Berita Borneotribun.com: Konflik Thailand-Kamboja Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Konflik Thailand-Kamboja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Konflik Thailand-Kamboja. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 Juli 2025

Thailand dan Kamboja Sepakat Berdamai Tanpa Syarat, Perang Perbatasan Resmi Dihentikan

Thailand dan Kamboja Sepakat Berdamai Tanpa Syarat, Perang Perbatasan Resmi Dihentikan
Thailand dan Kamboja Sepakat Berdamai Tanpa Syarat, Perang Perbatasan Resmi Dihentikan.

Putrajaya, Malaysia – Setelah ketegangan selama berminggu-minggu di wilayah perbatasan, akhirnya Thailand dan Kamboja sepakat melakukan gencatan senjata tanpa syarat untuk mengakhiri konflik bersenjata. Kesepakatan damai ini diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, pada Senin, (28/7/2025), di Putrajaya.

Konflik di perbatasan Thailand-Kamboja sempat memanas dan menimbulkan korban jiwa serta kerusakan infrastruktur di beberapa titik strategis. Namun, melalui pendekatan diplomatik dan mediasi intensif dari Malaysia, kedua negara akhirnya duduk bersama untuk mencari solusi damai.

Pertemuan penting tersebut dihadiri langsung oleh Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Kedua pemimpin bertatap muka secara resmi di kediaman Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, di Putrajaya, ibu kota administratif negara tersebut.

Pertemuan bersejarah ini berlangsung pada Senin, 28 Juli 2025, dan menghasilkan keputusan penting untuk melakukan gencatan senjata segera tanpa syarat. Artinya, tidak ada prasyarat politik atau militer yang diajukan salah satu pihak semua dilakukan demi menghentikan pertumpahan darah dan menjaga stabilitas kawasan.

Kesepakatan damai ini dicapai di Putrajaya, Malaysia, yang menjadi tempat netral dan simbol komitmen Asia Tenggara untuk menjaga perdamaian regional. Anwar Ibrahim memainkan peran penting sebagai tuan rumah dan mediator dalam perundingan tersebut.

Perang di perbatasan bukan hanya berdampak bagi militer kedua negara, tetapi juga terhadap masyarakat sipil yang tinggal di wilayah konflik. Aktivitas ekonomi lumpuh, sekolah ditutup, dan ribuan orang harus mengungsi. Gencatan senjata ini menjadi harapan baru untuk memulai kembali kehidupan yang normal di perbatasan dan mencegah eskalasi lebih lanjut.

Menurut pernyataan resmi dari pemerintah Malaysia, gencatan senjata akan dimulai segera dan disertai dengan pembentukan tim pemantau bersama dari ASEAN guna memastikan kedua belah pihak mematuhi kesepakatan. Proses ini juga akan melibatkan dialog lanjutan mengenai batas wilayah, kerja sama ekonomi lintas negara, dan upaya pembangunan kembali wilayah terdampak.

Dalam konferensi pers usai pertemuan, Anwar Ibrahim menegaskan bahwa stabilitas regional adalah tanggung jawab bersama. “Kita tidak boleh membiarkan konflik kecil berkembang menjadi perang besar. Hari ini, kita semua telah menunjukkan bahwa diplomasi bisa menjadi jalan keluar terbaik dari konflik,” ujarnya.

Sabtu, 26 Juli 2025

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas.

DUNIA - Ketegangan di kawasan perbatasan Thailand-Kamboja kembali pecah menjadi konflik bersenjata yang mematikan. 

Lima prajurit Thailand gugur dalam tugas menjaga kedaulatan tanah air di tengah baku tembak hebat yang terjadi sejak 24 Juli 2025 di sekitar candi bersejarah Prasat Ta Muen Thom dan Prasat Preah Vihear.

Bentrokan Bersenjata Meletus di Kawasan Candi Perbatasan

Situasi genting dimulai ketika pasukan Kamboja melancarkan serangan mendadak ke pos militer Thailand yang dikenal dengan sebutan “Moo Pa” di sekitar Prasat Ta Muen Thom pada Rabu, 24 Juli 2025. 

Lokasi ini berada di garis perbatasan yang selama ini menjadi sengketa antara kedua negara.

Belum cukup sampai di situ, pada pagi harinya (25 Juli), pasukan Kamboja kembali melanjutkan serangan dengan menggunakan senjata berat, menargetkan posisi militer Thailand di sekitar Prasat Preah Vihear. 

Serangan ini disebut sebagai upaya Kamboja untuk merebut wilayah strategis di Bukit 469 yang menjadi titik kunci pertahanan militer Thailand.

Artileri dan roket ditembakkan secara intensif ke arah titik pertahanan Thailand di wilayah Chan Bok dan celah-celah perbukitan lainnya yang merupakan jalur penting dalam operasi militer perbatasan.

Jet Tempur Thailand Dikerahkan untuk Misi Serangan Udara Terbatas

Melihat intensitas serangan yang makin meningkat, Angkatan Udara Thailand segera mengirimkan 4 unit jet tempur F-16 ke area konflik. 

Operasi udara dilakukan dalam dua gelombang untuk menjalankan misi BAI (Battlefield Air Interdiction), yaitu misi serangan terbatas guna memutus pasokan senjata dan menghentikan serangan dari pihak lawan.

Sasaran utama operasi ini adalah kawasan Preah Vihear dan Phu Makuea di Distrik Kantharalak, Provinsi Sisaket—yang menjadi titik-titik vital dalam konflik terbaru ini. 

Operasi udara juga menargetkan peluncur roket BM-21 dan meriam artileri yang digunakan oleh militer Kamboja.

Lima Prajurit Thailand Gugur dalam Tugas Negara

Konflik ini membawa duka mendalam bagi seluruh rakyat Thailand. Lima prajurit muda gugur sebagai pahlawan dalam pertempuran sengit di perbatasan. 

Nama mereka kini dikenang sebagai simbol keberanian dan pengorbanan demi menjaga kedaulatan Thailand.

1. Prajurit Dua Waranchit Yuangsuwan (Nong Max)

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Prajurit Dua Waranchit Yuangsuwan (Nong Max)

Prajurit yang akrab disapa “Nong Max” adalah anggota militer dari Batalyon Infanteri ke-13, bagian dari Komando Militer Daerah 210. Ia gugur saat bertugas di garis depan sekitar Desa Non Wanchai, Kecamatan Sao Thong Chai, Distrik Kantharalak, Provinsi Sisaket.

Nong Max menjadi korban ledakan serpihan peluru artileri saat menjalankan tugas pada sore hari 24 Juli 2025. Ia meninggal dunia saat mempertahankan garis pertahanan negara dari gempuran militer Kamboja.

2. Sersan Mayor Tawatchai Bupha (Toh)

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Sersan Mayor Tawatchai Bupha (Toh)

Keesokan harinya (25 Juli), pasukan Kamboja kembali menggempur pos militer Thailand di lokasi yang dikenal sebagai “Pos Fahlun”. Serangan tersebut menewaskan Sersan Mayor Tawatchai Bupha, tentara dari Unit Artileri Lapangan ke-6 Batalyon 106.

Sekolah menengah tempat ia pernah menimba ilmu, yaitu Sekolah Menengah Nomsaklao Nonthaburi, turut menyampaikan belasungkawa melalui media sosial dan mengenang jasa almarhum sebagai alumnus yang berdedikasi tinggi terhadap tanah air.

3. Sersan Jirayu Sing-on (Nong James)

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Sersan Jirayu Sing-on (Nong James)

Sersan Jirayu baru menikah tiga tahun yang lalu dan dikenal sebagai sosok suami serta anak yang penyayang. Beberapa hari sebelum keberangkatannya ke medan tugas di sekitar Prasat Ta Kuai, ia sempat merayakan ulang tahun ibunya dengan penuh cinta. Namun, takdir berkata lain. Ia gugur dalam serangan saat bertugas menjaga perbatasan.

Sang istri, melalui akun Facebook-nya bernama “Joom Boom”, membagikan foto terakhir mereka berdua dengan caption yang menyentuh hati:
"Aku tahu kamu telah menjalankan tugasmu sebaik mungkin. Aku mencintaimu sepenuh hatiku."
Unggahan tersebut mendapat ribuan dukungan dan doa dari masyarakat Thailand.

4. Sersan Nopadol Boonlert (Nong Ton)

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Sersan Nopadol Boonlert (Nong Ton)

Sersan Nopadol merupakan anggota Kompi Lintas Udara Jarak Jauh ke-6 di bawah Divisi Infanteri ke-6. Ia menjadi salah satu korban gugur dalam pertempuran hebat yang terjadi di sekitar Prasat Ta Kuai.

5. Sersan Krisada Noikot

Lima Prajurit Thailand Gugur Saat Pertempuran di Perbatasan Kamboja Thailand Terus Memanas
Sersan Krisada Noikot

Bersama Sersan Nopadol, Sersan Krisada juga berasal dari satuan elit yang sama. Ia turut menjadi korban gugur dalam pertempuran mempertahankan garis perbatasan dari invasi militer Kamboja.

Satu Prajurit Thailand Luka Serius

Selain lima prajurit yang gugur, satu anggota militer lainnya mengalami luka berat dalam pertempuran tersebut, yaitu Sersan Suttichai Ruearueang. Saat ini, ia sedang dirawat secara intensif oleh tim medis militer.

Rakyat Thailand Berduka: Ucapan Belasungkawa dan Penghormatan Membanjiri Media Sosial

Kepergian lima pahlawan ini disambut dengan kesedihan dan penghormatan mendalam dari seluruh penjuru negeri. 

Di media sosial, ribuan netizen menyampaikan rasa kehilangan, mengirim doa, serta mengekspresikan rasa bangga terhadap para prajurit yang telah mengorbankan nyawa demi bangsa.

Pihak keluarga, rekan sejawat, sekolah asal para prajurit, dan institusi militer Thailand pun memberikan penghormatan dan dukungan moral bagi para keluarga korban. 

Mereka tak hanya kehilangan anggota keluarga, tapi juga kehilangan sosok pahlawan sejati.

Evakuasi Warga Sipil Masih Berlangsung di Sekitar Titik Konflik

Pemerintah daerah dan militer Thailand kini masih terus melanjutkan proses evakuasi terhadap warga sipil yang tinggal di sekitar garis pertempuran. 

Ratusan warga telah dievakuasi ke tempat aman untuk menghindari risiko tembakan artileri dan serangan darat dari pihak lawan.

Kementerian Pertahanan Thailand juga mengimbau seluruh warga di daerah perbatasan untuk tetap waspada, mengikuti perintah evakuasi, dan tidak kembali ke rumah mereka hingga kondisi dinyatakan benar-benar aman.

7 Maskapai Thailand Tambah Kursi Penerbangan untuk Evakuasi Warga dari Kamboja Akibat Konflik Perbatasan

7 Maskapai Thailand Tambah Kursi Penerbangan untuk Evakuasi Warga dari Kamboja Akibat Konflik Perbatasan
7 Maskapai Thailand Tambah Kursi Penerbangan untuk Evakuasi Warga dari Kamboja Akibat Konflik Perbatasan.

Bangkok, 25 Juli 2025 — Situasi panas di perbatasan antara Thailand dan Kamboja mendorong pemerintah Thailand bergerak cepat. Dalam upaya menyelamatkan warganya yang saat ini berada di wilayah Kamboja, Kementerian Transportasi Thailand mengambil langkah cepat dengan menginstruksikan tujuh maskapai penerbangan nasional untuk menambah kapasitas kursi dan bersiaga 24 jam guna mendukung proses evakuasi.

Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Transportasi Thailand, Suriya Jungrungreangkit, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengadakan rapat koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk menyusun strategi evakuasi dan memastikan semua maskapai siap menjalankan tugas kemanusiaan ini.

Langkah Cepat Pemerintah Thailand Hadapi Situasi Darurat

Kondisi yang tidak stabil di kawasan perbatasan membuat banyak warga Thailand di Kamboja merasa tidak aman. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Thailand menunjukkan kesigapan dengan menyusun langkah strategis untuk memastikan proses pemulangan berlangsung cepat, aman, dan terorganisir.

Suriya menginstruksikan Kritchanon Aiyapanya, Asisten Menteri sekaligus juru bicara Kementerian Transportasi, serta Marsekal Muda Manat Chuanaprayun selaku Direktur Jenderal Otoritas Penerbangan Sipil Thailand (CAAT), untuk mengatur pertemuan dengan 7 maskapai nasional Thailand. Koordinasi ini juga melibatkan Kementerian Luar Negeri Thailand untuk mendukung diplomasi dan penanganan langsung di lapangan.

Daftar 7 Maskapai Thailand yang Terlibat dalam Misi Evakuasi

Tujuh maskapai nasional yang siap mendukung proses evakuasi ini adalah:

  1. Thai Airways

  2. Thai AirAsia

  3. Bangkok Airways

  4. Thai VietJet Air

  5. Thai Lion Air

  6. Thai AirAsia X

  7. Nok Air

Dari ketujuh maskapai tersebut, empat di antaranya telah melayani rute reguler Bangkok–Kamboja, antara lain:

  • Thai Airways: 16 penerbangan per minggu, kapasitas 180 penumpang/penerbangan

  • Thai AirAsia: 28 penerbangan per minggu, kapasitas 180 penumpang/penerbangan

  • Bangkok Airways: 40 penerbangan per minggu, kapasitas 70–180 penumpang/penerbangan

  • Thai VietJet Air: 16 penerbangan per minggu, kapasitas 180 penumpang/penerbangan

Sementara itu, tiga maskapai lainnya menyatakan kesiapan penuh untuk membuka rute tambahan atau memperkuat armada, guna mendukung pemulangan warga Thailand dari wilayah Kamboja.

Penerbangan Tambahan Dimulai 25 Juli 2025

Mulai 25 Juli 2025, ketujuh maskapai tersebut akan menambah jumlah kursi dan frekuensi penerbangan dari Kamboja ke Thailand. Ini sebagai langkah konkret pemerintah Thailand untuk memastikan semua warganya bisa kembali dengan selamat dan nyaman, terutama yang berada di zona konflik atau area berisiko.

Selain itu, semua maskapai diminta untuk menyusun rencana tanggap darurat dan protokol keselamatan guna menghadapi segala kemungkinan yang mungkin muncul di lapangan.

Untuk warga Thailand yang ingin kembali ke tanah air, pemerintah mempersilakan untuk menghubungi Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh melalui nomor darurat: +855 77 888 114. Layanan tersebut tersedia 24 jam dan siap memberikan informasi, bantuan logistik, serta koordinasi langsung dengan pihak maskapai.

Pemantauan Ketat oleh Kementerian Transportasi Thailand

Suriya menekankan bahwa seluruh unit kerja di bawah Kementerian Transportasi Thailand kini siaga penuh dan melakukan pemantauan real-time selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk memastikan tidak ada warga Thailand yang terabaikan, serta menjamin proses evakuasi berjalan mulus, aman, dan efisien.

“Keselamatan rakyat Thailand adalah prioritas utama. Kami tidak akan membiarkan satu pun warga kami terjebak dalam situasi berbahaya tanpa bantuan,” tegas Suriya kepada media.

Latar Belakang Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja

Dalam beberapa pekan terakhir, ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat tajam. Beberapa insiden bentrokan militer dilaporkan terjadi di area perbatasan kedua negara, memicu kekhawatiran warga sipil dan menciptakan instabilitas regional. Beberapa infrastruktur di dekat perbatasan juga mengalami kerusakan, dan ada laporan korban luka dari pihak sipil.

Pemerintah Thailand pun mengambil pendekatan diplomatis dengan tetap menjaga hubungan bilateral, sambil tetap memastikan keselamatan warganya menjadi yang utama.

Dampak Ekonomi dan Diplomatik

Konflik ini tidak hanya berpengaruh pada keamanan, tetapi juga berdampak pada sektor ekonomi, pariwisata, dan perdagangan antara Thailand dan Kamboja. Jika ketegangan terus berlanjut, dikhawatirkan akan menurunkan minat investor, membatasi lalu lintas barang, serta memperburuk hubungan dagang yang selama ini cukup erat antara kedua negara.

Karena itu, langkah cepat pemerintah Thailand dalam melakukan evakuasi juga dimaksudkan untuk menekan risiko ekonomi dan menjaga stabilitas hubungan internasional.

Momen ini juga menjadi pengingat penting bagi seluruh warga Thailand yang sedang berada di luar negeri. Penting untuk selalu mendaftarkan diri di kedutaan besar Thailand di negara tempat tinggal, serta menyimpan kontak darurat agar dapat dengan mudah dihubungi saat terjadi keadaan darurat seperti konflik, bencana alam, atau kerusuhan politik.

Pemerintah Thailand Bergerak Cepat, Warga Diharapkan Tenang

Krisis yang terjadi di perbatasan Thailand-Kamboja kini ditangani secara serius oleh pemerintah Thailand. Dengan kerja sama antar kementerian, Otoritas Penerbangan Sipil, dan tujuh maskapai nasional, proses evakuasi kini berjalan dengan lancar.

Bagi warga Thailand di Kamboja, pemerintah mengimbau untuk tetap tenang, waspada, dan mengikuti arahan resmi. Proses pemulangan telah disiapkan secara matang dan dikoordinasikan langsung oleh para pejabat tinggi.

Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja

Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja
Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja.

Chanthaburi, Thailand (25 Juli 2025) — Pemerintah Thailand secara resmi menetapkan status darurat militer di beberapa wilayah penting yang berbatasan langsung dengan Kamboja, termasuk provinsi Chanthaburi dan Trat. Langkah ini diambil sebagai respons atas meningkatnya ketegangan militer dan dugaan adanya agresi bersenjata dari pihak Kamboja di sepanjang garis perbatasan.

Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Komando Pertahanan Perbatasan Chanthaburi-Trat, menyusul laporan situasi keamanan yang kian memanas di perbatasan timur Thailand. Dalam keterangannya, otoritas militer menekankan bahwa keputusan ini merupakan bentuk upaya nyata untuk melindungi kedaulatan negara, menjaga integritas wilayah, serta melindungi keselamatan rakyat Thailand dari ancaman luar negeri.

Ancaman dari Perbatasan Memaksa Thailand Ambil Sikap Tegas

Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja memang bukan hal baru. Namun, dalam beberapa hari terakhir, situasinya semakin memburuk dengan munculnya laporan mengenai penggunaan senjata dan kekuatan militer oleh pihak Kamboja. Dugaan serangan tersebut memicu kekhawatiran besar dari militer Thailand, yang kemudian memutuskan untuk menerapkan status darurat militer demi mengamankan kawasan terdampak.

Langkah ini disebut sebagai upaya preventif dan responsif atas serangkaian insiden yang dikhawatirkan akan mengancam stabilitas nasional. Pihak militer menyatakan bahwa keterlibatan angkatan bersenjata, kepolisian, hingga elemen sipil sangat diperlukan dalam menghadapi potensi konflik bersenjata yang melibatkan kekuatan asing.

Daerah yang Terdampak Status Darurat Militer

Dalam pengumuman resmi militer Thailand, dijelaskan secara rinci wilayah mana saja yang kini berada di bawah status darurat militer. Wilayah tersebut terbagi dalam dua bagian utama:

Bagian 1: Provinsi Chanthaburi

  • Distrik Mueang Chanthaburi

  • Distrik Tha Mai

  • Distrik Makham

  • Distrik Laem Sing

  • Distrik Kaeng Hang Maeo

  • Distrik Na Yai Am

  • Distrik Khao Khitchakut

Bagian 2: Provinsi Trat

  • Distrik Khao Saming

Penerapan status ini berlaku mulai saat diumumkan, tanpa batas waktu yang jelas, dan akan disesuaikan dengan perkembangan situasi keamanan di lapangan.

Dasar Hukum Penerapan Darurat Militer

Pemberlakuan status darurat militer ini merujuk pada kewenangan Konstitusi Kerajaan Thailand Pasal 176 Ayat 2, serta Undang-Undang Darurat Militer Thailand (B.E. 2457). Militer Thailand juga merujuk pada keputusan Dewan Reformasi Demokratis di bawah Monarki Konstitusional, yang sebelumnya pernah menerapkan darurat militer secara nasional pada 19 September 2006.

Seiring dengan waktu, status darurat di berbagai wilayah telah dicabut maupun disesuaikan. Namun, dalam konteks konflik terbaru ini, militer Thailand menganggap penting untuk kembali menggunakan undang-undang darurat militer sebagai bentuk perlindungan terhadap ancaman luar negeri.

Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja
Thailand Umumkan Darurat Militer di Wilayah Perbatasan Chanthaburi dan Trat Akibat Ketegangan dengan Kamboja.

Mengapa Wilayah Chanthaburi dan Trat Jadi Fokus Utama?

Letak geografis Chanthaburi dan Trat yang berada tepat di perbatasan langsung dengan wilayah barat Kamboja membuat kedua provinsi ini menjadi titik rawan dalam situasi geopolitik antara kedua negara. Sepanjang sejarah, konflik kecil hingga ketegangan besar seringkali muncul di wilayah ini, baik karena perbedaan interpretasi batas wilayah maupun persoalan militer lainnya.

Wilayah-wilayah ini memiliki posisi strategis dalam mempertahankan garis pertahanan Thailand bagian timur. Dengan infrastruktur militer dan pos penjagaan yang aktif, Chanthaburi dan Trat menjadi ujung tombak Thailand dalam menghadapi kemungkinan ancaman dari luar.

Respons Pemerintah dan Masyarakat

Langkah pengumuman darurat militer ini menuai beragam tanggapan dari masyarakat. Banyak warga yang menyuarakan kekhawatiran atas kemungkinan pecahnya konflik bersenjata, sementara sebagian lainnya menyatakan dukungan atas keputusan pemerintah demi menjaga keselamatan warga sipil.

Pihak militer memastikan bahwa kehidupan masyarakat sipil akan tetap berjalan seperti biasa, namun dengan adanya beberapa penyesuaian seperti pembatasan pergerakan, peningkatan pengawasan keamanan, dan kemungkinan pemeriksaan tambahan di pos-pos militer.

Dukungan dan Koordinasi Nasional

Pemerintah pusat Thailand menyatakan bahwa pihaknya mendukung penuh langkah militer dalam menetapkan status darurat militer di wilayah yang dianggap berisiko. Koordinasi lintas lembaga, termasuk antara Kementerian Pertahanan, Kepolisian Nasional, dan otoritas lokal, telah ditingkatkan guna menjamin pelaksanaan kebijakan berjalan lancar.

Selain itu, pemerintah juga mengimbau warga di wilayah perbatasan untuk tetap tenang, tidak menyebarkan informasi yang belum diverifikasi, serta melaporkan segala aktivitas mencurigakan kepada pihak berwenang.

Potensi Dampak Ekonomi dan Sosial

Meski tujuannya adalah untuk menjaga keamanan nasional, status darurat militer di wilayah perbatasan juga berpotensi berdampak pada kegiatan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat. Kegiatan perdagangan lintas batas, sektor pariwisata lokal, hingga distribusi barang bisa mengalami penurunan akibat ketatnya pengawasan militer.

Namun pihak berwenang berjanji akan melakukan penyesuaian agar aktivitas masyarakat tetap bisa berjalan, meski di bawah pengawasan ketat. Beberapa program bantuan sosial dan penguatan ketahanan pangan juga sedang dipersiapkan untuk mengantisipasi dampak jangka menengah.

Ketegangan Masih Berlanjut, Dialog Diplomatik Diharapkan

Hingga saat ini, belum ada informasi resmi dari pihak Kamboja terkait tuduhan penggunaan kekuatan bersenjata terhadap wilayah Thailand. Namun banyak pihak berharap agar ketegangan ini tidak berkembang menjadi konflik militer terbuka.

Masyarakat internasional, termasuk ASEAN, diharapkan turut andil dalam memediasi dan meredakan ketegangan antara kedua negara tetangga ini. Dialog diplomatik, penguatan kerja sama lintas batas, serta komitmen terhadap perdamaian kawasan menjadi kunci untuk menyelesaikan permasalahan yang tengah berlangsung.

Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian

Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian
Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian.

DUNIA - Perbatasan Thailand dan Kamboja kembali menjadi sorotan dunia internasional. Pada 25 Juli 2025, konflik militer antara kedua negara memuncak, memaksa ribuan warga sipil Thailand untuk mengungsi demi keselamatan. 

Tentara Kerajaan Thailand dari Wilayah Angkatan Darat ke-2 melaporkan perkembangan terbaru dari garis depan dan menyerukan Kamboja untuk menghentikan tindakan agresif serta kembali ke jalur diplomasi.

Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian
Situasi Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas di Perbatasan: Ribuan Warga Dievakuasi, Tentara Thailand Serukan Perdamaian.

Apa yang Sebenarnya Terjadi di Perbatasan Thailand-Kamboja?

Konflik yang terjadi di perbatasan Thailand-Kamboja bukanlah hal baru, namun kali ini eskalasinya lebih serius. Pada Jumat sore, 25 Juli 2025 pukul 16.00 waktu setempat, pihak militer Thailand—melalui Pusat Operasi Wilayah Angkatan Darat ke-2—mengeluarkan pernyataan resmi terkait situasi pertempuran yang berlangsung di berbagai titik perbatasan kedua negara.

Menurut laporan resmi tersebut, Kamboja diduga mencoba menduduki wilayah milik Thailand. Upaya ini bahkan disebut-sebut akan dibawa ke Mahkamah Internasional oleh pihak Kamboja. Namun, militer Thailand mendesak agar Kamboja menghentikan aksi sepihak tersebut dan segera kembali ke meja perundingan untuk menyelesaikan perselisihan secara damai.

Kronologi Ketegangan: Serangan Terjadi Sejak Pagi Hari

Ketegangan meningkat sejak pagi hari, tepatnya pukul 08.30. Menurut laporan, pasukan Kamboja memulai serangan dengan mengerahkan infanteri, tank, dan senjata jarak jauh untuk mendekati dan menyerang posisi militer Thailand. Tujuannya adalah menekan dan memaksa pasukan Thailand mundur.

Beberapa titik yang menjadi pusat pertempuran di antaranya:

  • Sam Tae dan Chong Ta Thao

  • Prasat Ta Muen dan Chong Bok

  • Chong Anma dan Cham Tae

  • Wat Kaeo di daerah Phra Wihan

  • Phu Makhuea

  • Chong Chom dan Prasat Ta Kwai

  • Prasat Ta Muen Thom

Serangan tidak hanya bersifat sepihak. Militer Thailand melakukan perlawanan dengan meluncurkan serangan balasan menggunakan artileri berat dan sistem peluncur roket BM-21. Di beberapa daerah seperti Prasat Ta Kwai dan Prasat Ta Muen Thom, pasukan Thailand bahkan harus mengubah strategi pertahanan karena adanya peningkatan jumlah pasukan musuh yang signifikan.

Evakuasi Massal: Lebih dari 63 Ribu Warga Sipil Mengungsi

Salah satu dampak terbesar dari konflik ini adalah evakuasi besar-besaran warga sipil. Wilayah-wilayah di dekat perbatasan menjadi terlalu berbahaya untuk ditinggali karena rentetan tembakan artileri dan potensi pertempuran lanjutan.

Berikut data jumlah pengungsi berdasarkan provinsi:

  • Provinsi Buriram: 4.813 orang dievakuasi ke lokasi aman

  • Provinsi Surin: 21.646 warga dievakuasi ke 20 titik pengungsian

  • Provinsi Sisaket: 26.511 orang dievakuasi dari 43 titik

  • Provinsi Ubon Ratchathani: 10.476 orang dari 67 titik

Total ada 63.446 warga sipil yang telah dipindahkan dari zona konflik ke tempat penampungan yang lebih aman.

Dampak Langsung di Wilayah Sipil: Rumah Hancur, Warga Ketakutan

Meskipun belum ada laporan korban jiwa hingga saat ini, sejumlah wilayah sipil mengalami kerusakan akibat jatuhnya peluru artileri. Beberapa wilayah yang terdampak antara lain:

  • Tambon Ta Miang, Bak Dai, dan Chik Daek di Distrik Phanom Dong Rak, Surin

  • Tambon Si Wichian di Distrik Nam Yuen, Ubon Ratchathani – 4 rumah rusak

  • Tambon Rung, Mueang, dan Nong Ya Lat di Distrik Kantharalak, Sisaket

Warga di daerah ini mengaku ketakutan dengan dentuman senjata yang terus terdengar sepanjang hari. Banyak dari mereka yang meninggalkan rumah tanpa sempat membawa harta benda.

Peran Relawan dan Dapur Umum: Solidaritas Kemanusiaan di Tengah Konflik

Dalam situasi genting ini, solidaritas masyarakat dan pemerintah setempat menjadi pilar penting. Lebih dari 3.200 relawan dikerahkan ke empat provinsi utama yang terdampak konflik. Para relawan membantu mengevakuasi warga, menyiapkan tempat penampungan, memindahkan barang-barang penting, serta memberikan informasi yang akurat kepada publik.

Selain itu, dapur umum atau “Dapur Kerajaan” didirikan di beberapa lokasi strategis:

  • Buriram: Stadion Chang Arena

  • Surin: Kampus Isan Universitas Teknologi Rajamangala, Universitas Rajabhat Surin, dan Kantor Administratif Kecamatan Chuepleng

  • Sisaket: Sekolah Teknik Kantharalak dan Sekolah Trakat Pracha Samakkhi

  • Ubon Ratchathani: Kantor Distrik Det Udom

Dapur-dapur ini menyediakan makanan gratis, air bersih, serta kebutuhan dasar lainnya bagi para pengungsi.

Pernyataan Resmi Militer Thailand: Kami Tidak Menyerang, Kami Membela

Dalam pernyataannya, Wilayah Angkatan Darat ke-2 menegaskan bahwa pihak Thailand tidak pernah memulai konflik. Mereka menyebut bahwa tindakan militer yang dilakukan adalah bentuk pembelaan atas kedaulatan negara dari invasi Kamboja.

Thailand juga menolak klaim Kamboja bahwa negara gajah putih itu telah melanggar batas wilayah. Mereka menuding Kamboja justru yang berusaha mengambil alih wilayah Thailand secara sepihak dengan mengajukan sengketa ke Mahkamah Internasional.

Pihak militer Thailand menyerukan agar Kamboja menghentikan segala bentuk provokasi dan agresi, serta kembali ke jalur diplomatik sebagai sesama negara ASEAN yang bertetangga.

Situasi di perbatasan Thailand-Kamboja masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Namun, harapan tetap ada. Pemerintah dan masyarakat internasional mendorong agar kedua negara menahan diri dan menyelesaikan sengketa secara damai melalui forum regional seperti ASEAN atau jalur diplomatik bilateral.

Keamanan kawasan Asia Tenggara sangat bergantung pada stabilitas kedua negara ini. Jika konflik ini tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin akan berdampak pada ekonomi, perdagangan lintas batas, hingga hubungan politik di kawasan.

Menlu Thailand Sampaikan di PBB: Kamboja Langgar Kedaulatan dan Serang Warga Sipil Termasuk Rumah Sakit

Menlu Thailand Sampaikan di PBB: Kamboja Langgar Kedaulatan dan Serang Warga Sipil Termasuk Rumah Sakit
Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sengyampong.

New York, 25 Juli 2025 — Situasi memanas di kawasan Asia Tenggara antara Thailand dan Kamboja kini semakin menyita perhatian dunia internasional. Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sengyampong, yang saat ini sedang berada di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, menyampaikan bahwa Thailand telah menjadi korban serangan terlebih dahulu oleh pihak Kamboja. Pernyataan tersebut disampaikan dalam forum tingkat tinggi PBB yang tengah berlangsung.

Maris, yang memimpin delegasi Thailand dalam Forum Politik Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Berkelanjutan 2025 (High-Level Political Forum on Sustainable Development / HLPF 2025), menegaskan bahwa negaranya tidak memulai konflik. Justru sebaliknya, Thailand diserang terlebih dahulu dan wilayah kedaulatannya dilanggar secara terang-terangan oleh militer Kamboja. Lebih memprihatinkan lagi, serangan itu menyasar wilayah sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas umum yang digunakan warga Thailand.

Latar Belakang Kehadiran Menlu Thailand di Markas PBB

Forum HLPF 2025 merupakan salah satu agenda tahunan penting di lingkungan PBB yang bertujuan mengevaluasi dan mempercepat pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) menuju tahun 2030. Delegasi Thailand, yang dipimpin oleh Menteri Maris, hadir dalam forum tersebut sejak Senin, 21 Juli 2025.

Namun, kehadiran Maris di forum internasional ini bukan hanya dalam kapasitas membahas pembangunan berkelanjutan. Konflik bersenjata yang baru saja pecah di perbatasan antara Thailand dan Kamboja menempatkan posisi Thailand di tengah sorotan dunia. Maris memanfaatkan momentum ini untuk memberikan klarifikasi langsung kepada anggota PBB mengenai situasi sebenarnya di lapangan.

Thailand Tegaskan Tidak Memulai Serangan

Menurut juru bicara pemerintah Thailand, Jirayu Huangsap, yang menyampaikan informasi resmi kepada publik pada Rabu (24 Juli 2025), pemerintah Thailand akan melakukan komunikasi strategis dengan berbagai pihak di dalam dan luar negeri. Ia menyatakan bahwa Maris dijadwalkan akan mengadakan video konferensi dengan pihak-pihak terkait di dalam negeri pada pukul 18.00 WIB.

Pertemuan itu bertujuan untuk membahas skenario evakuasi warga Thailand yang berada di wilayah Kamboja, terutama para pekerja dan investor asal Thailand. Selain itu, Maris juga akan menyampaikan rencana komunikasi diplomatik yang akan dibawa ke forum PBB, dengan fokus utama menjelaskan bahwa militer Kamboja telah melakukan pelanggaran terhadap hukum internasional.

Serangan Menyasar Wilayah Sipil dan Melanggar Hukum Internasional

Dalam laporan resmi yang disampaikan Jirayu, disebutkan bahwa terdapat bukti nyata yang menunjukkan militer Kamboja menargetkan wilayah sipil. Serangan yang terjadi pada pagi hari itu mengarah ke rumah sakit dan fasilitas umum lainnya. Aksi tersebut bukan hanya melanggar kedaulatan Thailand, tetapi juga mencederai prinsip-prinsip kemanusiaan yang dijunjung dalam konvensi internasional.

Pemerintah Thailand kini tengah menyusun dokumen pendukung dan bukti-bukti untuk diserahkan kepada Dewan Keamanan PBB serta forum-forum HAM internasional guna mengusut lebih lanjut pelanggaran tersebut.

Diplomasi Aktif Thailand di Tengah Ketegangan Regional

Kehadiran Maris di forum PBB kali ini menjadi sangat strategis. Selain memperkuat posisi Thailand dalam diplomasi multilateral, pemerintah juga berharap komunitas internasional dapat memahami secara objektif posisi Thailand dalam konflik yang tengah berlangsung.

Thailand menyatakan tetap berkomitmen pada perdamaian, namun tidak akan tinggal diam jika kedaulatan negaranya dilanggar secara brutal. Langkah diplomasi ini juga sejalan dengan arahan Perdana Menteri Thailand yang meminta semua kementerian dan lembaga untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan, termasuk evakuasi besar-besaran jika situasi di perbatasan memburuk.

Respons Dunia Internasional Dinantikan

Sejauh ini, berbagai negara anggota PBB mulai menyoroti perkembangan konflik di Asia Tenggara tersebut. Beberapa negara menyatakan keprihatinan mendalam dan menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri serta segera membuka jalur dialog.

Namun, dengan adanya laporan pelanggaran hukum perang dan serangan ke area sipil, tekanan internasional tampaknya mulai mengarah kepada pemerintah Kamboja agar memberikan penjelasan dan menghentikan segala bentuk agresi terhadap Thailand.

Evakuasi Warga Thailand di Kamboja Jadi Prioritas

Salah satu poin penting dalam pembahasan internal pemerintah Thailand adalah perlindungan terhadap warga negara yang berada di Kamboja. Data sementara mencatat bahwa terdapat ribuan warga Thailand yang tinggal atau bekerja di negara tetangga tersebut, termasuk dalam sektor investasi dan pariwisata.

Langkah-langkah evakuasi darurat tengah dipersiapkan dengan melibatkan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, serta Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh. Pemerintah juga menghimbau warga Thailand yang berada di Kamboja untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera melapor ke kantor perwakilan jika membutuhkan bantuan.

Pesan Thailand untuk Dunia: Hormati Hukum Internasional dan Kemanusiaan

Di tengah ancaman eskalasi konflik yang lebih luas, Thailand terus mengedepankan pendekatan damai dan mengingatkan pentingnya menjaga prinsip-prinsip hukum internasional. Serangan ke wilayah sipil seperti rumah sakit tidak hanya melanggar hukum perang, tetapi juga mencoreng nilai-nilai dasar kemanusiaan yang dijaga oleh komunitas global.

Thailand menyerukan agar seluruh anggota PBB mengambil sikap tegas terhadap segala bentuk pelanggaran tersebut dan turut mendukung upaya de-eskalasi melalui jalur diplomatik.

Jumat, 25 Juli 2025

Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi

Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi
Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi.

DUNIA - Thailand dan Kamboja kembali memanas. Bentrokan berdarah di perbatasan kedua negara menewaskan sedikitnya 12 orang pada Kamis, 24 Juli 2025. Ketegangan yang sudah berlangsung lebih dari satu abad kini memasuki babak baru yang lebih serius.

Simak penjelasan lengkap mengenai mengapa konflik ini terjadi, apa yang dipertaruhkan, dan ke mana arah konflik Thailand-Kamboja selanjutnya.

1. Apa yang Terjadi?

Pada Kamis (24/07), tentara Thailand dan Kamboja terlibat dalam bentrokan di wilayah perbatasan yang disengketakan. Menurut otoritas Thailand, sedikitnya 12 orang tewas dalam insiden ini. Peristiwa ini menandai salah satu eskalasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara.

Thailand langsung menutup perbatasan dan melakukan evakuasi terhadap warganya. Kamboja pun memutuskan hubungan diplomatik sambil menuduh Thailand menggunakan “kekuatan berlebihan”.

2. Di Mana Lokasi Bentrokan?

Bentrokan terjadi di kawasan perbatasan antara Provinsi Buriram, Thailand, dan wilayah timur laut Kamboja. Daerah ini memang sejak lama menjadi titik panas karena klaim wilayah yang tumpang tindih, terutama di sekitar Kuil Preah Vihear yang kaya sejarah.

3. Mengapa Thailand dan Kamboja Bertempur?

Konflik ini berakar dari sengketa perbatasan yang telah berlangsung sejak era kolonial. Setelah penjajahan Prancis di Kamboja, batas wilayah yang ditetapkan menjadi sumber perdebatan hingga hari ini.

Pada 2008, Kamboja mencoba mendaftarkan Kuil Preah Vihear sebagai situs warisan dunia UNESCO, yang memicu ketegangan dengan Thailand. Sejak itu, bentrokan bersenjata kerap terjadi secara sporadis.

Bentrokan terbaru diduga dipicu oleh insiden pada Mei lalu, saat seorang tentara Kamboja tewas dalam pertempuran kecil. Sejak saat itu, hubungan bilateral kedua negara mencapai titik terendah dalam satu dekade.

4. Siapa yang Terlibat dan Bagaimana Respons Kedua Negara?

  • Thailand memperkuat militer di sepanjang perbatasan dan mengevakuasi warga di zona konflik.

  • Kamboja menghentikan impor dari Thailand, termasuk buah-buahan, sayur, listrik, dan layanan internet.

Perdana Menteri Thailand sementara, Phumtham Wechayachai, menyatakan bahwa situasi ini “sangat sensitif” dan harus ditangani sesuai hukum internasional.

Sementara itu, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyebut negaranya “tidak punya pilihan selain merespons agresi dengan kekuatan bersenjata”.

5. Bagaimana Sejarah Hubungan Thailand-Kamboja?

Konflik ini bukan hal baru. Dalam 70 tahun terakhir, tercatat beberapa momen penting ketegangan:

  • 1958 & 1961: Kamboja memutus hubungan diplomatik akibat sengketa kuil.

  • 2003: Thailand evakuasi warganya setelah kerusuhan anti-Thailand di Phnom Penh.

  • 2008 & 2011: Bentrokan militer pecah di sekitar Kuil Preah Vihear.

  • 2009: Thailand turunkan hubungan diplomatik karena Kamboja mendukung Thaksin Shinawatra.

6. Apa yang Mungkin Terjadi Selanjutnya?

Meski tensi tinggi, banyak pengamat meyakini bahwa konflik ini tidak akan berkembang menjadi perang besar-besaran. Namun, ada beberapa faktor yang membuat situasi semakin rumit:

  • Kamboja dipimpin oleh Hun Manet, yang belum sepenuhnya memiliki otoritas seperti ayahnya, Hun Sen.

  • Thailand dipimpin koalisi yang lemah, dan Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra kini dalam posisi terancam setelah diskors Mahkamah Konstitusi, menyusul bocornya percakapan pribadi oleh Hun Sen.

Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi
Update Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Kronologi, Respons Politik, dan Prediksi.

Dengan dua pemimpin yang belum sepenuhnya stabil, risiko kesalahpahaman dan eskalasi tetap tinggi. Namun, ada juga ruang untuk dialog diplomatik dan mediasi internasional jika keduanya memilih jalur damai.

Konflik Thailand-Kamboja adalah konflik kompleks yang diwarnai sejarah panjang, ego politik, dan nasionalisme. Saat ini, kedua negara berada di persimpangan jalan: melanjutkan konfrontasi atau menempuh penyelesaian damai.

Masyarakat internasional dan negara-negara ASEAN diharapkan ikut mendorong dialog, bukan konflik. Karena pada akhirnya, rakyat sipil di perbatasanlah yang paling merasakan dampaknya.

Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur

Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur
Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur.

DUNIA - Kamboja kembali memanaskan ketegangan di kawasan Asia Tenggara. Pada Kamis, 24 Juli 2025, tentara Kamboja dilaporkan melancarkan serangan ke wilayah militer Thailand yang berada di area perbatasan. Insiden ini menandai babak baru dalam konflik panjang antara kedua negara.

Serangan militer ini dilaporkan terjadi setelah ketegangan diplomatik meningkat tajam sehari sebelumnya. Pada Rabu malam, 23 Juli, Pemerintah Thailand mengusir Duta Besar Kamboja dan menarik pulang seluruh diplomatnya dari wilayah Nomf. Langkah ini diambil sebagai respons atas tuduhan bahwa Kamboja telah menanam ranjau di wilayah perbatasan, yang mengakibatkan lima anggota patroli militer Thailand terluka.

Kapan Serangan Terjadi?

Menurut informasi dari pihak militer Thailand, konflik fisik dimulai pada Kamis pagi sekitar pukul 03.35 waktu setempat. Saat itu, pasukan Thailand yang berjaga di kompleks Kuil Tamwen mendeteksi keberadaan drone milik militer Kamboja.

Enam prajurit Kamboja bersenjata lengkap, termasuk pembawa granat, terlihat mendekat ke pagar perbatasan Pos Thailand. Pihak militer Thailand mengaku telah memberikan peringatan secara verbal kepada mereka. Namun, peringatan itu diabaikan sehingga bentrokan tak terelakkan.

Sebagai bentuk balasan, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk melakukan serangan udara terhadap posisi pasukan Kamboja.

Mengapa Ketegangan Ini Bisa Terjadi?

Sumber utama konflik ini berasal dari sengketa wilayah yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Kedua negara berselisih paham soal klaim atas kawasan yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, sebuah daerah strategis yang kaya akan situs cagar budaya berupa kompleks candi kuno.

Masalah ini kembali memanas setelah Thailand menuduh Kamboja melakukan pelanggaran batas wilayah dengan memasang ranjau darat secara ilegal. Tindakan tersebut dianggap provokatif dan membahayakan stabilitas kawasan.

Di Mana Lokasi Konflik Terjadi?

Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur
Serangan Tentara Kamboja ke Wilayah Militer Thailand di Perbatasan, Thailand Kirim Jet Tempur.

Wilayah yang terdampak konflik berada di sekitar Provinsi Bhante Menki, tepatnya dekat kota berkembang pesat bernama Madia Poipet, yang berbatasan langsung dengan Thailand. Lokasinya yang strategis membuat wilayah ini menjadi titik rawan sengketa antar dua negara.

Hingga saat artikel ini ditulis, belum ada laporan resmi terkait jumlah korban jiwa dari kedua belah pihak. Namun ketegangan terus meningkat dengan adanya pengerahan pasukan tambahan di sepanjang perbatasan. Pemerintah Thailand telah memperketat pengamanan di seluruh pos perbatasan dan menyerukan agar masyarakat tetap tenang namun waspada.

Sementara itu, pihak internasional, termasuk ASEAN dan PBB, mulai menyerukan gencatan senjata dan dialog terbuka antara kedua negara untuk mencegah konflik berskala lebih luas.

Ketegangan Memuncak! Thailand dan Kamboja Terlibat Bentrokan Bersenjata di Perbatasan

Ketegangan Memuncak! Thailand dan Kamboja Terlibat Bentrokan Bersenjata di Perbatasan
Cambodian soldiers near Preah Vihear Temple in Cambodia's Preah Vihear province, bordering Thailand, in 2012 [File: Mak Remissa/EPA]

DUNIA - Thailand dan Kamboja kembali terlibat konflik bersenjata di wilayah perbatasan yang disengketakan. 

Insiden ini terjadi pada Kamis, 24 Juli 2025, dan langsung memicu kekhawatiran dunia internasional akan potensi eskalasi konflik yang lebih besar di kawasan Asia Tenggara.

Bentrokan dimulai pada Kamis pagi, saat pasukan Kamboja dilaporkan melepaskan tembakan ke arah pangkalan militer Thailand yang berada dekat Kuil Tamuentom. 

Kawasan ini memang menjadi sengketa lama antara Provinsi Surin (Thailand) dan ODAR Meanchey (Kamboja).

Sebagai balasan, militer Thailand langsung mengerahkan jet tempur F-16 dan meluncurkan serangan udara ke beberapa target militer Kamboja. 

Pihak Thailand mengklaim berhasil menghancurkan dua unit pendukung militer Kamboja dalam serangan tersebut.

Insiden ini terjadi hanya sehari setelah seorang tentara Thailand kehilangan kaki akibat ledakan ranjau darat di kawasan yang sama. 

Serangkaian peristiwa ini membuat hubungan antara kedua negara memburuk drastis, bahkan menyentuh titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam insiden bentrokan ini, sedikitnya dua tentara Thailand terluka, sementara tiga warga sipil ikut menjadi korban setelah pasukan Kamboja diduga menembakkan senjata ke wilayah sipil di Distrik Kapoeng. 

Dua rumah sakit di Provinsi Surin bahkan mulai mengevakuasi pasien sebagai bentuk antisipasi akan kemungkinan korban tambahan.

Letnan Jenderal Mali Suceta, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, menyatakan bahwa serangan mereka adalah tindakan balasan terhadap serangan mendadak dari pihak Thailand. 

Sementara itu, Perdana Menteri Hun Manet secara tegas menyebut bahwa Thailand telah menyerang posisi militer Kamboja di dua provinsi, dan menyebut negaranya tidak punya pilihan lain selain membalas agresi bersenjata tersebut. 

Ia tetap menyerukan agar warga Kamboja tetap tenang di tengah situasi memanas ini.

Sebagai langkah tegas, Thailand langsung menurunkan hubungan diplomatiknya dengan Kamboja. 

Pemerintah Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh, sekaligus mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok. 

Langkah ini menunjukkan bahwa krisis ini tidak hanya berdampak di lapangan militer, tetapi juga menyentuh ranah politik dan hubungan bilateral kedua negara.

Belum ada tanda-tanda meredanya konflik ini. Meski belum ada pernyataan resmi dari komunitas internasional, banyak pihak berharap kedua negara bisa segera menahan diri dan menyelesaikan perselisihan melalui jalur diplomatik. 

Namun, dengan kondisi saat ini, situasi masih sangat dinamis dan berpotensi memburuk jika tidak ditangani secara hati-hati.