Para peneliti berharap percobaan ini membantu memahami sejauh mana penerbangan ke luar angkasa memengaruhi interaksi antara mikroba yang menguntungkan dan hewan inang mereka.

Pesawat ulang alik antariksa SpaceX meluncurkan misi Layanan Pasokan Komersial ke-22 (Commercial Resupply Services - disingkat CRS-22) - ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada Kamis (3 Juni) lalu.

Misi tersebut mengangkut lebih dari 3.300 kilogram kargo. Pesawat antariksa itu juga membawa pasokan penelitian dan perangkat keras kendaraan, termasuk dua panel surya baru yang pertama.

Misi CRS juga mencakup koleksi 128 cumi bobtail yang baru menetas. Anak-anak cumi ini adalah bagian dari eksperimen yang diberi nama Understanding of Microgravity on Animal-Microbe Interactions (UMAMI).

Peneliti berharap eksperimen ini dapat membantu mereka memahami bagaimana penerbangan antariksa memengaruhi interaksi antara mikroba yang menguntungkan dan hewan inang mereka, kata Jamie Foster, profesor mikrobiologi pada Universitas Florida.

"Proyek ini untuk mencoba memahami bagaimana lingkungan antariksa, tekanan berada di antariksa, memengaruhi interaksi yang normal, menguntungkan, dan sehat, yang terjadi antara mikroba dan hewan inangnya," ungkapnya.

Cumi-cumi kecil itu menetas sehari sebelum diluncurkan. Mereka disimpan dalam tas kecil dengan katup untuk memungkinkan air laut masuk ke lingkungan mereka.

Ini bukan pertama kali cumi-cumi dikirim ke orbit. Hewan itu juga dibawa dalam perjalanan ke antariksa untuk percobaan pada tahun 2011.

"Cumi-cumi memiliki sistem kekebalan yang hampir sama seperti kita, manusia. Mereka lebih sederhana dan asosiasi atau interaksi dengan bakteri mereka juga lebih sederhana. Jadi, daripada ribuan jenis mikroba yang berinteraksi dengan manusia, pada cumi-cumi, hanya ada satu bakteri dan satu inang," lanjut Foster.

Foster menambahkan percobaan UMAMI bisa membantu peneliti memahami apakah, dan sejauh mana, penerbangan antariksa yang panjang memengaruhi kesehatan astronaut.

"Salah satu hal yang terjadi pada astronaut ketika mereka berada di antariksa adalah sistem kekebalan mereka dapat terganggu atau tidak teratur, dan itu bisa sangat berpotensi berbahaya kalau tidak dapat segera dibawa ke dokter atau tidak bisa mendapatkan bantuan. Jadi, kami benar-benar ingin memahami dampak penerbangan antariksa yang lama terhadap kesehatan hewan, misalnya terhadap sistem kekebalan tubuh," pungkasnya. [ka/lt]

Oleh: VOA

Senin, 10 Mei 2021

Memorabilia Astronaut Michael Collins Dipajang di Perpustakaan Kampus Virginia Tech

Memorabilia Astronaut Michael Collins Dipajang di Perpustakaan Kampus Virginia Tech
Astronot Apollo 11, Neil Armstrong, Michael Collins dan Edward "Buzz Aldrin berpose di file foto ini. (Foto: Reuters)

BorneoTribun Amerika -- Perpustakaan Universitas Virginia Tech memajang koleksi memorabilia astronaut Michael Collins yang ikut dalam misi pertama AS ke Bulan.

Perpustakaan Newman di Universitas Virginia Tech memiliki salah satu koleksi khusus dokumen, memorabilia, dan dokumen pribadi terlengkap dari misi Apollo 11, sebagian berkat sumbangan langsung dari astronaut Michael Collins.

Collins, yang menjadi pilot pesawat yang membawa Neil Armstrong dan Buzz Aldrin untuk melakukan pijakan kaki pertama bersejarah mereka di bulan pada tahun 1969, menurut keluarganya meninggal Rabu 28 April 2021 karena kanker.

"Koleksinya sendiri, adalah berkas-berkas dari Michael Collins, bahannya setengah kubik meter lebih, jadi cukup besar. Sekitar 39 kotak materi, kebanyakan kertas, yang mungkin dokumen NASA," kata Marc Brodsky, Layanan Umum Virginia Tech dan Pengarsip Referensi.

"Beberapa yang penting termasuk, misalnya, salinan rencana penerbangan Apollo 11 milik Collins sendiri yang ditanda tangani dan disebutnya sebagai 'The Real McCoy'. Ia menulisnya demikian dan menandatanganinya hanya untuk memberi tahu orang-orang bahwa catatan itu adalah yang asli," lanjutnya.

Neil Armstrong, kiri, terpilih menjadi manusia pertama di bulan dan berpose dengan Buzz Aldrin, tengah, dan Michael Collins, April 1969 (Foto: AP)

Saat Armstrong dan Aldrin turun ke permukaan bulan dari wahana pendarat di bulan, Eagle, Collins tetap berada di pesawat modul komando, Columbia. Brodsky mengatakan dengan mempelajari memorabilia ini orang akan mengenal lebih jauh sosok astronot Michael Collins,

"Kita memperoleh kekayaan yang luar biasa dan bisa mengetahui siapa Collins, saya rasa hanya dengan melihat bagaimana ia bekerja melakukan tugasnya dan manual pelatihannya sangat informatif. Ia memang lebih banyak berada di belakang layar, namun ada saat di mana ia memiliki kehidupan yang lebih produktif setelah masa di NASA daripada yang mungkin diketahui orang," papar Marc Brodsky.

Michael Collins menunggu sendirian selama hampir 28 jam sebelum Armstrong dan Aldrin menyelesaikan tugas mereka di permukaan bulan dan lepas landas di pendarat bulan.

Collins bertanggung jawab untuk menyatukan kembali dua pesawat antariksa itu sebelum para astronaut bisa mulai kembali ke Bumi.

Bagi Marc Brodsky, peran Collins membantu dua astronaut Neil Armstrong dan Buzz Aldrin pada misi AS pertama ke Bulan yang lebih dikenal dari pada dirinya, justru sangat berkesan di hatinya.

"Collins punya peran khusus, di hati saya, karena saya sering menggunakan materinya bersama mahasiswa, jadi saya mengenal koleksi ini dengan cukup baik. Kalau saja saya bisa berbicara langsung dengannya," katanya.

Sayangnya harapan Brodsky kandas karena kematian Collins.

Koleksi Collins di Perpustakaan Newman di kampus Virginia Tech. termasuk surat yang ditulis oleh Charles Lindbergh kepada Collins setelah menyelesaikan misi Apollo 11. Collins juga memberikan rencana penerbangan Apollo 11 ke universitas tersebut.

Tahun 2019 menjelang 50 tahun peringatan perjalanan ke Bulan, Michael Collins menceritakan awak Apollo 11 harus memutar pesawat mereka terus-menerus supaya satu sisi pesawat tidak "terbakar" matahari, sementara sisi yang lain membeku - yang berarti mereka tidak bisa melihat tujuan sampai mereka hampir tiba di Bulan.

Mantan Presiden AS Richard M.Nixon menyambut astronot Apollo 11 di atas U.S.S. Hornet di Samudera Pasifik pada Juli 1969. (Foto: Bill Taub/NASA)

Tetapi begitu menakjubkannya planet baru ini, Bulan berwarna pucat dibandingkan dengan apa yang mereka lihat di sisi lain: marmer biru (Bumi) yang tampak "rapuh" itu berhadapan dengan alam semesta yang hitam pekat, sebuah gambar yang sejak itu tidak bisa dilupakan astronaut Michael Collins.

"Ketika kami meluncur dan melihat bulan, itu seperti bola yang luar biasa," kata Collins yang ketika itu berusia 88 tahun kepada hadirin di Universitas George Washington.

Sementara astronaut AS Neil Armstrong dan Buzz Aldrin menjelajah permukaan bulan, mantan pilot pesawat tempur, Collins tetap berada di orbit bulan di mana ia berhubungan dengan stasiun pengendali di Bumi, untuk memberi mereka informasi terbaru mengenai posisinya.

Benda-benda dan berkas yang menjadi memorabilia Collins di Virginia Tech diharapkan akan menggugah para mahasiswa di kampus itu untuk mendapat inspirasi dari sosok astronaut yang namanya tidak setenar Neil Armstrong dan Buzz Aldrin itu. [my/lt]

Oleh: VOA

Kamis, 06 Mei 2021

SpaceX telah menerima lebih dari 500 ribu pra pemesanan Layanan internet satelit Starlink

SpaceX telah menerima lebih dari 500 ribu pra pemesanan Layanan internet satelit Starlink
Satelit Starlink milik Tesla (Teslarati)

BorneoTribun.com -- SpaceX telah menerima lebih dari 500 ribu pra pemesanan untuk layanan internet satelit Starlink dan mengantisipasi tidak ada masalah teknis memenuhi permintaan tersebut, kata pendiri Elon Musk pada hari Selasa (4/5).

"Satu-satunya batasan adalah kepadatan pengguna yang tinggi di wilayah perkotaan. Kemungkinan besar, semua 500 ribu awal akan menerima layanan. Lebih banyak tantangan saat kami masuk ke dalam beberapa juta pengguna," cuit Elon Musk.

Hal itu dia sampaikan menanggapi sebuah posting dari seorang reporter CNBC yang mengatakan deposit 99 dollar AS yang diambil SpaceX untuk layanan itu sepenuhnya dapat dikembalikan dan tidak menjamin layanan.

SpaceX belum menetapkan tanggal peluncuran layanan Starlink, tetapi layanan komersial itu kemungkinan tidak akan ditawarkan pada tahun 2020 seperti yang telah direncanakan sebelumnya, dilansir Reuters, Rabu.

Perusahaan berencana untuk nantinya menyebarkan total 12.000 satelit dan mengatakan konstelasi Starlink akan menelan biaya sekitar 10 miliar dollar AS.

Membangun dan mengirim roket ke luar angkasa adalah bisnis padat modal, tetapi dua orang terkaya di dunia, pendiri Amazon Jeff Bezos dan Musk, yang juga merupakan kepala produsen mobil Tesla Inc telah menginvestasikan miliaran dolar selama bertahun-tahun untuk membuat terobosan di pasar ini.

Musk dan Bezos telah berdebat secara terbuka mengenai rencana satelit yang bersaing.

Komisi Komunikasi Federal AS (FCC) bulan lalu menyetujui rencana SpaceX untuk mengerahkan beberapa satelit Starlink di orbit bumi yang lebih rendah dari yang direncanakan, tetapi menyertakan sejumlah persyaratan untuk memastikan keamanan rencana tersebut.

SpaceX setuju untuk menerima bahwa satelit mereka mungkin mengalami gangguan dari satelit yang digunakan di bawah proyek satelit Sistem Kuiper Amazon.

Oleh: Antaranews

Selasa, 13 April 2021

UEA Pilih Perempuan Arab Pertama untuk Pelatihan Astronaut

UEA Pilih Perempuan Arab Pertama untuk Pelatihan Astronaut
Nora al-Matrooshi, perempuan Arab pertama yang terpilih untuk menjalani pelatihan astronaut, Uni Emirat Arab, 6 April 2021.

BorneoTribun UEA, Internasional -- Uni Emirat Arab telah memilih perempuan Arab pertama yang akan berlatih sebagai astronaut saat negara Teluk itu dengan cepat mengembangkan perjalanan antariksa untuk mendiversifikasi ekonominya.

Kantor berita Reuters melaporkan, Nora al-Matrooshi, warga negara UEA, adalah lulusan teknik mesin berusia 27 tahun yang saat ini bekerja untuk Perusahaan Konstruksi Perminyakan Nasional Abu Dhabi. Dia akan bergabung dengan Kelas Kandidat Astronaut Angkatan 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA).

UEA menggunakan program antariksanya untuk mengembangkan kemampuan ilmiah dan teknologinya serta mengurangi ketergantungannya pada minyak.

Pada Februari, sebuah wahana antariksa UEA mencapai orbit planet Mars, yang merupakan ekspedisi antarplanet pertama di dunia Arab. UEA berencana meluncurkan wahana penjelajah Bulan pada 2024 dan bahkan visi untuk permukiman di Mars pada 2117.

Matrooshi akan bergabung bersama astonaut UEA lainnya, Mohammed al-Mulla. Dengan demikian, ada total empat peserta dalam Program Astronaut, salah satunya adalah Hazza al-Mansouri, yang menjadi orang Emirat pertama yang melakukan perjalanan luar angkasa saat terbang ke Stasiun Luar Angkasa Internasional pada 2019.

Mohammed Bin Rashid Space Center (MBRSC), yang berbasis di Dubai, mengatakan Nora adalah salah satu dari 4.300 pelamar yang menjalani seleksi berdasarkan kemampuan ilmiah, pendidikan dan pengalaman praktis, dan kemudian pada penilaian fisik, psikologis dan medis.

UEA meluncurkan Program Luar Angkasa Nasional pada 2017 untuk mengembangkan keahlian lokal. Populasinya yang berjumlah 9,4 juta, sebagian besar adalah pekerja migran, tidak memiliki basis ilmiah dan industri seperti negara-negara utama dalam penjelajahan antariksa. [na/ft]

Oleh: VOA

Senin, 20 April 2020

Planet Mirip Bumi Ukuran dan Temperaturnya Serupa

Exoplanet Kepler-1649c Ditemukan, Ukuran dan Suhunya Mirip Bumi (Foto: NASA/Ames Research Center/Daniel Rutter)

BORNEOTRIBUN -- Kepler, wahana pencari planet baru milik NASA mungkin telah dipensiunkan. Tapi penemuannya tetap berguna dan menarik perhatian astronom.

Ilmuwan yang menganalisis data dari Keppler menemukan sesuatu yang mengejutkan, yaitu exoplanet yang memiliki ukuran dan suhu mirip Bumi. Exoplanet tersebut dinamakan Kepler-1649 dan lokasinya berada 300 tahun cahaya dari Bumi.

Dikutip dari CNN, Jumat (17/4/2020) Kepler-1649c berukuran 1,06 kali lebih besar dari Bumi dan menerima sekitar 75% cahaya yang didapat Bumi dari Matahari. Ini menandakan temperatur permukaan di exoplanet tersebut bisa jadi mirip seperti Bumi.

Lokasi planet ini juga berada di lokasi yang tepat dengan bintangnya, dengan jarak yang sesuai untuk agar air bisa muncul di permukaannya. Ini juga menandakan bahwa Kepler-1649c bisa mendukung kehidupan.

Tapi exoplanet ini mengelilingi bintang katai merah yang jauh lebih kecil dan lebih dingin dibanding Matahari kita. Jaraknya dengan bintang tersebut juga jauh lebih dekat dibanding jarak Bumi ke Matahari.

Kepler-1649c hanya membutuhkan 19,5 hari untuk mengorbit bintangnya. Artinya, exoplanet ini bisa saja dihujani pancaran radiasi dari lingkungannya dan mengancam potensi kehidupan di permukaannya. Tapi saat ini belum ditemukan adanya pancaran tersebut.

"Dunia yang menarik dan jauh ini memberi kita harapan yang lebih besar bahwa Bumi kedua berada di antara bintang-bintang, menunggu untuk ditemukan," kata Associate Administrator Science Mission Directorate NASA Thomas Zurbuchen.

"Data yang dikumpulkan oleh misi seperti Kepler dan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) akan terus menghasilkan penemuan yang luar biasa karena komunitas sains memperbaiki kemampuannya untuk mencari planet menjanjukan dari tahun ke tahun," sambungnya.

Selain temuan di atas, ilmuwan tidak banyak mengetahui soal Kepler-1649c atau atmosfernya, yang bisa mengubah perkiraan tentang atmosfernya. Tapi mereka tahu bahwa ada planet kedua dalam sistem ini, yang jaraknya lebih dekat lagi dengan bintangnya.

Exoplanet ini menambah panjang daftar planet yang memiliki ukuran mirip dengan Bumi. Seperti TRAPPIST-1f yang berjarak 39 tahun cahaya dari Bumi serta TRAPPIST-1D dan TOI 700d yang temperaturnya dinilai sama dengan Kepler 1649-c. (vmp/fay)

Sumber: Detikcom