Krisis Oksigen, 63 Pasien Meninggal di RSUP Dr Sarjito Yogyakarta | Borneotribun.com -->

Minggu, 04 Juli 2021

Krisis Oksigen, 63 Pasien Meninggal di RSUP Dr Sarjito Yogyakarta

Krisis Oksigen, 63 Pasien Meninggal di RSUP Dr Sarjito Yogyakarta
Foto: Masyarakat mengantre di toko pengisian oksigen di Jakarta pada 28 Juni 2021, saat infeksi COVID-19 melonjak mencapai rekor tertinggi di Indonesia. (Foto: AFP/Dasril Roszandi)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Krisis pasokan oksigen untuk penanganan pasien COVID-19 masih melanda Yogyakarta, meski pasokan tersebut telah dijanjikan untuk diselesaikan pada pekan lalu.

Di RSUP Dr Sardjito saja, sejak Sabtu (3/7) pagi hingga Minggu (4/7) pagi, sebanyak 63 pasien meninggal dunia, sebagian besar karena terkait kondisi tersebut.

Sabtu (3/7) malam krisis pasokan oksigen itu mencapai puncak di rumah sakit rujukan nasional tersebut.

Pasokan oksigen cair dalam tabung berkapasitas 4.500 galon, pelan-pelan menipis hingga sama sekali habis.

Foto: Humas RSUP dr Sardjito Yogyakarta Banu Hermawan. (Foto: Humas Sardjito)

Banu Hermawan, juru bicara rumah sakit tersebut mengakui kondisi yang terjadi. 

“Memang betul, akhirnya secara perlahan memang stok oksigen sentral kami mengalami shut down sekitar pukul 20.00, sehingga waktu itu sudah back up dengan oksigen mengunakan tabung. Itu yang kita lakukan,” ujarnya, Minggu (4/7) di Yogyakarta.

Banu juga membenarkan, direktur rumah sakit sudah mengirim laporan mengenai kekosongan oksigen pada 3 Juli 2021. 

Laporan itu ditujukan kepada Menteri Kesehatan, Kepala BNPB, Gubernur DI Yogyakarta hingga berbagai pihak lain yang terkait.

Surat itu menyatakan kekhawatiran bahwa mereka akan kehabisan oksigen pada Sabtu (3/7) petang, dan berisiko pada keselamatan pasien yang dirawat.

Namun, semua upaya itu terlambat, dan korban berjatuhan.

Foto: Direktur RSUP dr Sardjito, Rukmono Siswishanto. (Foto: Courtesy/Humas RSUP Sardjito)

Direktur RSUP dr Sardjito, dr. Rukmono Siswishanto, Sp.OG(K)., M.Kes., MPH, mengonfirmasi angka-angka pasien yang meninggal, lengkap dengan perinciannya.

“Terkait pemberitaan yang menyebutkan 63 pasien meninggal, maka dapat kami sampaikan penjelasan bahwa jumlah tersebut akumulasi dari hari Sabtu (3/7) pagi sampai Minggu (4/7) pagi, sedangkan yang meninggal pasca oksigen sentral habis pukul 20.00 WIB, kami sampaikan jumlahnya 33 pasien,” kata Rukmono dalam keterangan tertulis Minggu siang. Rukmono menjelaskan, pada Jumat (2/7) tercatat ada penambahan jumlah pasien cukup banyak ke rumah sakit yang dipimpinnya.

Pada Sabtu (3/7), potensi krisis oksigen sudah terdeteksi dan berbagai langkah sebenarnya sudah dilakukan, hingga pasokan benar-benar habis pada pukul 20.00 WIB.

Foto: Relawan TRC BPBD DIY mendirikan tenda tambahan di area RSUP dr Sardjito, Rabu (30/6). (Foto: Courtesy/TRC BPBD DIY)

Sepanjang krisis berlangsung, untuk melayani pasien, RS Sardjito menerima kiriman oksigen dari RS Akademik UGM,  RS Gigi dan Mulus, FKG UGM, bahkan dari Fakultas Peternakan UGM.

Bantuan dalam jumlah cukup banyak diterima pukul 00.15 WIB pada hari Minggu (4/7), yang datang dari Polda DIY sejumlah 100 tabung.

“Pada Minggu pukul 03.40 WIB truk oksigen liquid pertama masuk dan mengisi tabung utama, sehingga oksigen sentral berfungsi kembali. Disusul truk kedua pada pukul 04.45 WIB masuk pula mengisi tabung sentral oksigen,” tambah Rukmono.

Semua pihak tinggal berharap, krisis ini dapat segera tertangani.

Layanan oksigen sentral di RS Sardjito telah berjalan kembali, meski pihak rumah sakit masih terus berharap bahwa kelancaran pasokan dari produsen dapat dipastikan.

“Kami sampaikan pula bahwa RSUP Dr Sardjito telah menyediakan bed untuk pasien COVID-19 secara optimal sebanyak 35 persen dari total tempat tidur, dan pasien yang datang jauh lebih banyak dari kemampuan daya tampung rumah sakit,” lanjut Rukmono.

Rukmono juga menyertakan imbauan kepada masyarakat agar mengikuti dan mematuhi PPKM sehingga lonjakan kasus COVID-19 dapat diatasi.

Foto: Masyarakat mengantre di toko pengisian oksigen di Jakarta pada 30 Juni 2021, saat infeksi COVID-19 melonjak mencapai rekor tertinggi di Indonesia. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)

“Tanpa peran serta masyarakat ini tentu saja pandemik ini akan sulit tertangani,” ujarnya.

Polda DI Yogyakarta sendiri membantu penyediaan oksigen, dengan mengalihkan persediaan di unit kesehatan mereka, seperti diterangkan Kabid Humas Polda DI Yogyakarta, Kombes Pol Yuliyanto.

Foto; Seorang perawat di RSUP dr Sardjito mengenakan satu set alat pelindung diri (APD) lengkap. (Foto Nurhadi Sucahyo/VOA)

“Seratus tabung oksigen tersebut adalah oksigen yang dialokasikan untuk RS Bhayangkara dan Urkes di Polres Jajaran, melihat situasi di Sardjito yang urgen, maka pimpinan berkeputusan untuk mendahulukan Sardjito," jelasnya.

Koordinator Pelayanan Medis RSUP dr Sardjito, dr Purjanto Tepo Sp. M(K) mengakui kondisi ini dipengaruhi kenaikan kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir.

“RS Sardjito mengalami peningkatan jumlah kunjungan pasien COVID-19. Dan sebagian besar pasien yang datang ke Sardjito dalam kondisi yang berat, sehingga membutuhkan ruang rawat inap,” kata Tepo.

RSUP dr Sardjito telah mengalokasikan lebih dari 300 tempat tidur khusus bagi pasien COVID-19.

Foto: Masyarakat mengantre di toko pengisian oksigen di Jakarta pada 28 Juni 2021, saat infeksi COVID-19 melonjak mencapai rekor tertinggi di Indonesia. (Foto: AFP/Dasril Roszandi)

Namun, lanjut Tepo, pasien yang datang melebihi kapasitas yang mampu mereka sediakan.

“Kalau dilihat di depan ada tenda-tenda yang dibuka, itu dalam rangka menampung pasien yang tidak bisa terakomodasi di ruang perawatan, karena kami juga tetap melayani pasien yang non-COVID,” tambahnya. [ns/ah]

Oleh: VOA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar