Berita Borneotribun.com: Perempuan Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Perempuan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perempuan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 Oktober 2022

Ajang Jakarta Fashion Week 2023

Ajang Jakarta Fashion Week 2023
Ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 yang Pasti Akan mendatangkan Sejumlah Besar pergelaran modest fashion oleh desainer-desainer ternama, membagikan petualangan modest fashion di Indonesia. (ANTARA/ dok)

Jakarta - Ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 yang Pasti Akan mendatangkan Sejumlah Besar pergelaran modest fashion oleh desainer-desainer ternama, membagikan petualangan modest fashion di Indonesia yang kaya Akan kreativitas dan corak memukau di dalamnya, sehingga memiliki minat yang tinggi sekarang.


Di Indonesia sendiri, peringkat modest fashion menguat dalam mengisi gelaran Dan Juga industri fashion sekira sepuluh tahun belakangan. 


Berdasar keterangan Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 pada Minggu (16/10/2022), langkah awal modest fashion di Indonesia dipelopori oleh kelompok desainer Busana muslim seperti Dian Pelangi atau Ria Miranda. 


Ada juga Itang Yunasz yang Memasukkan Komponen tradisional Nusantara dalam bentuknya.


Di dalam Periode yang berdekatan, berbagai desain Busana muslim dan berhijab menjadi sorotan. Muncullah berbagai jenama modest fashion yang bernuansa muslim. 


Bahkan, gaya Busana berhijab juga mengisi hampir setiap laman majalah fesyen dan Terlihat di berbagai Fasilitas massa.


Pastinya hal tertulis menjadi fenomena yang tak sanggup dilepaskan dari nyata bahwa mayoritas Masyarakat Indonesia beragama Islam Serta paralel dengan Situasi pascareformasi, ketika kebebasan mengenakan simbol agama dalam berbusana makin memiliki ruang.


Dalam perkembangannya Beberapa tahun belakangan, Lebih Banyak pegiat fesyen atau konsumen setia yang juga unjuk tampilan dalam balutan modest fashion. 


Modest fashion Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 Nampak tak sekedar sekedar baju muslim saja, tetapi dipersonalisasi menjadi pakaian Tiap-Tiap Hari, Bagus Buat bekerja, berolahraga, bersosialisasi, atau Bagi menghadiri acara penting.


Modest fashion Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 di Indonesia tak Satu Kali Lagi sekedar dimaknai adalah pilihan Kemeja atas dasar religi saja. 


seorang modest dresser, Yusra Siddiqui dalam Who What Wear menuturkan bahwa tidak ada kategori tunggal tentang seperti apakah modest wear.


Sebab, menurutnya, setiap Penduduk memiliki persepsi masing-masing. satu orang dapat saja memilih modest fashion atas alasan agama atau etnis. 


Ada pula yang memutuskan Buat mengenakan modest fashion atas alasan kenyamanan. 


Modest fashion Memprioritaskan rasio kebebasan di dalam tren metode.


Banyak selebriti, supermodel, ataupun fashion enthusiast di Media sosial Terlihat dengan modest fashion mulai dari blazer berukuran besar yang dipadukan dengan turtle neck, celana atau rok longgar, ataupun terusan loose dengan potongan dan siluetnya yang khas ala Anandia Putri yang menggawangi IKYK.


Tak jarang, Kemeja menswear yang dipadukan dengan layer juga menjadi pilihan dalam modest fashion, di antaranya seperti yang Digerakkan oleh Rani Hatta dalam karyanya.


Khazanah Etika tradisional Nusantara Mengusung corak sendiri bagi modest fashion di Indonesia. 


Sejumlah Besar elemen desain baju tradisional seperti baju bodo, ulos, atau kerah bulat Bagi pria khas Kepulauan Riau muncul merupakan Bentuk modest fashion. 


Bahkan, material kain tradisional seperti tenun, lurik, dan batik juga menghiasi rupa modest fashion di Indonesia.


Beberapa desainer seperti Danjyo Hiyoji atau brand Purana menampilkan koleksi mirip dalam Jakarta Fashion Week 2019 lalu. 


Di Sarana sosial sendiri, tidak sedikit pula unggahan yang Mengikuti gerakan #berkain dengan kompak padan khas modest fashion. (*)

Sabtu, 30 Juli 2022

Nanik Widayani Darmansyah Dikukuhkan Lagi Jadi Ketua IPEMI Ketapang

peosesi pelantikan pengurus IPEMI Ketapang masa bhakti 2025-2027
Peosesi pelantikan pengurus IPEMI Ketapang masa bhakti 2025-2027.

Borneo Tribun, Ketapang - Sebagai organisasi perempuan pengusaha muslimah peran IPEMI atau Ikatan Pengusaha Muslimah bisa menjadi wadah pendorong gairah ekonomi kerakyatan. 


"Wadah ini terutama bisa menjadi penghimpun dan dapat jadi wadah pengembangan perempuan muslimah di Ketapang ini untuk menjadi handal dan berdaya saing. Terutama produk-produk UMKM kita," kata Nanik Widayani Darmansyah, Sabtu (30/7/22). 


Pernyataan itu dia ucapkan seusai acara pelantikan dan pengukuhan ulang pengurus Ikatan Pengusaha Muslimah (IPEMI) kabupaten Ketapang tahun 2022 di aula serba guna kediaman Nanik Widayani, Sabtu (20/7/22) di Ketapang. 


IPEMI merupakan organisasi pengusaha wanita terutama muslimah yang bergerak di sektor usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM. 


Ada nama anggota DPR RI Ingrid Kansil sebagai ketua umum IPEMI. Sedangkan pengurus tingkat provinsi Kalimantan Barat diketuai oleh Herlina Natsir, istri mantan bupati Kapuas Hulu sekaligus menjabat sebagai anggota DPD mewakili Kalbar. 


Nanik menambahkan, IPEMI berkonsentrasi pada pembinaan UMKM terutama mendorong agar UMKM dapat mengakses bantuan dibidang produksi, pemasaran, kualitas, keuangan ataupun akses pemasaran luar negeri (import -eksport). 


Dia mengklaim IPEMI Ketapang sudah mendapat apresiasi baik bidang kreatifitas anggota dan pembinaan UMKM.


"Sejak 7 tahun IPEMI Ketapang selalu raih penghargaan predikat terbaik ke dua dan tiga tingkat nasional," kata Nanik. 


Rencana kedepan, Nanik menyebut akan berusaha meminta Pemkab Ketapang membantu program IPEMI. "insyaallah, nanti IPEMI Ketapang akan koordinasi, minta ke Pemkab agar mendukung yang tujuannya agar program kerja kepala daerah tercapai," kata Nanik Widayani. 


Oleh: Muzahidin

Rabu, 26 Januari 2022

Wabup Syamsul Rizal buka MUSDA II GOW Kabupaten Bangkayang Tahun 2022

Wabup Syamsul Rizal buka MUSDA II GOW Kabupaten Bangkayang Tahun 2022
GOW Kabupaten Bengkayang menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) II Kabupaten Bengkayang Tahun 2022.

BorneoTribun Bengkayang, Kalbar – Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Bengkayang menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) II Kabupaten Bengkayang Tahun 2022 di Aula Kantor Bupati Bengkayang, Lantai 5, Selasa (25/1/2022). 

Musda ini bertujuan untuk menetapkan AD/ART GOW Kabupaten Bengkayang 2021-2026, menyusun dan menetapkan program kerja, memilih ketua GOW kabupaten Bengkayang periode 2021-2026 dan menetapkan keputusan lain sesuai dengan batas kewenangan.

MUSDA II GOW Kabupaten Bangkayang Tahun 2022 mengangkat tema yakni, "Sinergitas Organisasi Wanita dengan Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Pembangunan yang Unggul, Berwawasan luas dan Berdaya Saing menghadapi Revolusi Industri 4.0 untuk Mewujudkan Kabupaten Bengkayang Mantap".

GOW Kabupaten Bengkayang menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) II Kabupaten Bengkayang Tahun 2022.

Wakil Bupati Bengkayang, Drs. H Syamsul Rizal menyampaikan sambutan dan arahan sekaligus membuka secara resmi pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) II GOW kabupaten Bengkayang.

Wabup Bengkayang berharap dengan pelaksanaan MUSDA II ini, perempuan mampu menyumbangkan tenaga dan potensinya untuk membangun kabupaten Bengkayang dan masyarakat kabupaten Bengkayang  yang Maju.

Selebihnya, kata Wabup, dalam menyusun program kerja hendaknya mendukung dan bersinergi dalam program pembangunan Pemerintah Daerah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat kabupaten Bengkayang yang Maju dan mantap.

GOW Kabupaten Bengkayang menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) II Kabupaten Bengkayang Tahun 2022.

Pada acara pembukaan dihadiri oleh wakil Ketua DPRD Kabupaten Bengkayang, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, pimpinan OPD atau yang mewakili, ketua TP. PKK Kabupaten Bengkayang atau yang mewakili dan tamu undangan lainnya.

Sumber : Prokopim Bengkayang
Reporter : Rinto Andreas

Selasa, 09 Maret 2021

Ketua TP PKK Sanggau Pesankan ini saat Pelantikan TP PKK dan Bunda PAUD di 5 Kecamatan

Pelantikan Ketua TP PKK dan mengukuhkan Bunda PAUD di Lima Kecamatan.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Sanggau Ny. Arita Apolina, S.Pd, M.Si melantik Ketua TP PKK dan mengukuhkan Bunda PAUD.

BORNEOTRIBUN SANGGAU, Kalbar – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Sanggau Ny. Arita Apolina, S.Pd, M.Si melantik Ketua TP PKK dan mengukuhkan Bunda PAUD Kecamatan Kembayan, Tayan Hulu, Beduai, Sekayam dan Noyan. Dalam waktu bersamaan Ketua TP PKK Kabupaten Sanggau menyaksikan pelantikan dan pengukuhan Ketua TP PKK dan Bunda PAUD Desa Kelompu, Desa Sebuduh, Desa Sejuah, Desa Tanjung Merpati, Desa Sebongkuh dan Desa Kuala Dua Kecamatan Kembaya. Kegiatan di pusatkan di Aula Kecamatan Kembayan, Selasa (9/3/2021)/

Hadir dalam kesempatan tersebut para Camat, Forkompimcam, Anggota TP PKK Kabupaten Sanggau, Kepala Puskesmas Kecamatan Kembayan, Para Kades dan para tamu undangan.

Pelantikan Ketua TP PKK dan mengukuhkan Bunda PAUD di Lima Kecamatan
Pelantikan Ketua TP PKK dan mengukuhkan Bunda PAUD di Lima Kecamatan.

Usai prosesi pelantikan, Ketua TP PKK Kabupaten Sanggau Ny. Arita Apolina mengucapkan selamat atas pengukuhan para Camat yang bertugas di tempat yang baru dan Ketua TP PKK, Bunda PAUD Kecamatan dan Desa serta para Kades yang sudah dilantik oleh Bupati Sanggau.

“Kenapa harus dilakukan pelantikan dan pengukuhan Ketua TP PKK serta Bunda PAUD kecamatan pada hari ini karena berkaitan dengan tugas dan tanggungjawab. Yang dimana ada tugas selaku Ketua TP PKK dan Bunda PAUD Kecamatan untuk melantik Ketua TP PKK dan Bunda PAUD desa,” jelas Ketua TP PKK Kabupaten Sanggau, Ny. Arita Apolina.

Selaku Bunda PAUD Kabupaten Sanggau Ny. Arita Apolina berharap bahwa setelah di adanya pelantikan dan pengukuhan TP PKK dan Bunda PAUD Kecamatan serta Desa agar dapat bekerjasama untuk meningkatkan prestasi.

“Harapan saya pertahankan prestasi dan juga bekerja lebih baik lagi kedepan. Supaya kegiatan kelembagaan bisa berjalan lancar sesuai dengan program kerja, visi dan misi terutama untuk mencapai Sanggau yang maju dan terdepan,” harapnya.

Oleh: Liber/Alfian

Pekerjaan Perempuan Lebih Terdampak Pandemi Dibanding Pria

Pekerjaan Perempuan Lebih Terdampak Pandemi Dibanding Pria
Ilustrasi seorang perempuan membaca buku. Foto: GETTY IMAGES

BorneoTribun Jakarta -- Selama lebih dari 100 tahun, Hari Perempuan Internasional dirayakan dengan mengakui pencapaian perempuan di seluruh dunia.

Namun, tahun ini, karena hilangnya pekerjaan dan meningkatnya beban di rumah, kondisi ekonomi perempuan lebih buruk daripada laki-laki.

Menurut data Organisasi Buruh Internasional (International Labor Organization/ILO), perempuan di seluruh dunia kehilangan pekerjaan lebih banyak akibat pandemi dibandingkan laki-laki. Sekitar 5 persen perempuan pada 2020 kehilangan pekerjaan atau jam kerja dikurangi, sedangkanlaki-laki yang mengalami hal yang sama hanya 3,9 persen.

"Setiap kali sesuatu terjadi di dunia, perempuan mengalami dua kali lipat lebih buruk," kataAnchia Mulima, koordinator Lemusica, organisasi yang mendukung perempuan dan anak perempuan diMozambique, kepada VOA.

Selama pandemi, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menekankan kesenjangan antara bagaimana perempuan terdampak krisis dibandingkan laki-laki.

"Ketimpangan gender telah meningkatkan secara drastis dalam setahun belakangan, sementara perempuan menopang beban penutupan sekolah dan bekerja dari rumah," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

MenurutUNWomen, 58 persen dari perempuan bekerja di seluruh dunia, melakukan "pekerjaan informal" atau pekerjaan yang tidak terlalu diregulasi dan seringkali tanpa pajak atau tunjangan. Perempuan juga lebih cenderung bekerja dalam industri yang sangat terdampak pandemi, seperti pariwisata dan pengasuhan anak. [vm/ft]

Oleh: VOA Indonesia

Senin, 16 November 2020

Pemberdayaan Kaum Perempuan Pribumi AS di Reservasi Pine Ridge

Penduduk pribumi sedang menanti turis di Pine Ridge Reservation, 20 Juli 2012. (Foto; AP)

BorneoTribun - Patience bersama adik perempuannya, AJ, tinggal di salah satu komunitas termiskin di Amerika Serikat, yakni Reservasi Pine Ridge di negara bagian South Dakota.

Patience berusia sepuluh tahun. Sebagian besar hidupnya harus bolak-balik tinggal di beberapa rumah kerabat karena orang tuanya tidak selalu hadir dalam hidupnya

“Saya lebih sering tinggal bersama nenek. Ia merawat saya selama dua tahun. Sebelumnya, paman saya yang merawat. Ia dimakamkan di dekat Sekolah Red Clove. Saya hanya sesekali berziarah. Saya enggan pergi ke makamnya, karena membuat saya sedih," kata Patience.

Kini Patience dan AJ tinggal bersama kakek buyut mereka, Merrival, yang selama berbulan-bulan belum juga mendapatkan pekerjaan. Biaya pemanas listrik mahal sehingga mereka menambah kehangatan di rumah itu dengan perapian kayu bakar.
Perempuan-perempuan di Pine Ridge Reservation. (Foto: VOA)

Merrival mengatakan, antara Patience dan dirinya terentang empat generasi suku Lakota.

“Di sini kami, dari suku Oglala Lakota, tinggal. Kami kehilangan identitas akibat asimilasi secara paksa," kata Merrival.

Lakota adalah suku pemburu kerbau. Mereka bebas menjelajah dataran Amerika selama ribuan tahun untuk berburu kerbau.

Pada akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, kebijakan federal AS mengharuskan penduduk pribumi berasimilasi. Kebijakan itu memaksa anak-anak keturunan Lakota dan suku lain keluar dari tempat mereka tinggal selama turun temurun. Suku-suku asli Amerika itu juga dilarang melakukan acara-acara kebudayaan mereka dan dilarang berbicara dalam bahasa suku masing-masing. Mereka dipaksa hidup bertani dan tinggal di daerah reservasi.
Anak-anak yang tinggal di Pine Ridge Reservation, South Dakota. (Foto: VOA)

Penduduk pribumi yang dikenal sebagai Indian mendapatkan kembali beberapa hak mereka. Namun, banyak dari mereka yang masih memilih tinggal dalam reservasi dengan kehidupan yang sulit. Reservasi Pine Ridge, secara geografis adalah tempat terisolasi dan langka sumberdaya. Kejahatan merajalela di sana. Tingkat pengangguran, 80 persen. Narkoba dan alcohol, perempuan-perempuan muda hilang, dan tidak adanya penegakan hukum menjadi bagian dari kehidupan di reservasi tersebut.

Kaum perempuan dari suku Lakota mencoba mengubah sendiri nasib dan masa depan mereka.

“Kita harus saling dukung, demi anak-anak perempuan dan masa depan kita," ujar seorang perempuan.

“Itulah sebabnya program-program ini sangat penting, untuk mengajari remaja-remaja putri supaya bangga pada diri sendiri dan mengenal pribadi masing-masing, serta memahami bagaimana melindungi diri sekaligus mengerti harga diri," tambah perempuan lainnya.

Kedua perempuan itu terlibat dalam Jaringan Pemberdayaan Remaja Perempuan Pribumi (IMAGEN). Tujuan IMAGEN adalah membentuk perkumpulan perempuan dalam kawasan reservasi, tempat yang aman di setiap lingkungan di mana anak-anak perempuan bisa datang setiap minggu untuk bersenang-senang, membahas beberapa masalah, dan memperoleh peluang dan kesempatan.

“Dengan penindasan bersejarah yang dialami penduduk asli Amerika, struktur keluarga sering kali hancur. Anak-anak perempuan lebih punya banyak tantangan dibandingkan anak laki-laki, dalam hal risiko kehamilan, putus sekolah, harus memikul tanggung jawab untuk memimpin keluarga," papar Kelly Hallman adalah direktur eksekutif IMAGEN.
Pine Ridge Reservation, South Dakota. (Foto: VOA)

Perkumpulan perempuan adalah sesuatu yang biasa dalam budaya suku asli Amerika tersebut.

“Tradisi matrilineal dalam banyak budaya suku asli Amerika menunjukkan, ada perkumpulan perempuan untuk menyelesaikan segala sesuatu. Gender benar-benar adalah inti tentang siapa kita sebagai penduduk asli, kaum pria punya kekuatan tertentu, dan perempuan memiliki kekuatan tertentu juga. Begitulah cara kami bisa bertahan," kata Kelly Hallman.

Pada pertemuan informasi pertama, Patience dan teman-temannya menunjukkan rasa ingin tahu.

“Semua dilakukan melalui pendampingan. Kami ingin memastikan remaja-remaja putri ini dapat mempelajari budaya kami, mengetahui upacara adat istiadat," kata Aimee Pond dari Korporasi Pembangunan Komunitas Thunder Valley di South Dakota.

Kelly Hallman dari IMAGEN menjelaskan bahwa anak-anak perempuan itu akan mempelajari berbagai keterampilan termasuk persiapan untuk masuk ke perguruan tinggi dan cara memperoleh sejumlah beasiswa.

Ketika besar nanti, Patience ingin menjadi seorang pilot Angkatan Udara AS seperti bibinya. Sambil tersenyum, Patience mengungkapkan.

“Bibi bilang agak susah menerbangkan pesawat karena banyak tombolnya. Tapi itu pasti bisa diingat di luar kepala karena saya benar-benar sangat kuat! Saya juga ingin punya rumah yang bagus dan kehidupan layak agar sesekali dapat menjaga kakek," kata Patience.

Program-program tersebut dapat membantu para gadis remaja seperti Patience mewujudkan impian mereka, masa depan yang lebih baik. (VOA)

Kamis, 10 September 2020

Gerakan Akar Rumput Simpan Pinjam, dari Perempuan untuk Kesejahteraan Anak

Penerimaan dan pencatatan uang ASKA (foto: courtesy).


BORNEOTRIBUN -- Tradisi arisan bukan hal yang asing di kalangan perempuan dan ibu-ibu di Indonesia. Akan tetapi sejumlah ibu dan kelompok perempuan di Sigi, Palu dan Donggala lebih mendapat manfaat dengan menabung melalui ‘sistem tanam saham.’ Program pendampingan Wahana Visi Indonesia ini dikhususkan bagi perempuan, membantu mereka mengelola ekonomi rumah tangga untuk kesejahteraan anak.


Asosiasi Simpan-pinjam untuk Kesejahteraan Anak (ASKA) dimulai pada awal tahun 2012. Kini, asosiasi itu berkembang, dari dua menjadi 50 kelompok, dengan mayoritas anggota perempuan yang tersebar di 24 desa.


Program pendampingan Wahana Visi Indonesia (WVI) itu tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, bertujuan membantu keluarga berpendapatan tidak tetap, khususnya kaum perempuan, dalam mengelola ekonomi rumah tangga. Di Palu, Sigi dan Donggala, yang tidak punya akses atau jauh dari institusi finasial dan lembaga keuangan, WVI membentuk ASKA.

Para pengurus membuka kotak ASKA (foto: courtesy)


Salah seorang pendamping WVI di lapangan Sabtarina Dwi Febriyanti menjelaskan masyarakat Sigi yang tinggal di wilayah pegunungan malas ke bank. Alasannya, mereka harus menempuh sedikitnya 2 jam untuk ke bank terdekat, dan bank mengharuskan mereka menyediakan banyak dokumen untuk administrasi. Padahal, umumnya anggota ASKA adalah petani sayuran di pekarangan rumah dan berdagang di pasar sekali seminggu.


“Setiap 4 minggu mereka membutuhkan uang 500 ribu untuk diputar. Sementara biasanya di bank menyediakan pinjaman rata-rata sekitar 7 jutaan. Mereka mungkin ada rasa takut mengelola uang sebesar itu, belum lagi memikirkan bunga yang harus dikembalikan ke bank,” kata Sabtarina.


Pendapatan yang tidak menentu dari hasil bertani dan berdagang tidak mencukupi kebutuhan sejumlah anggota ASKA ketika mereka menghadapi kesulitan seperti gempa di Sulawesi atau pengeluaran besar, seperti untuk membeli kebutuhan sekolah dan pengobatan anak. Meminjam uang di bank, bukanlah pilihan bagi mereka.

Proses pembagian uang ASKA (foto: courtesy).


Program simpan-pinjam ASKA dikelola berdasarkan kepercayaan. Manfaat program itu dirasakan langsung oleh anggotanya, yang terdiri dari remaja, ibu-ibu yang punya penghasilan sendiri, perempuan dewasa yang mandiri dan belum berumah-tangga.


Program ASKA di Sulawesi tidak hanya menolong ketika gempa menghancurkan Sigi, Palu dan Donggala, dan kini pandemi COVID-19.


Melati, usia 38 tahun, salah seorang anggota ASKA menjelaskan, “Kelompok pertama, yang 25 (ribu) saham, ada dua: kelompok COVID A dan COVID B. Kelompok kedua adalah kelompok 30/20 artinya 30 (ribu) saham tanggal 20 setiap bulan. Sedangkan kelompok 50/50 (ribu) saham, tanggalnya 22. Begitu pengaturannya supaya mereka gampang mengingat.”


Program ASKA ibarat menabung dengan ‘sistem tanam saham,’ dengan maksimal 5 saham tiap bulan dalam kelompok maksimal beranggotakan 25 orang. Masing-masing kelompok ASKA menentukan anggota dan aturan sendiri, termasuk nominal terkecil tabungan saham antara 20.000 dan 50.000 rupiah. Tiap anggota bisa meminjam maksimal dua kali lipat jumlah uang saham yang mereka tanam di ASKA.


Siklus simpan-pinjam itu berlangsung 9 hingga 12 bulan. Setiap bulan, jumlah uang yang terkumpul dicatat dan pinjaman disesuaikan dengan uang yang terkumpul, nilai saham yang ditanam, dan kebutuhan anggota ASKA. Jangka waktu dan besarnya cicilan termasuk bunga pinjaman, ditentukan anggota masing-masing kelompok ASKA. Pinjaman terakhir bisa diberikan dua bulan sebelum siklus ASKA berakhir.


Sabtarina menjelaskan lebih jauh, “Misalkan saya punya tabungan di situ Rp300 ribu, berarti maksimal pinjaman Rp600 ribu. Jangan sampai, saya pinjam sampai 2 juta, ternyata tidak bisa mengembalikan. Ada mekanisme kontrolnya juga. Selama bisa mengembalikan dan sudah lunas, anggota ASKA bisa meminjam kembali.”


Kelompok ASKA terus bertambah dan jumlah uang yang terkumpul juga semakin banyak sehingga WVI bersama gerakan akar rumput perempuan itu berupaya menjalin kerjasama agar bank datang ke desa setiap bulan untuk mengambil uang yang terkumpul. Selain itu, daerah yang paling sulit diakses akan diberi kotak uang tunai lengkap dengan gembok yang kuncinya masing-masing dipegang oleh dua orang berbeda.


Kerja sama pilot project juga dilakukan dengan PT. Pegadaian dengan mengkonversi tabungan sejumlah anggota ASKA dalam bentuk tabungan emas. Monica Kader dari divisi Hubungan Kelembagaan Pegadaian Kantor Palu berharap ke depannya ada kelompok ASKA yang bisa menjadi agen Pegadaian.


Monica mengatakan, “Walaupun lokasinya tidak terlalu dekat dengan outlet Pegadaian, transaksi yang ingin dilakukan itu tetap bisa dieksekusi oleh agen Pegadaian tersebut, di mana anggota ASKA itulah yang menjadi agen Pegadaian.”


Pendampingan WVI dalam pemberdayaan ekonomi perempuan dimulai dari pelatihan mengelola keuangan rumah tangga, hingga implementasi simpan-pinjam melalui ASKA. Mereka akan terus mendampingi sampai anggotanya mandiri, bisa menyisihkan uang untuk menabung, membeli pakaian sekolah anak, membayar SPP anak yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi hingga mempunyai modal untuk membuka warung kecil-kecilan.


Bagi Sabtarina, yang ikut merintis ASKA, perempuan harus kuat, tangguh dan percaya diri karena memiliki peran kunci yang sangat diperlukan untuk mendidik dan menentukan masa depan anak, masyarakat dan bangsa.


“Harus bisa menjadi perempuan yang kuat, bukan sekadar, kalau orang Jawa bilang ‘konco wingking’ (orang/teman bekerja di belakang atau dapur, red.), tapi bisa ikut serta, apapun peran perempuan, baik di masyarakat maupun keluarga,” tambah Sabtarina.


Melati adalah anggota ASKA dari Desa Padende, Kecamatan Marawola, Sigi, sejak 2014. Ia memaparkan, ekonomi masih belum stabil dan belum pulih pasca bencana, kini menghadapi pandemi virus corona. “Jadi sudah jatuh tertimpa tangga. Kami masih mempertahankan ASKA. Manfaatnya sudah dirasakan. Menabungnya itu, sangat luar biasa motivasi ibu-ibu di sini.” 


Sumber: www.voaindonesia.com

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno