Pontianak - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengajak semua pihak untuk bersama-sama menghapus ego sektoral dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Barat.
"Pelaksanaan Apel Siaga ini merupakan langkah strategis seluruh pemangku kepentingan di Kalimantan Barat untuk mampu melaksanakan quick response bilamana terjadi bencana karhutla," kata Raja Juli Antoni saat memimpin Apel Siaga Karhutla di halaman Kantor Gubernur Kalbar, Kamis.
Turut hadir mendampingi Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar, Wakil Gubernur Kalbar Krisantus Kurniawan, Anggota Komisi IV DPR RI Syarif Abdullah Alkadrie, serta jajaran pejabat Kementerian Kehutanan.
Dalam arahannya, Menhut Raja Juli Antoni mengingatkan bahwa kolaborasi lintas sektor merupakan kunci utama dalam menekan angka karhutla di wilayah yang kaya akan kawasan hutan dan lahan gambut ini.
Ia menekankan pentingnya meruntuhkan tembok ego sektoral antara lembaga, kementerian, maupun antara pemerintah pusat dan daerah.
"Tiga aspek sangat penting, pertama kolaborasi dan koordinasi yang makin baik antara pemerintah pusat dan daerah, antarkementerian dan lembaga, BMKG, TNI, Polri, dan unsur masyarakat. Tembok-tembok ego sektoral kalau masih ada, mohon segera diruntuhkan," tuturnya.
Raja Juli menilai bahwa jika ego sektoral dibiarkan, maka yang menjadi korban utama adalah masyarakat luas. Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya memperkuat sinergi demi melindungi rakyat dari dampak buruk bencana karhutla.
"Semua rakyat Indonesia akan jadi korban jika kita gagal mencegah karhutla. Kolaborasi adalah kunci keberhasilan kita menurunkan angka karhutla secara signifikan," katanya.
Selain kolaborasi, Raja Juli menekankan pentingnya penegakan hukum yang efektif sebagai bagian dari langkah pencegahan karhutla. Ia meminta aparat tidak ragu menindak pelaku pembakaran hutan dan lahan sesuai hukum yang berlaku.
Tak kalah penting, ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam pencegahan karhutla. Ia mengingatkan kembali peristiwa kelam ketika kabut asap menyelimuti Kalbar selama berminggu-minggu, yang menyebabkan terganggunya aktivitas penerbangan, pendidikan, dan memburuknya kesehatan masyarakat.
"Betapa sedih dan nestapanya kondisi saat Kalbar diselimuti asap. Bandara di Pontianak pernah ditutup hampir sebulan, banyak orang tua kita sesak napas, anak-anak tidak bisa sekolah. Jangan main-main dengan api," kata dia.
Menteri Kabinet Merah Putih itu juga mengajak seluruh pihak untuk tidak lengah dalam memasuki musim kemarau, dan menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk menekan angka karhutla melalui pendekatan yang menyeluruh, mulai dari edukasi, teknologi pemantauan, hingga aksi lapangan terpadu.
Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS