Pontianak - Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, menggunakan pendekatan spiritual sebagai strategi utama dalam menangani permasalahan kenakalan remaja.
"Menurut kami, pembinaan terhadap anak-anak dengan perilaku menyimpang lebih efektif dilakukan melalui pendekatan moral dan keagamaan, bukan dengan menempatkan mereka di barak militer," kata Bupati Kubu Raya Sujiwo, di Sungai Raya, Rabu.
Sujiwo menjelaskan, di Kubu Raya banyak pondok pesantren, dan melalui ustadz-ustadz yang bisa memahami karakter anak muda, pihaknya yakin pendekatan seperti ini akan lebih berdampak positif.
Ia menyampaikan kekhawatirannya jika anak-anak justru merasa lebih kuat setelah keluar dari barak militer dan kemudian melakukan tindakan negatif lainnya. Oleh karena itu, ia menilai upaya pembinaan harus mempertimbangkan aspek psikologis dan usia anak.
"Menurut pemikiran saya, pembinaan moral dan spiritual lebih tepat untuk anak-anak remaja. Bukan barak militer. Kita ingin mereka pulih secara batiniah, bukan malah merasa gagah setelah dilatih secara fisik," katanya.
Saat ditanya mengenai kemungkinan penerapan kebijakan jam malam seperti yang dilakukan Pemerintah Kota Pontianak dalam menekan kasus tawuran remaja, Sujiwo menilai langkah tersebut belum perlu diterapkan di Kubu Raya.
"Kami akan tetap berkoordinasi dengan Polres Kubu Raya yang rutin melakukan patroli. Selama ini, kasus seperti balap liar dan tawuran remaja di Kubu Raya nyaris tidak terjadi. Jadi, belum ada urgensi untuk memberlakukan jam malam," kata Sujiwo.
Ia menambahkan, Pemkab Kubu Raya lebih memilih upaya preventif melalui pembinaan, patroli rutin, dan pendekatan emosional yang menyentuh hati nurani anak-anak.
"Selama kondisinya masih kondusif seperti sekarang, kita fokuskan pada pencegahan. Kalau nanti muncul kasus yang mengarah ke sana, barulah kita evaluasi dan ambil langkah lebih lanjut," katanya.
Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS