Berita Borneotribun: Pecco Bagnaia Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Pecco Bagnaia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pecco Bagnaia. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 Juni 2025

Pecco Bagnaia dan Tantangan Ducati GP25: Kenapa Test Rider GP24 Bisa Jadi Solusi?

Pecco Bagnaia dan Tantangan Ducati GP25: Kenapa Test Rider GP24 Bisa Jadi Solusi?
Pecco Bagnaia dan Tantangan Ducati GP25: Kenapa Test Rider GP24 Bisa Jadi Solusi?

JAKARTA -- Pecco Bagnaia sedang menghadapi musim yang penuh tantangan di MotoGP 2025. Terbaru, di sesi sprint Grand Prix Aragon, performanya belum juga membaik. Meski sempat start dari posisi ke-4, ia gagal mendapatkan poin setelah finis di posisi ke-12.

Apa sih masalah utama Pecco? Ia masih terus berjuang dengan masalah “front locking” atau penguncian roda depan saat pengereman, yang membuatnya beberapa kali melebar, salah satunya di Tikungan 7 saat balapan sprint. Pecco pun mengaku bingung dan belum tahu kenapa motornya Ducati GP25 ini jadi sulit dikendalikan.

Apakah tes dengan motor GP24 bisa bantu Pecco?

Ketika ditanya soal kemungkinan tes menggunakan motor GP24 di sesi tes pasca-Aragon hari Senin, Pecco punya pandangan menarik. Ia merasa, mungkin bukan dia yang paling diuntungkan kalau tes motor lama. Menurut Pecco, akan lebih berguna jika rider yang masih fresh dengan motor GP24 seperti Alex Marquez yang mencoba motor GP25.

“Kalau aku harus pakai GP25 terus dan nggak bisa ganti motor, jadi nggak yakin tes GP24 bakal banyak bantu aku,” katanya. “Tapi buat rider lain yang baru dengan GP24, seperti Alex atau Franky Morbidelli, mungkin ini akan sangat berguna. Alex sih yang paling pas.”

Tapi, menurut Pecco, semua orang di tim sekarang fokus untuk memperbaiki kondisi motor, jadi agak sulit juga untuk melakukan eksperimen seperti itu.

Kenapa Pecco merasa kesulitan di Aragon?

Pecco juga menjelaskan bahwa ia sudah tahu bakal sulit tampil bagus di sprint karena masalah motor sudah ia rasakan sejak sesi latihan bebas pagi hari (FP2). Ia merasa kehilangan feeling yang pas saat mencoba motor di FP2.

“Di kualifikasi aku sudah ngasih maksimal dan berani ambil risiko, jadi start dari posisi ke-4. Tapi pas balapan, aku sudah coba segala cara, tapi nggak bisa push lebih keras,” ungkap Pecco.

Ia mengalami understeer yang parah dan kesulitan saat pengereman keras. Saat mencoba meniru gaya pengereman rider di depannya di Tikungan 7, roda depan mulai mengunci dan akhirnya melebar.

Untuk balapan besok, Pecco dan timnya berencana coba pendekatan berbeda, termasuk mengganti ban ke jenis medium yang diharapkan bisa mengurangi masalah understeer.

Pecco dan Tim Ducati: Tetap Kompak Hadapi Masa Sulit

Meskipun musim berjalan sulit dan jarak poin dengan pemimpin klasemen, Marc Marquez, makin jauh (Pecco kini tertinggal 84 poin), ia menegaskan hubungan dengan tim tetap solid.

“Aku heran kenapa banyak yang bertanya soal hubungan aku dengan tim. Kami semua tahu ini masa sulit, dan kami terus bekerja bersama,” katanya santai.

Pecco dan tim Ducati kompak berusaha mencari solusi terbaik agar masalah motor bisa segera teratasi. Mereka sadar ini bukan cuma masalah rider, tapi juga tim teknis yang harus paham apa yang sebenarnya terjadi dengan motor GP25.

Sabtu, 07 Juni 2025

Pecco Bagnaia Bantah Kabar Pindah ke Yamaha: Lihat Foto Pakai Baju Biru Aja, Udah Ramai!

Pecco Bagnaia Bantah Kabar Pindah ke Yamaha: Lihat Foto Pakai Baju Biru Aja, Udah Ramai!
Pecco Bagnaia Bantah Kabar Pindah ke Yamaha: Lihat Foto Pakai Baju Biru Aja, Udah Ramai!

JAKARTA - Pecco Bagnaia akhirnya buka suara soal rumor yang sempat ramai di media sosial soal kemungkinan dirinya pindah ke Yamaha musim depan. Meski kontraknya bareng Ducati masih berlaku sampai akhir 2026, nama Bagnaia sempat disebut-sebut sebagai target impian Yamaha.

Rumor ini awalnya berhembus dari media Italia yang menyebut Yamaha ingin merekrut Bagnaia sebagai gebrakan besar mereka. Tapi Bagnaia dengan santai membantah semua itu saat sesi MotoGP Aragon.

“Saya juga bingung kok bisa ada kabar begitu,” kata Bagnaia setelah sesi latihan hari Jumat. “Dari dulu saya selalu bilang, kalau saya sudah teken kontrak, saya akan komit sampai akhir. Nggak bakal saya langgar. Itu prinsip saya.”

Bagnaia juga menegaskan kalau hubungannya dengan Ducati sangat kuat dan mereka sama-sama ingin terus bekerja sama, bahkan setelah kontrak saat ini selesai.

“Saya dan Ducati saling ingin terus bareng. Saya juga sering lihat postingan editan saya pakai baju balap biru [warna khas Yamaha], tapi semua itu cuma khayalan aja.”

Bagnaia juga sadar, di saat performanya sedang naik-turun, banyak spekulasi bisa bermunculan. Tapi dia menegaskan, kondisi sekarang bukan berarti dia akan cabut.

Perjuangan Setting Motor Ducati GP25 di Aragon

Di MotoGP Aragon, Bagnaia terus mencoba berbagai pengaturan motor dan gaya balap demi memaksimalkan potensi Ducati GP25. Dia sempat menjajal suspensi depan model ‘long forks’ dari Ohlins, tapi hasilnya belum terlalu berbeda dari sebelumnya.

“Hari ini kita coba suspensi panjang, tapi rasanya kurang lebih sama,” jelasnya. “Masalah utama saya ada di kecepatan masuk tikungan. Dari awal musim, itu yang bikin saya kesulitan.”

Menurut Bagnaia, trek di Aragon punya grip yang sangat rendah. Hal itu makin menyulitkan karena membuatnya kurang percaya diri saat masuk tikungan cepat.

“Begitu saya coba masuk lebih kencang, ban depan malah sering kehilangan cengkeraman. Apalagi saat pakai ban belakang soft untuk time attack, malah makin parah.”

Dengan ban belakang medium, Bagnaia merasa lebih stabil dan konsisten. Meski masih tertinggal dari Marc Marquez yang tampil luar biasa jarak waktunya dengan pembalap lain cukup dekat.

“Pasang ban belakang soft, saya malah makin banyak masalah. Understeer makin terasa, dan front locking juga makin sering.”

Ubah Gaya Balap Demi Adaptasi

Bagnaia juga sedang berusaha meninggalkan gaya balap lamanya yang terkenal agresif saat pengereman. Menurutnya, pendekatan itu tidak cocok lagi dengan karakter GP25.

“Dulu saya selalu ngerem sekuat mungkin, tapi sekarang malah sering kehilangan grip ban depan. Bahkan hari ini sempat 30 meter ban depan ngunci. Jadi saya harus coba cara lain.”

Meskipun tantangan teknis masih banyak, Bagnaia tetap optimistis. Targetnya untuk akhir pekan ini masih sama: menang.

“Saya selalu optimis. Kadang perubahan kecil bisa berdampak besar. Targetnya sih bisa start dari baris depan dan coba menang balapan.”

Fokus ke Detail, Bersaing Lawan Marc Marquez

Bagnaia menyadari Marc Marquez jadi rival paling tangguh di Aragon kali ini. Terutama di sektor 2, Marquez bisa unggul sampai lima persepuluh detik. Tapi Bagnaia percaya, dengan terus fokus dan kerja keras, peluang menang tetap ada.

“Kita tahu Marc luar biasa di sini. Tapi kita juga tahu potensinya ada, tinggal cari cara yang pas buat saya.”

Soal sesi kualifikasi nanti, Bagnaia juga menyoroti pentingnya posisi start. Selain dekat ke depan, dia berharap bisa menempati sisi trek yang punya grip lebih baik.

“Kita udah bahas soal grid di Safety Commission. Bukan cuma soal debu, tapi grip di beberapa bagian grid memang rendah banget. Tadi aja sempat spin waktu start dari posisi ketiga.”

Meski diterpa rumor soal pindah ke Yamaha, Pecco Bagnaia tetap setia pada Ducati dan fokus penuh di MotoGP Aragon. Ia terus melakukan penyesuaian demi mengeluarkan potensi terbaik dari motornya, sambil bersaing ketat dengan rival-rival tangguh seperti Marc Marquez.

Kata Kunci SEO: Pecco Bagnaia, Ducati MotoGP, Yamaha MotoGP, MotoGP Aragon, Rumor Transfer MotoGP, Marc Marquez, Ducati GP25

Kalau kamu fans MotoGP, pantengin terus perjuangan Bagnaia dan drama seru lainnya musim ini ya!

Kamis, 05 Juni 2025

Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Alami Masalah di MotoGP Silverstone, Ducati Mulai Khawatir?

Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Alami Masalah di MotoGP Silverstone, Ducati Mulai Khawatir?
Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Alami Masalah di MotoGP Silverstone, Ducati Mulai Khawatir?

JAKARTA - Adu balap seru di MotoGP Inggris yang digelar di Sirkuit Silverstone ternyata meninggalkan catatan kurang manis buat tim pabrikan Ducati. Meski berhasil membawa pulang podium lewat Marc Marquez yang finis kedua di sprint race dan ketiga di balapan utama, ternyata kondisi di paddock Ducati nggak secerah hasil di papan klasemen.

Marquez Akui Sulit Nyatu Sama Motor GP25

Dalam tayangan dokumenter Inside Ducati, ada momen menarik yang tertangkap kamera. Marc Marquez terlihat sedang dalam sesi evaluasi bareng para teknisinya setelah sprint race. Di situ, ia dikritik karena dianggap terlalu cepat membuka gas saat keluar tikungan sebuah kesalahan klasik yang bisa bikin ban belakang kehilangan grip.

Tapi yang bikin publik kaget adalah respons jujur dari Marquez. Tanpa basa-basi dan tanpa alasan bertele-tele, ia bilang, “Akhir pekan ini gue emang kurang bisa ngasih feedback yang spesifik.” Meskipun para insinyurnya coba memaklumi, Marquez tetap pada pendiriannya: “Emang begitu kenyataannya. Gue nggak nemu feel sama motor. Kadang ya emang ada hari-hari di mana semuanya terasa nggak nyambung.”

Jatuh di Balapan Utama, Marquez Ngaku Kebanyakan Maksain

Keesokan harinya, di awal balapan utama, Marquez sempat terjatuh. Tapi karena bendera merah dikibarkan, ia masih bisa ikut restart. Saat balik ke paddock, dia cuma bilang jujur ke timnya, “Tadi gue terlalu maksa.” Lagi-lagi, pembalap delapan kali juara dunia ini menunjukkan sisi manusiawinya—bahwa bahkan rider sekelas Marquez pun bisa punya hari yang buruk.

Bagnaia Juga Punya Masalah Serius

Nggak cuma Marquez yang lagi frustrasi. Pecco Bagnaia, sang juara dunia dua kali, juga mengalami akhir pekan yang bikin geleng-geleng kepala. Di sprint race cuma finis ke-6, dan di balapan utama malah jatuh. Tapi yang lebih bikin khawatir adalah ekspresi dan keluhan Bagnaia saat ngobrol sama kepala kru-nya, Cristian Gabarrini.

“Pas masuk tikungan dan ngerem, gue nggak yakin sama bagian depan motor,” keluh Bagnaia. Gabarrini coba gali lebih dalam: “Maksudnya gimana?” Dan jawaban Bagnaia cukup bikin hati menciut: “Gue ngerem, gue masuk tikungan, tapi nggak ada rasa percaya diri sama sekali.”

Alarm dari Bos Ducati

Kondisi ini bikin General Manager Ducati, Gigi Dall’Igna, mulai ambil sikap. Usai balapan, dia secara terbuka bilang bahwa semua anggota tim harus bekerja ekstra keras buat bantu Bagnaia balik ke performa puncaknya. Meski Ducati masih mendominasi klasemen, kenyataan di balik layar ternyata nggak se-stabil yang terlihat. Gigi bahkan menyebut situasi Ducati saat ini "rapuh banget."

Hasil Boleh Oke, Tapi Masalah di Dalam Serius

Secara kasat mata, Ducati memang masih tampil dominan. Tapi kalau kita lihat lebih dalam, ada sinyal-sinyal masalah yang perlu segera ditangani. Baik Marquez maupun Bagnaia lagi kesulitan menemukan chemistry dengan motor GP25. Dan kalau ini dibiarkan terlalu lama, bisa-bisa dominasi Ducati mulai goyah.

Musim masih panjang, dan tekanan makin tinggi. Apakah Ducati bisa menemukan solusinya sebelum semuanya terlambat? Kita tunggu saja drama berikutnya di MotoGP!

Rabu, 04 Juni 2025

Fermin Aldeguer Siap Pecah Duet Marc Marquez dan Pecco Bagnaia di Tim Pabrikan Ducati

Fermin Aldeguer Siap Pecah Duet Marc Marquez dan Pecco Bagnaia di Tim Pabrikan Ducati
Fermin Aldeguer Siap Pecah Duet Marc Marquez dan Pecco Bagnaia di Tim Pabrikan Ducati.

JAKARTA -- Gengs pecinta MotoGP, siap-siap nih buat kabar yang cukup menggemparkan dari paddock! Ada satu nama muda yang lagi jadi bahan pembicaraan: Fermin Aldeguer. Pembalap muda penuh talenta ini punya rencana besar yup, dia pengen banget nge-break duet maut Marc Marquez dan Pecco Bagnaia di tim utama Ducati. Wah, berani juga ya!

Seperti yang kita tahu, saat ini Marquez dan Bagnaia lagi jadi andalan utama Ducati dan masih terikat kontrak sampai akhir 2026. Duet ini jelas bukan sembarangan, soalnya mereka punya pengalaman dan performa yang luar biasa. Tapi Aldeguer punya visi jauh ke depan, yaitu mengisi kursi tim pabrikan Ducati mulai tahun 2027.

Dalam wawancara bareng Motorsport, rider muda Gresini itu bilang, “Setiap rookie pasti punya mimpi buat naik ke tim pabrikan. Untungnya kontrak gue langsung dengan Ducati, jadi peluang itu terbuka lebih lebar.”

Aldeguer juga ngasih bocoran kalau dirinya dikontrak selama empat tahun, sistemnya dua tahun pertama ditambah opsi dua tahun selanjutnya. Jadi kalau performanya konsisten dan makin cemerlang, gak menutup kemungkinan dia bisa naik ke tim utama. "Kalau hasil gue oke, targetnya ya naik ke tim pabrikan tahun 2027. Itu rencananya sih," tambahnya santai.

Menariknya lagi, Aldeguer gak datang ke MotoGP dengan tangan kosong. Setelah tampil cemerlang di Moto2, dia langsung diamankan Ducati dan ditempatkan di tim Gresini sebagai pengganti Marquez. Meski pakai motor versi tahun lalu, GP23, tapi performanya gak main-main. Bahkan motor GP24 yang dipakai Alex Marquez rekan setimnya kadang lebih konsisten dari versi terbaru GP25, yang justru masih bikin Bagnaia kesulitan.

Ngomongin soal Alex Marquez, Aldeguer cerita kalau mereka punya hubungan yang akrab dan saling bantu. Lucunya, Alex sempat masuk ke kamar Aldeguer dalam kondisi belum sepenuhnya berpakaian, cuma buat ngasih saran soal pilihan ban sebelum balapan. Wah, solid banget ya timnya!

Aldeguer sendiri udah nunjukkin kemampuannya dengan naik podium di MotoGP Prancis di Le Mans prestasi yang jadi highlight kariernya sejauh ini. “Kalau di awal musim ada yang bilang gue bakal podium di balapan ke-6, pasti gue suruh mereka tidur aja,” candanya. “Tapi Ducati kelihatan senang banget. Gak tahu deh mereka berekspektasi podium secepat ini atau nggak.”

Tentu, 2027 masih beberapa musim lagi, dan akan ada banyak perubahan termasuk regulasi baru di MotoGP. Tapi kalau melihat progres Aldeguer yang luar biasa ini, bukan gak mungkin Ducati udah nemuin pengganti ideal untuk era Marquez-Bagnaia di masa depan.

Siap-siap aja, karena bisa jadi kita bakal lihat wajah baru di garasi merah legendaris itu dalam waktu dekat. Dan namanya? Fermin Aldeguer.

Minggu, 01 Juni 2025

Yamaha Incar Pecco Bagnaia untuk 2026? Spekulasi Mengejutkan dari Paddock MotoGP!

Yamaha Incar Pecco Bagnaia untuk 2026? Spekulasi Mengejutkan dari Paddock MotoGP!
Yamaha Incar Pecco Bagnaia untuk 2026? Spekulasi Mengejutkan dari Paddock MotoGP!

JAKARTA -- Di tengah panasnya atmosfer MotoGP, muncul kabar yang cukup bikin heboh: Yamaha katanya sedang bermimpi untuk membajak Pecco Bagnaia dari Ducati pada musim 2026! Yup, kamu nggak salah baca pembalap utama Ducati yang dikenal setia itu ternyata sedang jadi target utama tim rival.

Kabar ini pertama kali mencuat dari laporan Sky Italia, yang menyebut kalau Yamaha ingin menyandingkan Bagnaia dengan Fabio Quartararo. Sekilas kedengarannya kayak mimpi di siang bolong, ya? Tapi tunggu dulu, ada hal menarik yang bikin isu ini jadi makin panas.

Komentar Bagnaia yang Penuh Tanda Tanya

Minggu lalu, di GP Inggris di Silverstone, Bagnaia sempat ngomong serius ke Jorge Martin soal pentingnya menghormati kontrak. Saat itu, Martin lagi dikaitkan dengan kemungkinan hengkang dari Aprilia. Tapi, banyak yang merasa komentar Bagnaia itu terlalu "keras" untuk sekadar nasihat biasa—padahal dia punya hubungan baik sama Martin.

Nah, di situlah muncul spekulasi kalau omongan Bagnaia itu sebenarnya punya makna tersembunyi. Jack Appleyard, reporter Dorna yang ada di paddock, bilang begini:

“Ada rumor dari media Italia bahwa Yamaha punya mimpi besar di 2026 mereka ingin menggaet Bagnaia dan menjadikannya tandem Quartararo. Kedengarannya gila, tapi ucapan Bagnaia minggu lalu itu kayak sinyal halus ke Ducati: ‘Gue udah tanda tangan kontrak, dan gue bakal tetap di sini meskipun lagi sulit’.”

Sejak awal musim, performa Bagnaia memang nggak segemilang tahun-tahun sebelumnya. Dia sekarang tertinggal 72 poin dari Marc Marquez, yang justru makin gacor bareng Ducati juga. Parahnya lagi, Bagnaia terus mengeluh soal motor versi 2025 yang katanya nggak ngasih “rasa” di bagian depan motor hal yang krusial buat pembalap sekelas dia.

Di Silverstone, Bagnaia bahkan sempat bilang: “Gue bukan penyihir, gue nggak bisa bikin keajaiban.”

Ucapan itu menunjukkan kalau frustrasi udah mulai numpuk. Gigi Dall’Igna, salah satu petinggi Ducati, juga udah angkat suara dan minta semua tim bekerja keras bantu Bagnaia keluar dari krisis performa ini.

Secara resmi, Bagnaia dan rekan setimnya Marc Marquez masih terikat kontrak sama Ducati sampai tahun 2026. Jadi, secara teknis, peluang untuk pindah masih jauh. Tapi seperti yang kita tahu, dunia MotoGP itu penuh kejutan. Apalagi kalau performa terus menurun, bukan nggak mungkin keputusan besar diambil sebelum waktunya.

Dan yang bikin makin seru, kabar soal Yamaha ini datang justru di saat Bagnaia lagi dalam masa terlemahnya selama jadi pembalap pabrikan Ducati. Bisa jadi ini cara Yamaha buat nyalip di tikungan tajam merebut Bagnaia saat dia mulai goyah.

Jumat, 30 Mei 2025

Pecco Bagnaia Gabung Yamaha? Mimpi Besar yang Masih Sulit Jadi Nyata

Pecco Bagnaia Gabung Yamaha? Mimpi Besar yang Masih Sulit Jadi Nyata
Pecco Bagnaia Gabung Yamaha? Mimpi Besar yang Masih Sulit Jadi Nyata.

JAKARTA -- Belakangan ini, rumor tentang Pecco Bagnaia pindah ke Yamaha makin ramai diperbincangkan. Banyak yang bertanya-tanya, mungkinkah pembalap andalan Ducati itu benar-benar tertarik untuk membalap bersama tim asal Jepang tersebut? 

Tapi kalau kita lihat situasinya lebih dalam, ada banyak "tembok tinggi" yang harus dilewati dulu – baik dari sisi kontrak, loyalitas, maupun filosofi balap itu sendiri.

Kenapa Yamaha Masih Pede?

Mungkin karena performa Bagnaia di awal musim 2025 ini sedikit naik turun. Motor Desmosedici GP25 yang ia tunggangi belum sepenuhnya memberikan rasa percaya diri seperti musim-musim sebelumnya. 

Beberapa kali ia gagal finis, dan hasilnya, poin-poin penting melayang begitu saja. Tapi meskipun begitu, Pecco masih mampu bertahan di posisi ketiga klasemen sementara bukan hal yang bisa dianggap remeh, ya!

Namun, bagi Yamaha, kondisi ini mungkin dianggap sebagai "celah kecil" di balik baju zirah Pecco. Celah inilah yang mereka coba manfaatkan untuk masuk dan menawarkan mimpi besar: jadi pembalap utama di proyek kebangkitan Yamaha.

Yamaha Sedang Bangkit!

Yamaha sendiri lagi dalam mode ‘comeback’. Mereka punya banyak hal positif yang sedang dikembangkan:

  • Fabio Quartararo mulai menunjukkan performa bagus lagi

  • Toprak Razgatlioglu kabarnya bakal gabung Pramac Yamaha

  • Mesin baru V4 sedang dalam tahap pengembangan

  • Secara umum, Yamaha terlihat lebih siap dan kompetitif dibanding tahun-tahun sebelumnya

Buat Yamaha, kehadiran Bagnaia bakal jadi simbol utama dari “era baru” mereka. Ibaratnya, itu kayak menaruh bintang utama di atas panggung yang baru dibangun kembali.

Masalahnya, loyalitas Pecco ke Ducati bukan main-main. Dia udah jadi ikon tim dari Borgo Panigale itu. 

Selain itu, secara filosofi, Ducati dan Yamaha juga punya pendekatan teknis yang berbeda. Bahkan jika Yamaha berani menawarkan segalanya dari segi gaji, teknologi, hingga struktur tim belum tentu bisa menggoyahkan keyakinan Pecco.

Belum lagi urusan kontrak. Status Pecco sekarang sangat solid di Ducati, dan dia jelas punya peran penting dalam pengembangan motor. Jadi buat sekarang, sepertinya pindah ke Yamaha masih jadi sesuatu yang sangat sulit diwujudkan.

Yamaha memang sedang bangkit dan punya ambisi besar untuk kembali berjaya di MotoGP. Tapi berharap Pecco Bagnaia meninggalkan Ducati dan jadi ujung tombak Yamaha mungkin masih terlalu dini. 

Saat ini, mimpi melihat Bagnaia mengenakan warna biru khas Yamaha lebih mirip angan-angan daripada rencana nyata.

Senin, 26 Mei 2025

Francesco Bagnaia Alami Crash Setelah Red Flag di MotoGP Inggris, Ini Penyebabnya

Francesco Bagnaia Alami Crash Setelah Red Flag di MotoGP Inggris, Ini Penyebabnya
Francesco Bagnaia Alami Crash Setelah Red Flag di MotoGP Inggris, Ini Penyebabnya.

JAKARTA - Pada balapan MotoGP Inggris 2025, Francesco Bagnaia mengalami perubahan drastis dalam performanya yang berujung pada kecelakaan setelah red flag keluar. 

Pebalap Ducati Lenovo Team tersebut awalnya berada di posisi kedua di belakang Fabio Quartararo, namun kondisi balapan berubah setelah insiden Marc Marquez dan pergantian ban belakang saat restart.

Pada sesi awal balapan, Bagnaia mengaku merasa nyaman dan memiliki grip yang baik pada ban belakang motornya. 

Setelah kecelakaan yang melibatkan Marc Marquez, Bagnaia berhasil menjaga jarak dengan pembalap di belakang dan bersaing ketat dengan Quartararo. 

Namun, ketika balapan dihentikan sementara karena red flag dan dilanjutkan kembali, tim Ducati memutuskan mengganti ban belakang Bagnaia.

Sayangnya, keputusan ini membawa dampak negatif. Bagnaia kehilangan feeling dengan motornya dan mengalami banyak kesulitan menjaga traksi dan stabilitas. 

Dalam beberapa lap, pebalap asal Italia ini terus mengalami selip dan kehilangan posisi ke banyak pesaing. Pada akhirnya, Bagnaia terjatuh saat memasuki tikungan tujuh.

Bagnaia menjelaskan kronologi kecelakaannya, “Saat saya mencoba menikung lebih dalam, ban belakang kehilangan cengkeraman dan saya jatuh. Kondisi sudah sulit, dan masalah teknis ini memperparah situasi.”

Masalah utama yang dihadapi Bagnaia adalah hilangnya traksi ban belakang, yang membuatnya sulit untuk melakukan kemiringan motor yang optimal. 

Ia mengatakan, “Ketika saya mencoba mencapai kemiringan 58-59 derajat, ban belakang langsung berputar tanpa kendali. Saya tidak tahu pasti apa penyebabnya, tapi ini sangat mengganggu performa.”

Selain itu, Bagnaia juga menyoroti kecepatan luar biasa yang ditunjukkan oleh Alex Marquez sebelum insiden jatuh di start pertama. 

Menurut Bagnaia, tanpa kecelakaan tersebut, Alex Marquez kemungkinan besar akan memenangkan balapan dengan mudah. 

Namun, setelah red flag, Marquez harus menggunakan motor cadangan yang membuatnya kehilangan kepercayaan diri.

Bagnaia juga mengakui bahwa masalah ini sebenarnya dialami oleh seluruh pebalap Ducati selama akhir pekan balapan, khususnya terkait dengan feeling ban depan. 

Meski begitu, performa Marc Marquez dianggap mampu menutupi kelemahan tersebut. 

Namun, dengan mundurnya Quartararo di restart kedua, balapan ini menjadi yang pertama dalam beberapa seri terakhir tanpa kehadiran Ducati di podium.

“Ini menjadi bahan evaluasi penting bagi tim. Kami harus menemukan solusi karena pesaing terus berkembang sementara kami justru stagnan atau bahkan menurun. Saya yakin tim teknis Ducati saat ini sedang bekerja keras untuk memperbaiki performa motor,” ujar Bagnaia.

Kondisi ini menjadi sinyal penting bagi Ducati untuk melakukan inovasi dan perbaikan teknis demi menjaga persaingan di MotoGP musim ini. 

Kejadian di MotoGP Inggris 2025 ini sekaligus menjadi pengingat bahwa perubahan kecil seperti pergantian ban dapat berdampak besar pada performa pebalap di lintasan.

Pecco Bagnaia Curhat Usai Jatuh di MotoGP: Motor Nggak Nempel Aspal, Semua Orang Nyalip Gue!

Pecco Bagnaia Curhat Usai Jatuh di MotoGP: Motor Nggak Nempel Aspal, Semua Orang Nyalip Gue!
Pecco Bagnaia Curhat Usai Jatuh di MotoGP: Motor Nggak Nempel Aspal, Semua Orang Nyalip Gue!

JAKARTA - Pecco Bagnaia akhirnya angkat bicara setelah mengalami salah satu balapan paling berat musim ini. Dalam sesi wawancara dengan media, juara dunia MotoGP itu kelihatan benar-benar kehilangan kata-kata.

"Aku jujur udah nggak tau mau ngomong apa lagi. Rasanya omonganku mulai terdengar kayak kaset rusak," kata Pecco sambil geleng-geleng kepala. "Awalnya sih, waktu start pertama, feelingku bagus. Aku ada di belakang Fabio (Quartararo), niatnya pengen nyalip, tapi balapan baru mulai dan kita udah mulai ninggalin pembalap lain."

Tapi segalanya berubah begitu red flag (bendera merah) dikibarkan. Setelah restart, Pecco cuma ganti ban belakang, dan sejak saat itu, semua jadi kacau.

"Abis restart, tiap kali masuk tikungan dan coba gas, motornya nggak mau maju. Grip-nya hilang banget, aku cuma bisa selip terus dan disalip semua pembalap. Rasanya kayak balapan pakai motor licin di lantai sabun," curhatnya ke media Motosan.

Lalu, datanglah momen paling menyakitkan — crash keras yang membuat masa depannya di musim ini makin suram.

"Di Tikungan 9, sempat melebar karena kehilangan ritme, dan dua lap kemudian, di Tikungan 7, aku jatuh. Menurutku, ini bukan soal hoki atau sial. Hoki itu diciptakan, bukan kebetulan," ucap Pecco dengan nada serius. "Sejak awal musim, kita belum nemu solusi buat motor. Trek ini jadi ujian berat banget buat GP25. Bahkan, kalau Fabio nggak ada masalah, Marc Marquez nggak akan dekat podium."

Pecco menegaskan bahwa sekarang saatnya tim benar-benar duduk bareng dan mencari tahu apa yang sebenarnya salah. Karena ada yang nggak beres dengan motornya sejak awal musim.

Tapi di tengah kekecewaan, ada satu hal yang bikin Pecco sedikit tersenyum: kemenangan sahabat lamanya, Marco Bezzecchi, yang berhasil menang pertama kali bersama Aprilia.

"Bezzecchi luar biasa kuat sepanjang akhir pekan. Dia agak kurang beruntung pas kualifikasi, tapi abis sprint kemarin, aku langsung kirim pesan ke dia. Aku bilang, 'Lo keren banget, bro. Kalau gue nggak ada, lo pasti udah naik podium.' Dan hari ini dia benar-benar mengerikan, kecepatannya jauh di atas yang lain," ungkap Pecco.

Ia juga menambahkan bahwa sebenarnya Quartararo bisa saja menang hari itu, kalau saja nggak ada insiden. Tapi tetap saja, Bezzecchi tampil luar biasa dan pantas banget dapet podium tertinggi.

Minggu, 25 Mei 2025

Pecco Bagnaia Akui Masa Sulit di Ducati, Performa Menurun di Tengah Tekanan Marc Marquez

Pecco Bagnaia Akui Masa Sulit di Ducati, Performa Menurun di Tengah Tekanan Marc Marquez
Pecco Bagnaia Akui Masa Sulit di Ducati, Performa Menurun di Tengah Tekanan Marc Marquez.

JAKARTA - Pecco Bagnaia tengah menjalani salah satu masa tersulitnya di MotoGP musim 2025. Pembalap utama Ducati tersebut secara terbuka mengungkapkan kekecewaannya setelah tampil kurang maksimal dalam beberapa balapan terakhir. 

Ia menyebut periode ini sebagai salah satu yang paling berat sepanjang tahun, baik dari sisi perasaan maupun ekspektasi.

"Ini adalah salah satu momen terburuk tahun ini, baik dari segi perasaan maupun harapan," kata Bagnaia usai balapan, dalam pernyataan yang mencerminkan keresahan yang tengah ia rasakan di lintasan.

Dibayangi Penampilan Konsisten Marc Marquez

Hadirnya Marc Marquez sebagai rekan satu tim di Ducati mulai memberi tekanan tersendiri bagi Bagnaia. 

Keduanya sama-sama mengendarai motor GP25, namun dalam balapan terbaru, Marquez menunjukkan performa yang lebih kompetitif, khususnya di awal lomba.

"Secara umum, kami memiliki perasaan yang serupa terhadap motor. Namun hari ini Marc mampu tampil lebih cepat di awal balapan. Saya sendiri mengalami keausan ban belakang yang sangat parah di akhir lomba, dan itu membuat situasi semakin sulit," ujar Bagnaia.

Evaluasi Internal Tidak Membawa Solusi

Dalam upaya memperbaiki performa, Bagnaia mengaku telah melakukan diskusi panjang dengan tim dan para insinyur Ducati. Sayangnya, pertemuan tersebut belum membuahkan solusi konkret. 

Hal serupa juga dilakukan oleh Marquez, menandakan bahwa masalah teknis pada motor GP25 bukan hanya dialami satu pembalap saja.

"Kami sudah berdiskusi cukup lama, tapi sampai sekarang belum ada perkembangan berarti. Situasinya memang cukup membingungkan," tambahnya.

Disalip Zarco Menjadi Momen Mengejutkan

Salah satu momen yang paling memukul Bagnaia terjadi saat dirinya disalip oleh Johann Zarco yang menggunakan motor Honda. 

Aksi tersebut terjadi saat keluar dari tikungan, titik yang biasanya mengandalkan traksi maksimal.

"Ketika keluar dari tikungan dan saya membuka gas sepenuhnya, motor saya tidak memiliki traksi sama sekali. Zarco berhasil menyalip, dan itu mengejutkan. Ini sesuatu yang harus kami analisis lebih dalam," jelasnya.

Musim MotoGP 2025 masih panjang, namun tanda-tanda ketidakpastian mulai muncul di garasi tim pabrikan Ducati. 

Bagnaia kini tengah mencari pemicu kebangkitan, tetapi waktu terus berjalan. Tekanan semakin besar seiring dengan hasil yang belum sesuai harapan.

Gigi Dall’Igna, General Manager Ducati Corse, bahkan mengaku belum memahami sepenuhnya apa yang terjadi pada Bagnaia usai Sprint Race di Silverstone.

"Saya belum berbicara langsung dengan Pecco. Jadi, saya belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Padahal, pagi tadi dia terlihat cukup puas dengan motornya," ujar Dall’Igna.

Dengan performa yang belum konsisten, tekanan dari rekan setim seperti Marc Marquez, dan permasalahan teknis yang belum terselesaikan, posisi Pecco Bagnaia di Ducati sedang diuji. 

Jika tidak segera menemukan solusi, peluang mempertahankan gelar juara dunia bisa semakin menjauh.

Rabu, 14 Mei 2025

Pecco Bagnaia Minta Ducati Beri Solusi untuk Motor 2025: Saya Nggak Ngerasain Apa-Apa di Motor Ini!

Pecco Bagnaia Minta Ducati Beri Solusi untuk Motor 2025: "Saya Nggak Ngerasain Apa-Apa di Motor Ini!
Pecco Bagnaia Minta Ducati Beri Solusi untuk Motor 2025: "Saya Nggak Ngerasain Apa-Apa di Motor Ini!

JAKARTA - Pecco Bagnaia, juara dunia MotoGP dua kali, lagi-lagi jadi sorotan usai tampil buruk di Grand Prix Prancis akhir pekan lalu. Bukan cuma gagal finis di sprint race, tapi juga terpaksa mengakhiri balapan utama lebih awal setelah ditabrak rekan setimnya sendiri, Enea Bastianini. Hasilnya? Nol poin dan makin tertinggal 51 poin dari Marc Marquez di klasemen sementara.

Yang bikin makin miris, Bagnaia sendiri mengaku udah benar-benar frustrasi sama performa motor Ducati 2025 yang sekarang ia tunggangi. Dalam wawancara resmi dengan MotoGP, rider asal Italia ini blak-blakan bilang kalau dia "nggak ngerasain apa-apa" dari motor barunya."Tim saya harus bantu saya cari solusi. Sekarang ini, feeling saya sama motor sangat buruk. Nggak ada feedback yang saya rasakan. Ma

u saya geber kenceng atau pelan, responsnya ya gitu-gitu aja," kata Bagnaia dengan nada kecewa.

Sejak awal musim 2025, Bagnaia memang belum bisa tampil maksimal. Tapi akhir pekan di Le Mans bisa dibilang jadi titik terendahnya. Ia menyebut sudah "menyentuh dasar" dari permasalahan yang ia alami. Dan menurutnya, ini harus segera dicari jalan keluarnya.

"Tim saya udah coba banyak hal, tapi setelah enam seri balapan, kami belum nemu solusinya. Hari ini kami benar-benar jatuh ke titik paling bawah. Dari sini, semoga bisa naik lagi," tambahnya.

Yang bikin makin menyakitkan, sebenarnya strategi awal Bagnaia di GP Prancis udah tepat. Ia memilih start dengan ban basah karena cuaca memang diprediksi hujan. Tapi nahas, di lap pertama, dia kehilangan grip dan banyak rider lain menyalip. Ketika masuk tikungan ketiga, Enea Bastianini yang pakai ban slick menabraknya.

"Padahal saya udah pilih strategi yang tepat. Tapi motor saya rusak parah setelah insiden itu. Saya harus masuk pit, dan waktu saya balik, motor pengganti belum siap. Jadi makin kacau semuanya," ungkap Bagnaia.

Setelah itu, ia mencoba kembali ke lintasan tapi tetap tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya, ia finis di posisi ke-16 dalam kondisi tertinggal satu lap. Ini jadi salah satu akhir pekan terburuk sepanjang kariernya di era sprint race MotoGP.

"Dari Sabtu sampai Minggu, semuanya nggak berjalan sesuai rencana. Banyak masalah teknis, strategi kacau, dan performa motor yang jauh dari harapan. Pokoknya, benar-benar akhir pekan yang pengen cepat-cepat dilupain."

Sekarang ini, Bagnaia berharap Ducati bisa gerak cepat untuk memperbaiki performa motor 2025. Meski ia sadar harus beradaptasi, tapi menurutnya tim juga harus memberi sesuatu yang lebih agar dia bisa tampil kompetitif lagi.

"Ini bukan cuma soal adaptasi pembalap. Motor juga harus bisa kasih feedback yang jelas. Kalau enggak, ya susah untuk bersaing di level atas," tegasnya.

Rabu, 07 Mei 2025

Pecco Bagnaia Bawa Komponen Baru ke MotoGP Prancis, Tiru Strategi Marc Marquez?

Pecco Bagnaia Bawa Komponen Baru ke MotoGP Prancis, Tiru Strategi Marc Marquez?
Pecco Bagnaia Bawa Komponen Baru ke MotoGP Prancis, Tiru Strategi Marc Marquez?

JAKARTA - Le Mans bakal panas banget akhir pekan ini! Soalnya, Pecco Bagnaia datang ke MotoGP Prancis 2025 bukan dengan tangan kosong. Rider andalan Ducati itu siap tampil dengan senjata baru yang bikin penasaran. Yang bikin makin seru, ternyata komponen yang dibawa Bagnaia ini udah lebih dulu dipakai sama… siapa lagi kalau bukan Marc Marquez!

Yap, lo nggak salah baca. Sang juara bertahan ini seolah ngintip strategi Marquez dan coba mengadaptasi gaya mainnya demi bisa makin kompetitif di paruh awal musim ini. Setelah berhasil rebut podium di MotoGP Spanyol meskipun sebagian besar karena Marc jatuh Pecco jelas makin pede buat kejar poin yang masih tertinggal.

Tertinggal 20 Poin, Tapi Masih On Fire

Saat ini, Bagnaia masih terpaut 20 poin dari pemuncak klasemen, Alex Marquez. Tapi di dunia MotoGP, selisih segitu belum ada apa-apanya. Apalagi dengan performa Ducati GP25 yang terus dapet update, kans buat naik ke puncak masih terbuka lebar.

Di Le Mans nanti, Pecco bakal pakai versi terbaru dari GP25 miliknya. Meski doi belum mau bocorin semua detail, tapi dia ngaku udah ngetes satu komponen penting di Jerez dan ngerasa cocok banget. Yang bikin heboh, ternyata part itu sebelumnya udah pernah dipakai Marc Marquez!

“Ada satu hal yang kita bawa ke Le Mans. Itu sebenarnya udah pernah dipakai Marc,” ujar Bagnaia santai tapi penuh arti.

Feeling is King, Bukan Cuma Ikutin Tren

Buat yang mikir Pecco cuma ikut-ikutan Marquez, jangan salah. Doi bukan tipe yang asal tempel strategi orang. Bagnaia itu pembalap yang sangat mengutamakan feeling di atas motor. Bahkan waktu ngetes komponen itu di Thailand, dia ngerasa belum klik. Tapi setelah tes ulang di Jerez, baru deh dia nemuin feeling yang pas.

Ini nunjukin bahwa pengembangan motor di Ducati tuh bener-bener personal. Setiap pembalap punya preferensi masing-masing. Dan ternyata, gaya bawa motor Pecco beda banget sama Marc.

“Saya masih pakai swingarm dari tahun lalu. Marc pakai yang baru. Saya udah coba sih, tapi rasanya nggak jauh beda, jadi saya balik lagi ke yang lama,” lanjutnya.

Tapi bukan berarti dia nutup kemungkinan buat ganti nanti. Kalau suatu saat swingarm baru itu bisa kasih performa lebih, ya siapa tahu bisa dipakai juga. Namanya juga dunia balap, adaptasi itu penting!

Tes di Jerez Jadi Game Changer

Tes di Jerez kemarin bisa dibilang jadi turning point buat Bagnaia. Dia nemuin dua hal penting yang katanya bakal ngebantu dia bersaing lebih kuat. Sayangnya, doi masih rahasiain detailnya. Cuma bilang, dua hal itu bisa jadi kunci buat bawa Ducati balik dominan.

Yang jelas, salah satu masalah utama Pecco selama ini adalah start yang kurang oke tiap race weekend. Dia sering kesulitan dapet ritme dari hari Jumat, dan itu ngaruh ke performa di hari Minggu. Nah, dia berharap banget komponen baru ini bisa ngatasin masalah itu.

“Kuncinya ada di Le Mans. Kalau motor baru ini bisa atasi masalah yang biasa saya alami tiap race weekend, musim ini bisa berubah drastis,” kata Pecco optimis banget.

Balapan di Le Mans Jadi Momen Penentuan

Le Mans bukan cuma jadi tempat debut buat upgrade motor Ducati-nya Bagnaia, tapi juga jadi momen penting buat ngebuktiin kalau dirinya masih pantas dijagokan jadi juara dunia. Dengan semangat baru setelah naik podium di Spanyol, semua mata pasti bakal tertuju ke dia.

Pertanyaannya sekarang: mampukah Pecco meniru sukses Marc Marquez dengan perangkat yang sama, tapi dengan sentuhan khas Bagnaia?

Kalau iya, bisa jadi Alex Marquez bakal mulai ngerasa panas di puncak klasemen. Tapi kalau belum maksimal, Ducati harus putar otak lagi biar motor mereka makin nyatu sama gaya balap Pecco.

Satu hal yang pasti, balapan di Le Mans kali ini dijamin nggak bakal ngebosenin. Dengan banyaknya drama, strategi baru, dan rivalitas yang makin seru, kita tinggal duduk manis dan nikmatin aksi gila-gilaan dari para jagoan MotoGP!

Jangan lupa ikuti terus update terbaru MotoGP di Borneotribun.com, karena drama belum selesai sampai bendera finis dikibarkan! 

Senin, 05 Mei 2025

Pecco Bagnaia Masih Punya Peluang Rebut Gelar Asal Bisa Perbaiki Masalah di Tikungan dan Salip Marc Marquez

Pecco Bagnaia Masih Punya Peluang Rebut Gelar Asal Bisa Perbaiki Masalah di Tikungan dan Salip Marc Marquez
Pecco Bagnaia Masih Punya Peluang Rebut Gelar Asal Bisa Perbaiki Masalah di Tikungan dan Salip Marc Marquez.

JAKARTA - Musim 2025 kayaknya belum sepenuhnya berpihak ke Pecco Bagnaia. Tapi jangan salah, doi masih tetap nempel ketat di klasemen sementara dan belum kehabisan peluang buat rebut gelar juara dunia MotoGP.

Pecco yang jadi andalan tim pabrikan Ducati sekarang ini cuma terpaut 20 poin aja dari pemuncak klasemen sementara, Alex Marquez. Nggak jauh-jauh banget sih, karena dari rekan setimnya sendiri, Marc Marquez, Pecco cuma beda 19 poin. Cuma ya itu... masalahnya musim ini belum benar-benar klik sama motor GP25.

Tapi kabar baiknya, dua crash fatal yang dialamin Marc Marquez – pertama di Texas dan yang terakhir di Jerez – bikin peluang Pecco dan pembalap lain terbuka lebar. Tinggal gimana mereka bisa manfaatin kesempatan ini.

Pecco Disuruh Gaspol Abis Setelah Blunder Marc

Sejumlah pengamat MotoGP mulai bersuara, salah satunya nyaranin Pecco buat cepet-cepet “nemuin sesuatu” yang bisa ngubah performanya musim ini.

“Untung buat Pecco, Marc udah bikin dua kesalahan besar di balapan. Jadi situasinya nggak seburuk yang dikira,” kata salah satu analis.

“Kalau Pecco bisa nemuin sesuatu di sesi tes... semua pembalap emang lagi nyari setting terbaik juga, tapi gua percaya Pecco itu cuma kekurangan di bagian masuk tikungan.”

Masalahnya ada di corner entry, yang memang jadi titik krusial di MotoGP. Dan sayangnya, waktu race weekend itu bukan saat yang tepat buat eksperimen karena tekanan tinggi dan waktunya mepet banget. Jadi harapannya emang di sesi tes, kayak yang mereka lakukan Senin lalu.

“Kalau Pecco bisa nemuin bagian yang hilang itu, setelah dua blunder dari Marc, bisa aja kita bakal lihat perebutan gelar yang lebih seru!”

Harapan Masih Ada, Tapi Butuh Aksi Nyata

Walau musim ini kelihatan berat buat Pecco, doi tetap tunjukin semangat positif. Di GP Spanyol minggu lalu, doi sukses naik podium dan itu jadi sinyal kalau potensinya masih ada. Dan usai tes di hari Senin, Pecco keliatan makin optimis.

Emang sih dia nggak ngasih tahu secara spesifik bagian apa yang dites, tapi dia bilang bakal ngebawa hasil tes itu ke seri berikutnya di Le Mans. Sayangnya, cuaca di sesi tes bikin dia nggak bisa fokus ke perubahan setting motor, dan malah nyobain part lama yang sebelumnya udah dibuang pas pramusim – ironisnya, part itu masih dipakai sama Marc Marquez!

Eropa Jadi Penentu?

Sekarang MotoGP udah masuk ke fase Eropa nih, artinya sirkuit-sirkuit yang udah lebih dikenal Pecco bakal banyak ditemuin. Buat rider sekelas dia, ini bisa jadi kesempatan buat bangkit dan ngejar poin yang hilang.

Le Mans bisa jadi titik balik. Kalau Pecco bisa nemuin “potongan yang hilang” itu di sirkuit Prancis nanti, bukan nggak mungkin dia bisa ngegas pol dan ngacak-ngacak dominasi duo Marquez.

Siapakah Raja Sebenarnya?

Balapan musim ini makin seru karena klasemennya ketat banget. Alex Marquez masih di atas, tapi dengan margin yang tipis. Dan meskipun Marc sempat bikin kesalahan, dia masih konsisten ngumpulin poin besar.

Yang jelas, MotoGP 2025 belum selesai. Dan dunia balap masih nunggu kapan Pecco bener-bener “meledak”. Dia udah ngaku kalau saat ini belum bisa ngelakuin overtake seenaknya kayak musim-musim sebelumnya. Tapi kalau semua klik dan setup GP25 ketemu, bisa jadi cerita musim ini bakal berubah drastis.

So, siap-siap aja buat drama perebutan gelar yang makin panas! Pecco, waktunya lo tunjukin siapa raja sesungguhnya di Ducati!

Jumat, 02 Mei 2025

Kolaborasi Kompak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bikin Ducati Makin Ngebut di MotoGP 2025

Kolaborasi Kompak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bikin Ducati Makin Ngebut di MotoGP 2025
Kolaborasi Kompak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bikin Ducati Makin Ngebut di MotoGP 2025.

JAKARTA - Ducati lagi-lagi jadi sorotan di MotoGP, tapi kali ini bukan cuma karena hasil balapan, melainkan soal kekompakan dua jagoannya: Marc Marquez dan Francesco "Pecco" Bagnaia. Meski keduanya dikenal punya rivalitas sengit, ternyata di balik layar mereka justru kompak banget pas uji coba resmi MotoGP 2025 di Jerez, Spanyol.

Setelah balapan dramatis di GP Spanyol Marquez sempat jatuh tapi tetap finis ke-12, sedangkan Bagnaia sedikit kecewa karena cuma dapat podium ketiga di belakang Fabio Quartararo duo Ducati ini langsung tancap gas lagi di tes hari Senin (28 April 2025).

Davide Tardozzi, bos tim Ducati, buka suara soal kerja sama keduanya. “Kami coba beberapa setelan berbeda untuk kedua pembalap. Marc kami fokusin ke bagian depan motor, biar dia lebih percaya diri saat masuk tikungan. Sementara Pecco, lebih ke soal keseimbangan motor, karena dia ngerasa nggak puas sepanjang akhir pekan kemarin,” ujar Tardozzi ke MotoGP.com.

Nggak cuma setelan motor yang diuji, Ducati juga nyobain part baru berupa swingarm yang katanya masih perlu dites ulang. Tapi hasil tes ini udah kasih gambaran awal yang menarik: Marc Marquez berhasil jadi yang tercepat dengan catatan waktu 1 menit 35.876 detik satu-satunya pembalap yang bisa tembus ke 1 menit 35 detik! Sedangkan Bagnaia ada di posisi ke-19, karena dia lebih fokus ngerjain daftar panjang pengaturan motor, bukan ngejar waktu.

Meski banyak yang awalnya ragu apakah dua juara dunia bisa akur di satu tim, ternyata Marquez dan Bagnaia justru menunjukkan sikap dewasa dan saling dukung. “Mereka biasanya lebih banyak ngobrol di hari-hari kayak gini, pas lagi pengembangan motor. Dan itu justru bagus banget buat Gigi Dall’Igna (direktur teknis Ducati) dan tim teknik lainnya,” lanjut Tardozzi.

“Awalnya banyak yang pesimis mereka bisa kerja sama, tapi ternyata bukan cuma juara, mereka juga cerdas. Mereka tahu kalau kerja bareng bisa bikin pengembangan motor jadi lebih cepat.”

Saat ini, Marc Marquez cuma terpaut satu poin dari adiknya, Alex Marquez, di klasemen sementara. Sementara Bagnaia masih berada di posisi ketiga, tertinggal 20 poin dari puncak klasemen.

Menjelang MotoGP Prancis minggu depan, semua mata bakal tertuju ke duo Ducati ini apakah kerja sama mereka bakal terus berbuah manis? Kita tunggu aja aksinya di lintasan!

Jumat, 25 April 2025

Marquez hingga Pecco Bagnaia Angkat Bicara soal Penalti Vinales dan Ketatnya Aturan Tekanan Ban MotoGP

Marquez hingga Pecco Bagnaia Angkat Bicara soal Penalti Vinales dan Ketatnya Aturan Tekanan Ban MotoGP
Marquez hingga Pecco Bagnaia Angkat Bicara soal Penalti Vinales dan Ketatnya Aturan Tekanan Ban MotoGP.

JAKARTA - Peraturan tekanan ban di MotoGP kembali menjadi sorotan besar setelah insiden yang menimpa pembalap Tech3 KTM, Maverick Vinales. Ia tampil luar biasa di Grand Prix Qatar, naik dari posisi keenam untuk memimpin balapan, dan akhirnya finis di posisi kedua. 

Namun sayangnya, podium impian itu harus sirna karena penalti aturan tekanan ban. Hasil akhirnya? Vinales terlempar ke posisi ke-14.

Kejadian ini membuat sejumlah pembalap papan atas buka suara. Mereka merasa aturan ini tidak perlu diubah, tapi tetap mempertanyakan penerapannya di lintasan. 

Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aturan tekanan ban ini jadi begitu krusial, dan apakah benar-benar adil untuk semua pembalap?

Aturan Tekanan Ban: Sekilas Penjelasan

Saat ini, regulasi MotoGP mengatur bahwa tekanan minimum pada ban depan adalah 1.8 bar, dan tekanan itu harus dipertahankan minimal selama 60% dari total balapan. Jika tekanan ban tidak memenuhi standar tersebut, pembalap akan mendapatkan penalti waktu tambahan. Dalam kasus Vinales, ia diberi penalti 16 detik, yang langsung menjatuhkannya dari posisi dua besar.

Masalah muncul karena Vinales diperkirakan akan bertarung di tengah kerumunan pembalap, sehingga tekanan bannya disesuaikan untuk situasi tersebut. Tapi ternyata, dia langsung melesat ke depan dan memimpin balapan di udara terbuka (free air), yang menyebabkan tekanan ban tidak naik sesuai ekspektasi tim.

Beberapa pembalap ternama menyuarakan opini mereka terkait kejadian ini. Salah satunya adalah Marc Marquez, yang kini memperkuat Gresini Racing. Menurut Marquez, aturan ini memang penting untuk keamanan, namun ada ruang untuk melakukan penyesuaian kecil.

“Masalah utamanya adalah keselamatan, seperti yang ditekankan oleh Michelin. Tapi mungkin kita bisa diskusi soal persentase jarak tempuhnya. Mungkin nggak perlu 60%, bisa dikurangi kalau memang masih aman,” ujar Marquez menjelang GP Spanyol.

Marc Marquez sendiri pernah melakukan manuver yang cukup strategis saat balapan di Thailand. Di sana, ia sengaja memperlambat lajunya agar tekanan ban bisa naik dan menghindari penalti serupa. Hal ini menunjukkan bahwa pembalap saat ini harus berpikir ekstra bukan hanya soal kecepatan, tapi juga cara ‘mengakali’ aturan yang ada.

Berbeda dengan Marquez, juara dunia Francesco “Pecco” Bagnaia lebih tegas. Menurutnya, aturan sudah ada dan harus diikuti.

“Aturannya sudah jelas, dan tujuannya untuk keselamatan. Dulu kita memang balapan dengan tekanan ban lebih rendah, tapi batas yang diterapkan di Qatar masih cukup rendah kok. Jadi saya rasa ini bukan masalah besar,” ucap Pecco.

Sementara itu, Alex Marquez, adik Marc, menambahkan bahwa detail seperti ini justru jadi bagian dari kompetisi.

“Mungkin threshold atau persentasenya bisa disesuaikan sedikit. Tapi, pada akhirnya ini adalah bagian dari kompetisi. Kita semua tunduk pada aturan yang sama.”

Regulasi tekanan ban ini memang digagas oleh Michelin, pemasok ban resmi MotoGP, demi alasan keselamatan. Ban dengan tekanan yang terlalu rendah bisa berisiko lebih besar untuk mengalami kerusakan atau bahkan pecah, terutama di kecepatan tinggi.

Namun di sisi lain, tekanan ban yang lebih rendah seringkali memberikan traksi yang lebih baik, terutama di tikungan. Ini berarti ada trade-off antara performa dan keamanan, yang tentunya tidak mudah diatur dalam skenario balapan yang dinamis dan penuh variabel.

Fakta bahwa penalti seperti ini baru menimpa pembalap yang tampil impresif tentu mengundang simpati dari banyak pihak. Penonton pun merasa kecewa ketika pembalap seperti Vinales yang menunjukkan performa luar biasa harus kehilangan posisi karena hal teknis yang tidak sepenuhnya bisa dikontrol dari atas motor.

Sejauh ini, belum ada tanda-tanda aturan ini akan dicabut atau diubah secara drastis. Namun diskusi soal pengurangan persentase jarak tempuh (dari 60% jadi mungkin 50% atau bahkan 40%) mulai muncul. Tujuannya adalah memberikan ruang gerak lebih bagi tim dan pembalap untuk mengatur strategi mereka, terutama dalam situasi tak terduga seperti yang dialami Vinales.

Yang jelas, keputusan-keputusan seperti ini akan terus memicu debat di antara tim, pembalap, bahkan penggemar. Bagi para pembalap, yang mereka inginkan adalah aturan yang adil, bisa diprediksi, dan tetap mengutamakan keselamatan, tanpa mengorbankan esensi balapan itu sendiri.

Kontroversi yang dialami Maverick Vinales di GP Qatar jadi pengingat bahwa dunia balap bukan hanya soal siapa yang tercepat, tapi juga soal siapa yang paling cermat memahami dan menyesuaikan diri dengan aturan. Meskipun aturan tekanan ban dibuat demi keselamatan, pembalap dan tim butuh fleksibilitas agar balapan tetap seru dan kompetitif.

Alih-alih menghapus aturan, mungkin saatnya MotoGP dan Michelin duduk bareng untuk merevisi angka-angka yang digunakan, tanpa melupakan alasan utama kenapa aturan itu ada. Karena di ujung hari, MotoGP bukan cuma soal teknologi dan kecepatan tapi juga tentang keadilan, keberanian, dan bagaimana manusia menghadapi tantangan dalam kondisi ekstrem.

Kamis, 24 April 2025

Pecco Bagnaia Percaya Diri Bisa Adu Gengsi Lawan Marc Marquez Sampai Akhir Musim MotoGP 2025

Pecco Bagnaia Percaya Diri Bisa Adu Gengsi Lawan Marc Marquez Sampai Akhir Musim MotoGP 2025
Pecco Bagnaia Percaya Diri Bisa Adu Gengsi Lawan Marc Marquez Sampai Akhir Musim MotoGP 2025.

JAKARTA - Pecco Bagnaia, sang juara dunia dua kali MotoGP, nggak mau nyerah begitu aja walaupun awal musim 2025 ini terasa berat banget buat dia. 

Walau performanya belum maksimal, Bagnaia tetap optimis bisa ngelawan Marc Marquez sampai seri terakhir di Valencia. 

Wah, duel antar rider tim pabrikan Ducati ini bakal makin panas nih!

Awal Musim yang Berat Buat Pecco

Sejauh ini di musim 2025, Marc Marquez udah tampil menggila! Dia menangin semua sprint race dan juga tiga dari tiga balapan utama pertama musim ini. 

Gila nggak tuh? Hasilnya, Marquez udah unggul 26 poin dari Bagnaia di klasemen sementara. 

Padahal mereka berdua pakai motor yang sama, Ducati GP25. Tapi entah kenapa, Pecco belum nemuin feeling terbaiknya di atas motor baru ini.

Untungnya, Pecco sempet dapet angin segar di COTA alias Circuit of the Americas. Di sana, dia berhasil menang setelah Marc Marquez crash saat lagi mimpin balapan. Kemenangan itu jadi titik balik buat Bagnaia karena dia ngerasa motornya udah mulai “nyambung” lagi sama gaya balapnya.

Dalam wawancaranya bareng TNT Sport, Bagnaia bilang dia tahu banget siapa yang dia hadapin sekarang. 

“Marc mungkin adalah rider paling kompetitif. Tahun lalu dia masih adaptasi, dan dia ngelakuin itu dengan bagus. Tapi musim ini dia langsung tancap gas dari awal,” kata Pecco.

Meskipun sadar lawannya lagi dalam performa terbaik, Pecco tetap yakin kalau pertarungan mereka bakal seru sampai akhir musim. 

“Gue rasa begitu gue balik ke performa puncak, kita bakal bertarung habis-habisan dan itu bakal seru banget,” tambahnya.

Tahun lalu, meskipun Pecco menang 11 balapan, dia tetep kalah di klasemen akhir dari Jorge Martin yang cuma menang 3 kali. 

Nah, pengalaman itu bikin Pecco lebih sabar dan tenang menghadapi situasi sekarang.

“Soalnya gue tahu masalahnya di mana, tapi emang nggak gampang buat diselesaikan. Gue percaya potensinya bakal balik, tapi waktu itu gue belum tahu kapan,” ungkapnya.

Saat sampai di Austin, dia langsung ngerasa ada yang beda dari sesi pertama latihan. Feeling-nya makin oke dan dia bisa ngelawan rider-rider tercepat. 

“Itu bener-bener jadi kelegaan buat gue. Gue bisa nikmatin balapannya lagi,” kata Bagnaia dengan wajah sumringah.

Dengan Marquez yang lagi gacor dan Bagnaia yang mulai balik ke bentuk terbaiknya, pertarungan antar dua rider Ducati ini bisa jadi salah satu yang paling seru dalam sejarah MotoGP. 

Nggak cuma soal siapa yang paling cepat, tapi juga siapa yang paling konsisten dan kuat mentalnya sampai akhir musim.

Buat fans MotoGP, musim ini bakal penuh drama, aksi, dan pastinya ketegangan sampai titik terakhir di Valencia. So, siap-siap deh buat nonton duel panas antara Pecco Bagnaia dan Marc Marquez tiap pekan balapan. Jangan sampai kelewatan, bro!

Rabu, 23 April 2025

Pecco Bagnaia: Ducati Ingin Ciptakan Situasi Bertekanan Tinggi di Tim Pabrikan MotoGP

Pecco Bagnaia Ducati Ingin Ciptakan Situasi Bertekanan Tinggi di Tim Pabrikan MotoGP
Pecco Bagnaia Ducati Ingin Ciptakan Situasi Bertekanan Tinggi di Tim Pabrikan MotoGP.

JAKARTA - Pecco Bagnaia mengungkapkan bahwa Ducati sebenarnya sudah berusaha menciptakan situasi yang sedang terjadi sekarang di tim MotoGP mereka, dengan dua pembalap yang bisa sama-sama bersaing untuk meraih gelar juara dunia. 

Ini terjadi setelah Ducati menandatangani Marc Marquez untuk bergabung dengan tim pabrikan mereka.

Sejauh musim 2025 ini, tim pabrikan Ducati benar-benar tampil dominan di MotoGP. Marc Marquez berhasil memenangkan seluruh empat sprint dan tiga dari empat balapan pertama, sementara Pecco Bagnaia meraih kemenangan di Grand Prix Amerika. 

Dengan Marquez tampil lebih dominan, ia memimpin rekan setimnya yang merupakan juara dunia dua kali, Bagnaia, dengan selisih 26 poin menjelang GP Spanyol di Jerez akhir pekan ini.

Ini adalah pertama kalinya Ducati memiliki dua pembalap yang sama-sama dapat diandalkan untuk meraih gelar juara dunia. 

Bagnaia mengatakan bahwa hal ini memang sudah menjadi tujuan Ducati, terutama setelah apa yang terjadi di musim 2024, di mana ia menang lebih banyak balapan dibandingkan Jorge Martin, namun akhirnya kalah di klasemen dengan selisih hanya 10 poin akibat delapan balapan tanpa poin.

“Menurut saya, Ducati memang berusaha menciptakan situasi seperti sekarang ini. Tahun lalu saya kehilangan gelar karena saya membuat kesalahan,” ungkap Bagnaia kepada TNT Sports sebelum GP Qatar. “Ketika kita lebih kuat dan menang 18 balapan dalam satu musim, termasuk sprint, tetapi tetap kehilangan gelar, itu memang hal yang aneh untuk dijelaskan.”

Bagnaia juga menambahkan, “Saya adalah satu-satunya yang kehilangan gelar itu meski saya selalu berada di sana, selalu berjuang untuk menang, dan sering kali saya jatuh atau kami mengalami masalah saat memimpin atau bertarung di posisi terdepan.”

Meskipun pebalap asal Italia ini merasa sangat kecewa dengan kegagalannya musim lalu, ia bertekad untuk bangkit dan berusaha keras memenangkan gelar lagi tahun ini. 

“Musim ini akan sangat sulit dan penuh tantangan karena persaingannya dengan Marc, tapi jika saya bisa menang, itu akan luar biasa. Jadi saya harus terus bekerja keras seperti ini.”

Meski ada ekspektasi bahwa ketegangan di dalam tim pabrikan Ducati bisa muncul kapan saja musim ini, Bagnaia mengatakan bahwa suasana di dalam garasi tim Ducati masih sangat bagus. 

“Saat ini bukan waktu yang tepat untuk itu. Saya rasa kami masih bekerja dengan sangat baik sebagai tim. Kami selalu berbicara tentang bagaimana cara memperbaiki performa selama akhir pekan balapan, dan Marc jelas sudah beradaptasi dengan sangat baik dengan situasi dan strategi tim.”

Menurut Bagnaia, hubungan mereka juga sangat baik. “Atmosfer di dalam garasi masih sangat menyenangkan. Saya senang bisa bertemu dengan pebalap seperti Marc, yang sebelumnya belum pernah saya ajak bicara, dan kini saya bisa mengerti bahwa hubungan kami bisa semenyenangkan ini. Ini luar biasa.”

Dengan persaingan ketat antara Bagnaia dan Marquez, tentu saja tim Ducati akan terus menjadi pusat perhatian di MotoGP 2025. 

Kedua pembalap ini tidak hanya bersaing satu sama lain, tetapi juga sama-sama bertujuan untuk memberikan yang terbaik bagi tim. 

Namun, yang pasti, meski ada tekanan tinggi, Bagnaia dan Marquez tetap berusaha untuk menjaga suasana kerja yang positif di dalam tim.

Pasti seru untuk melihat bagaimana cerita ini berkembang sepanjang musim ini. Seperti kata Bagnaia, “Jika saya menang, itu akan menjadi sesuatu yang luar biasa,” dan kita tidak sabar untuk melihat siapa yang akhirnya keluar sebagai juara dunia tahun ini!

Kamis, 10 April 2025

Jelang MotoGP Qatar Pecco Bagnaia Optimistis dengan Performa Desmosedici GP

Jelang MotoGP Qatar Pecco Bagnaia Optimistis dengan Performa Desmosedici GP
Jelang MotoGP Qatar Pecco Bagnaia Optimistis dengan Performa Desmosedici GP.

JAKARTA - Francesco “Pecco” Bagnaia akhirnya bangkit di MotoGP 2025 setelah sempat tertinggal akibat dominasi ganda Marc dan Alex Marquez di awal musim. Balapan di Circuit of the Americas (COTA), Amerika Serikat, menjadi titik balik penting bagi sang juara dunia bertahan.

Pecco yang start cukup agresif, berhasil menyalip Alex Marquez pada lap keempat. Momentum ini membuatnya berada di jalur untuk menghentikan rentetan finis podium kedua yang diraih rider Gresini itu. 

Tapi momen paling menentukan terjadi di pertengahan balapan, ketika Marc Marquez yang memimpin lomba justru tergelincir dan terjatuh setelah menyentuh kerb.

Insiden itu membuka peluang emas bagi Bagnaia untuk meraih kemenangan pertamanya musim ini. Hasil ini tidak hanya mengangkat moral tim Ducati Lenovo, tetapi juga memperkecil jarak poin di klasemen sementara.

Kini, sorotan beralih ke Sirkuit Lusail, Qatar. Pertanyaannya: apakah kekalahan Marquez di COTA hanya kesalahan sesaat, atau tanda bahwa momentum mulai bergeser ke tangan Bagnaia?

Menjelang seri MotoGP Qatar, Pecco memberikan pernyataan yang cukup menggoda perhatian penggemar. 

“Balapan setelah kemenangan selalu menyenangkan,” katanya. 

“Akhir di Austin benar-benar luar biasa, dan yang paling penting adalah saya merasa motor lebih stabil dibanding balapan sebelumnya. Kami masih punya banyak pekerjaan, tapi sirkuit ini dikenal bisa memaksimalkan karakter dan potensi Desmosedici GP.”

Pernyataan Pecco ini tentu menarik. Lusail memang dikenal sebagai trek yang bersahabat bagi motor-motor Ducati. 

Dalam lima balapan terakhir di Qatar, pabrikan asal Italia ini mencetak kemenangan berturut-turut lewat beberapa pembalap andalannya: Enea Bastianini (2022), Jorge Martin (Sprint 2023), Fabio di Giannantonio (GP 2023), Martin lagi (Sprint 2024), dan tentunya Pecco sendiri saat membuka musim 2024 dengan kemenangan.

Namun, sejarah juga mencatat bahwa Marc Marquez belum pernah menang di sirkuit ini sejak 2014. Saat itu, Pecco bahkan masih berkompetisi di kelas Moto3.

Dengan performa yang mulai meningkat dan dukungan dari mesin Desmosedici yang dikenal “nyetel” di Qatar, peluang Bagnaia untuk kembali naik podium terbuka lebar. 

Tapi tentu, semua mata akan tertuju pada bagaimana duel panas antara Pecco dan duo Marquez kembali tersaji di gurun Qatar.

Apakah ini awal dari kebangkitan Pecco Bagnaia di musim 2025? Atau Marquez bersaudara akan kembali unjuk gigi? Yang pasti, MotoGP Qatar akhir pekan ini akan jadi tontonan seru yang sayang untuk dilewatkan.

Sabtu, 05 April 2025

Pecco Bagnaia: Kekalahan Gelar Juara Dunia MotoGP 2024 Akan Butuh Waktu Bertahun-tahun untuk Diterima

Pecco Bagnaia Kekalahan Gelar Juara Dunia MotoGP 2024 Akan Butuh Waktu Bertahun-tahun untuk Diterima
Pecco Bagnaia: Kekalahan Gelar Juara Dunia MotoGP 2024 "Akan Butuh Waktu Bertahun-tahun untuk Diterima".

JAKARTA - Pecco Bagnaia, juara dunia MotoGP dua kali, mengungkapkan bahwa kekalahannya di musim MotoGP 2024 akan sulit dilupakan dan akan butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa ia terima sepenuhnya. Meskipun berhasil menang lebih banyak balapan dibandingkan pembalap lain musim lalu, Bagnaia tetap gagal meraih gelar juara dunia ketiganya.

Pembalap asal Italia ini memenangkan 11 dari 20 balapan di musim 2024, sebuah pencapaian yang luar biasa dan hanya bisa disamai oleh legenda seperti Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo. Namun, nasib berkata lain. Jorge Martin, rival beratnya dari tim Pramac Ducati, berhasil merebut gelar juara dunia dengan hanya menang tiga balapan, tapi lebih konsisten sepanjang musim.

Banyak Menang, Tapi Banyak Gagal Finis

Salah satu penyebab utama Bagnaia gagal mempertahankan gelarnya adalah karena dia mencatat delapan kali gagal finis (DNF) sepanjang musim. Ini sangat memukul perolehan poinnya, meskipun dia menang paling banyak.

Dalam serial dokumenter terbaru berjudul GOFREE yang tayang di YouTube, Bagnaia mengakui betapa beratnya menerima kenyataan ini.

“Akhir musim lalu masih membekas di kepala saya,” ujar Bagnaia.

“Saya pikir akan butuh waktu bertahun-tahun untuk benar-benar menerima kenyataan ini. Selama musim dingin, saya mencoba menganalisis kenapa saya tidak bisa membawa pulang gelar, padahal menang lebih banyak dari yang lain.”

Bagnaia menambahkan, kekalahan ini menjadi pelajaran berharga untuk kariernya.

“Ketika kalah dalam situasi seperti ini, kamu bisa tenggelam atau belajar. Saya pilih untuk belajar.”

Awal Musim 2025 Juga Tidak Mudah

Memasuki musim MotoGP 2025, Bagnaia belum tampil sekuat yang diharapkan. Ia kalah cepat dari rekan setim barunya di Ducati, Marc Marquez, di hampir semua seri awal.

Di Grand Prix Thailand, Bagnaia hanya finis di posisi ketiga. Bahkan di GP Argentina—balapan yang berhasil ia selesaikan pertama kalinya sejak Austin 2023—ia cuma mampu finis keempat, di luar podium.

Kesulitan Bagnaia sebagian besar datang dari motornya, Ducati GP25, yang menurutnya sulit dikendalikan, terutama saat pengereman. Meski begitu, ada progres yang terlihat di GP Amerika (COTA). Ia hampir finis kedua, tapi insiden jatuhnya Marc Marquez saat unggul 2,2 detik justru membuka jalan kemenangan pertama bagi Bagnaia musim ini.

Peluang Masih Terbuka

Dengan Qatar GP yang tinggal menghitung hari, posisi Bagnaia di klasemen sementara mulai membaik. Ia kini hanya tertinggal 12 poin dari pemuncak klasemen sementara, yaitu Alex Marquez, yang hanya unggul satu poin dari kakaknya sendiri, Marc Marquez.

Meskipun awal musim belum ideal, peluang Bagnaia untuk merebut kembali gelar masih terbuka lebar. Dengan semangat belajar dari kekalahan, bukan tidak mungkin Pecco akan bangkit dan kembali bersinar di sisa musim 2025.

Pecco Bagnaia Ungkap Masalah Serius Saat MotoGP Amerika 2025 Lewat Obrolan Bareng Marc Marquez

Pecco Bagnaia Ungkap Masalah Serius Saat MotoGP Amerika 2025 Lewat Obrolan Bareng Marc Marquez
Pecco Bagnaia Ungkap Masalah Serius Saat MotoGP Amerika 2025 Lewat Obrolan Bareng Marc Marquez.

JAKARTA - MotoGP 2025 kembali menghadirkan drama menarik di seri ketiga yang digelar di Circuit of the Americas (COTA), Texas. Kemenangan Pecco Bagnaia menjadi sorotan, tapi yang lebih menarik justru muncul setelah balapan selesai lewat sebuah video di balik layar yang memperlihatkan percakapan santai namun penuh informasi antara Pecco Bagnaia dan Marc Marquez.

Dalam video yang dirilis situs resmi MotoGP, terlihat keduanya berbagi cerita tentang kesulitan dan keputusan penting yang mereka ambil sebelum dan saat balapan. Fakta-fakta yang terungkap cukup mengejutkan, terutama terkait masalah teknis yang dihadapi Bagnaia di atas motor Ducati-nya.

Awal Balapan yang Penuh Drama

Balapan MotoGP Amerika 2025 diawali dengan situasi yang cukup kacau. Saat semua pembalap bersiap di grid, tiba-tiba Marc Marquez meninggalkan motornya dan lari ke arah pit untuk mengganti motor ke versi ban kering. Langkah ini sontak memicu kepanikan dan membuat sejumlah pembalap lain, termasuk Bagnaia, ikut-ikutan berpikir ulang soal strategi mereka.

“Lintasannya kering, tapi aku masih pakai ban basah. Satu lap aja rasanya lama banget,” ujar Bagnaia dalam video itu.

Melihat Marc Marquez bergerak, Bagnaia memutuskan ikut ganti motor juga.

“Dia biasanya pintar, jadi aku pikir ‘oke, aku ikut dia aja’,” tambahnya.

Namun drama belum selesai. Saat Bagnaia sedang bersiap dengan motor barunya, lampu start tiba-tiba menyala. Untung saja, race director memutuskan untuk mengulang start karena banyak pembalap yang belum siap.

“Aku malah senang ketika mereka bilang ‘stop semuanya’. Kalau nggak, bisa berantakan,” ungkap Bagnaia.

Masalah Getaran di Motor Ducati Pecco Bagnaia

Walau akhirnya keluar sebagai pemenang, Pecco Bagnaia ternyata mengalami masalah getaran di bagian belakang motornya, khususnya di Tikungan 6, 17, dan 18. Dalam percakapannya dengan Marc Marquez, ia menjelaskan bahwa getaran tersebut sangat mengganggu dan mempengaruhi performanya.

“Masalah utama ada di getaran ban belakang. Di beberapa tikungan, rasanya seperti mau terlempar,” kata Bagnaia.

Menariknya, Marc Marquez tidak mengalami masalah yang sama, padahal keduanya menggunakan motor pabrikan Ducati.

“Aku nggak ngerasa ada getaran sama sekali,” balas Marquez singkat.

Hal ini menunjukkan bahwa walau motor mereka secara teknis sama, setup dan gaya balap bisa mempengaruhi performa secara signifikan.

Kemenangan yang Menjadi Titik Balik Pecco Bagnaia

Kemenangan Pecco Bagnaia di Grand Prix Amerika menjadi titik terang di musim MotoGP 2025 yang cukup sulit bagi dirinya. Setelah dua seri awal yang kurang memuaskan dan kerap tertinggal dari rekan setim barunya, Marc Marquez, kemenangan ini memberi angin segar untuk mengejar posisi puncak klasemen.

Sebelum balapan di COTA, Bagnaia tertinggal 31 poin dari pemimpin klasemen. Tapi dengan kemenangan ini, ia kini hanya berjarak 12 poin dari posisi pertama.

“Aku tahu aku bisa menang. Tapi masalah teknis dan keputusan kecil bisa bikin segalanya berubah,” ujar Bagnaia setelah balapan.

Dengan performa ini, Bagnaia kembali menjadi ancaman serius dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP 2025.

Persaingan Semakin Ketat Jelang MotoGP Qatar

Setelah balapan di Texas, Alex Marquez (Gresini Racing) memimpin klasemen sementara dengan hanya satu poin di depan Marc Marquez. Pecco Bagnaia, yang kini berada di posisi keempat, hanya tertinggal 12 poin saja. Persaingan makin panas dan tidak bisa diprediksi.

Berikut klasemen sementara MotoGP 2025 (Top 5):

1. Alex Marquez - 87 poin

2. Marc Marquez - 86 poin

4. Pecco Bagnaia - 75 poin

F. Morbidelli - 55 poin

5. F. Di Giannantonio - 44 poin

Dengan selisih poin yang tipis seperti ini, setiap balapan ke depan akan sangat menentukan. Balapan berikutnya di MotoGP Qatar 2025 diprediksi bakal jadi ajang penentuan siapa yang lebih siap secara teknis dan mental.

MotoGP 2025: Pertarungan Strategi, Kecepatan, dan Ketahanan

Dari kisah ini kita bisa belajar bahwa MotoGP bukan hanya soal kecepatan, tapi juga soal insting, strategi, dan komunikasi tim. Bahkan juara dunia seperti Pecco Bagnaia pun bisa mengalami kesulitan teknis yang signifikan. Namun dengan ketenangan, kerja keras, dan keberanian mengambil keputusan, kemenangan masih bisa diraih.

Marc Marquez juga menunjukkan performa luar biasa di balapan ini, meski akhirnya harus crash di lap ke-9. Tapi gaya agresifnya kembali membuktikan bahwa dia belum kehilangan sentuhannya, dan siap merebut gelar juara dunia bersama Ducati.

Pecco Bagnaia dan Marc Marquez bukan cuma dua nama besar di MotoGP 2025, tapi juga simbol dari pertarungan mental dan fisik di dunia balap motor paling elite. Lewat percakapan santai mereka, kita tahu bahwa di balik kemenangan selalu ada cerita menarik yang layak diketahui.

Dengan Grand Prix Qatar menanti, fans MotoGP di seluruh dunia akan kembali menyaksikan pertarungan seru antara Ducati, Gresini, dan Pramac. Apakah Pecco Bagnaia akan lanjutkan momentum kemenangannya? Atau Marc Marquez kembali memimpin klasemen? Yang pasti, balapan akan terus memanas!

Rabu, 26 Maret 2025

Prediksi Insider Ducati Tentang Potensi Ancaman Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025

Prediksi Insider Ducati Tentang Potensi Ancaman Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025
Prediksi Insider Ducati Tentang Potensi Ancaman Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025.

JAKARTA -- Marc Marquez tampil luar biasa di awal musim MotoGP 2025. Dengan empat kemenangan beruntun di Thailand dan Argentina, ia langsung memimpin klasemen sementara dan menunjukkan bahwa dirinya masih menjadi salah satu pebalap terbaik di dunia.

Namun, menurut Michele Pirro, test rider Ducati, dominasi Marquez mungkin tidak akan bertahan lama. Pirro meyakini bahwa rekan setimnya, Pecco Bagnaia, masih memiliki peluang besar untuk kembali bersaing memperebutkan gelar juara dunia.

Pecco Bagnaia: Lambat Panas, Tapi Bisa Bangkit

Pirro mengungkapkan bahwa Bagnaia memang bukan tipe pebalap yang langsung tampil maksimal di awal musim. Selain itu, dua seri pertama di Thailand dan Argentina bukanlah trek yang menguntungkan bagi Bagnaia.

“Pecco belum pernah menjadi pebalap yang langsung memberikan performa terbaiknya di awal musim. Itu adalah karakteristiknya,” kata Pirro kepada GPOne.

Ia juga menambahkan bahwa Marquez saat ini berada dalam kondisi terbaik. “Marc memiliki talenta luar biasa, keinginan besar untuk bangkit, dan berada di motor terbaik. Jadi, dia hanya melakukan apa yang sudah ia kuasai.”

Namun, Pirro percaya bahwa Bagnaia akan segera menemukan ritmenya dan kembali ke persaingan papan atas. “Saya yakin Pecco akan kembali bertarung untuk kemenangan dalam beberapa balapan ke depan.”

Kejutan dari Alex Marquez

Salah satu hal yang mengejutkan di awal musim ini adalah performa impresif Alex Marquez. Adik kandung Marc Marquez ini mampu tampil kompetitif meskipun hanya mengendarai Ducati GP23, motor versi tahun lalu yang digunakan oleh tim Gresini.

Pirro menjelaskan bahwa keberadaan Marc Marquez di paddock turut membantu Alex meningkatkan performanya. “Kedekatan dengan saudaranya dan memiliki motor yang sama telah membantunya melangkah lebih jauh. Selain itu, ia langsung merasa nyaman dengan GP24.”

Bagnaia Pertimbangkan Kembali ke Motor Tahun Lalu

Bagnaia kini tengah mempertimbangkan opsi untuk kembali menggunakan motor Ducati GP24, yang merupakan versi tahun lalu, demi menemukan kembali performanya. Meskipun perbedaan antara GP24 dan GP25 tidak terlalu signifikan, Bagnaia merasa bahwa motor lama bisa memberinya kepercayaan diri yang lebih.

Pirro pun menanggapi isu ini dengan mengatakan, “Saat ini yang terpenting adalah memberikan ketenangan kepada Pecco dan membantunya mendapatkan kembali feeling yang ia butuhkan.”

Ketika ditanya apakah Bagnaia tertekan dengan kehadiran Marc Marquez di tim pabrikan Ducati, Pirro mengakui bahwa tekanan itu ada. “Untuk mengatakan bahwa dia tidak terganggu dengan kehadiran Marc adalah sebuah pernyataan yang besar. Marquez adalah salah satu rekan setim paling sulit yang bisa dimiliki seseorang.”

Namun, Pirro tetap optimistis bahwa Bagnaia bisa bangkit. “Pecco memiliki semua bakat yang dibutuhkan untuk bisa mengalahkan Marc. Dia hanya perlu menemukan kembali kepercayaan dirinya, dan saya yakin dalam beberapa seri ke depan, dia akan kembali bertarung untuk kemenangan.”

MotoGP Amerika Jadi Ujian Berikutnya

Akhir pekan ini, MotoGP 2025 akan memasuki seri ketiga di Circuit of the Americas (COTA), Texas. Trek ini dikenal sebagai salah satu favorit Marc Marquez, yang bisa menjadi peluang besar baginya untuk memperlebar keunggulan di klasemen.

Sementara itu, Bagnaia harus berusaha keras untuk memangkas jarak poin dan menemukan kembali kenyamanannya di atas motor. Seri di Amerika ini bisa menjadi titik balik sebelum musim berlanjut ke Eropa, di mana persaingan akan semakin ketat.

Akankah Bagnaia mampu bangkit dan menghentikan dominasi Marquez? Atau justru Marc Marquez semakin menjauh di puncak klasemen? Kita tunggu aksinya di lintasan!