Hari Buruh Internasional: Sejarah, Makna, dan Perjuangan Pekerja di Balik Tanggal 1 Mei, Sejarah singkat gerakan buruh di Indonesia sejak zaman kolonial hingga reformasi | Borneotribun.com

Kamis, 01 Mei 2025

Hari Buruh Internasional: Sejarah, Makna, dan Perjuangan Pekerja di Balik Tanggal 1 Mei, Sejarah singkat gerakan buruh di Indonesia sejak zaman kolonial hingga reformasi

Hari Buruh Internasional: Sejarah, Makna, dan Perjuangan Pekerja di Balik Tanggal 1 Mei, Sejarah singkat gerakan buruh di Indonesia sejak zaman kolonial hingga reformasi
Hari Buruh Internasional: Sejarah, Makna, dan Perjuangan Pekerja di Balik Tanggal 1 Mei, Sejarah singkat gerakan buruh di Indonesia sejak zaman kolonial hingga reformasi.

JAKARTA - Pernah nggak sih kamu ngerasa penasaran, kenapa setiap tanggal 1 Mei banyak orang demo di jalan sambil bawa spanduk dan teriak-teriak soal "hak buruh"? Nah, itu karena tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh Internasional, atau yang sering juga disebut May Day. Tapi jangan salah sangka dulu, ini bukan sekadar hari libur biasa, lho!

Hari Buruh itu punya makna yang dalam banget. Ini hari di mana para pekerja di seluruh dunia mulai dari buruh pabrik, sopir ojek online, sampai karyawan kantoran bersatu buat mengingat dan menyuarakan hak-hak mereka. Karena jujur aja, nggak semua pekerja dapat perlakuan yang adil. Ada yang digaji rendah, kerja lembur tapi nggak dibayar, bahkan ada juga yang dipecat sepihak. Ngenes, kan?

Makanya, Hari Buruh itu jadi momen penting buat refleksi bareng-bareng. Bukan cuma buat buruh, tapi juga buat pemerintah, pengusaha, bahkan kita semua sebagai warga negara. Di balik hari ini ada sejarah panjang perjuangan yang berdarah-darah demi mendapatkan hak kerja yang lebih manusiawi.

Sejarah Hari Buruh Internasional: Berawal dari Teriakan “Delapan Jam!”

Oke, sekarang kita bahas soal asal-usulnya. Jadi gini, kalau sekarang kita kerja 8 jam sehari (idealnya, ya, itu bukan karena bos baik hati. Tapi itu hasil dari perjuangan panjang para buruh zaman dulu yang nggak mau lagi diperlakukan kayak robot.

Kita mundur ke akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1886 di Chicago, Amerika Serikat. Saat itu, buruh-buruh kerja bisa sampai 12–16 jam sehari, tanpa jaminan keselamatan, tanpa cuti, dan upahnya kecil banget. Mereka udah capek, marah, dan akhirnya turun ke jalan buat menuntut satu hal: “Kerja 8 jam, istirahat 8 jam, dan hidup 8 jam.”

Pada tanggal 1 Mei 1886, ribuan buruh di berbagai kota Amerika mogok kerja. Aksi ini jadi besar-besaran. Tapi puncaknya terjadi beberapa hari kemudian di Chicago, waktu ada demo di Lapangan Haymarket. Awalnya damai, tapi tiba-tiba ada yang melempar bom ke arah polisi, dan situasi langsung kacau. Banyak yang tewas, termasuk polisi dan demonstran. Beberapa pemimpin buruh ditangkap dan dihukum, bahkan ada yang dihukum mati padahal nggak semua terbukti bersalah. Serem banget, kan?

Tapi justru karena kejadian itu, dunia mulai buka mata. Tanggal 1 Mei akhirnya dipilih jadi Hari Buruh Internasional sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan dan pengorbanan para buruh. Organisasi buruh di seluruh dunia mulai mengenang peristiwa Haymarket dan meneruskan semangat perjuangan itu.

Jadi, kalau kamu lihat demo buruh setiap 1 Mei, itu bukan sekadar ritual tahunan. Itu bentuk penghormatan ke perjuangan yang dimulai ratusan tahun lalu dan bukti bahwa suara pekerja punya kekuatan.

Perjuangan Buruh di Indonesia: Dari Zaman Penjajahan Sampai Sekarang

Hari Buruh Internasional: Sejarah, Makna, dan Perjuangan Pekerja di Balik Tanggal 1 Mei, Sejarah singkat gerakan buruh di Indonesia sejak zaman kolonial hingga reformasi
Hari Buruh Internasional: Sejarah, Makna, dan Perjuangan Pekerja di Balik Tanggal 1 Mei, Sejarah singkat gerakan buruh di Indonesia sejak zaman kolonial hingga reformasi.

Kalau ngomongin soal perjuangan buruh, Indonesia juga punya cerita panjang yang nggak kalah seru (dan menyedihkan). Bahkan sejak zaman penjajahan Belanda, para pekerja udah ngerasain beratnya hidup di bawah sistem yang nggak adil. Bayangin aja, zaman dulu buruh dipaksa kerja rodi, upahnya kecil banget (kadang malah nggak dibayar sama sekali!), dan nggak ada yang namanya hak cuti atau perlindungan hukum.

Tapi jangan salah, dari dulu juga udah ada perlawanan. Salah satu momen penting terjadi sekitar tahun 1920-an, ketika para buruh mulai membentuk serikat-serikat kerja buat membela hak mereka. Saat itu muncul organisasi seperti Persatuan Pergerakan Kaum Buruh dan Sarekat Islam yang ikut menyuarakan nasib pekerja. Mereka berani bersuara meskipun risikonya besar banget bisa ditangkap, dipenjara, bahkan dibuang ke luar pulau.

Lanjut ke era kemerdekaan, semangat perjuangan buruh makin terasa. Tapi perjuangannya juga nggak gampang. Pada masa Orde Baru, kegiatan serikat buruh banyak yang dibatasi. Demo buruh sering dianggap ancaman politik. Bahkan, Hari Buruh sempat nggak boleh diperingati secara bebas selama bertahun-tahun. Serius!

Baru setelah era reformasi, suara buruh mulai menggema lagi. Nah, momen pentingnya terjadi tahun 2014, waktu pemerintah akhirnya menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari libur nasional. Ini jadi bentuk pengakuan bahwa perjuangan buruh itu penting dan layak dihormati. Sejak itu, setiap tahun kita bisa lihat ribuan buruh turun ke jalan buat menyuarakan tuntutan mereka mulai dari soal upah layak, sistem kerja kontrak, sampai jaminan sosial.

Di Indonesia sekarang, ada banyak serikat buruh yang aktif, kayak KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia), KSBSI, dan lainnya. Mereka nggak cuma turun aksi, tapi juga ikut memperjuangkan hak-hak pekerja lewat jalur hukum dan kebijakan.

Jadi, meskipun kita udah hidup di zaman yang lebih modern, perjuangan buruh di Indonesia masih terus berjalan. Karena nyatanya, masih banyak banget pekerja yang belum dapet haknya secara penuh.

Isu-Isu Buruh Masa Kini: Gaji Nggak Naik, Kerja Nggak Aman

Sekarang kita udah hidup di zaman digital, semuanya makin canggih. Tapi anehnya, masalah buruh juga ikut "upgrade" jadi makin rumit. Dulu buruh demo minta jam kerja yang manusiawi, sekarang masih demo tapi tambah banyak tuntutannya karena ya kenyataannya, dunia kerja makin nggak ramah buat banyak orang.

Salah satu isu paling sering muncul tiap Hari Buruh adalah soal upah layak. Banyak pekerja, terutama yang kerja di sektor informal, masih digaji di bawah UMR. Belum lagi yang digaji harian, tanpa kontrak tetap, jadi nggak punya jaminan masa depan. Mereka kerja keras, tapi hidupnya tetap pas-pasan. Padahal biaya hidup terus naik, ya kan?

Terus ada juga masalah outsourcing. Ini sistem kerja yang bikin buruh dikontrak lewat pihak ketiga. Akibatnya? Banyak pekerja yang nggak dapet hak penuh kayak tunjangan, cuti tahunan, atau jaminan pensiun. Dan parahnya lagi, bisa diberhentikan kapan aja tanpa alasan yang jelas. Nggak heran kalau banyak buruh yang ngerasa kerja kayak "barang sewaan" habis dipakai, dibuang.

Belum selesai di situ, muncul lagi drama baru: kerja di era digital. Banyak orang sekarang kerja lewat platform online ojek online, kurir, content creator, freelancer, dan lainnya. Tapi status mereka sering nggak jelas, karena dianggap bukan "karyawan tetap". Akibatnya, mereka nggak dapat jaminan kesehatan, nggak punya perlindungan hukum, dan rawan dieksploitasi. Padahal mereka juga kerja keras, bahkan kadang lebih berat dari pekerja kantoran.

Dan satu lagi yang nggak kalah rame: UU Cipta Kerja (Omnibus Law). Banyak buruh yang protes karena merasa undang-undang ini justru melemahkan perlindungan terhadap pekerja. Misalnya soal pesangon yang dikurangi, kontrak kerja yang bisa diperpanjang terus-menerus, dan jam kerja fleksibel yang bikin buruh bisa kerja lebih lama tanpa bayaran lembur yang layak.

Makanya, tiap 1 Mei bukan cuma soal nostalgia sejarah aja. Tapi juga jadi momen penting buat menyuarakan semua keresahan buruh zaman sekarang. Mereka pengin diakui, dihargai, dan yang paling penting: diperlakukan dengan adil di tempat kerja.

Aksi dan Peringatan Hari Buruh: Nggak Cuma Demo, Tapi Suara Hati

Kalau kamu pernah lihat berita atau bahkan ikut turun ke jalan pas 1 Mei, pasti tahu dong suasananya kayak apa. Ribuan buruh dari berbagai daerah datang ke kota-kota besar, bawa spanduk, pakai seragam serikat, dan teriak bareng-bareng nyuarain tuntutan mereka. Kelihatannya rame, panas, kadang bikin macet juga sih, tapi sebenarnya ini lebih dari sekadar “demo biasa”.

Aksi buruh di Hari Buruh itu adalah simbol perlawanan dan penyampaian aspirasi secara damai. Biasanya mereka minta kenaikan upah, penghapusan sistem outsourcing, sampai revisi kebijakan yang mereka anggap merugikan, kayak UU Cipta Kerja. Ada juga yang minta perbaikan jaminan sosial, keselamatan kerja, dan jam kerja yang manusiawi.

Tapi nggak semua aksi buruh itu selalu turun ke jalan, lho. Ada juga yang bentuknya diskusi publik, seminar, konser solidaritas, bahkan aksi teater jalanan. Kreatif banget kan? Soalnya mereka pengin masyarakat juga ikut paham dan peduli. Karena jujur aja, masalah buruh itu bukan cuma urusan buruh tapi juga urusan kita semua sebagai bagian dari masyarakat.

Di sisi lain, pemerintah biasanya juga kasih tanggapan setiap 1 Mei. Ada yang bikin pernyataan resmi, ada juga yang ngadain kegiatan bareng serikat buruh, bahkan kadang kasih janji manis buat revisi aturan. Tapi ya gitu... seringkali buruh udah capek denger janji, maunya aksi nyata.

Dan masyarakat? Ada yang mendukung, tapi ada juga yang belum paham kenapa sih buruh harus demo segala. Padahal kalau dipikir-pikir, buruh tuh punya andil besar banget dalam roda ekonomi negara. Dari makanan yang kita makan, baju yang kita pakai, sampai layanan yang kita nikmati semuanya nggak lepas dari kerja keras para buruh.

Jadi intinya, Hari Buruh itu bukan hari hura-hura. Tapi hari buat dengar, ngerti, dan respek sama perjuangan para pekerja. Karena kalau buruh sejahtera, negara juga kuat. Setuju?

Makna Hari Buruh Bagi Generasi Muda: Jangan Cuma Nonton, Ayo Ikut Peduli!

Nah, sekarang pertanyaannya: buat anak muda, apalagi yang belum kerja, apa pentingnya Hari Buruh? Masa iya cuma jadi hari libur buat rebahan doang?

Jawabannya: penting banget, bro-sis!

Soalnya, perjuangan buruh hari ini bakal ngaruh ke dunia kerja yang bakal kamu hadapi besok. Kalau sekarang kita cuek soal hak pekerja, gaji layak, jaminan sosial, atau aturan kerja yang adil, jangan kaget kalau nanti pas kamu mulai kerja, kamu juga kena “mental” sistem yang nggak manusiawi.

Bayangin deh, kamu udah capek kerja 9 jam lebih, tapi nggak dapet uang lembur. Atau tiba-tiba di-PHK tanpa alasan jelas karena statusmu cuma kontrak. Belum lagi kalau perusahaan gak ngasih BPJS atau cuti yang layak. Serem, kan?

Makanya, penting buat generasi muda ngerti dan peduli sama isu-isu buruh. Bukan berarti kamu harus ikut demo juga sih tapi minimal, buka mata dan telinga. Cari tahu soal hak-hak pekerja, ikuti berita soal kebijakan ketenagakerjaan, dan jangan takut buat bersuara kalau ada yang nggak adil.

Dan satu lagi yang nggak kalah penting: hargai kerja keras orang lain. Jangan anggap remeh tukang bersih-bersih, kurir, kasir, atau sopir ojek online. Mereka juga pejuang, sama kayak karyawan kantoran. Mereka berjuang buat hidup dan buat keluarga mereka.

Hari Buruh adalah pengingat bahwa di balik semua kenyamanan yang kita nikmati ada keringat, tenaga, dan perjuangan para buruh. Dan kita, sebagai generasi muda, punya tanggung jawab buat terus lanjutin semangat solidaritas itu.

Hari Buruh Bukan Sekadar Tanggal Merah

Hari Buruh Internasional: Sejarah, Makna, dan Perjuangan Pekerja di Balik Tanggal 1 Mei, Sejarah singkat gerakan buruh di Indonesia sejak zaman kolonial hingga reformasi
Hari Buruh Internasional: Sejarah, Makna, dan Perjuangan Pekerja di Balik Tanggal 1 Mei, Sejarah singkat gerakan buruh di Indonesia sejak zaman kolonial hingga reformasi.

Jadi, setelah kita bahas panjang lebar soal sejarah, perjuangan, sampai isu-isu buruh masa kini, satu hal yang harus kita ingat: Hari Buruh itu bukan cuma hari libur. Bukan cuma tanggal merah di kalender yang bikin kita senang karena bisa santai sejenak dari aktivitas.

Hari Buruh adalah momen penting buat ngasih penghargaan ke jutaan orang yang setiap hari kerja keras, kadang dari pagi sampai malam, demi ngidupin keluarga dan nggerakin roda ekonomi negara. Entah itu buruh pabrik, tukang bangunan, ojek online, penjaga toko, sampai office boy mereka semua punya peran besar yang sering kali nggak kelihatan.

Kita juga jadi diingetin kalau perjuangan buat dunia kerja yang adil belum selesai. Masih banyak yang perlu dibenahi: soal upah, keamanan kerja, jaminan sosial, dan penghargaan atas profesi apapun. Jadi, kita nggak boleh cuek. Karena cepat atau lambat, kita semua akan jadi bagian dari dunia kerja juga.

Dan buat generasi muda, yuk mulai dari hal kecil. Peka sama lingkungan sekitar, peduli sama sesama pekerja, dan jangan takut buat menyuarakan keadilan. Karena masa depan dunia kerja itu ada di tangan kita juga.

Akhir kata, selamat memperingati Hari Buruh Internasional. Semoga ke depannya, kerja nggak cuma jadi beban, tapi juga sumber kebanggaan dan kesejahteraan buat semua orang.

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.