Jelang Idul Adha 2025 di Kota Pontianak, Ini Dia Solusi Haji Munaji Untuk Stabilkan Harga Daging Sapi | Borneotribun.com

Sabtu, 03 Mei 2025

Jelang Idul Adha 2025 di Kota Pontianak, Ini Dia Solusi Haji Munaji Untuk Stabilkan Harga Daging Sapi

Jelang Idul Adha 2025 di Kota Pontianak, Ini Dia Solusi Haji Munaji Untuk Stabilkan Harga Daging Sapi
Anggota DPRD Kota Pontianak, Haji Munaji.

PONTIANAK – Bulan Ramadhan sudah berlalu, namun umat Islam di seluruh dunia kini mulai menantikan momentum lain yang tak kalah meriah: Hari Raya Idul Adha. 

Di Indonesia, perayaan ini bukan hanya sekadar ritual tahunan, melainkan momen istimewa yang menggabungkan ibadah haji dan tradisi berkurban. 

Namun, ada satu hal yang sering kali membuat masyarakat mengernyitkan dahi setiap menjelang Idul Adha: lonjakan harga daging sapi.

Prediksi Kementerian Agama menyebutkan bahwa Idul Adha 1446 Hijriah akan jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025. 

Meski begitu, tanggal pastinya masih menunggu hasil sidang isbat yang mempertimbangkan metode rukyatul hilal (pengamatan bulan sabit) dan hisab (perhitungan astronomi). 

Namun, satu hal yang sudah pasti adalah: harga daging sapi akan kembali menjadi sorotan utama.

Bagi warga tinggal di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, pasti nggak asing lagi dengan fenomena disparitas harga antara daging sapi segar dan daging beku. 

Anggota DPRD Kota Pontianak, Haji Munaji, bahkan sampai angkat bicara soal masalah ini. 

Menurut dia, harga daging sapi segar yang mencapai Rp140-150 ribu per kilogram membuat masyarakat lebih memilih daging beku yang harganya cuma Rp100 ribuan per kilogram.

“Perbedaan harga yang terlampau jauh ini bikin daging segar sulit bersaing di pasaran,” kata Haji Munaji. 

Nggak cuma itu, maraknya peredaran daging beku ilegal juga semakin memperparah situasi. Para peternak lokal pun kelimpungan karena produk mereka nggak laku dijual.

Ini Solusi Haji Munaji

Kalau ngomongin solusi, Haji Munaji langsung tancap gas. Dia menyarankan agar pemerintah segera menertibkan ritel kios daging yang tidak sesuai regulasi. 

Tujuannya? Biar harga bisa stabil dan masyarakat tidak dibuat bingung sama disparitas harga yang terlalu besar.

“Pemerintah harus menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk daging sapi segar dan daging beku. Dengan begitu, harga bisa lebih adil dan masyarakat punya pilihan,” tegas legislator Partai Demokrat ini.

Selain itu, Haji Munaji juga mengusulkan pembukaan keran impor sapi siap potong dari berbagai daerah. 

Saat ini, kebutuhan daging di Kalimantan Barat belum bisa sepenuhnya dipenuhi oleh produksi lokal. 

Oleh karena itu, impor dinilai sebagai langkah strategis untuk menambah stok daging dan menekan harga.

Namun, Haji Munaji menegaskan bahwa kebijakan impor nggak boleh terfokus pada satu daerah saja. 

“Kebijakan impor harus dibuka secara luas agar distribusi lebih merata dan mencegah monopoli,” ujarnya.

Optimisme Haji Munaji terhadap solusi ini cukup beralasan. Ia percaya bahwa jika kebijakan HET diterapkan secara efektif. 

Maka harga daging sapi segar bisa kembali stabil seperti sebelum merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sempat membuat harga daging melonjak drastis. Saat itu, harga daging sapi segar berkisar Rp125 ribu per kilogram.

“Kalau harga stabil, disparitas antara daging segar dan daging beku nggak akan terlalu jauh. Masyarakat pun akan cenderung memilih daging segar karena lebih terjangkau,” ujar Haji Munaji.

Solusi ini bukan cuma soal menstabilkan harga, tapi juga memberdayakan para petani dan peternak lokal. 

Dengan kebijakan yang tepat, mereka bisa bersaing di pasar tanpa harus khawatir tergilas oleh daging beku ilegal.

Idul Adha bukan sekadar ritual tahunan. Bagi umat Islam, hari raya ini adalah momentum untuk berbagi kepada sesama melalui kurban. 

Namun, ketika harga daging melambung tinggi, banyak masyarakat yang kesulitan untuk mengikuti tradisi ini.

Oleh karena itu, upaya pemerintah dalam menstabilkan harga daging menjadi sangat krusial. 

Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga soal keberlangsungan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam Idul Adha. 

Bayangkan kalau harga daging terus melonjak, apakah makna berbagi dalam kurban masih bisa dirasakan oleh semua orang?

Menyongsong Idul Adha 2025, pemerintah dituntut untuk lebih proaktif dalam mengantisipasi lonjakan harga daging. 

Selain menetapkan HET, langkah-langkah strategis seperti pengawasan distribusi daging beku ilegal dan optimalisasi produksi lokal juga perlu ditingkatkan.

Bagi masyarakat, Idul Adha adalah momen spesial yang patut disambut dengan sukacita. 

Namun, tanpa kebijakan yang tepat, momen ini bisa berubah menjadi beban ekonomi. Untuk itulah, kolaborasi antara pemerintah, peternak, dan konsumen menjadi kunci sukses dalam menyambut hari raya penuh berkah ini.

Biar nggak kena drama harga daging melonjak, simak tips berikut ini:
  • Beli daging secukupnya sesuai kebutuhan : Jangan boros, beli aja yang benar-benar kamu butuhkan.
  • Cermati harga daging segar dan beku di pasar : Bandingkan harga biar nggak kena mark-up.
  • Pertimbangkan alternatif protein lain : Ayam atau ikan juga enak kok buat menu Idul Adha.
  • Ikuti program subsidi atau distribusi daging murah dari pemerintah : Manfaatin program-program yang ada.

Idul Adha 2025 masih beberapa bulan lagi, tapi isu-isu seputar harga daging sudah mulai mengemuka. 

Dengan solusi konkret yang diajukan oleh Haji Munaji, diharapkan stabilitas harga daging dapat terwujud. 

Sebab, di balik perayaan Idul Adha, ada nilai-nilai luhur yang harus tetap terjaga demi kebahagiaan bersama.

"Semoga Idul Adha 2025 menjadi momentum keberkahan bagi seluruh umat Islam di muka bumi ini,” Haji Munaji memungkasi.

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.