Pontianak - Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, menegaskan bahwa kemampuan literasi digital menjadi kunci penting bagi generasi muda Dayak dalam menghadapi tantangan globalisasi yang semakin kompleks dan dinamis.
"Mahasiswa, anak muda sekarang, tidak sadar bahwa teknologi itu ada di dalam saku celana mereka. Ada di dalam tas mereka. Tapi kalau tidak dibarengi pemahaman dan literasi yang cukup, teknologi bisa menjadi pisau bermata dua," kata Krisantus saat memberikan sambutan dalam sebuah seminar kepemudaan yang digelar bertepatan dengan perayaan Pekan Gawai Dayak di Pontianak, Senin.
Menurut Krisantus, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan ruang tanpa batas, di mana setiap orang, termasuk generasi muda Dayak, dapat mengakses informasi dari seluruh dunia hanya dalam genggaman tangan. Namun, kemudahan ini juga menghadirkan tantangan besar apabila tidak diimbangi dengan literasi digital yang baik.
Ia menekankan pentingnya memahami konsep literasi digital agar generasi muda tidak terjebak dalam arus informasi negatif, berita bohong, ujaran kebencian, hingga potensi terpapar paham radikalisme yang bertebaran di media digital.
"Kalau tidak dibekali dengan pemahaman dan literasi digital, kita bisa hancur. Kita bisa terjerat masalah hukum, bisa terjerumus dalam paham-paham yang menyimpang, bahkan bisa kehilangan arah," tuturnya.
Krisantus juga menyinggung perubahan besar yang terjadi antar generasi. Ia membandingkan perjalanan pendidikannya yang penuh keterbatasan dengan kemudahan yang dinikmati anak muda saat ini. Dari harus berjalan kaki puluhan kilometer ke sekolah, hingga menggunakan sepeda ontel menyusuri jalan kerikil, Krisantus mengingatkan bahwa kemajuan zaman harus dimanfaatkan secara bijak.
"Dulu kami jalan kaki 10 kilometer untuk sekolah. Sekarang sekolah ada di depan mata. Bahkan universitas pun mudah dijangkau. Jadi tidak ada alasan anak Dayak tidak bisa kuliah atau menjadi sarjana," katanya.
Ia menegaskan bahwa peluang menjadi pemimpin, termasuk di level nasional, sangat terbuka bagi siapa saja, termasuk dari kalangan Dayak. Namun peluang tersebut hanya bisa diraih dengan bekal pendidikan dan literasi yang cukup, termasuk literasi digital.
Lebih jauh, Krisantus menyampaikan bahwa teknologi digital seharusnya menjadi sarana produktif, seperti membuka peluang usaha, memperluas jaringan, hingga meningkatkan kompetensi pribadi.
"Sekarang, buka toko tidak perlu punya ruko. Cukup dengan ponsel, kita bisa jual produk orang lain, asal kreatif. Belajar bahasa asing, memahami ekonomi dunia, semua bisa lewat gawai," kata Krisantus.
Dalam kesempatan itu, Krisantus juga mengajak generasi muda Dayak untuk menjaga dan melestarikan budaya, termasuk lewat pemanfaatan teknologi digital. Ia mengusulkan agar nilai-nilai budaya Dayak seperti tradisi kepomang, peralatan pertanian tradisional, hingga ritual adat dapat didokumentasikan dan dibukukan, sehingga tidak hilang ditelan zaman.
"Kalau tidak kita dokumentasikan, tidak kita bukukan, maka generasi milenial tidak akan tahu bagaimana leluhur kita dulu berjuang," katanya.
Ia menutup sambutan dengan pesan agar para orang tua di kampung tetap menyekolahkan anak-anak mereka semaksimal mungkin, sebab pendidikan adalah bekal utama untuk menghadapi masa depan.
"Tuhan sudah gariskan kita jadi apa, tapi belum kita ketahui. Tapi satu hal pasti: tidak mungkin jadi anggota DPRD, tidak mungkin jadi Wakil Gubernur kalau tidak sekolah. Maka anak-anak harus disekolahkan," kata dia.
Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS