Pontianak - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat mencatat angka kemiskinan di wilayah tersebut terus menunjukkan tren penurunan di mana pada Maret 2025, persentase penduduk miskin tercatat 6,16 persen, menurun 0,09 persen poin dibandingkan September 2024.
Sedangkan jika dibandingkan dengan Maret 2024, persentase itu menurun 0,16 persen poin, menurut Kepala BPS Kalbar Muh Saichudin di Pontianak, Minggu.
Untuk jumlah penduduk miskin di Kalbar per Maret 2025 mencapai 330,95 ribu orang di mana angka tersebut menurun sebanyak 3,04 ribu orang dibandingkan September 2024, dan menurun 5,13 ribu orang dibandingkan dengan posisi pada Maret 2024.
Tren positif itu menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan secara bertahap mulai membuahkan hasil, baik melalui penguatan program perlindungan sosial maupun stabilisasi harga bahan pokok, kata Saichudin.
Penurunan kemiskinan terjadi baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di wilayah perkotaan, persentase penduduk miskin turun dari 4,62 persen (September 2024) menjadi 4,48 persen pada Maret 2025. Jumlahnya turun sebesar 1,92 ribu orang, dari 94,82 ribu menjadi 92,90 ribu orang.
Sementara di perdesaan, persentase penduduk miskin turun dari 7,26 persen menjadi 7,22 persen. Jumlahnya berkurang sebesar 1,12 ribu orang, dari 239,17 ribu menjadi 238,05 ribu orang pada periode yang sama.
Saichudin mengatakan berbagai intervensi kebijakan seperti bantuan sosial, peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta program pemberdayaan ekonomi masyarakat turut berkontribusi pada penurunan tersebut.
Pada Maret 2025, BPS mencatat Garis Kemiskinan di Kalimantan Barat sebesar Rp622.882 per kapita per bulan. Angka itu terdiri atas komponen Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp468.496 (75,21 persen) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan sebesar Rp154.386 (24,79 persen).
"Rata-rata rumah tangga miskin di Kalbar memiliki 5,19 orang anggota rumah tangga. Maka, secara agregat, nilai garis kemiskinan per rumah tangga miskin mencapai Rp3.232.758 per bulan," katanya.
Secara umum, tingkat kemiskinan di Kalbar terus menurun sejak Maret 2019 hingga Maret 2025, baik dari sisi jumlah maupun persentase. Namun, tren tersebut sempat terganggu pada September 2020 dan September 2022.
Menurut Saichudin, kenaikan terjadi akibat pandemi COVID-19 yang membatasi mobilitas penduduk, serta kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan lonjakan harga kebutuhan pokok.
Meski menghadapi tantangan ekonomi nasional dan global, ia mengaku optimistis Kalimantan Barat mampu mempertahankan tren positif ini. Menurutnya, keberhasilan tersebut dapat terus ditingkatkan dengan memperkuat sinergi lintas sektor dalam mendorong inklusi ekonomi dan pemerataan pembangunan, khususnya di wilayah pedesaan.
"Menurunnya kemiskinan bukan hanya soal angka, tapi tentang meningkatnya kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan," kata Saichudin.
Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA
Follow Borneotribun.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News