Berita Borneotribun: Marc Marquez Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Marc Marquez. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Marc Marquez. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Mei 2025

Marc Marquez Ungkap Pelajaran Berharga dari Jerez yang Jadi Kunci Kemenangan Sprint MotoGP Prancis

Marc Marquez Ungkap Pelajaran Berharga dari Jerez yang Jadi Kunci Kemenangan Sprint MotoGP Prancis
Marc Marquez Ungkap Pelajaran Berharga dari Jerez yang Jadi Kunci Kemenangan Sprint MotoGP Prancis.

JAKARTA - Marc Marquez kembali bikin gebrakan! Pembalap andalan Ducati ini berhasil tampil gemilang di balapan sprint MotoGP Prancis 2025 di Le Mans, Sabtu kemarin. Kemenangan ini makin spesial karena menurut Marquez, kemenangan tersebut nggak lepas dari pelajaran pahit yang dia alami waktu crash di Jerez.

Sejak awal musim 2025, Marquez memang selalu jadi favorit di setiap seri. Tapi nyatanya, dia baru bisa mengamankan tiga kemenangan karena sempat jatuh di GP Amerika dan GP Spanyol. Nah, di Le Mans, Marquez akhirnya membuktikan kalau dia belum habis!

Belajar dari Kesalahan, Marquez Kini Lebih Matang

Balapan sprint di Le Mans sebenarnya nggak langsung berjalan mulus buat Marquez. Dia sempat memimpin di start awal, tapi sedikit melebar di tikungan kedua dan harus merelakan posisi ke Fabio Quartararo yang langsung tancap gas.

Namun, Marquez nggak gegabah. Dia memilih untuk bermain aman di beberapa lap pertama. Alasannya? Dia ingat betul insiden di Jerez, di mana dia terlalu agresif saat ban masih baru dan malah kehilangan grip depan.

“Di Jerez aku belajar, dengan ban baru kamu harus hati-hati karena ban belakang bisa dorong bagian depan dan bikin motor nggak stabil,” ungkap Marquez ke MotoGP.com.

Strategi Sabar yang Berbuah Manis

Alih-alih memaksakan diri sejak awal, Marquez memilih menunggu waktu yang pas. Setelah ban mulai ‘panas’, dia mulai mengejar dan akhirnya menyalip Quartararo. Begitu sudah di depan, Marquez langsung ngegas dua sampai tiga lap untuk menciptakan jarak dan menjaga ritme sampai garis finis.

Nggak lupa, Marquez juga kasih pujian buat Quartararo yang tampil luar biasa dengan motor Yamaha-nya.

“Apa yang dia lakukan di atas Yamaha itu luar biasa. Dia super bertalenta. Salut buat dia,” ujar Marquez.

Target Marquez: Jadi 'Mr. Sunday' Bukan Cuma 'Mr. Saturday'

Meski sukses meraih enam kemenangan sprint secara beruntun musim ini — rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya Marquez mengaku tetap punya ambisi yang lebih besar. Dia ingin performa hari Minggunya bisa sebagus saat sprint.

“Sabtu memang selalu jadi hari terbaikku. Tapi aku pengin bisa jadi ‘Mr. Sunday’ karena hari Minggu itu poinnya lebih banyak,” tambahnya.

Menurut Marquez, Ducati masih perlu sedikit perbaikan, apalagi kalau kondisi trek kering dan suhu tinggi seperti di Le Mans. Dia bilang feeling motornya agak beda karena temperatur yang tinggi membuat grip ban dan traksi sedikit berubah.

“Kita harus cari solusi kecil untuk beberapa area, supaya bisa lebih maksimal besok. Tapi secara keseluruhan, pace-nya sudah bagus,” tutupnya.

Marc Marquez membuktikan kalau pengalaman pahit bisa jadi pelajaran berharga. Kemenangannya di sprint MotoGP Prancis 2025 bukan cuma soal skill, tapi juga soal strategi dan kedewasaan di lintasan. Kini, tinggal tunggu, apakah Marquez bisa mengubah julukan dari ‘Raja Sprint’ jadi ‘Raja Minggu’? Kita tunggu aksinya di race utama!

Rabu, 07 Mei 2025

Pecco Bagnaia Bawa Komponen Baru ke MotoGP Prancis, Tiru Strategi Marc Marquez?

Pecco Bagnaia Bawa Komponen Baru ke MotoGP Prancis, Tiru Strategi Marc Marquez?
Pecco Bagnaia Bawa Komponen Baru ke MotoGP Prancis, Tiru Strategi Marc Marquez?

JAKARTA - Le Mans bakal panas banget akhir pekan ini! Soalnya, Pecco Bagnaia datang ke MotoGP Prancis 2025 bukan dengan tangan kosong. Rider andalan Ducati itu siap tampil dengan senjata baru yang bikin penasaran. Yang bikin makin seru, ternyata komponen yang dibawa Bagnaia ini udah lebih dulu dipakai sama… siapa lagi kalau bukan Marc Marquez!

Yap, lo nggak salah baca. Sang juara bertahan ini seolah ngintip strategi Marquez dan coba mengadaptasi gaya mainnya demi bisa makin kompetitif di paruh awal musim ini. Setelah berhasil rebut podium di MotoGP Spanyol meskipun sebagian besar karena Marc jatuh Pecco jelas makin pede buat kejar poin yang masih tertinggal.

Tertinggal 20 Poin, Tapi Masih On Fire

Saat ini, Bagnaia masih terpaut 20 poin dari pemuncak klasemen, Alex Marquez. Tapi di dunia MotoGP, selisih segitu belum ada apa-apanya. Apalagi dengan performa Ducati GP25 yang terus dapet update, kans buat naik ke puncak masih terbuka lebar.

Di Le Mans nanti, Pecco bakal pakai versi terbaru dari GP25 miliknya. Meski doi belum mau bocorin semua detail, tapi dia ngaku udah ngetes satu komponen penting di Jerez dan ngerasa cocok banget. Yang bikin heboh, ternyata part itu sebelumnya udah pernah dipakai Marc Marquez!

“Ada satu hal yang kita bawa ke Le Mans. Itu sebenarnya udah pernah dipakai Marc,” ujar Bagnaia santai tapi penuh arti.

Feeling is King, Bukan Cuma Ikutin Tren

Buat yang mikir Pecco cuma ikut-ikutan Marquez, jangan salah. Doi bukan tipe yang asal tempel strategi orang. Bagnaia itu pembalap yang sangat mengutamakan feeling di atas motor. Bahkan waktu ngetes komponen itu di Thailand, dia ngerasa belum klik. Tapi setelah tes ulang di Jerez, baru deh dia nemuin feeling yang pas.

Ini nunjukin bahwa pengembangan motor di Ducati tuh bener-bener personal. Setiap pembalap punya preferensi masing-masing. Dan ternyata, gaya bawa motor Pecco beda banget sama Marc.

“Saya masih pakai swingarm dari tahun lalu. Marc pakai yang baru. Saya udah coba sih, tapi rasanya nggak jauh beda, jadi saya balik lagi ke yang lama,” lanjutnya.

Tapi bukan berarti dia nutup kemungkinan buat ganti nanti. Kalau suatu saat swingarm baru itu bisa kasih performa lebih, ya siapa tahu bisa dipakai juga. Namanya juga dunia balap, adaptasi itu penting!

Tes di Jerez Jadi Game Changer

Tes di Jerez kemarin bisa dibilang jadi turning point buat Bagnaia. Dia nemuin dua hal penting yang katanya bakal ngebantu dia bersaing lebih kuat. Sayangnya, doi masih rahasiain detailnya. Cuma bilang, dua hal itu bisa jadi kunci buat bawa Ducati balik dominan.

Yang jelas, salah satu masalah utama Pecco selama ini adalah start yang kurang oke tiap race weekend. Dia sering kesulitan dapet ritme dari hari Jumat, dan itu ngaruh ke performa di hari Minggu. Nah, dia berharap banget komponen baru ini bisa ngatasin masalah itu.

“Kuncinya ada di Le Mans. Kalau motor baru ini bisa atasi masalah yang biasa saya alami tiap race weekend, musim ini bisa berubah drastis,” kata Pecco optimis banget.

Balapan di Le Mans Jadi Momen Penentuan

Le Mans bukan cuma jadi tempat debut buat upgrade motor Ducati-nya Bagnaia, tapi juga jadi momen penting buat ngebuktiin kalau dirinya masih pantas dijagokan jadi juara dunia. Dengan semangat baru setelah naik podium di Spanyol, semua mata pasti bakal tertuju ke dia.

Pertanyaannya sekarang: mampukah Pecco meniru sukses Marc Marquez dengan perangkat yang sama, tapi dengan sentuhan khas Bagnaia?

Kalau iya, bisa jadi Alex Marquez bakal mulai ngerasa panas di puncak klasemen. Tapi kalau belum maksimal, Ducati harus putar otak lagi biar motor mereka makin nyatu sama gaya balap Pecco.

Satu hal yang pasti, balapan di Le Mans kali ini dijamin nggak bakal ngebosenin. Dengan banyaknya drama, strategi baru, dan rivalitas yang makin seru, kita tinggal duduk manis dan nikmatin aksi gila-gilaan dari para jagoan MotoGP!

Jangan lupa ikuti terus update terbaru MotoGP di Borneotribun.com, karena drama belum selesai sampai bendera finis dikibarkan! 

Jumat, 02 Mei 2025

Marc Marquez Main Aman di MotoGP Jerez, Ingat Kecelakaan Parah Tahun 2020

Marc Marquez Main Aman di MotoGP Jerez, Ingat Kecelakaan Parah Tahun 2020
Marc Marquez Main Aman di MotoGP Jerez, Ingat Kecelakaan Parah Tahun 2020.

JAKARTA - Marc Marquez kembali balapan di Jerez dengan semangat tinggi, tapi kali ini dia lebih hati-hati. Bukan tanpa alasan pikiran Marquez masih dihantui insiden mengerikan tahun 2020 yang hampir mengakhiri kariernya.

Di MotoGP Spanyol 2025 akhir pekan lalu, Marquez sebenarnya tampil garang di awal. Ia sempat adu cepat dengan Fabio Quartararo dan rekan setimnya di Ducati, Francesco Bagnaia, dalam tiga lap pertama yang super intens. Sayangnya, saat sedang bertarung memperebutkan posisi ketiga, Marquez terjatuh.

Tapi bukan Marquez namanya kalau menyerah. Ia langsung bangkit dan lanjut balapan dari posisi ke-22. Meski motornya terlihat rusak, pembalap bernomor 93 itu berhasil menyalip satu per satu rider di depannya. Bahkan, kecepatannya sempat lebih cepat dari pembalap-pembalap terdepan!

Namun, saat jarak ke grup di depan yang diisi oleh Johann Zarco dan Alex Rins tersisa sekitar tiga detik, Marquez memilih untuk tidak memaksakan diri.

“Ya, saya memang sempat lihat grup berikutnya setelah Rins. Tapi saya langsung ingat kejadian tahun 2020 dan berkata ke diri sendiri, ‘Saya nggak mau maksa. Nggak mau jatuh lagi,’” ucap Marquez jujur.

Kejadian yang ia maksud adalah kecelakaan hebat di Tikungan 3 Jerez tahun 2020, ketika ia sempat naik dari posisi 16 ke 3 sebelum akhirnya terlempar dari motor dan mengalami patah lengan kanan. Kejadian itu memicu rangkaian operasi dan masa pemulihan panjang yang sangat berat bagi Marquez.

Crash di Jerez kali ini memang jadi yang kedua buat Marquez di musim ini, tapi dia menegaskan bahwa dirinya nggak terlalu memaksakan motor, dan insiden itu bukan karena tekanan ban depan.

“Saya nggak nekat banget bawa motornya. Lagian itu masih lap ketiga, terlalu cepat buat masalah tekanan ban muncul,” kata Marquez.

Salah satu momen yang cukup panas terjadi saat Marquez sempat bersenggolan dengan Bagnaia di sektor stadion lokasi yang sama tempat mereka bertarung sengit untuk kemenangan di musim 2024 lalu. Tapi menurut Marquez, itu bukan insiden agresif, cuma momen yang bikin dia berubah pikiran.

“Keluar dari Tikungan 10, saya sempat wheelie dan nggak nyangka dia bakal di sebelah saya. Saya pikir mau tutup jalur di Tikungan 11, eh dia udah sejajar. Dari situ saya bilang, ‘Oke, saatnya tarik napas dan tenang’,” jelasnya.

Walaupun finish di posisi 12 dan sempat terjatuh, hari itu tetap spesial buat keluarga Marquez. Sang adik, Alex Marquez, berhasil meraih kemenangan perdananya di kelas MotoGP dan kini memimpin klasemen kejuaraan!

“Itu satu-satunya hal yang bikin saya senyum hari ini. Alex luar biasa! Dia bukan cuma menang di sini, tapi musim ini juga tampil luar biasa. Saya bangga banget sama dia,” kata Marc dengan mata berbinar.

Kini, Marc Marquez hanya tertinggal satu poin dari adiknya di klasemen dan siap menyambut seri berikutnya di Le Mans dengan semangat baru.

Kolaborasi Kompak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bikin Ducati Makin Ngebut di MotoGP 2025

Kolaborasi Kompak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bikin Ducati Makin Ngebut di MotoGP 2025
Kolaborasi Kompak Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bikin Ducati Makin Ngebut di MotoGP 2025.

JAKARTA - Ducati lagi-lagi jadi sorotan di MotoGP, tapi kali ini bukan cuma karena hasil balapan, melainkan soal kekompakan dua jagoannya: Marc Marquez dan Francesco "Pecco" Bagnaia. Meski keduanya dikenal punya rivalitas sengit, ternyata di balik layar mereka justru kompak banget pas uji coba resmi MotoGP 2025 di Jerez, Spanyol.

Setelah balapan dramatis di GP Spanyol Marquez sempat jatuh tapi tetap finis ke-12, sedangkan Bagnaia sedikit kecewa karena cuma dapat podium ketiga di belakang Fabio Quartararo duo Ducati ini langsung tancap gas lagi di tes hari Senin (28 April 2025).

Davide Tardozzi, bos tim Ducati, buka suara soal kerja sama keduanya. “Kami coba beberapa setelan berbeda untuk kedua pembalap. Marc kami fokusin ke bagian depan motor, biar dia lebih percaya diri saat masuk tikungan. Sementara Pecco, lebih ke soal keseimbangan motor, karena dia ngerasa nggak puas sepanjang akhir pekan kemarin,” ujar Tardozzi ke MotoGP.com.

Nggak cuma setelan motor yang diuji, Ducati juga nyobain part baru berupa swingarm yang katanya masih perlu dites ulang. Tapi hasil tes ini udah kasih gambaran awal yang menarik: Marc Marquez berhasil jadi yang tercepat dengan catatan waktu 1 menit 35.876 detik satu-satunya pembalap yang bisa tembus ke 1 menit 35 detik! Sedangkan Bagnaia ada di posisi ke-19, karena dia lebih fokus ngerjain daftar panjang pengaturan motor, bukan ngejar waktu.

Meski banyak yang awalnya ragu apakah dua juara dunia bisa akur di satu tim, ternyata Marquez dan Bagnaia justru menunjukkan sikap dewasa dan saling dukung. “Mereka biasanya lebih banyak ngobrol di hari-hari kayak gini, pas lagi pengembangan motor. Dan itu justru bagus banget buat Gigi Dall’Igna (direktur teknis Ducati) dan tim teknik lainnya,” lanjut Tardozzi.

“Awalnya banyak yang pesimis mereka bisa kerja sama, tapi ternyata bukan cuma juara, mereka juga cerdas. Mereka tahu kalau kerja bareng bisa bikin pengembangan motor jadi lebih cepat.”

Saat ini, Marc Marquez cuma terpaut satu poin dari adiknya, Alex Marquez, di klasemen sementara. Sementara Bagnaia masih berada di posisi ketiga, tertinggal 20 poin dari puncak klasemen.

Menjelang MotoGP Prancis minggu depan, semua mata bakal tertuju ke duo Ducati ini apakah kerja sama mereka bakal terus berbuah manis? Kita tunggu aja aksinya di lintasan!

Rabu, 30 April 2025

Marc Marquez Gagal Menang di MotoGP Jerez 2025 Akibat Terlalu Percaya Diri di Tikungan Kiri

Marc Marquez Gagal Menang di MotoGP Jerez 2025 Akibat Terlalu Percaya Diri di Tikungan Kiri
Marc Marquez Gagal Menang di MotoGP Jerez 2025 Akibat Terlalu Percaya Diri di Tikungan Kiri.

JAKARTA - Marc Marquez harus rela kehilangan peluang menang ganda di MotoGP Jerez 2025 setelah mengalami crash saat balapan utama, Minggu (27/4). Padahal sebelumnya, pembalap Gresini Ducati itu berhasil tampil gemilang dan menjuarai Sprint Race di hadapan pendukung tuan rumah.

Sayangnya, Marquez kehilangan kendali di Tikungan 8 pada lap ketiga saat sedang berjuang mempertahankan posisi ketiga dari tekanan Fabio Quartararo dan Francesco Bagnaia. Ia mengaku bahwa kepercayaan dirinya yang berlebihan menjadi penyebab insiden tersebut.

“Kemarin itu jatuh yang sebenarnya bisa dihindari. Saya masuk tikungan terlalu cepat dan saya sadar akan hal itu. Tapi karena itu tikungan kiri, saya merasa sangat nyaman di sana. Jadi saya pikir, ‘Oke, saya bisa tetap di jalur ini,’ tapi ternyata nggak bisa. Terlalu percaya diri. Saya harus lebih hati-hati ke depannya,” ungkap Marquez setelah mengikuti sesi tes resmi di Jerez, Senin (28/4).

Meski motornya sempat rusak dan harus kembali dari posisi paling belakang, juara dunia delapan kali itu tetap menunjukkan mental baja. Ia berhasil menyelesaikan balapan di posisi ke-12 dan bahkan mencatatkan lap tercepatnya di lap ke-18 dari total 25 putaran.

Musim Ini Lebih Stabil, Tapi Masih Ada Pelajaran Berharga

Kalau dibanding musim 2024, musim ini Marquez memang jauh lebih stabil. Dalam lima seri awal, ia hanya terjatuh tiga kali berkurang hampir setengahnya dari tujuh kali musim lalu. Tapi sayangnya, dua dari tiga kecelakaan tersebut terjadi di momen penting, yaitu saat balapan utama di COTA dan Jerez.

“Aneh banget sih, ini musim di mana saya jarang banget jatuh, tapi dua kali malah pas hari Minggu,” ucap Marquez. “Motornya sebenarnya bagus banget, bahkan tanpa winglet pun saya bisa tetap cepat. Tapi kalau mau bertarung untuk gelar juara dunia, saya harus belajar dari kesalahan ini.”

Satu kecelakaan lainnya terjadi saat latihan di COTA, ketika Marquez mengalami highside cukup keras dalam kondisi lintasan basah.

Persaingan Antar Saudara di Klasemen Sementara MotoGP 2025

Menariknya, meskipun terjatuh dan finish di luar 10 besar di Jerez, Marquez tetap berada di posisi kedua klasemen MotoGP 2025. Ia hanya tertinggal satu poin dari pemuncak klasemen sementara yang tak lain adalah adiknya sendiri, Alex Marquez, yang keluar sebagai juara di GP Spanyol.

Kini Marc bersiap untuk menghadapi seri selanjutnya di Le Mans, Prancis pada 9-11 Mei mendatang. Pertarungan dua bersaudara asal Spanyol ini dipastikan bakal semakin panas, apalagi dengan selisih poin yang begitu tipis.

Meski masih jadi salah satu pembalap paling kompetitif musim ini, Marc Marquez sadar bahwa mentalitas dan keputusan di lintasan sangat memengaruhi peluangnya meraih gelar juara dunia. Kesalahan kecil karena terlalu percaya diri bisa berdampak besar, apalagi di level persaingan seketat MotoGP.

Kini tinggal bagaimana Marquez memperbaiki diri dan tampil lebih matang di seri-seri selanjutnya. Fans tentu berharap, aksi agresif khas Marc tetap ada, tapi dengan perhitungan yang lebih tajam. Apakah Marquez bisa belajar dari kesalahannya dan kembali mendominasi? Kita tunggu saja di Le Mans!

Sabtu, 26 April 2025

Alex Marquez Dikenal Sebagai Pembalap Paling Kuat di Jerez Versi Marc Marquez Meski Hadapi Banyak Tantangan

Alex Marquez Dikenal Sebagai Pembalap Paling Kuat di Jerez Versi Marc Marquez Meski Hadapi Banyak Tantangan
Alex Marquez Dikenal Sebagai Pembalap Paling Kuat di Jerez Versi Marc Marquez Meski Hadapi Banyak Tantangan.

JAKARTA - Meskipun mengalami kecelakaan dua kali saat sesi latihan di ajang Spanish MotoGP, Alex Marquez tetap diakui sebagai salah satu pembalap dengan kemampuan terbaik di Jerez oleh kakaknya, Marc Marquez. 

Performa mengejutkan Alex Marquez di sesi latihan tersebut berhasil memukau banyak pihak, bahkan Marc Marquez yang kini memimpin klasemen MotoGP, memberi pujian atas keberhasilan adiknya tersebut.

Dalam latihan yang berlangsung di Jerez, Alex Marquez mengalami kecelakaan di tikungan lima yang mengakibatkan sesi latihan dihentikan sementara dengan bendera merah. Kecelakaan itu membuat Alex Marquez harus menjalani pemeriksaan di pusat medis karena adanya kekhawatiran terhadap kondisi pergelangan tangannya. 

Namun, meskipun menghadapi cedera dan waktu yang terbuang akibat kecelakaan, Alex Marquez bangkit kembali dan tampil luar biasa dengan mencatatkan waktu lap terbaik yang bahkan mencetak rekor baru di sirkuit Jerez.

Keberhasilan ini sangat berarti mengingat kondisi fisik Alex Marquez yang kurang ideal setelah insiden tersebut. Performa gemilangnya membuat Marc Marquez, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pembalap terbaik di dunia, mengakui Alex Marquez sebagai pembalap terkuat di Jerez pada sesi latihan tersebut.

Perkembangan Positif Alex Marquez

Sebelum kecelakaan yang menimpa Alex Marquez, kondisi latihan sebenarnya berjalan dengan tidak sempurna bagi Marc Marquez. Pembalap Ducati Lenovo Team ini sempat menghadapi masalah teknis yang mengganggu performa motornya di awal sesi FP1. 

Sebagai hasilnya, ia merasa kesulitan untuk mengeluarkan performa terbaik dari motor Desmosedici dalam serangan waktu pada akhir sesi.

Marc Marquez mengatakan, “Hari ini adalah hari yang baik meskipun cukup sulit karena kami tidak memulai dengan baik. Kami kehilangan setengah waktu pertama di FP1 yang membuat segalanya sedikit lebih sulit. 

Namun, di sore hari saya mulai menemukan ritme saya, meskipun masih ada kekurangan di pengaturan motor, akhirnya kami bisa kembali dan merasa lebih baik di lap terakhir.” Ia pun menambahkan bahwa meskipun tidak memulai dengan sempurna, ia berusaha untuk terus mengembangkan performanya secara bertahap.

Kekalahan dalam beberapa latihan memang seringkali menjadi hal yang menguji mental seorang pembalap, tetapi Marquez tetap memiliki optimisme yang besar dan berharap bisa mendapatkan pengaturan yang lebih baik pada latihan berikutnya. 

Hal ini menjadi penting mengingat suhu yang semakin panas pada hari berikutnya yang berpotensi membuat balapan lebih menantang, terutama untuk balapan Sprint yang menjadi sorotan pada akhir pekan tersebut.

Kecelakaan dan Latihan yang Menginspirasi

Walaupun Alex Marquez sempat mengalami dua kecelakaan besar, semangat juangnya yang tinggi patut diacungi jempol. Meski terjatuh, ia tetap dapat kembali ke lintasan dengan penuh determinasi, bahkan berhasil mencatatkan waktu tercepat yang membuatnya dipandang sebagai pembalap paling kuat di Jerez oleh Marc Marquez.

Marc Marquez mengungkapkan, “Saat ini, pembalap terkuat adalah Alex. Meskipun dia mengalami kecelakaan besar, dia bisa kembali ke trek dan menjadi pembalap tercepat. Itu adalah penampilan luar biasa darinya.” Pujian ini menunjukkan betapa besar penghargaan Marc Marquez terhadap kemampuan adiknya. Sebagai seorang juara dunia, Marc Marquez tentu tidak mudah memberikan pujian kepada pesaingnya, apalagi kepada sesama pembalap yang memiliki status yang sangat tinggi di dunia MotoGP.

Alex Marquez, yang saat ini membela tim Gresini Ducati, menunjukkan mentalitas yang luar biasa dengan tidak menyerah meskipun mengalami cedera. Ia kembali menunjukkan kualitasnya sebagai pembalap yang sangat kompetitif. Marc Marquez pun mengatakan bahwa meskipun cuaca diperkirakan akan semakin panas, Alex Marquez telah menunjukkan bahwa ia memiliki potensi besar untuk meraih hasil terbaik.

Masalah di Pit Lane dan Kesalahan Kecil yang Mengundang Senyum

Ada juga momen lucu di sesi latihan pagi, saat Marc Marquez tanpa sengaja berhenti di garasi Gresini Ducati saat tengah menghadapi masalah teknis dengan motornya. Ia mengaku bahwa kejadian tersebut bukan karena kebingungannya tentang timnya di tahun 2024, melainkan akibat perhatian yang terlalu besar terhadap masalah teknis di motornya.

Marc Marquez menjelaskan, “Sejujurnya, saya bisa bilang saya bingung, tapi sebenarnya saya hanya fokus pada masalah yang ada di motor saya. Saya mencoba mencari tahu apa yang terjadi agar bisa memberi tahu mekanik dengan cepat, tetapi saya malah lewat dan berhenti di garasi Gresini. Itu memang situasi lucu.” 

Walaupun tampak sedikit canggung, Marc Marquez tetap bisa melihat sisi humor dari kejadian tersebut, dan ini menunjukkan bahwa meskipun MotoGP penuh tekanan, masih ada ruang untuk sedikit humor di tengah kompetisi sengit ini.

Apa yang Diharapkan di Balapan Mendatang

Menghadapi balapan yang semakin intens, Marc Marquez menekankan pentingnya memiliki posisi yang baik di barisan depan pada balapan utama nanti. Ia menambahkan bahwa meskipun cuaca mungkin akan semakin panas, kunci utama untuk meraih kemenangan di akhir pekan ini adalah mendapatkan posisi start yang baik pada balapan Sprint.

Marc Marquez menyatakan, “Tujuan utama kami adalah memulai dari barisan depan karena itu adalah kunci dari akhir pekan balapan. Kami harus bisa konsisten dan cepat agar bisa bersaing di barisan depan.” 

Hal ini menjadi tantangan besar bagi Marquez dan timnya untuk bisa mengoptimalkan kondisi motor dan strategi mereka untuk meraih hasil terbaik di balapan utama.

Persaingan di MotoGP yang Semakin Ketat

Persaingan di ajang MotoGP semakin sengit dengan banyaknya pembalap muda berbakat yang siap bersaing di papan atas. Alex Marquez, yang sebelumnya dikenal sebagai pembalap yang belum banyak diperhitungkan, kini mulai menunjukkan performa yang membuktikan bahwa ia layak untuk berada di jajaran pembalap teratas. 

Pujian yang diberikan Marc Marquez bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi juga mencerminkan kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh Alex.

Bagi banyak penggemar MotoGP, momen seperti ini tentu menambah semangat untuk terus mengikuti perjalanan para pembalap di ajang MotoGP, terutama dengan adanya persaingan yang semakin ketat dan penuh dengan kejutan. 

Apakah Alex Marquez akan bisa mempertahankan performanya di balapan utama? Bagaimana persaingan antara pembalap-pembalap top lainnya akan berlanjut?

Yang pasti, balapan MotoGP di Jerez kali ini akan menjadi salah satu yang paling menarik untuk disaksikan, dengan persaingan sengit antara Marc Marquez, Alex Marquez, dan pembalap-pembalap lainnya yang terus berjuang untuk meraih kemenangan.

Jumat, 25 April 2025

Marquez hingga Pecco Bagnaia Angkat Bicara soal Penalti Vinales dan Ketatnya Aturan Tekanan Ban MotoGP

Marquez hingga Pecco Bagnaia Angkat Bicara soal Penalti Vinales dan Ketatnya Aturan Tekanan Ban MotoGP
Marquez hingga Pecco Bagnaia Angkat Bicara soal Penalti Vinales dan Ketatnya Aturan Tekanan Ban MotoGP.

JAKARTA - Peraturan tekanan ban di MotoGP kembali menjadi sorotan besar setelah insiden yang menimpa pembalap Tech3 KTM, Maverick Vinales. Ia tampil luar biasa di Grand Prix Qatar, naik dari posisi keenam untuk memimpin balapan, dan akhirnya finis di posisi kedua. 

Namun sayangnya, podium impian itu harus sirna karena penalti aturan tekanan ban. Hasil akhirnya? Vinales terlempar ke posisi ke-14.

Kejadian ini membuat sejumlah pembalap papan atas buka suara. Mereka merasa aturan ini tidak perlu diubah, tapi tetap mempertanyakan penerapannya di lintasan. 

Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aturan tekanan ban ini jadi begitu krusial, dan apakah benar-benar adil untuk semua pembalap?

Aturan Tekanan Ban: Sekilas Penjelasan

Saat ini, regulasi MotoGP mengatur bahwa tekanan minimum pada ban depan adalah 1.8 bar, dan tekanan itu harus dipertahankan minimal selama 60% dari total balapan. Jika tekanan ban tidak memenuhi standar tersebut, pembalap akan mendapatkan penalti waktu tambahan. Dalam kasus Vinales, ia diberi penalti 16 detik, yang langsung menjatuhkannya dari posisi dua besar.

Masalah muncul karena Vinales diperkirakan akan bertarung di tengah kerumunan pembalap, sehingga tekanan bannya disesuaikan untuk situasi tersebut. Tapi ternyata, dia langsung melesat ke depan dan memimpin balapan di udara terbuka (free air), yang menyebabkan tekanan ban tidak naik sesuai ekspektasi tim.

Beberapa pembalap ternama menyuarakan opini mereka terkait kejadian ini. Salah satunya adalah Marc Marquez, yang kini memperkuat Gresini Racing. Menurut Marquez, aturan ini memang penting untuk keamanan, namun ada ruang untuk melakukan penyesuaian kecil.

“Masalah utamanya adalah keselamatan, seperti yang ditekankan oleh Michelin. Tapi mungkin kita bisa diskusi soal persentase jarak tempuhnya. Mungkin nggak perlu 60%, bisa dikurangi kalau memang masih aman,” ujar Marquez menjelang GP Spanyol.

Marc Marquez sendiri pernah melakukan manuver yang cukup strategis saat balapan di Thailand. Di sana, ia sengaja memperlambat lajunya agar tekanan ban bisa naik dan menghindari penalti serupa. Hal ini menunjukkan bahwa pembalap saat ini harus berpikir ekstra bukan hanya soal kecepatan, tapi juga cara ‘mengakali’ aturan yang ada.

Berbeda dengan Marquez, juara dunia Francesco “Pecco” Bagnaia lebih tegas. Menurutnya, aturan sudah ada dan harus diikuti.

“Aturannya sudah jelas, dan tujuannya untuk keselamatan. Dulu kita memang balapan dengan tekanan ban lebih rendah, tapi batas yang diterapkan di Qatar masih cukup rendah kok. Jadi saya rasa ini bukan masalah besar,” ucap Pecco.

Sementara itu, Alex Marquez, adik Marc, menambahkan bahwa detail seperti ini justru jadi bagian dari kompetisi.

“Mungkin threshold atau persentasenya bisa disesuaikan sedikit. Tapi, pada akhirnya ini adalah bagian dari kompetisi. Kita semua tunduk pada aturan yang sama.”

Regulasi tekanan ban ini memang digagas oleh Michelin, pemasok ban resmi MotoGP, demi alasan keselamatan. Ban dengan tekanan yang terlalu rendah bisa berisiko lebih besar untuk mengalami kerusakan atau bahkan pecah, terutama di kecepatan tinggi.

Namun di sisi lain, tekanan ban yang lebih rendah seringkali memberikan traksi yang lebih baik, terutama di tikungan. Ini berarti ada trade-off antara performa dan keamanan, yang tentunya tidak mudah diatur dalam skenario balapan yang dinamis dan penuh variabel.

Fakta bahwa penalti seperti ini baru menimpa pembalap yang tampil impresif tentu mengundang simpati dari banyak pihak. Penonton pun merasa kecewa ketika pembalap seperti Vinales yang menunjukkan performa luar biasa harus kehilangan posisi karena hal teknis yang tidak sepenuhnya bisa dikontrol dari atas motor.

Sejauh ini, belum ada tanda-tanda aturan ini akan dicabut atau diubah secara drastis. Namun diskusi soal pengurangan persentase jarak tempuh (dari 60% jadi mungkin 50% atau bahkan 40%) mulai muncul. Tujuannya adalah memberikan ruang gerak lebih bagi tim dan pembalap untuk mengatur strategi mereka, terutama dalam situasi tak terduga seperti yang dialami Vinales.

Yang jelas, keputusan-keputusan seperti ini akan terus memicu debat di antara tim, pembalap, bahkan penggemar. Bagi para pembalap, yang mereka inginkan adalah aturan yang adil, bisa diprediksi, dan tetap mengutamakan keselamatan, tanpa mengorbankan esensi balapan itu sendiri.

Kontroversi yang dialami Maverick Vinales di GP Qatar jadi pengingat bahwa dunia balap bukan hanya soal siapa yang tercepat, tapi juga soal siapa yang paling cermat memahami dan menyesuaikan diri dengan aturan. Meskipun aturan tekanan ban dibuat demi keselamatan, pembalap dan tim butuh fleksibilitas agar balapan tetap seru dan kompetitif.

Alih-alih menghapus aturan, mungkin saatnya MotoGP dan Michelin duduk bareng untuk merevisi angka-angka yang digunakan, tanpa melupakan alasan utama kenapa aturan itu ada. Karena di ujung hari, MotoGP bukan cuma soal teknologi dan kecepatan tapi juga tentang keadilan, keberanian, dan bagaimana manusia menghadapi tantangan dalam kondisi ekstrem.

Marc Marquez Akui Ancaman Serius dari Alex Marquez yang Kini Tampil Konsisten dan Percaya Diri di MotoGP 2025

Marc Marquez Akui Ancaman Serius dari Alex Marquez yang Kini Tampil Konsisten dan Percaya Diri di MotoGP 2025
Marc Marquez Akui Ancaman Serius dari Alex Marquez yang Kini Tampil Konsisten dan Percaya Diri di MotoGP 2025.

JAKARTA - Persaingan Dua Saudara: Marc Marquez Waspadai Ancaman Sang Adik, Alex, di Papan Atas Klasemen MotoGP 2025. Musim MotoGP 2025 menjadi salah satu musim paling menarik dalam beberapa tahun terakhir. 

Bukan hanya karena performa luar biasa dari Marc Marquez bersama tim pabrikan Ducati, tetapi juga karena kejutan besar datang dari adiknya sendiri, Alex Marquez, yang tampil konsisten dan mengejutkan banyak pihak. 

Kini, bukan tidak mungkin pertarungan gelar dunia MotoGP 2025 akan menjadi ajang adu cepat dua bersaudara dari Cervera ini.

Marc Marquez, yang dikenal sebagai salah satu pembalap paling berprestasi di era modern, mengakui bahwa dirinya mulai menyadari potensi duel dengan Alex untuk memperebutkan gelar juara dunia di akhir musim. 

Dengan kemenangan sebanyak tujuh kali dari delapan balapan awal musim, Marc memang layak dijuluki sebagai favorit kuat peraih gelar tahun ini. Namun, performa Alex justru menjadi cerita lain yang tak kalah menarik.

Alex Marquez Tampil Konsisten dan Tak Bisa Diremehkan

Mengendarai motor Ducati Desmosedici GP24 versi tahun lalu, Alex berhasil menunjukkan bahwa dirinya tidak bisa dianggap remeh. 

Ia mencetak tujuh kali finis di posisi kedua secara beruntun, bahkan sempat memimpin klasemen sementara setelah Grand Prix di COTA (Amerika Serikat). 

Meskipun performanya sedikit menurun di Qatar, Alex tetap menjadi penantang terdekat bagi Marc dengan hanya selisih 17 poin.

"Saya sangat bangga dengan Alex. Dia selalu menghadapi segala hal dengan kepala dingin, dan kini dunia bisa melihat apa yang sebenarnya dia mampu lakukan," ujar Marc Marquez menjelang balapan di Jerez, Spanyol.

Marc juga menyoroti bagaimana Alex telah tumbuh menjadi pembalap yang mandiri dan matang, meski selama bertahun-tahun harus terus dibanding-bandingkan dengannya. 

“Bayangkan saja, setiap wawancara selalu ada pertanyaan soal ‘kakaknya Marc’, itu bisa bikin siapa pun stres. Tapi Alex bisa menghadapinya dengan elegan,” tambahnya.

Dukungan Satu Sama Lain Sejak di Gresini

Tahun 2024 menjadi titik balik penting dalam karier keduanya, terutama bagi Alex. Ketika Marc memutuskan meninggalkan Honda dan bergabung dengan Gresini Racing, ia berada satu tim dengan sang adik. Menurut Marc, momen tersebut sangat membantu mereka berdua untuk berkembang.

“Saya rasa tahun lalu, saat kami satu tim, sangat membantu kami berdua. Kami saling mendukung, bekerja di garasi yang sama, dan itu membuat semuanya terasa lebih ringan,” kenang Marc.

Kini, meski berada di tim yang berbeda dan memiliki strategi masing-masing, keduanya tetap menjaga hubungan baik. Di rumah, mereka masih saling berdiskusi. 

Di lintasan, mereka saling bersaing secara profesional, tanpa menghilangkan semangat saling mendukung yang telah mereka pelihara sejak kecil.

“Di rumah, kami sering berbagi cerita dan saling bantu. Tapi di lintasan, kami fokus pada tim masing-masing. Kalau ketemu di Q2 atau Sprint Race, ya kita balapan seperti biasa. Tapi bisa bersaing untuk kemenangan di MotoGP bersama adik sendiri, itu luar biasa,” ucap Marc dengan nada penuh semangat.

Suasana Positif di Rumah Marquez

Menariknya, rumah keluarga Marquez kini menjadi pusat energi positif. Dua pembalap teratas di klasemen sementara MotoGP berasal dari satu keluarga yang sama, dan itu menciptakan suasana yang tidak biasa.

“Suasananya luar biasa, tapi tentu harus tetap seimbang. Saat energinya terlalu positif, kita jadi ingin terus bergerak dan melakukan banyak hal. Jadi, kami belajar untuk mengatur energi itu agar tetap fokus dan tidak kelelahan,” jelas Marc.

Dengan Jorge Martin sedang absen karena cedera dan Francesco Bagnaia belum sepenuhnya konsisten, peluang terbuka lebar bagi duel saudara ini berlangsung hingga akhir musim. 

Marc mengakui, walau mereka punya strategi dan tim masing-masing, tetap ada semangat saling dukung yang tidak hilang.

“Kami punya pendekatan teknis yang berbeda, tapi dari sisi sportivitas, kami selalu saling bantu. Dari dulu sampai sekarang, semangat itu tidak berubah. 

Tapi saya sadar betul, bisa jadi di akhir musim, saya akan bersaing ketat dengan adik saya sendiri untuk jadi juara dunia,” kata Marc, menunjukkan rasa waspada dan hormat yang tinggi terhadap Alex.

Alex Tetap Rendah Hati Meski Dijuluki 'Mr. P2'

Sementara itu, Alex Marquez memilih untuk tetap rendah hati. Meski belum pernah naik podium pertama musim ini, ia tidak mempermasalahkan status “Mr. P2” yang disematkan kepadanya.

“Saya nggak masalah dibilang Mr. P2! Kalau bisa terus seperti ini sampai akhir musim, saya juga senang. Yang penting, kita harus menikmati momen ini,” ucap Alex dengan senyum khasnya usai balapan di COTA.

Namun, banyak pengamat MotoGP percaya bahwa kemenangan perdana Alex di kelas utama tinggal menunggu waktu saja. Konsistensinya selama ini adalah bukti bahwa ia hanya butuh satu momen sempurna untuk naik ke level selanjutnya.

Arah Persaingan MotoGP 2025: Keluarga di Ujung Pertarungan

Persaingan dua saudara kandung dalam perebutan gelar juara dunia adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi di dunia olahraga profesional, apalagi di ajang sekompetitif MotoGP. Situasi ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar balap motor di seluruh dunia.

Mampukah Marc mempertahankan dominasinya dan merebut gelar kedelapan? Ataukah justru Alex yang akan mencuri perhatian dan membuat sejarah sebagai adik yang mengalahkan sang legenda di puncak performanya?

Yang jelas, musim MotoGP 2025 ini telah menjadi panggung luar biasa bagi keluarga Marquez. Tidak hanya soal persaingan, tetapi juga tentang nilai kekeluargaan, kerja keras, dan semangat sportivitas yang tinggi.

Juara Sprint Race Berturut turut Marc Marquez Tetap Merasa Belum Capai Performa Maksimal

Juara Sprint Race Berturut turut Marc Marquez Tetap Merasa Belum Capai Performa Maksimal
Juara Sprint Race Berturut turut Marc Marquez Tetap Merasa Belum Capai Performa Maksimal.

JEREZ – Meski tampil luar biasa bersama Ducati di MotoGP 2025, Marc Marquez secara jujur mengaku bahwa dirinya belum kembali ke performa puncaknya seperti saat masih membela Honda di musim 2020.

Padahal, sejauh ini Marquez benar-benar mencuri perhatian di musim ini. Ia berhasil menyapu bersih empat sprint race pertama dan memenangkan tiga dari empat balapan utama, membuatnya bertengger nyaman di puncak klasemen sementara dengan keunggulan 17 poin. 

Tapi di balik performa memukau itu, Marquez merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya dibanding lima tahun lalu.

Marquez: “Saya Masih Belum Menyamai Level Saya di Jerez 2020”

Dalam konferensi pers jelang MotoGP Spanyol di Sirkuit Jerez, Marquez ditanya apakah ia merasa lebih baik dibanding performanya di tahun 2020. Jawabannya cukup mengejutkan.

“Tidak,” jawab Marquez tegas. “Di tahun 2020, terutama di GP Spanyol, level saya luar biasa. Saya merasa sangat kuat, baik secara fisik maupun secara teknis dengan motor saat itu. Rasanya luar biasa.”

Ia pun mengingat kembali betapa nyamannya ia bersama motor Honda kala itu. Setelah satu dekade membalap dengan motor yang sama, Marquez benar-benar memahami batas kemampuan tunggangannya, termasuk kapan harus menyerang dan kapan harus bertahan. 

Sayangnya, kecelakaan hebat di balapan tersebut memaksanya absen panjang akibat patah tulang di lengan kanannya.

Kini, walau sudah menemukan chemistry baru bersama Ducati, Marquez menyebut bahwa sensasinya tidak bisa disamakan.

“Sekarang saya merasa cepat, tapi saya belum benar-benar tahu di mana batas dari motor ini. Saya masih terus belajar dan menemukan area-area yang bisa saya tingkatkan, termasuk setelah balapan di Qatar.”

Adaptasi dengan Ducati: Belum Sampai Titik Maksimal

Musim 2025 menjadi awal baru bagi Marquez bersama tim pabrikan Ducati. Ia menunggangi motor versi terbaru yang ia sebut sebagai “GP24.5” versi transisi yang belum sepenuhnya mengadopsi mesin, sasis, dan aero spek 2025.

Meski demikian, Marquez mengakui bahwa motor ini sudah jauh lebih cocok untuk gaya balapnya dibanding motor GP23 yang ia gunakan musim lalu.

“Perbedaan antara GP23 dan GP24.5 sangat besar,” ujarnya. “Yang paling saya butuhkan adalah kestabilan saat masuk tikungan. Di GP23 saya sangat terbatas, tapi sekarang saya merasa lebih percaya diri.”

Ia juga menambahkan bahwa motor ini memberikan sensasi yang menarik semakin lama ia mengendarainya, semakin besar rasa penasaran untuk mengetahui sejauh mana ia bisa mendorongnya.

“Dengan GP23, saya sering jatuh ketika melakukan time attack dengan ban baru, karena saya belum tahu batasnya. Tapi dengan motor baru ini, saya bisa lebih nyaman. Meski begitu, saya belum tahu pasti sampai di mana batas kemampuannya.”

Dapat Pujian dari Ducati, Tapi Marquez Tetap Merendah

Manajer tim Ducati, Davide Tardozzi, bahkan memuji Marquez sebagai versi "paling lengkap" yang pernah ada. Namun Marquez tidak mau larut dalam pujian. 

Ia tetap rendah hati dan menekankan bahwa performa saat ini bukan berarti ia lebih baik dari dirinya di masa lalu.

“Saya tidak bisa bilang saya lebih baik atau lebih buruk. Saya cuma bisa bilang: saya berbeda. Saya sekarang bukan Marc Marquez yang sama seperti lima tahun lalu.”

Balapan di Jerez Jadi Ajang Pembuktian

Balapan di Jerez, tempat di mana kecelakaan tragis itu terjadi, tentu punya makna emosional tersendiri bagi Marquez. Tahun lalu, ia berhasil meraih podium pertamanya bersama Ducati setelah bertarung sengit dengan juara bertahan Pecco Bagnaia. 

Kini, di tahun 2025, ia berharap bisa terus menekan dan menunjukkan bahwa dirinya masih layak disebut sebagai salah satu yang terbaik sepanjang masa.

Ia juga mengungkapkan rasa penasaran untuk melihat bagaimana performa motornya di sirkuit-sirkuit berbeda, termasuk Jerez yang memiliki karakteristik sempit dan teknikal.

“Saya tertarik untuk melihat bagaimana motor ini bekerja di sirkuit seperti Jerez. Di sini semuanya lebih kecil, jadi tantangannya juga beda. Tapi saya siap.”

Optimisme Fans dan Dunia MotoGP

Terlepas dari komentarnya yang cenderung merendah, tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran Marquez sebagai penantang serius di Ducati menjadi salah satu cerita paling menarik di MotoGP 2025. 

Banyak penggemar yang mulai bermimpi melihat Marquez kembali meraih gelar dunia, kali ini bukan dengan Honda, melainkan Ducati hal yang dulu dianggap mustahil.

Kombinasi pengalaman, determinasi, dan kemampuan adaptasi Marquez menjadi faktor kunci yang menjadikannya sosok yang sulit dikalahkan musim ini.

Marc Marquez mungkin belum merasa dirinya sekuat dulu, tapi performa yang ia tampilkan di musim 2025 bersama Ducati sudah cukup membuat lawan-lawan ketar-ketir. 

Dengan pendekatan yang penuh perhitungan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap motor barunya, Marquez membuktikan bahwa juara sejati tidak hanya soal kecepatan, tapi juga soal kemampuan beradaptasi dan konsistensi.

Apakah Marc Marquez akan kembali meraih gelar juara dunia musim ini? Atau akankah ia menemukan level baru yang bahkan lebih tinggi dari masa jayanya di Honda? Yang pasti, MotoGP 2025 baru saja memulai babak yang sangat seru dan Marquez ada di tengah-tengahnya.

Kamis, 24 April 2025

Balapan di Kampung Halaman Marc Marquez Incar Kemenangan Spektakuler Bersama Ducati di Jerez

Balapan di Kampung Halaman Marc Marquez Incar Kemenangan Spektakuler Bersama Ducati di Jerez
Balapan di Kampung Halaman Marc Marquez Incar Kemenangan Spektakuler Bersama Ducati di Jerez.

JAKARTA - Marc Marquez udah nggak sabar buat balapan di kandangnya sendiri, Jerez, akhir pekan ini. Tapi kali ini bukan bareng Honda lagi, guys! Yup, sekarang dia udah resmi jadi jagoan baru Ducati, dan bisa jadi momen ini bakal jadi sejarah baru di MotoGP. 

Gak main-main, kemenangan di Jerez bisa bikin Ducati menyamai rekor legendaris Honda soal kemenangan beruntun!

Bisa Samain Rekor Gokil Honda

Kalau Marquez menang di Jerez, itu bakal jadi kemenangan ke-22 berturut-turut buat Ducati di kelas utama. Angka yang sama kayak rekor Honda dari tahun 1997 sampai 1998. 

Dulu Marquez adalah "anak emas" Honda, tapi sekarang dia bisa bantu Ducati nyamain prestasi mantan timnya sendiri. Ironis tapi keren, kan?

Spanyol Nambah Koleksi Kemenangan ke-200

Nggak cuma buat Ducati, kemenangan ini juga bisa jadi hadiah spesial buat Spanyol. Soalnya kalau Marquez naik podium paling tinggi, itu bakal jadi kemenangan ke-200 rider Spanyol di kelas MotoGP. Gila nggak tuh, dua rekor bisa dicetak sekaligus!

Naik Podium = Salip Jorge Lorenzo

Kalau Marquez cuma naik podium aja (meskipun gak juara), itu udah cukup buat nyalip mantan rivalnya, Jorge Lorenzo, dalam jumlah podium. 

Sekarang Marquez punya 114 podium, dan Lorenzo juga segitu. 

Satu podium lagi, dan Marquez bakal duduk manis di posisi kedua sepanjang masa, tepat di bawah Valentino Rossi. Legendaris banget!

Jerez: Manis Tapi Juga Pahit

Buat Marquez, Jerez itu tempat yang penuh kenangan. Dia pernah juara di sana tahun 2014, 2018, dan 2019. 

Tapi juga pernah alami momen kelam saat tangannya cedera parah tahun 2020 cedera yang hampir bikin kariernya tamat. 

Waktu itu dia udah bikin comeback gokil dari posisi 16 ke 3 sebelum akhirnya jatuh.

Nah, sekarang dia datang lagi ke Jerez dengan semangat baru. “Target gue akhir pekan ini jelas: podium. Gak harus menang, yang penting bisa tetap jaga momentum positif,” ujar Marquez.

Duel Sengit vs Bagnaia Lagi?

Tahun lalu, Marquez nyaris menang di Jerez bareng Gresini Ducati, tapi dikalahin sama rekan setimnya sekarang, Francesco Bagnaia. 

Duel mereka waktu itu bikin penonton Jerez nggak bisa duduk tenang. Tahun ini, mereka bakal bertarung lagi. 

Dan menariknya, cuma mereka berdua yang udah menang musim ini Marquez dan Bagnaia.

Jadi, bisa dibilang Jerez bakal jadi panggung duel klasik lagi antara dua rider paling garang di grid. Siapa yang bakal menang kali ini?

Start Impian Bareng Ducati

Debut Marquez bareng Ducati bener-bener mimpi jadi kenyataan. Bayangin aja, dia udah menang 7 dari 8 balapan pertama musim ini semuanya dari pole position! Cuma satu kali gagal finish di COTA gara-gara jatuh saat lagi mimpin.

“Awalnya gue pikir perlu waktu adaptasi. Tapi pas menang di Buriram, itu rasanya kayak napas lega banget. Ternyata tim baru, motor baru, semuanya nyambung,” kata Marquez.

Sekarang dia unggul 17 poin dari adik kandungnya sendiri, Alex Marquez, di klasemen sementara. Jadi, Jerez bisa jadi penentu awal siapa yang bakal dominasi Eropa musim ini.

Banyak banget yang dipertaruhkan di Jerez: rekor Ducati, sejarah MotoGP Spanyol, balas dendam pribadi Marquez di sirkuit yang pernah bikin dia menderita, sampai duel lanjutan lawan Bagnaia. Semua mata bakal tertuju ke Jerez akhir pekan ini.

Kalau Marquez bisa menang atau minimal naik podium, sejarah bakal tercipta. Dan Ducati makin mantap jadi kekuatan baru MotoGP.

Siap-siap deh, akhir pekan ini bakal panas banget di Jerez. Jangan sampai ketinggalan aksi si Baby Alien, bro!

Pecco Bagnaia Percaya Diri Bisa Adu Gengsi Lawan Marc Marquez Sampai Akhir Musim MotoGP 2025

Pecco Bagnaia Percaya Diri Bisa Adu Gengsi Lawan Marc Marquez Sampai Akhir Musim MotoGP 2025
Pecco Bagnaia Percaya Diri Bisa Adu Gengsi Lawan Marc Marquez Sampai Akhir Musim MotoGP 2025.

JAKARTA - Pecco Bagnaia, sang juara dunia dua kali MotoGP, nggak mau nyerah begitu aja walaupun awal musim 2025 ini terasa berat banget buat dia. 

Walau performanya belum maksimal, Bagnaia tetap optimis bisa ngelawan Marc Marquez sampai seri terakhir di Valencia. 

Wah, duel antar rider tim pabrikan Ducati ini bakal makin panas nih!

Awal Musim yang Berat Buat Pecco

Sejauh ini di musim 2025, Marc Marquez udah tampil menggila! Dia menangin semua sprint race dan juga tiga dari tiga balapan utama pertama musim ini. 

Gila nggak tuh? Hasilnya, Marquez udah unggul 26 poin dari Bagnaia di klasemen sementara. 

Padahal mereka berdua pakai motor yang sama, Ducati GP25. Tapi entah kenapa, Pecco belum nemuin feeling terbaiknya di atas motor baru ini.

Untungnya, Pecco sempet dapet angin segar di COTA alias Circuit of the Americas. Di sana, dia berhasil menang setelah Marc Marquez crash saat lagi mimpin balapan. Kemenangan itu jadi titik balik buat Bagnaia karena dia ngerasa motornya udah mulai “nyambung” lagi sama gaya balapnya.

Dalam wawancaranya bareng TNT Sport, Bagnaia bilang dia tahu banget siapa yang dia hadapin sekarang. 

“Marc mungkin adalah rider paling kompetitif. Tahun lalu dia masih adaptasi, dan dia ngelakuin itu dengan bagus. Tapi musim ini dia langsung tancap gas dari awal,” kata Pecco.

Meskipun sadar lawannya lagi dalam performa terbaik, Pecco tetap yakin kalau pertarungan mereka bakal seru sampai akhir musim. 

“Gue rasa begitu gue balik ke performa puncak, kita bakal bertarung habis-habisan dan itu bakal seru banget,” tambahnya.

Tahun lalu, meskipun Pecco menang 11 balapan, dia tetep kalah di klasemen akhir dari Jorge Martin yang cuma menang 3 kali. 

Nah, pengalaman itu bikin Pecco lebih sabar dan tenang menghadapi situasi sekarang.

“Soalnya gue tahu masalahnya di mana, tapi emang nggak gampang buat diselesaikan. Gue percaya potensinya bakal balik, tapi waktu itu gue belum tahu kapan,” ungkapnya.

Saat sampai di Austin, dia langsung ngerasa ada yang beda dari sesi pertama latihan. Feeling-nya makin oke dan dia bisa ngelawan rider-rider tercepat. 

“Itu bener-bener jadi kelegaan buat gue. Gue bisa nikmatin balapannya lagi,” kata Bagnaia dengan wajah sumringah.

Dengan Marquez yang lagi gacor dan Bagnaia yang mulai balik ke bentuk terbaiknya, pertarungan antar dua rider Ducati ini bisa jadi salah satu yang paling seru dalam sejarah MotoGP. 

Nggak cuma soal siapa yang paling cepat, tapi juga siapa yang paling konsisten dan kuat mentalnya sampai akhir musim.

Buat fans MotoGP, musim ini bakal penuh drama, aksi, dan pastinya ketegangan sampai titik terakhir di Valencia. So, siap-siap deh buat nonton duel panas antara Pecco Bagnaia dan Marc Marquez tiap pekan balapan. Jangan sampai kelewatan, bro!

Selasa, 22 April 2025

Perjalanan Karier Scott Redding: Dari Rivalitas dengan Marquez hingga Bangkit di WorldSBK

Perjalanan Karier Scott Redding Dari Rivalitas dengan Marquez hingga Bangkit di WorldSBK
Perjalanan Karier Scott Redding: Dari Rivalitas dengan Marquez hingga Bangkit di WorldSBK.

JAKARTA - Dunia balap motor penuh dengan cerita inspiratif, salah satunya datang dari pembalap Inggris, Scott Redding. 

Meski sempat mengalahkan Marc Marquez saat masih remaja, perjalanan Redding tidak semulus sang juara dunia delapan kali. 

Kini, ia berbagi cerita tentang betapa pentingnya dukungan finansial dan manajerial dalam menentukan arah karier seorang pembalap.

Dalam wawancaranya di podcast Motorsport Republica, Redding mengungkapkan bahwa ia dan Marquez tumbuh bersama di lintasan balap. 

Keduanya sering bertarung di kelas 125cc, dan bahkan Redding kerap keluar sebagai pemenang.

"Aku dan Marc tumbuh bersama di dunia balap. Saat kami masih di kelas 125cc, aku sering mengalahkannya," ujar Redding. "Tapi perbedaannya, dia punya banyak dukungan — dari Red Bull, Repsol, hingga tim pabrikan seperti KTM. Sementara aku? Aku nggak punya apa-apa."

Nasib yang Berbeda Karena Dukungan Finansial

Redding mengakui bahwa perbedaan besar antara dirinya dan Marquez bukan terletak pada bakat, tapi pada akses terhadap dukungan yang kuat. 

Marquez mendapat tempat di tim pabrikan sejak dini, lengkap dengan tim yang dibentuk khusus untuk mendukung potensinya. 

Sementara itu, Redding hanya bisa mengandalkan kemampuan sendiri dan manajemen yang, menurutnya, tidak benar-benar memahami dunia balap motor.

"Manajerku dulu nggak paham dunia balap. Mereka nggak tahu apa yang harus aku katakan, lakukan, bahkan pakai. Aku cuma anak liar yang nggak suka aturan. Tapi itulah aku," lanjutnya.

Meski karier mereka akhirnya mengambil jalur yang sangat berbeda, Redding tidak menyesali apapun. Ia percaya bahwa semua pengalaman itu telah membentuk kepribadiannya saat ini.

"Aku mungkin bisa punya karier yang berbeda kalau dulu aku punya tim dan dukungan seperti Marc. Tapi aku nggak akan mengubah apa pun, karena semua itu membuat aku jadi seperti sekarang," katanya dengan mantap.

Menjadi Juara Termuda dan Perjalanan di MotoGP

Pada tahun 2008, Scott Redding mencetak sejarah sebagai pemenang termuda dalam balapan Grand Prix, tepatnya di kelas 125cc di Donington Park. 

Saat itu, ia baru berusia 15 tahun dan sukses meninggalkan Marquez di belakangnya.

Namun, Marquez dengan cepat bangkit dan menunjukkan potensinya. Dua tahun setelah kekalahan itu, Marquez keluar sebagai juara dunia 125cc dan kemudian melesat ke kelas MotoGP dengan segudang prestasi. 

Hingga saat ini, Marquez telah mengantongi delapan gelar juara dunia dan tengah berjuang untuk meraih gelar kesembilan.

Sementara itu, Redding menjalani karier yang penuh liku. Ia menghabiskan lima musim di MotoGP, membela tim-tim seperti Honda, Ducati, dan Aprilia. 

Meski tak pernah benar-benar bersinar di kelas premier, semangat Redding untuk terus membalap tak pernah padam.

Sukses di British Superbike dan WorldSBK

Setelah meninggalkan MotoGP, Redding beralih ke British Superbike Championship (BSB). Di sana, ia langsung menunjukkan kelasnya dengan menjuarai kompetisi tersebut di musim pertamanya pada tahun 2019. 

Kesuksesan itu mengantarnya ke kejuaraan World Superbike (WorldSBK), di mana ia tampil cukup konsisten bersama Ducati.

Pada tahun 2021, Redding berhasil finis di posisi ketiga klasemen WorldSBK bersama Ducati. Namun, ketika ia pindah ke tim BMW, performanya sempat menurun drastis. 

Ia kesulitan menemukan ritme dan sempat diragukan bisa kembali ke level tertinggi.

Tapi tahun ini, Redding membuat keputusan penting: kembali menunggangi motor Ducati. Keputusan itu membuahkan hasil positif. Performanya mulai membaik dan kepercayaan dirinya kembali tumbuh.

Pelajaran dari Scott Redding: Bakat Saja Tidak Cukup

Kisah hidup Scott Redding adalah cerminan dari kerasnya dunia balap motor. Bakat besar tidak selalu cukup untuk menjamin kesuksesan jika tidak dibarengi dengan dukungan yang tepat. 

Perbedaan antara dirinya dan Marquez menjadi bukti nyata bahwa dalam olahraga profesional, akses terhadap tim yang solid, dana, dan jaringan sponsor memainkan peran besar.

Namun di balik itu semua, Redding tetap bangga dengan pencapaiannya. Ia membuktikan bahwa kegigihan dan semangat pantang menyerah bisa membawanya bertahan di level atas meski tanpa fasilitas mewah.

"Aku tetap di sini, membalap di level tertinggi. Itu sudah cukup buatku," tutup Redding.