Berita Borneotribun: Olahraga Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 Mei 2025

Masa Depan KTM di MotoGP 2025: Apa Tantangan dan Harapan Setelah Investasi Besar Bajaj Auto?

Masa Depan KTM di MotoGP 2025: Apa Tantangan dan Harapan Setelah Investasi Besar Bajaj Auto?
Masa Depan KTM di MotoGP 2025: Apa Tantangan dan Harapan Setelah Investasi Besar Bajaj Auto?

JAKARTA -- Ajang MotoGP British Grand Prix 2025 menjadi titik penting buat KTM. Berkat suntikan dana besar dari Bajaj Auto, pemegang saham utama asal India, KTM berhasil terhindar dari ancaman kebangkrutan. Investasi hampir €600 juta ini bikin Bajaj bakal pegang kendali lebih besar soal keputusan KTM ke depan.

Tapi, walaupun ada angin segar dari investasi itu, proyek MotoGP KTM masih penuh tanda tanya. Bajaj sebenarnya melihat potensi jangka menengah dari tim ini, jadi untuk sementara KTM bakal lanjut dengan strategi yang ada sekarang.

Kalau kita lihat dari hasil British GP di Silverstone, KTM nggak bisa terus jalan di tempat. Kondisi lintasan yang dingin, berangin, dan permukaan rendah grip cukup mengungkap kelemahan motor KTM 2025. Nggak ada satu pun pembalap KTM yang lolos ke Q2. Pedro Acosta, pembalap terbaik KTM, cuma bisa finis di posisi 6, terpaut 7,1 detik dari pemenang. Maverick Vinales di posisi 12, dan Brad Binder malah hanya di posisi 14 setelah kena penalti tekanan ban.

Sejak awal musim, sebagian besar pembalap KTM sudah sering curhat soal performa RC16 yang belum sesuai harapan. Tapi momen di Silverstone benar-benar bikin mereka angkat suara. Acosta bahkan secara blak-blakan bilang ke media, "Balapan ini seperti kehilangan harapan. Kita sudah berusaha maksimal di akselerasi dan sudut kemiringan, tapi tetap kalah karena motor kita kurang grip dibandingkan yang lain."

Sebelumnya, Acosta juga sempat minta KTM untuk segera cari solusi masalah ini. Saat ditanya soal kesabaran, ia tegas jawab, “Saya nggak sabar dan nggak mau menunggu lama. Kesempatan itu cuma datang sekali. Saya butuh dukungan penuh dari pabrikan. Itu saja.”

Meskipun masih punya kontrak satu tahun lagi, Acosta percaya dengan proyek KTM tapi dia nggak mau cuma buang-buang waktu. Komentar ini keluar tepat saat Acosta genap 21 tahun, memperlihatkan perjuangan mental seorang pembalap muda yang baru memasuki tahun kedua di MotoGP.

Ada kabar juga soal kemungkinan Acosta pindah ke Honda tahun 2026, tapi jalur itu tampaknya tertutup setelah Jorge Martin berencana keluar dari Aprilia akhir tahun ini. Jadi wajar kalau Acosta mulai mengekspresikan ketidaksabarannya.

KTM sebenarnya harus cepat meyakinkan Acosta soal masa depan jangka panjang karena kontrak pabrikan baru untuk 2027 harus sudah diteken awal tahun depan. Untungnya, KTM masih punya potensi mengarahkan pengembangan RC16 ke arah yang lebih baik dan menenangkan Acosta.

Setelah 7 balapan di 2025, Acosta mengumpulkan 58 poin, rata-rata 8,2 poin per seri, jauh menurun dibandingkan tahun rookie-nya yang berhasil mengumpulkan 101 poin di periode yang sama. Meski masih jadi pembalap KTM terbaik di klasemen, jaraknya tipis banget.

Sementara itu, Maverick Vinales malah jadi kejutan positif bagi KTM di musim pertamanya. Meski podium keduanya di Qatar hilang karena penalti, performa konsistennya di beberapa seri lain seperti di Spanyol dan Prancis menunjukkan sinyal positif. Meski juga kesulitan di Silverstone, dia sudah mengumpulkan 45 poin setelah 7 seri.

Vinales yang sudah berpengalaman 10 tahun di MotoGP, jadi figur yang sangat penting buat KTM. Dia mampu lebih tenang dan realistis dalam menghadapi pengembangan motor yang sulit. “Awal musim saya belum dapat feeling motor yang tepat. Tapi dengan saran dari crew chief saya, saya fokus cari rasa motor dulu, baru ke kecepatan. Setelah itu, saya mulai lebih cepat dan kini kami hampir siap bertarung di depan,” katanya.

Dia juga cerita, awalnya dia coba bawa motor dengan gaya agresif seperti pendahulunya, tapi ternyata itu nggak cocok dan malah bikin dia lambat. Akhirnya dia ganti gaya balap jadi lebih halus tapi tetap push maksimal, dan hasilnya mulai membaik.

Sementara itu, Brad Binder masih belum bisa menyesuaikan gaya balap dengan motor baru, dan Acosta yang masih pakai gaya hard braking-nya dari musim lalu jadi kurang cocok dengan karakter RC16 sekarang.

Masalah utama KTM saat ini memang ada di kondisi lintasan rendah grip dan getaran di bagian belakang motor yang sulit dihilangkan. Tapi dengan pendekatan lebih tenang dan matang dari Vinales, KTM perlahan mulai tahu sisi mana dari RC16 yang bisa dioptimalkan.

Buat Vinales, motor KTM ini luar biasa cepat di trek lurus dan akselerasi. Tantangannya adalah motor ini belum seimbang di beberapa tikungan cepat dan saat melepas rem depan untuk langsung gas. Tapi dia yakin dengan perkembangan yang ada, KTM bisa terus kompetitif.

Acosta sendiri memang pengen cepat juara, dan wajar kalau dia jadi nggak sabar. Dia bilang sejak tes pertama motor ini masalahnya sudah ada, dan makin banyak pesaing yang makin kompetitif bikin KTM jadi tertinggal.

Sementara itu, KTM di bawah arahan manajer tim Aki Ajo berusaha sederhana dalam pengembangan motor tahun ini. Nggak seperti tahun sebelumnya yang terlalu banyak eksperimen, kini KTM fokus pada perbaikan yang tepat.

Di sisi lain, pembalap seperti Fabio Quartararo dari Yamaha yang tahun ini sedang on fire dengan berbagai update kecil di motor M1, menunjukkan kalau pendekatan tepat dalam pengembangan bisa sangat membantu performa.

Acosta memang terbilang dewasa dalam pendekatannya, tapi menghadapi musim sulit seperti ini, wajar kalau kadang frustrasi muncul. Dia pun sadar, banyak bintang MotoGP yang cepat naik dan cepat hilang.

Beruntung KTM punya Vinales yang dengan pengalamannya bisa memandu tim melewati masa sulit ini. Vinales berharap target juara KTM sama dengan target pribadinya, sehingga kerjasama bisa berjalan dengan baik.

Kalau KTM bisa terus perbaiki performa motor lewat pendekatan seperti yang dilakukan Vinales, harapan untuk mempertahankan Acosta setelah 2026 jadi lebih terbuka. Acosta pun akan sangat diuntungkan dengan melihat gambaran besar dari proyek KTM, bukan cuma fokus ke masalah motor di garasinya sendiri.

Jorge Martin Konfirmasi Ingin Tinggalkan Aprilia di Akhir Musim MotoGP 2025: Apa Alasannya?

Jorge Martin Konfirmasi Ingin Tinggalkan Aprilia di Akhir Musim MotoGP 2025: Apa Alasannya?
Jorge Martin Konfirmasi Ingin Tinggalkan Aprilia di Akhir Musim MotoGP 2025: Apa Alasannya?

JAKARTA -- Pembalap juara dunia MotoGP, Jorge Martin, baru-baru ini mengumumkan secara resmi bahwa ia berencana untuk meninggalkan tim Aprilia pada akhir musim 2025. 

Pengumuman ini muncul setelah ramai kabar dari media Spanyol yang membahas kemungkinan besar Martin akan menggunakan klausul performa dalam kontraknya untuk angkat kaki dari Aprilia.

Cerita ini mulai mencuat setelah balapan Grand Prix Prancis, saat media Spanyol melaporkan bahwa Jorge Martin siap menjalankan opsi kontrak yang memungkinkan dia pergi jika performa Aprilia tidak sesuai harapan setelah enam seri pertama musim ini. Meski begitu, ada kabar juga bahwa Martin sempat ingin memperpanjang batas waktu klausul tersebut.

Menariknya, selama musim 2025 Jorge Martin banyak absen akibat cedera, sehingga performa dan peluangnya ikut terdampak. 

Sebelum balapan Grand Prix Inggris, pihak Aprilia bahkan mengeluarkan pernyataan yang tegas untuk menutup kemungkinan Jorge Martin keluar dari kontrak lebih awal dan menepis rumor yang mengatakan ada tim lain yang sudah mengincarnya. 

Namun, rumor mengatakan Honda adalah tujuan utama Martin jika benar-benar hengkang.

Balapan GP Inggris sendiri dimenangkan oleh Marco Bezzecchi yang juga pembalap Aprilia, dan CEO Aprilia, Massimo Rivola, menyatakan kemenangan itu sebagai pesan kuat bahwa motor RS-GP sebenarnya punya potensi besar untuk menang sebuah sinyal yang ditujukan juga untuk Jorge Martin.

Setelah beberapa waktu diam, akhirnya Jorge Martin buka suara lewat akun Instagramnya. Ia mengunggah pernyataan panjang yang menjelaskan situasi sebenarnya, sekaligus menegaskan bahwa dirinya memang berniat untuk meninggalkan Aprilia di akhir tahun ini.

Martin juga menjelaskan bahwa ia sudah bersedia untuk memperpanjang waktu batas klausul performa yang ada di kontraknya. Ia berharap Aprilia bisa menghormati isi kontrak tersebut dan niat baiknya.

Dalam pernyataannya, Jorge Martin bilang:

“Saya ingin menjelaskan kepada semua fans, media, dan orang-orang yang mengikuti karier saya tentang situasi saya dengan Aprilia.

Saya tidak pernah melanggar kontrak. Ketika kami tanda tangan, saya dan Aprilia sepakat bahwa kalau kondisi tertentu tidak terpenuhi, saya punya hak untuk memutuskan masa depan saya di 2026.

Ini adalah syarat penting bagi saya agar mau menerima tawaran kontrak mereka.

Ketika saya memutuskan pindah ke Aprilia tahun lalu, saya ingin punya kesempatan untuk tes motor dalam kondisi nyata dan mengenal tim beserta cara kerja mereka.

Jadi saya merasa nyaman menandatangani kontrak dua tahun sekaligus, bukan hanya satu tahun, dengan syarat itu dimasukkan.

Setelah sampai pada tanggal yang sudah disepakati, saya memutuskan memakai hak saya untuk keluar dari kontrak mulai musim 2026.

Saya selalu melakukannya dengan hormat dan jelas, dengan tujuan mengambil kendali atas masa depan saya sebagai pembalap profesional.

Memang kecelakaan yang saya alami sangat mempengaruhi kondisi saya, tapi itu tidak mengubah kesepakatan kami.

Saya terus berdialog dengan Aprilia untuk memperpanjang batas waktu keputusan ini beberapa seri setelah saya kembali balapan.

Tujuannya supaya kami berdua bisa coba lagi dan merasa nyaman sebelum ambil keputusan untuk 2026.

Saya jujur dengan Aprilia, menghargai motor, tim, dan kerja keras semua orang di proyek ini.

Yang saya minta cuma satu: tolong hargai niat dan kesepakatan kami.

Tidak ada konflik atau saling menyalahkan. Saya cuma ingin melangkah ke depan dengan jelas, setelah masa sulit dan cedera serius, dan terus memberikan yang terbaik di dalam dan luar lintasan.”

Hingga kini, Aprilia belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan Jorge Martin tersebut, yang tentu saja berbeda dengan sikap tegas Aprilia minggu lalu yang menutup kemungkinan pemutusan kontrak dini.

Jorge Martin Bakal Cabut dari Aprilia? Ini 4 Tim MotoGP yang Bisa Jadi Tujuannya di 2026

Jorge Martin Bakal Cabut dari Aprilia? Ini 4 Tim MotoGP yang Bisa Jadi Tujuannya di 2026
Jorge Martin Bakal Cabut dari Aprilia? Ini 4 Tim MotoGP yang Bisa Jadi Tujuannya di 2026.

JAKARTA -- Pasar pembalap MotoGP tiba-tiba panas setelah Jorge Martin mengonfirmasi rencananya untuk hengkang dari Aprilia di akhir musim ini. 

Kabar soal klausul keluar dalam kontraknya memang sudah berhembus, dan Martin semakin jelas saat bilang dia pengen cari tim baru buat musim 2026.

Tapi jangan salah, Martin juga janji akan kasih “kesempatan kedua” ke Aprilia setelah dia pulih dari cedera. Dia pengen lihat seberapa kuat dan kompetitif motor Aprilia sebelum benar-benar putuskan masa depannya.

Saat ini, Jorge Martin masih absen akibat cedera yang dia dapat di MotoGP Qatar satu-satunya balapan Minggu yang dia ikuti tahun ini sejak gabung Aprilia. Cedera itu juga sempat bikin dia telat memulai pembelaan gelar MotoGP yang dia menangkan tahun lalu bersama Ducati.

Kalau ternyata Martin dan Aprilia nggak bisa sepaham, dan beneran pisah jalan, ada beberapa tim yang punya kursi kosong buat musim 2026. Yuk, kita intip siapa aja yang mungkin jadi pilihan Martin:

1. Honda HRC — Tempat Favorit Martin?

Setelah habiskan karier MotoGP-nya di tim satelit Pramac, Martin sempat pindah ke Aprilia karena Ducati pilih Marc Marquez buat jadi rekan satu tim Francesco Bagnaia di 2026. Kalau dia masih mau duduk di tim pabrikan, Honda HRC jadi pilihan paling nyata buat musim depan.

Di sana, ada kursi kosong yang bisa dia duduki, menemani Joan Mir. Apalagi, teman dekat Martin, Aleix Espargaro, sekarang jadi test rider Honda. Meskipun Espargaro bilang dia nggak ngajak Martin pindah, tapi kabar kalau Honda memang pengen Martin cukup kuat.

Honda juga katanya siap ngejar pembalap yang masih terikat kontrak di tim lain. Kalau Martin benar-benar available dari Aprilia, pintu Honda bisa terbuka lebar.

2. Pramac Yamaha — Peluang Balik ke Tim Lama?

Kalau Martin mau balik ke tempat yang udah dia kenal, Pramac bisa jadi opsi lain. Meski Pramac sudah pisah dari Ducati dan kini kerja sama dengan Yamaha, kursi buat 2026 masih ada karena kontrak Jack Miller cuma satu tahun.

Miller sendiri lagi on fire setelah kembali ke Pramac, sering banget ngasih tantangan ke Fabio Quartararo. Meski begitu, status Miguel Oliveira juga belum pasti, jadi ada kemungkinan kursi tambahan di Pramac.

Selain itu, rumor tentang Toprak Razgatlioglu, juara WorldSBK, yang juga dikaitkan dengan Yamaha, makin menambah seru persaingan.

3. VR46 Pertamina Enduro — Kangen Ducati?

Martin pernah juara MotoGP bersama Ducati, dan mungkin dia kangen sama motor Desmosedici yang membawa dia ke 8 kemenangan, 32 podium, dan gelar 2024. Tapi, untuk kembali ke Ducati lewat tim satelit VR46 Pertamina Enduro agak sulit, apalagi dia pernah kecewa karena nggak dapat kursi pabrikan di Ducati.

Kalau pun Ducati mau naikkan dia ke versi GP25, tetap saja dia akan berada di posisi yang sama seperti di Pramac dulu.

Di tim VR46, Franco Morbidelli sedang pegang kontrak satu tahun, dan ada juga rumor Pedro Acosta yang mungkin bakal masuk.

4. LCR Honda — Kesempatan Kedua di Honda?

LCR, tim satelit Honda, juga bisa jadi alternatif. Johann Zarco, pemenang balapan di Le Mans, sedang dalam negosiasi buat pindah ke Honda HRC, dan kalau terjadi pertukaran dengan Luca Marini, kursi di LCR bisa terbuka.

Tim ini masih dipandang sebagai tempat yang dapat dukungan pabrikan penuh, sama seperti Pramac Yamaha.

Meski Honda sekarang ada di posisi kedua klasemen konstruktor, kursi satelit tetap jadi langkah turun dari posisi pabrikan Aprilia yang Martin pegang sekarang.

Kalau Martin benar-benar pergi, kursi pabrikan Aprilia di samping Marco Bezzecchi bakal jadi rebutan seru. Luca Marini yang jago kasih feedback teknis, Franco Morbidelli yang sudah jadi runner-up dan sering podium, serta Jack Miller yang punya pengalaman balapan di berbagai motor pabrikan bisa jadi kandidat kuat.

Di sisi lain, pembalap muda seperti Ai Ogura juga siap masuk, apalagi Aprilia punya perhatian besar sama pembalap masa depan.

Jadi, kita tunggu aja bagaimana keputusan Jorge Martin dan tim-tim MotoGP lain yang pasti nggak kalah seru persaingannya!

Pilihan Karier Enea Bastianini di MotoGP 2026: Pramac Yamaha atau Aprilia?

Pilihan Karier Enea Bastianini di MotoGP 2026: Pramac Yamaha atau Aprilia?
Pilihan Karier Enea Bastianini di MotoGP 2026: Pramac Yamaha atau Aprilia?

JAKARTA -- Enea Bastianini sekarang menghadapi dua opsi menarik untuk musim MotoGP 2026 jika dia memutuskan untuk meninggalkan KTM, menurut laporan terbaru dari Italia.

Setelah kehilangan kursi di tim pabrikan Ducati, Bastianini bergabung dengan Tech3 KTM. Namun, musim 2025 ini terasa cukup berat baginya. Hasil terbaiknya baru P7 di Circuit of the Americas, dan baru-baru ini di Silverstone, ia mengaku mengalami "akhir pekan terburuk" dalam kariernya.

Nah, menurut Sky Italia, ada dua tim yang sedang mengincar Bastianini: Pramac Yamaha dan tim pabrikan Aprilia. Tapi seperti waktu dia kehilangan kursi di Ducati, keputusan Bastianini sangat bergantung pada pergerakan pembalap lain.

Salah satu yang jadi perhatian adalah Toprak Razgatlioglu, yang kabarnya hampir mencapai kesepakatan dengan Pramac Yamaha. Tim satelit Yamaha ini sendiri sudah memberi kesempatan kepada pembalap mereka saat ini, Jack Miller dan Miguel Oliveira, untuk membuktikan diri agar bisa dipertahankan.

Jack Miller, misalnya, bilang kalau hasil bagus di lintasan bakal jadi kunci untuk kontrak baru di 2026. Dia pun membuktikan dengan finish di posisi tujuh di Silverstone. Jadi, Bastianini harus menunggu keputusan dari Pramac soal masa depan Miller dan Oliveira, sekaligus menunggu kabar dari KTM.

Soal KTM, walaupun mereka baru saja mendapatkan suntikan dana besar dari Bajaj Auto senilai £674 juta, masa depan balap mereka masih belum jelas.

Selain itu, Bastianini juga harus memantau kabar dari Aprilia, khususnya soal Jorge Martin. Martin sudah mengonfirmasi niatnya untuk hengkang dari Aprilia pada 2026. Apalagi setelah kemenangan Marco Bezzecchi di British MotoGP pekan lalu, motor RS-GP Aprilia makin menarik.

Tapi, CEO Aprilia Massimo Rivola menyatakan bahwa mereka masih berusaha memperbaiki hubungan dengan Martin, jadi belum pasti juga kalau Bastianini pasti akan mendapat tempat di sana.

Singkatnya, nasib Bastianini untuk pindah tim belum bisa dipastikan dan dia belum jadi pemain utama dalam bursa transfer kali ini.

Kontrak Bastianini dengan Tech3 KTM sendiri digambarkan sebagai kontrak jangka panjang. Pada tahun 2022, dia sempat jadi salah satu pembalap paling bersinar dengan meraih kemenangan terbanyak kedua setelah juara dunia Pecco Bagnaia.

Tapi adaptasi dengan motor KTM ternyata menantang, dan hasilnya kurang memuaskan, termasuk performa buruk di Silverstone baru-baru ini.

Marc Marquez Ungkap Masalah Serius pada Ducati GP25 di MotoGP 2025: Perasaan yang Bikin Khawatir

Marc Marquez Ungkap Masalah Serius pada Ducati GP25 di MotoGP 2025: Perasaan yang Bikin Khawatir
Marc Marquez Ungkap Masalah Serius pada Ducati GP25 di MotoGP 2025: Perasaan yang Bikin Khawatir.

JAKARTA -- Marc Marquez baru saja memberikan komentar paling mengkhawatirkan soal motor Ducati GP25 setelah balapan MotoGP Inggris di Silverstone. Ini jadi peringatan besar, terutama karena Ducati yang selama tiga tahun terakhir sangat mendominasi, kini mulai kehilangan keunggulannya.

Di Silverstone, pemenang balapan bukan lagi pembalap Ducati, melainkan Marco Bezzecchi dari Aprilia yang berhasil manfaatkan kesempatan setelah Yamaha Fabio Quartararo kurang maksimal. Marquez sendiri sempat alami weekend yang kurang mulus, tapi ia masih bisa naik podium.

Namun yang jadi perhatian utama adalah perbedaan performa motor Ducati GP25 milik Marquez dibandingkan dengan versi 2024 yang dipakai oleh Franco Morbidelli dan Alex Marquez, yang finish di posisi keempat dan kelima.

Marquez blak-blakan soal masalah ban depan yang bikin dia sangat kesulitan. "Rasanya ban depan itu benar-benar buruk. Saya sebut ban, tapi sebenarnya bukan cuma masalah Michelin saja," kata Marquez.

Ia menambahkan, "Perasaan di depan itu benar-benar seperti bencana."

Karena kondisi ini, tim Ducati sampai harus memilih ban tipe soft saat sesi kualifikasi, sementara banyak pembalap lain di grid menggunakan ban medium saat balapan. Sayangnya, ban medium juga ternyata kurang efektif, tapi itu pilihan satu-satunya agar bisa menyelesaikan balapan.

"Perasaan dengan ban itu memang enggak enak, tapi kami berhasil menyelamatkan posisi," tambah Marquez.

Saat balapan, Marquez sempat melebar di tikungan 9 dan berusaha mengejar Johann Zarco, tapi ban depan dan belakang sudah habis terpakai hingga membuat dia ragu mengambil risiko besar di lap-lap akhir.

Ia juga menegaskan betapa pentingnya podium bagi Franco Morbidelli dan bagaimana mereka berusaha mempertahankan posisi dengan baik.

Marquez juga mengakui dirinya sempat kecewa karena jatuh di awal balapan, meski beruntung dapat kesempatan kedua setelah restart yang cukup kacau. Ia menyebut, perasaan motor saat start awal jauh lebih baik dibandingkan setelah restart, ketika dia harus ganti motor dan ban.

Sayangnya, masalah pada Ducati GP25 makin bertambah. Rekan setim Marquez di Ducati, Pecco Bagnaia, juga belum bisa menemukan ritme terbaik dengan motor terbaru ini sepanjang musim 2025.

Bos Ducati, Gigi Dall’Igna, sudah meminta semua pihak di Ducati untuk membantu Bagnaia agar bisa bangkit dan tampil lebih kompetitif.

Uniknya, Marquez juga mengeluhkan performa motor yang kurang maksimal saat kondisi cuaca dingin dan berangin di Silverstone, sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya dengan Ducati.

Meski begitu, Marquez masih kokoh di puncak klasemen MotoGP 2025 dengan keunggulan 24 poin atas sang adik, Alex Marquez.

Balapan berikutnya akan berlangsung di Aragon, Spanyol yang tentu saja jadi ajang spesial karena Marquez akan tampil di kandang sendiri. Apakah Ducati GP25 bisa bangkit? Kita tunggu bersama di MotoGP Aragon!

6 Klub Potensial Cristiano Ronaldo untuk Gabung dan Tampil di FIFA Club World Cup

6 Klub Potensial Cristiano Ronaldo untuk Gabung dan Tampil di FIFA Club World Cup
6 Klub Potensial Cristiano Ronaldo untuk Gabung dan Tampil di FIFA Club World Cup.

JAKARTA -- Halo, Sobat Bola! Kalau ngomongin Cristiano Ronaldo, pasti nggak pernah ada habisnya. Walau usianya sudah di atas 38 tahun, CR7 masih aktif dan terus mencari tantangan baru. Setelah cukup lama membela Al Nassr di Liga Saudi, kabarnya nih Ronaldo siap melangkah ke babak baru di kariernya — khususnya buat tampil di FIFA Club World Cup.

Nah, kira-kira klub mana saja ya yang bisa jadi tujuan Ronaldo selanjutnya? Yuk, kita bahas bareng!

1. Al Hilal (Saudi Arabia)

Kalau Ronaldo masih ingin di Liga Saudi, kenapa nggak pindah aja ke Al Hilal? Klub ini adalah rival utama Al Nassr dan sudah jadi raja Liga Saudi dengan 6 gelar dalam 9 musim terakhir. Al Hilal juga wakil Saudi yang lolos ke Club World Cup. Jadi, peluang Ronaldo buat juara di sana cukup besar, plus gaji besar pasti tetap menggiurkan.

Tantangan Grup: Real Madrid, Pachuca, Red Bull Salzburg

2. Al Ain (Uni Emirat Arab)

Kalau Ronaldo mau coba suasana baru tapi tetap di Timur Tengah, Al Ain bisa jadi pilihan. Klub dari UAE ini dipimpin oleh presiden Uni Emirat Arab sendiri, lho. Meskipun liga UAE belum sepopuler Saudi, tapi dengan nama Ronaldo, pastinya bakal bikin liga makin ramai dan menarik perhatian global.

Tantangan Grup: Manchester City, Wydad AC, Juventus

3. Botafogo (Brasil)

Kalau mau nuansa berbeda dan sentuhan romantis, Botafogo di Brasil bisa jadi klub yang cocok. Klub ini punya sejarah panjang dan dulu pernah jadi rumah para legenda sepak bola Brasil. Walau gaji di Brasil belum tentu setinggi di Timur Tengah, ada kabar Ronaldo bisa dapat saham di klub yang dimiliki salah satu bos Crystal Palace ini, yang jelas potensi bisnisnya menarik banget.

Tantangan Grup: Paris Saint-Germain, Atlético Madrid, Seattle Sounders

4. Monterrey (Meksiko)

Meksiko adalah pasar sepak bola terbesar di dunia, dan Monterrey jadi klub yang masuk radar Ronaldo. Apalagi ada Sergio Ramos, mantan rekan Ronaldo di Real Madrid, yang sudah gabung di sana. Kalau keduanya reuni di Monterrey, pastinya bakal jadi cerita menarik, walau cuma buat waktu singkat di Club World Cup.

Tantangan Grup: River Plate, Inter Milan, Urawa Red Diamonds

5. Real Madrid (Spanyol)

Nggak cuma mantan klub seperti Manchester United atau Sporting CP, Real Madrid juga bisa jadi opsi kejutan. Mereka lagi aktif manfaatkan jendela transfer mini yang dibuka FIFA. Meskipun Ronaldo kemungkinan nggak akan jadi pemain utama lagi karena tumpukan bintang di Madrid, tapi tampil sebentar dan bernostalgia pasti menarik banget.

Tantangan Grup: Al Hilal, Pachuca, Red Bull Salzburg

6. LAFC (Amerika Serikat)

Bayangin aja kalau Ronaldo bisa gabung LAFC, satu klub yang lagi naik daun di MLS. Apalagi LAFC berpeluang besar juara musim ini dan bakal tampil di Club World Cup kalau bisa kalahkan Club América di playoff. Kehidupan di LA yang santai dan jauh dari sorotan berlebihan juga bisa jadi daya tarik Ronaldo untuk pindah ke MLS.

Tantangan Grup: Flamengo, Espérance de Tunis, Chelsea

Jadi, ke mana nih kira-kira Ronaldo bakal melangkah?

Apakah dia akan tetap di Timur Tengah, mencoba peruntungan di Amerika, kembali ke Eropa, atau justru ke Brasil? Yang jelas, FIFA dan penggemar sepak bola di seluruh dunia pastinya menantikan langkah selanjutnya dari CR7 ini.

PSG Era Baru: Tanpa Mbappe, Luis Enrique Antar Les Parisiens ke Final Liga Champions

PSG Era Baru: Tanpa Mbappe, Luis Enrique Antar Les Parisiens ke Final Liga Champions
PSG Era Baru: Tanpa Mbappe, Luis Enrique Antar Les Parisiens ke Final Liga Champions.

JAKARTA -- Paris Saint-Germain (PSG) sedang berada di ambang sejarah baru. Akhir pekan ini, mereka akan tampil di final Liga Champions melawan Inter Milan di Munich momen besar yang bisa menghapus dahaga trofi Eropa mereka yang sudah lama tak terwujud.

Yang menarik, ini adalah musim pertama PSG tanpa Kylian Mbappe. Ya, bintang Prancis itu memilih hengkang ke Real Madrid setelah musim lalu berakhir. Tapi, siapa sangka, kepergian Mbappe justru menjadi titik balik buat PSG, terutama berkat sentuhan pelatih anyar mereka: Luis Enrique.

Transformasi PSG Setelah Mbappe Pergi

Semenjak Mbappe resmi berseragam Real Madrid, banyak yang meragukan masa depan PSG. Namun, pelatih Luis Enrique malah menjadikan momen ini sebagai peluang untuk merombak tim secara total. Daripada mengandalkan pemain bintang, Enrique memilih fokus ke filosofi permainan yang kolektif, disiplin, dan dinamis.

Nggak lagi mengandalkan “satu orang penyelamat”, PSG sekarang tampil sebagai satu kesatuan tim yang solid. Nama-nama seperti Ousmane Dembele, Joao Neves, hingga Desire Doue mulai mencuri perhatian. Mereka tampil konsisten dan kompak, bahkan sampai berhasil meraih treble domestik musim ini (Ligue 1, Coupe de France, dan satu gelar lokal lainnya).

Gaya Kepelatihan Luis Enrique yang Tegas dan Efektif

Luis Enrique bukan pelatih yang suka basa-basi. Ia terkenal dengan gaya melatih yang keras, disiplin, dan tegas. Sejak awal kedatangannya, ia sudah menegaskan kalau gaya lama PSG yang terlalu memanjakan pemain bintang tidak akan berlaku lagi.

“Permainan kami bukan tentang membiarkan Mbappe berbuat sesukanya,” katanya di sebuah dokumenter soal musim pertamanya di PSG. Kalimat ini mencerminkan perubahan besar dalam budaya klub.

Pelatih asal Spanyol ini mengembalikan intensitas latihan, memperketat taktik, dan menuntut semua pemain ikut bertahan, tanpa terkecuali. Ini berbeda jauh dengan pendekatan sebelumnya yang lebih berorientasi pada menjaga kebahagiaan para pemain top.

Statistik Bicara: PSG Paling Tajam di Eropa Musim Ini

Perubahan ini terbukti manjur. Musim ini, PSG mencetak rekor baru di Liga Champions:

  • Menang terbanyak dalam satu musim Eropa (10 kemenangan)

  • Jumlah gol terbanyak dalam satu musim Eropa (33 gol)

  • Rata-rata tembakan terbanyak per laga di Liga Champions sejak 2003-04 (18,6 tembakan per laga)

Luis Enrique sendiri sempat ditanya apakah PSG akan lebih baik tanpa Mbappe. Dengan percaya diri dia menjawab, “Musim depan saya akan mengendalikan semuanya. Tanpa pengecualian.”

Menuju Final: PSG Siap Ubah Sejarah

Final melawan Inter Milan akhir pekan ini akan jadi penampilan kedua PSG di final Liga Champions. Sebelumnya, mereka kalah tipis dari Bayern Munchen pada 2019-2020. Tapi kali ini, situasinya jauh berbeda.

Dengan skuad yang lebih seimbang dan pelatih yang punya visi jelas, PSG datang ke Munich sebagai favorit juara. Mereka juga masih jadi tim terakhir asal Prancis yang pernah mengangkat trofi Eropa (Piala Winners 1995-96).

Apakah musim ini akan jadi penebusan untuk masa lalu yang penuh kegagalan? Atau akankah PSG kembali harus gigit jari?

Yang jelas, PSG versi Luis Enrique ini jauh lebih kuat, lebih rapi, dan jauh dari kesan “klub bintang lima tanpa arah”. Mereka datang sebagai tim, bukan sekumpulan pemain mahal.

Perubahan besar di tubuh PSG terbukti memberikan hasil nyata. Tanpa Mbappe dan para superstar lainnya, mereka malah lebih padu dan berprestasi. Luis Enrique berhasil menyulap PSG menjadi tim yang bukan hanya cantik secara strategi, tapi juga haus kemenangan.

Final melawan Inter Milan nanti bukan cuma soal trofi, tapi juga soal pembuktian bahwa klub ini memang layak jadi raja di Eropa. Jadi, siap-siap saksikan duel penentu nasib PSG di era barunya!

Kabar Baik! Éder Militão Siap Comeback di Piala Dunia Antarklub 2025, Real Madrid Makin Pede

Kabar Baik! Éder Militão Siap Comeback di Piala Dunia Antarklub 2025, Real Madrid Makin Pede
Kabar Baik! Éder Militão Siap Comeback di Piala Dunia Antarklub 2025, Real Madrid Makin Pede.

JAKARTA -- Setelah enam bulan absen karena cedera ACL, Éder Militão akhirnya siap kembali merumput bareng Real Madrid. Kabar ini jadi angin segar buat Los Blancos yang lagi bersiap tampil di ajang bergengsi, FIFA Club World Cup 2025.

Musim lalu, Real Madrid cukup kelimpungan di lini pertahanan karena banyak pemain belakang yang cedera. Makanya, kembalinya Militão jadi harapan besar buat tim, apalagi mereka bakal hadapi lawan-lawan berat seperti Manchester City, Paris Saint-Germain, dan Bayern Munich di turnamen yang sekarang formatnya diperluas.

Menurut laporan media Spanyol, AS, Militão udah mulai ikut latihan bareng tim di Valdebebas dan proses pemulihannya berjalan positif. Targetnya? Ikut terbang ke Amerika Serikat bareng skuad utama dan main di Piala Dunia Antarklub 2025.

Tapi, bek asal Brasil ini tetap hati-hati. Dia nggak mau buru-buru balik ke lapangan supaya nggak mengalami cedera kambuhan. Perlu diingat, dia udah dua kali kena cedera ACL dalam dua tahun terakhir. Jadi wajar banget kalau dia maunya comeback secara perlahan tapi pasti.

Walau cuma bisa main sebagai pemain cadangan di awal, kehadiran Militão tetap bakal jadi suntikan semangat buat tim. Soalnya, Real Madrid kemungkinan besar masih bakal kehilangan Ferland Mendy dan Eduardo Camavinga yang belum pulih. Ditambah lagi, kondisi Antonio Rüdiger, Dani Carvajal, dan David Alaba juga belum 100% fit.

Kalau kondisi ini bertahan, pelatih baru Xabi Alonso cuma punya Raúl Asencio dan pemain anyar Dean Huijsen sebagai opsi utama di posisi bek tengah. Kehadiran Militão jelas bakal bantu banget, bahkan bisa meringankan beban Aurélien Tchouaméni yang sempat harus main sebagai bek darurat.

Buat Alonso sendiri, turnamen ini jadi ujian penting. Setelah musim terakhir Carlo Ancelotti berakhir tanpa trofi besar, fans tentu berharap banyak pada sang pelatih muda. Dan jelas, punya Militão di barisan belakang bakal bikin tugas Alonso jauh lebih ringan.

Comeback-nya Éder Militão bukan cuma berita bagus buat fans Real Madrid, tapi juga jadi kunci penting dalam perjalanan mereka di Piala Dunia Antarklub 2025. Kalau dia bisa kembali tampil maksimal, peluang Los Blancos buat jadi juara makin terbuka lebar.

Amad Diallo Berharap Garnacho Tetap di Manchester United Musim Depan

Amad Diallo Berharap Garnacho Tetap di Manchester United Musim Depan
Amad Diallo Berharap Garnacho Tetap di Manchester United Musim Depan.

JAKARTA -- Di tengah banyaknya spekulasi soal masa depan Alejandro Garnacho, winger muda Manchester United, Amad Diallo, terang-terangan menyatakan harapannya agar sang pemain asal Argentina tetap bertahan di Old Trafford.

Rumor soal kepergian Garnacho mulai memanas setelah Manchester United kalah di final Liga Europa melawan Tottenham. 

Dalam laga itu, Garnacho tidak diturunkan sejak awal dan baru masuk di babak kedua, yang kabarnya membuat dirinya cukup kecewa.

Beberapa laporan bahkan menyebutkan bahwa pelatih Ruben Amorim telah menyarankan Garnacho untuk mulai mencari klub baru. 

Namun di balik semua kabar tersebut, Amad menunjukkan dukungan penuh untuk rekannya itu.

"Menurutku Alejandro pemain yang luar biasa dan kita butuh pemain-pemain bagus di tim ini. Aku kenal Garna dengan baik, jadi aku harap dia masih bersama kami musim depan," ujar Amad saat diwawancarai jelang laga persahabatan United di Hong Kong.

Amad juga menambahkan bahwa situasi di tim tetap baik-baik saja meski ada rumor yang beredar. "Nggak ada masalah besar kok di tim. Semua berjalan lancar sekarang, menurutku," tambahnya.

Garnacho sendiri tampil cukup impresif sepanjang musim ini dengan mencatatkan 57 penampilan, 10 gol, dan 11 assist. Angka yang cukup solid untuk pemain seusianya.

Meskipun kehadiran Garnacho dalam tur Asia sempat ditafsirkan sebagai sinyal bahwa dirinya masih ingin bertahan, pelatih Amorim menegaskan bahwa itu bukanlah sebuah pernyataan khusus.

“Garnacho masih pemain Manchester United, dan semua pemain ikut dalam tur ini. Ada beberapa yang cedera dan tidak ikut terbang, tapi itu hal yang wajar,” jelas Amorim.

Manchester United dijadwalkan menghadapi tim Hong Kong pada tanggal 30 Mei dalam laga terakhir tur Asia mereka. 

Sebelumnya, Setan Merah harus menelan kekalahan tipis 1-0 dari ASEAN All Stars di pertandingan perdana tur tersebut.

Lionel Messi Cetak Rekor Bersejarah di Inter Miami, Torehan Gol dan Assist Fantastis!

Lionel Messi Cetak Rekor Bersejarah di Inter Miami, Torehan Gol dan Assist Fantastis!
Lionel Messi Cetak Rekor Bersejarah di Inter Miami, Torehan Gol dan Assist Fantastis!.

JAKARTA -- Lionel Messi lagi-lagi bikin dunia sepak bola terpana. Kali ini, aksi magisnya saat Inter Miami melawan CF Montréal jadi sorotan utama. 

Messi bukan cuma bantu timnya menang 4-2, tapi juga mencatatkan sejarah baru bareng klub asal Amerika Serikat itu.

Dalam laga yang cukup krusial buat Inter Miami yang butuh poin penuh, Messi tampil sebagai pahlawan. 

Pemain asal Argentina ini nyumbang dua gol dan satu assist, bikin dirinya dinobatkan sebagai Player of the Match. Tapi bukan cuma itu yang bikin momen ini spesial.

Messi sekarang jadi pemain pertama dalam sejarah Inter Miami yang berhasil mencatat 50 kontribusi gol di musim reguler MLS! Sejak gabung ke klub ini pada Juli 2023, La Pulga udah bikin 29 gol dan 21 assist. Gila banget, kan?

Yang makin bikin salut, dari total kontribusi itu, 11 di antaranya dia cetak di musim ini aja—padahal dia sempat absen di awal musim gara-gara cedera. 

Di bawah asuhan Javier Mascherano, Messi tetap jadi andalan utama. Dia sekarang top skor tim dan juga masuk tiga besar pemain dengan assist terbanyak musim ini.

Oh iya, Messi juga sempat memecahkan rekor sebagai pemain tercepat yang bisa ngumpulin 40 kontribusi gol di MLS. 

Dan kalau dia terus tampil gacor kayak sekarang, bukan nggak mungkin bakal ada rekor-rekor baru lagi yang dia pecahin.

Sampai saat ini, Messi udah mengoleksi 863 gol sepanjang karier profesionalnya, dan 47 di antaranya dia cetak bareng Inter Miami. Tapi meski prestasinya luar biasa secara individu, Messi belum berhasil bawa Inter Miami juara MLS Cup.

Tahun lalu, mereka sebenarnya dijagokan banget buat angkat trofi Philip F. Anschutz, tapi malah tumbang di babak pertama playoff 2024. Jadi jelas, musim ini jadi momen penting buat Messi dan timnya buat bangkit.

Masih ada beberapa peluang buat mereka ngejar trofi, termasuk ajang FIFA Club World Cup musim panas nanti. 

Tapi jujur aja, performa Inter Miami belakangan ini lagi loyo. Dari sembilan pertandingan terakhir di semua kompetisi, mereka cuma bisa menang dua kali. 

Nggak heran kalau sekarang mereka duduk di posisi keenam klasemen Wilayah Timur.

Tekanan makin besar buat Messi buat ngebawa Inter Miami balik ke jalur kemenangan dan jadi kandidat kuat juara. 

Tapi kalau ngelihat konsistensi dan semangat Messi yang nggak pernah padam, fans Inter Miami jelas masih punya harapan besar.

Kisah Lionel Messi di MLS masih jauh dari kata selesai. Dengan usia yang nggak muda lagi, dia tetap jadi mesin gol dan inspirasi buat tim. 

Kini tinggal tunggu waktu aja, apakah Messi bisa bawa Inter Miami ke puncak prestasi dan angkat trofi impian? Kita tunggu aja aksi selanjutnya!

Masa Depan Ronald Araújo di Barcelona: Kontrak Panjang Tapi Masih Bisa Pergi?

Masa Depan Ronald Araújo di Barcelona: Kontrak Panjang Tapi Masih Bisa Pergi?
Masa Depan Ronald Araújo di Barcelona: Kontrak Panjang Tapi Masih Bisa Pergi?

JAKARTA -- Barcelona sedang menyusun rencana serius untuk mempertahankan Ronald Araújo, bek tengah andalan mereka. Tapi ternyata, situasinya nggak sesimpel itu, lho. 

Walaupun sang pemain sudah teken kontrak baru sampai tahun 2031, bukan berarti dia 100% aman dari kemungkinan pindah klub.

Yuk, kita bahas lebih dalam!

Barcelona Masih Ingin Araújo Bertahan

Menurut laporan dari media Spanyol, baik direktur olahraga Barcelona, Deco, maupun pelatih anyar Hansi Flick, punya keinginan yang sama: mempertahankan Ronald Araújo di Camp Nou. Mereka bahkan menganggap Araújo sebagai bek terbaik yang dimiliki klub saat ini. Gila, kan?

Araújo sendiri juga kabarnya belum ada niat untuk cabut musim panas ini. Jadi, sejauh ini masih aman. Tapi, tetap saja ada satu "celah" dalam kontraknya yang bikin fans Barcelona was-was.

Klausul Rilis: Siapapun Bisa Boyong Araújo dengan €60 Juta

Walaupun kontraknya panjang, ternyata ada klausul rilis (release clause) yang bikin Araújo bisa pergi dengan harga "diskon". 

Mulai tanggal 1 Juli nanti, bakal ada periode dua minggu di mana klub mana pun bisa merekrutnya dengan tebusan €60 juta (sekitar Rp1 triliun). 

Kalau ada yang bayar sesuai jumlah itu, Barcelona nggak bisa nolak semua keputusan ada di tangan Araújo sendiri.

Nah, klausul kayak gini biasanya jadi momen krusial buat klub-klub besar lain yang memang udah naksir berat sama pemain Uruguay ini. 

Contohnya? Juventus sempat ngelirik dia di bursa transfer Januari lalu, walaupun akhirnya gagal karena Araújo memilih untuk memperpanjang kontraknya.

Musim Depan Bisa Jadi Awal Baru untuk Araújo

Musim lalu memang nggak ideal buat Araújo. Dia sempat absen cukup lama karena cedera hamstring yang didapat saat membela Uruguay di Copa América 2024. 

Saat akhirnya balik ke skuad utama Barcelona, perannya tetap penting bahkan jadi kapten di beberapa pertandingan tapi dia belum bisa tampil konsisten sebagai starter reguler.

Nah, musim 2025–2026 nanti diharapkan bisa jadi titik balik buat Araújo. Apalagi kalau dia bisa tampil fit dan menunjukkan performa terbaiknya.

Persaingan di Lini Belakang dan Fokus Transfer Barcelona

Barcelona juga kabarnya bakal memperpanjang kontrak dua bek lainnya: Eric García dan Iñigo Martínez. Ini tentu bikin lini belakang makin ketat persaingannya. Tapi dari sisi positif, ini bisa bikin pertahanan Barça makin solid.

Menariknya lagi, karena lini belakang sudah cukup aman, Barcelona dikabarkan akan mengalihkan fokus transfer mereka ke lini depan. 

Nama-nama seperti Luis Díaz dan Marcus Rashford masuk radar klub untuk memperkuat daya gedor tim.

Saat ini, semua mata tertuju pada Ronald Araújo. Apakah dia bakal tetap setia bersama Barcelona dan menjadi pilar penting di era baru Hansi Flick?

Atau justru ada klub yang berani menebus klausul rilisnya dan menggoda Araújo untuk memulai petualangan baru?

Yang pasti, keputusan akhir tetap ada di tangan sang pemain. Barcelona sudah menunjukkan niat mereka, sekarang tinggal menunggu langkah selanjutnya dari Araújo sendiri.

Pecco Bagnaia Gabung Yamaha? Mimpi Besar yang Masih Sulit Jadi Nyata

Pecco Bagnaia Gabung Yamaha? Mimpi Besar yang Masih Sulit Jadi Nyata
Pecco Bagnaia Gabung Yamaha? Mimpi Besar yang Masih Sulit Jadi Nyata.

JAKARTA -- Belakangan ini, rumor tentang Pecco Bagnaia pindah ke Yamaha makin ramai diperbincangkan. Banyak yang bertanya-tanya, mungkinkah pembalap andalan Ducati itu benar-benar tertarik untuk membalap bersama tim asal Jepang tersebut? 

Tapi kalau kita lihat situasinya lebih dalam, ada banyak "tembok tinggi" yang harus dilewati dulu – baik dari sisi kontrak, loyalitas, maupun filosofi balap itu sendiri.

Kenapa Yamaha Masih Pede?

Mungkin karena performa Bagnaia di awal musim 2025 ini sedikit naik turun. Motor Desmosedici GP25 yang ia tunggangi belum sepenuhnya memberikan rasa percaya diri seperti musim-musim sebelumnya. 

Beberapa kali ia gagal finis, dan hasilnya, poin-poin penting melayang begitu saja. Tapi meskipun begitu, Pecco masih mampu bertahan di posisi ketiga klasemen sementara bukan hal yang bisa dianggap remeh, ya!

Namun, bagi Yamaha, kondisi ini mungkin dianggap sebagai "celah kecil" di balik baju zirah Pecco. Celah inilah yang mereka coba manfaatkan untuk masuk dan menawarkan mimpi besar: jadi pembalap utama di proyek kebangkitan Yamaha.

Yamaha Sedang Bangkit!

Yamaha sendiri lagi dalam mode ‘comeback’. Mereka punya banyak hal positif yang sedang dikembangkan:

  • Fabio Quartararo mulai menunjukkan performa bagus lagi

  • Toprak Razgatlioglu kabarnya bakal gabung Pramac Yamaha

  • Mesin baru V4 sedang dalam tahap pengembangan

  • Secara umum, Yamaha terlihat lebih siap dan kompetitif dibanding tahun-tahun sebelumnya

Buat Yamaha, kehadiran Bagnaia bakal jadi simbol utama dari “era baru” mereka. Ibaratnya, itu kayak menaruh bintang utama di atas panggung yang baru dibangun kembali.

Masalahnya, loyalitas Pecco ke Ducati bukan main-main. Dia udah jadi ikon tim dari Borgo Panigale itu. 

Selain itu, secara filosofi, Ducati dan Yamaha juga punya pendekatan teknis yang berbeda. Bahkan jika Yamaha berani menawarkan segalanya dari segi gaji, teknologi, hingga struktur tim belum tentu bisa menggoyahkan keyakinan Pecco.

Belum lagi urusan kontrak. Status Pecco sekarang sangat solid di Ducati, dan dia jelas punya peran penting dalam pengembangan motor. Jadi buat sekarang, sepertinya pindah ke Yamaha masih jadi sesuatu yang sangat sulit diwujudkan.

Yamaha memang sedang bangkit dan punya ambisi besar untuk kembali berjaya di MotoGP. Tapi berharap Pecco Bagnaia meninggalkan Ducati dan jadi ujung tombak Yamaha mungkin masih terlalu dini. 

Saat ini, mimpi melihat Bagnaia mengenakan warna biru khas Yamaha lebih mirip angan-angan daripada rencana nyata.

Drama Terakhir di Silverstone! Aron Canet Nyaris Menang, tapi Harus Puas di Posisi 4

Drama Terakhir di Silverstone! Aron Canet Nyaris Menang, tapi Harus Puas di Posisi 4
Drama Terakhir di Silverstone! Aron Canet Nyaris Menang, tapi Harus Puas di Posisi 4.

JAKARTA -- Sejak sesi uji coba dimulai, Aron Canet udah ngasih sinyal kalau dia bakal jadi ancaman serius. Pembalap asal Spanyol itu tampil impresif dan langsung ngunci pole position pertamanya musim ini dengan gaya yang meyakinkan banget. 

Di balapan pun dia nggak main-main start bagus, langsung ngacir di depan, dan mimpin balapan selama banyak lap.

Canet keliatan nyaman banget ngatur ritme balapan dan sukses nahan serangan dari para pesaingnya. Nggak heran kalau dia dianggap kandidat kuat buat naik podium tertinggi di Sirkuit Silverstone.

Tapi yang namanya balapan, selalu ada plot twist! Di lap terakhir, situasinya berubah total dan makin seru. 

Masuk ke sektor terakhir, Canet masih mimpin. Tapi tiba-tiba David Alonso coba nyodok dari dalam. 

Canet yang coba bertahan malah melebar, dan momen itu dimanfaatin dengan cerdas sama Senna Agius. Tanpa ragu, Agius nyalip dan berhasil merebut kemenangan!

Di tengah kekacauan itu, Diogo Moreira juga nggak mau ketinggalan. Dia ikut memanfaatkan celah dan berhasil finish di posisi ketiga. 

Sementara Canet, yang sempat dominan sepanjang balapan, harus puas finish keempat cuma terpaut setengah detik dari sang pemenang.

Meski harus kehilangan podium di detik-detik terakhir, Canet tetap bawa pulang 13 poin penting dari Silverstone. 

Nggak cuma itu, dia sekarang cuma terpaut 3 poin aja dari pemimpin klasemen sementara, Manuel Gonzalez, yang sayangnya harus DNF gara-gara crash di awal balapan.

Tim Fantic Racing Lino Sonego pun tetap mempertahankan posisi puncak di klasemen tim, berkat konsistensi duet Canet dan Baltus yang memang solid banget musim ini.

Canet sendiri ngaku kalau dia cukup puas, meski ada rasa kecewa karena kemenangan udah di depan mata. 

“Secara keseluruhan, hasilnya tetap positif, walaupun rasanya agak pahit. Hari ini sebenarnya kami punya semua yang dibutuhkan untuk menang. Aku udah kasih 100%, dan aku bangga soal itu,” ungkap Canet. 

“Mungkin aku bisa main aman dan ambil posisi dua, tapi itu gampang diomongin setelah balapan selesai. Yang jelas, aku tetap senang sama performa selama akhir pekan ini. Sekarang waktunya fokus ke Aragon.”

Hal senada juga disampaikan Roberto Locatelli, sang manajer tim Fantic Racing. Ia menegaskan kalau hasil ini tetap jadi bekal penting untuk seri-seri selanjutnya. 

“Meski hasilnya nggak sesuai harapan, kami tetap pulang dengan hasil yang positif. Ini kejuaraan yang panjang dan penuh kejutan. Yang jelas, kami tetap yakin bisa rebut kemenangan di seri berikutnya,” ujar Locatelli.

Balapan di Silverstone mungkin bukan akhir yang sempurna buat Aron Canet, tapi performanya jelas jadi bukti kalau dia siap bersaing di puncak klasemen. 

Dengan jarak poin yang tipis dan semangat yang masih tinggi, Aragon bakal jadi panggung seru selanjutnya buat pembalap Spanyol ini.

Kamis, 29 Mei 2025

Landon Donovan Buka Suara Soal Jabatan Kapten LA Galaxy yang Diambil David Beckham

Landon Donovan Buka Suara Soal Jabatan Kapten LA Galaxy yang Diambil David Beckham
Landon Donovan Buka Suara Soal Jabatan Kapten LA Galaxy yang Diambil David Beckham.

JAKARTA - Mantan bintang LA Galaxy, Landon Donovan, akhirnya angkat bicara soal momen kontroversial ketika ban kapten timnya diberikan kepada David Beckham saat sang megabintang datang dari Real Madrid di tahun 2007. 

Meski sudah berlalu lebih dari satu dekade, cerita ini kembali mencuat setelah Beckham menyebut hal itu sebagai satu-satunya penyesalan dalam kariernya sebagai pesepak bola.

Dalam acara Beckham & Friends Live yang tayang di CBS Sports, Beckham mengaku sebenarnya sempat menolak tawaran dari pemilik klub, Philip Anschutz, untuk mengambil ban kapten dari Donovan. 

Namun setelah mendapat kabar bahwa Donovan tak keberatan, Beckham akhirnya menerima jabatan tersebut.

“Satu minggu setelahnya, mereka bilang sudah bicara dengan Landon dan dia oke-oke aja,” kata Beckham. 

“Waktu saya tanya langsung ke Landon, dia juga bilang ‘Iya, nggak masalah’. Akhirnya saya terima ban kapten itu. Tapi jujur, itu penyesalan saya. Saya seharusnya nggak mengambilnya dari Landon.”

Komentar Beckham ini kemudian ditanggapi langsung oleh Donovan dalam wawancara dengan Sports Illustrated

Ia mengungkapkan bahwa sebenarnya ia tidak setuju dengan keputusan tersebut pada awalnya.

“Aku bilang ke pelatih, manajer umum, dan pemilik klub bahwa aku nggak setuju,” ujar Donovan. 

“Tapi di saat yang sama, aku juga sadar bahwa yang paling penting adalah tim ini menang. Kalau memberi jabatan kapten ke David bisa bantu tim menang, ya aku terima.”

Donovan juga menyampaikan bahwa ia mengapresiasi sikap Beckham yang secara terbuka mengakui penyesalannya.

“Itu membuat David lebih percaya diri saat gabung ke tim, dan otomatis memberi dia pengaruh besar di ruang ganti,” lanjut Donovan. 

“Meskipun prosesnya nggak langsung mulus, akhirnya itu jadi keputusan yang tepat. Kami bisa sukses dan menang bareng.”

Sebagai informasi, Beckham menjadi kapten LA Galaxy sampai tahun 2008. 

Setelah itu, Donovan kembali mengenakan ban kapten dari tahun 2009 hingga 2011. 

Keduanya kemudian membawa Galaxy meraih dua gelar juara MLS Cup secara beruntun pada 2011 dan 2012.

Kini, untuk menghormati kontribusi mereka, patung Donovan dan Beckham berdiri berdampingan di luar stadion LA Galaxy. 

Keduanya juga masuk dalam Ring of Honor klub penghargaan tertinggi untuk pemain legendaris Galaxy.

Donovan sendiri masih memegang rekor sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Galaxy, dengan 145 gol dan 136 assist di musim reguler. 

Ia juga memimpin dalam jumlah gol di babak playoff MLS (25 gol). 

Pada 2015, penghargaan Pemain Terbaik MLS resmi dinamai “Landon Donovan MVP Award” sebagai bentuk penghargaan atas warisannya.

Sementara itu, David Beckham kini menjabat sebagai presiden sekaligus pemilik bersama klub Inter Miami CF, yang akan ikut serta di ajang FIFA Club World Cup musim panas ini. 

Sedangkan Donovan baru-baru ini menjabat sebagai pelatih interim San Diego Wave FC di kompetisi NWSL tahun 2024.

Inter Miami Bungkam CF Montréal 4-2, Messi-Suárez Jadi Pahlawan di Tengah Krisis Cedera

Inter Miami Bungkam CF Montréal 4-2, Messi-Suárez Jadi Pahlawan di Tengah Krisis Cedera
Inter Miami Bungkam CF Montréal 4-2, Messi-Suárez Jadi Pahlawan di Tengah Krisis Cedera.

JAKARTA - Inter Miami berhasil mencatat kemenangan penting atas CF Montréal dengan skor 4-2 dalam laga yang penuh drama cedera, Sabtu malam waktu setempat. 

Meski sempat kelimpungan karena harus kehilangan beberapa pemain belakang, duet maut Lionel Messi dan Luis Suárez jadi penentu kemenangan The Herons.

Cedera Datang Bertubi-tubi, Tapi Miami Nggak Kendor

Baru masuk menit ke-12, Inter Miami sudah dipaksa melakukan pergantian pemain. Gonzalo Luján terlihat kesakitan dan harus ditarik keluar. Tomas Avilés langsung masuk gantikan posisinya. Belum sempat tenang, giliran Jordi Alba yang cedera dan digantikan David Martínez di menit ke-23. Waduh!

Kondisi ini jelas bikin Javier Mascherano pusing. Dua bek andalannya tumbang di babak pertama, padahal lawan kali ini bisa dibilang salah satu yang paling lemah di Wilayah Timur.

Messi Buka Gol, Tapi Drama Belum Selesai

Untungnya, Inter Miami punya Lionel Messi. Di menit ke-27, setelah Busquets sukses merebut bola dari Nathan Saliba, bola langsung dikirim ke Messi. Tanpa pikir panjang, Messi menembak ke tiang jauh dan GOL! Miami unggul 1-0.

Tapi cerita belum habis. Menjelang turun minum, Avilés juga tampak mengalami masalah. Meski lanjut main sampai babak pertama selesai, dia akhirnya ditarik keluar juga. Maxi Falcón masuk untuk isi posisi yang ditinggalkan.

Babak Kedua: Suárez ON FIRE!

Lanjut ke babak kedua, Miami nyaris kebobolan setelah Montréal punya peluang emas. Tapi kiper Oscar Ustari tampil sigap dengan penyelamatan ganda yang penting banget!

Beberapa menit kemudian, Messi kembali jadi kreator serangan. Dia memberikan umpan manja ke Suárez yang langsung diselesaikan jadi gol kedua. Dan nggak sampai di situ, Suárez lagi-lagi bikin gol kali ini lewat aksi individunya. Dalam waktu singkat, skor berubah jadi 3-0!

Montréal Nggak Menyerah, Tapi Messi Balas Lagi

Dante Sealy sempat membalaskan satu gol untuk Montréal, bikin skor jadi 3-1. Tapi Messi langsung membalas, cetak gol keduanya malam itu. Sayangnya, pertahanan Miami kembali lengah dan Montréal berhasil mencetak gol kedua lewat Victor Loturi. Skor akhir 4-2.

Pertahanan Masih Jadi PR Besar

Meski menang, Mascherano jelas harus cepat cari solusi buat lini belakang. Kebobolan dua gol dari tim paling lemah di klasemen bukan hal yang bisa dianggap sepele. Setelah unggul tiga gol, seharusnya tim bisa bermain lebih disiplin dan nggak kasih celah.

Rating Pemain Inter Miami vs CF Montréal (Formasi 4-4-2)

Inter Miami:

  • Oscar Ustari – 6.2

  • Ian Fray – 6.9

  • Gonzalo Luján – 6.4

  • Noah Allen – 6.2

  • Jordi Alba – 6.4

  • Tadeo Allende – 7.0

  • Federico Redondo – 6.8

  • Sergio Busquets – 7.9

  • Telasco Segovia – 7.0

  • Luis Suárez – 9.4

  • Lionel Messi – 9.2

Pemain Pengganti:

  • Tomas Avilés – 6.1

  • David Martínez – 6.5

  • Maxi Falcón – 6.1

  • Fafa Picault – 5.9

  • Benjamin Cremaschi – 6.1

CF Montréal:

  • Jonathan Sirois – 3.8

  • Joel Waterman – 6.2

  • George Campbell – 5.1

  • Jalen Neal – 6.5

  • Luca Petrasso – 5.4

  • Dante Sealy – 7.9

  • Victor Loturi – 8.2

  • Nathan Saliba – 6.4

  • Tom Pearce – 6.6

  • Giacomo Vrioni – 6.3

  • Prince Osei Owusu – 6.6

Pemain Pengganti:

  • Caden Clark – 7.2

  • Samuel Piette – 6.8

  • Jules-Anthony Vilsaint – 6.1

  • Aleksandr Guboglo – 6.4

  • Fernando Álvarez – 7.0

Man of the Match: Lionel Messi (9.2/10)

Meski diterpa badai cedera, Inter Miami tetap tampil solid di depan berkat duet Messi-Suárez yang luar biasa. Tapi pekerjaan rumah di lini belakang masih banyak banget. Mascherano harus cari cara biar pertahanan bisa lebih konsisten apalagi kalau lawan berikutnya lebih kuat dari Montréal.

Chelsea Juara Conference League! Maresca Minta Trofi Ini Jadi Awal Kebangkitan Klub

Chelsea Juara Conference League! Maresca Minta Trofi Ini Jadi Awal Kebangkitan Klub
Chelsea Juara Conference League! Maresca Minta Trofi Ini Jadi Awal Kebangkitan Klub.

JAKARTA - Chelsea sukses bikin sejarah baru setelah meraih gelar juara UEFA Conference League dengan mengalahkan Real Betis 4-1. Tapi buat pelatih Enzo Maresca, kemenangan ini bukan akhir justru jadi awal dari sesuatu yang lebih besar!

Dalam laga final yang digelar di Wroclaw, Polandia, Chelsea sempat tertinggal lebih dulu lewat gol Abde Ezzalzouli di babak pertama. Tapi The Blues bangkit dengan luar biasa di babak kedua, dipimpin oleh aksi brilian Cole Palmer yang memberi assist untuk Enzo Fernandez dan Nicolas Jackson. Dua gol tambahan dari Jadon Sancho dan Moises Caicedo melengkapi comeback dramatis ini.

Usai pertandingan, Maresca langsung mengungkapkan harapannya. Bukan cuma soal euforia kemenangan, tapi soal bagaimana Chelsea bisa menjadikan momen ini sebagai batu loncatan.

“Saya bangga banget, terutama buat para fans yang udah nunggu momen seperti ini selama dua atau tiga tahun,” ujar Maresca ke TNT Sports. “Tapi saya juga pengen ini jadi titik awal buat perjalanan yang lebih penting ke depannya.”

Dengan kemenangan ini, Chelsea jadi klub pertama yang berhasil mengoleksi semua gelar utama UEFA: Liga Champions, Liga Europa, Conference League, dan Piala Winners (yang sekarang udah nggak ada lagi). Selain itu, mereka juga jadi tim pertama dalam sejarah final Eropa yang punya empat pencetak gol berbeda sejak Real Madrid di final Liga Champions 2014.

Dan nggak cuma itu Chelsea juga sukses mematahkan dominasi tim Spanyol di final besar. Sebelumnya, tim-tim Spanyol udah mencatat 27 kemenangan beruntun di final turnamen seperti Piala Dunia, Euro, Liga Champions, dan Liga Europa.

Maresca juga mengakui bahwa timnya sempat tampil di bawah standar di babak pertama. Nggak heran, karena cuma dua hari sebelumnya mereka baru saja memastikan tiket ke Liga Champions lewat kemenangan atas Nottingham Forest.

“Kita terlalu terbawa suasana euforia setelah lawan Nottingham. Jadi pas babak pertama, kita kayak belum ‘nyala’. Tapi di babak kedua, kita benar-benar tampil beda,” jelas Maresca.

Dia juga sempat ngasih pesan penting ke para pemainnya setelah kemenangan atas Forest: “Apa yang sudah lewat, biarlah lewat. Sekarang kita fokus ke final.”

Salah satu kejutan di laga ini adalah keputusan Maresca mencadangkan sang kapten, Reece James. Tapi semua berubah saat James masuk di babak kedua dan memberi energi baru buat tim.

“Saya akan selalu mulai dengan Reece kalau bisa. Tapi saya juga harus jaga kondisi fisiknya. Dia pemain penting, seperti Cole Palmer,” kata Maresca.

Maresca berhasil menorehkan prestasi besar di musim pertamanya melatih klub Inggris, seperti yang pernah dilakukan Thomas Tuchel bareng Chelsea juga. Tapi yang bikin beda, Maresca nggak mau cepat puas.

Buat fans Chelsea, ini jelas jadi angin segar setelah musim-musim penuh cobaan. Tapi buat Maresca, ini bukan klimaks. Justru ini titik start.