Masa Depan KTM di MotoGP 2025: Apa Tantangan dan Harapan Setelah Investasi Besar Bajaj Auto?
![]() |
Masa Depan KTM di MotoGP 2025: Apa Tantangan dan Harapan Setelah Investasi Besar Bajaj Auto? |
JAKARTA -- Ajang MotoGP British Grand Prix 2025 menjadi titik penting buat KTM. Berkat suntikan dana besar dari Bajaj Auto, pemegang saham utama asal India, KTM berhasil terhindar dari ancaman kebangkrutan. Investasi hampir €600 juta ini bikin Bajaj bakal pegang kendali lebih besar soal keputusan KTM ke depan.
Tapi, walaupun ada angin segar dari investasi itu, proyek MotoGP KTM masih penuh tanda tanya. Bajaj sebenarnya melihat potensi jangka menengah dari tim ini, jadi untuk sementara KTM bakal lanjut dengan strategi yang ada sekarang.
Kalau kita lihat dari hasil British GP di Silverstone, KTM nggak bisa terus jalan di tempat. Kondisi lintasan yang dingin, berangin, dan permukaan rendah grip cukup mengungkap kelemahan motor KTM 2025. Nggak ada satu pun pembalap KTM yang lolos ke Q2. Pedro Acosta, pembalap terbaik KTM, cuma bisa finis di posisi 6, terpaut 7,1 detik dari pemenang. Maverick Vinales di posisi 12, dan Brad Binder malah hanya di posisi 14 setelah kena penalti tekanan ban.
Sejak awal musim, sebagian besar pembalap KTM sudah sering curhat soal performa RC16 yang belum sesuai harapan. Tapi momen di Silverstone benar-benar bikin mereka angkat suara. Acosta bahkan secara blak-blakan bilang ke media, "Balapan ini seperti kehilangan harapan. Kita sudah berusaha maksimal di akselerasi dan sudut kemiringan, tapi tetap kalah karena motor kita kurang grip dibandingkan yang lain."
Sebelumnya, Acosta juga sempat minta KTM untuk segera cari solusi masalah ini. Saat ditanya soal kesabaran, ia tegas jawab, “Saya nggak sabar dan nggak mau menunggu lama. Kesempatan itu cuma datang sekali. Saya butuh dukungan penuh dari pabrikan. Itu saja.”
Meskipun masih punya kontrak satu tahun lagi, Acosta percaya dengan proyek KTM tapi dia nggak mau cuma buang-buang waktu. Komentar ini keluar tepat saat Acosta genap 21 tahun, memperlihatkan perjuangan mental seorang pembalap muda yang baru memasuki tahun kedua di MotoGP.
Ada kabar juga soal kemungkinan Acosta pindah ke Honda tahun 2026, tapi jalur itu tampaknya tertutup setelah Jorge Martin berencana keluar dari Aprilia akhir tahun ini. Jadi wajar kalau Acosta mulai mengekspresikan ketidaksabarannya.
KTM sebenarnya harus cepat meyakinkan Acosta soal masa depan jangka panjang karena kontrak pabrikan baru untuk 2027 harus sudah diteken awal tahun depan. Untungnya, KTM masih punya potensi mengarahkan pengembangan RC16 ke arah yang lebih baik dan menenangkan Acosta.
Setelah 7 balapan di 2025, Acosta mengumpulkan 58 poin, rata-rata 8,2 poin per seri, jauh menurun dibandingkan tahun rookie-nya yang berhasil mengumpulkan 101 poin di periode yang sama. Meski masih jadi pembalap KTM terbaik di klasemen, jaraknya tipis banget.
Sementara itu, Maverick Vinales malah jadi kejutan positif bagi KTM di musim pertamanya. Meski podium keduanya di Qatar hilang karena penalti, performa konsistennya di beberapa seri lain seperti di Spanyol dan Prancis menunjukkan sinyal positif. Meski juga kesulitan di Silverstone, dia sudah mengumpulkan 45 poin setelah 7 seri.
Vinales yang sudah berpengalaman 10 tahun di MotoGP, jadi figur yang sangat penting buat KTM. Dia mampu lebih tenang dan realistis dalam menghadapi pengembangan motor yang sulit. “Awal musim saya belum dapat feeling motor yang tepat. Tapi dengan saran dari crew chief saya, saya fokus cari rasa motor dulu, baru ke kecepatan. Setelah itu, saya mulai lebih cepat dan kini kami hampir siap bertarung di depan,” katanya.
Dia juga cerita, awalnya dia coba bawa motor dengan gaya agresif seperti pendahulunya, tapi ternyata itu nggak cocok dan malah bikin dia lambat. Akhirnya dia ganti gaya balap jadi lebih halus tapi tetap push maksimal, dan hasilnya mulai membaik.
Sementara itu, Brad Binder masih belum bisa menyesuaikan gaya balap dengan motor baru, dan Acosta yang masih pakai gaya hard braking-nya dari musim lalu jadi kurang cocok dengan karakter RC16 sekarang.
Masalah utama KTM saat ini memang ada di kondisi lintasan rendah grip dan getaran di bagian belakang motor yang sulit dihilangkan. Tapi dengan pendekatan lebih tenang dan matang dari Vinales, KTM perlahan mulai tahu sisi mana dari RC16 yang bisa dioptimalkan.
Buat Vinales, motor KTM ini luar biasa cepat di trek lurus dan akselerasi. Tantangannya adalah motor ini belum seimbang di beberapa tikungan cepat dan saat melepas rem depan untuk langsung gas. Tapi dia yakin dengan perkembangan yang ada, KTM bisa terus kompetitif.
Acosta sendiri memang pengen cepat juara, dan wajar kalau dia jadi nggak sabar. Dia bilang sejak tes pertama motor ini masalahnya sudah ada, dan makin banyak pesaing yang makin kompetitif bikin KTM jadi tertinggal.
Sementara itu, KTM di bawah arahan manajer tim Aki Ajo berusaha sederhana dalam pengembangan motor tahun ini. Nggak seperti tahun sebelumnya yang terlalu banyak eksperimen, kini KTM fokus pada perbaikan yang tepat.
Di sisi lain, pembalap seperti Fabio Quartararo dari Yamaha yang tahun ini sedang on fire dengan berbagai update kecil di motor M1, menunjukkan kalau pendekatan tepat dalam pengembangan bisa sangat membantu performa.
Acosta memang terbilang dewasa dalam pendekatannya, tapi menghadapi musim sulit seperti ini, wajar kalau kadang frustrasi muncul. Dia pun sadar, banyak bintang MotoGP yang cepat naik dan cepat hilang.
Beruntung KTM punya Vinales yang dengan pengalamannya bisa memandu tim melewati masa sulit ini. Vinales berharap target juara KTM sama dengan target pribadinya, sehingga kerjasama bisa berjalan dengan baik.
Kalau KTM bisa terus perbaiki performa motor lewat pendekatan seperti yang dilakukan Vinales, harapan untuk mempertahankan Acosta setelah 2026 jadi lebih terbuka. Acosta pun akan sangat diuntungkan dengan melihat gambaran besar dari proyek KTM, bukan cuma fokus ke masalah motor di garasinya sendiri.