Berita Borneotribun.com: Tradisi Hari ini -->
Tampilkan postingan dengan label Tradisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tradisi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Februari 2024

Pilihan Wisata Menarik untuk Rayakan Tahun Baru Imlek, Destinasi Seru untuk Keluarga di 2024

Pilihan Wisata Menarik untuk Rayakan Tahun Baru Imlek, Destinasi Seru untuk Keluarga di 2024
Pilihan Wisata Menarik untuk Rayakan Tahun Baru Imlek, Destinasi Seru untuk Keluarga di 2024. (Gambar Ilustrasi)
JAKARTA - Tahun Baru Imlek 2024 disambut dengan antusiasme tinggi, menjadi momen berharga bagi keluarga untuk berkumpul dan menikmati berbagai aktivitas bersama. Sandra Darmosumarto Sr, PR Manager tiket.com, menggarisbawahi pentingnya menghabiskan waktu bersama keluarga dalam suasana yang berbeda untuk menciptakan kenangan tak terlupakan.

"Liburan singkat selama akhir pekan dapat menjadi kesempatan emas untuk menikmati kekayaan budaya dan tradisi Imlek yang kental di destinasi domestik maupun internasional sambil merelaksasi jiwa dan raga," ujar Sandra Darmosumarto Sr.

Sandra memberikan beberapa rekomendasi tempat istimewa untuk menikmati Imlek dengan suasana yang berbeda. Di antaranya adalah:

1. Pecinan Bangkok, Thailand: 

Pecinan Bangkok (Yaowarat) menawarkan suasana otentik Tionghoa di Thailand. Pengunjung dapat menikmati pemandangan kota Bangkok dari Sungai Chao Phraya bersama Chao Phraya Princess Cruise sambil menikmati makan malam mewah dan pertunjukan hiburan langsung.

2. Kuala Lumpur, Malaysia: 

Aquaria KLCC menawarkan koleksi biota laut yang menakjubkan di pusat kota Kuala Lumpur. Malamnya, pengunjung dapat menikmati kehidupan malam di sekitar kota untuk merasakan kehidupan malam Malaysia yang ramai.

3. Surabaya, Jawa Timur: 

Kota ini akan menampilkan perayaan Imlek yang berbeda dengan ornamen liong naga raksasa sepanjang 20 meter di Balai Kota Surabaya. Selain perayaan, Surabaya juga menawarkan tradisi, hiburan, dan kuliner khas Tiongkok yang menarik.

4. Gardens by the Bay, Singapura: 

Di Singapura, wisatawan dapat menikmati pemandangan lampion yang menakjubkan di Gardens by the Bay, serta mendalami kekayaan budaya Tionghoa di Chinatown Heritage Centre dan Kuil Thian Hock Keng.

5. Singkawang, Kalimantan Barat: 

Kota ini dikenal dengan budaya Tionghoa yang kental, terutama saat perayaan Imlek. Festival Cap Go Meh yang digelar di Singkawang menampilkan ribuan lampion yang mempercantik jalanan, serta tradisi dan pertunjukan budaya yang menarik.

6. Pantai Indah Kapuk, Jakarta: 

Di ibu kota, masyarakat dapat menikmati keindahan Pantai Indah Kapuk (PIK) yang terkenal dengan perayaan meriah Imlek. Selain itu, ada beragam kuliner khas Imlek dan atraksi indoor seperti Playtopia PIK Avenue yang menawarkan pengalaman seru untuk semua usia.

Melalui berbagai destinasi ini, masyarakat dapat merayakan Tahun Baru Imlek dengan cara yang istimewa dan meriah, serta menikmati kekayaan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masing-masing tempat.

Jumat, 07 Oktober 2022

Peserta Ba'ayun Maulud di Tapin Kalsel tembus 4.400 orang

Peserta Ba'ayun Maulud di Tapin Kalsel tembus 4.400 orang
Potret suasana baayun maulid 2019 lalu di Masjid Al Mukaramah Desa Banua Halat Kiri, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan (BorneoTribune/ANTARA / Muhammad Fauzi Fadilah)

Banjarmasin, Kalsel - Masyarakat Banua Halat di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan kembali menggelar tradisi Ba'ayun Maulud yang diagendakan, Sabtu, 8 Oktober 2022 di Masjid Keramat Al-Mukarramah, diikuti  ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia tercatat dalam peristiwa bersejarah itu.


Bupati Tapin HM Arifin Arpan usai melakukan kunjungan ke Desa Banua Halat memastikan saat ini persiapan dari panitia sudah mantap.


"Saat ini tenda-tenda dan nomor peserta dan ayunan telah dipasang oleh pihak panitia," ujarnya di Tapin, Jum'at.


Baayun Mulud adalah kegiatan tradisi mengayun bayi atau anak sambil membaca syair maulid.


Catatan pihak panitia pelaksana, saat ini tidak kurang dari 4.400 orang telah terdaftar mengikuti tradisi bahari yang salah satunya memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam saat 12 Rabiul Awal.


"Peserta paling jauh ada rombongan yang dari Lombok, Semarang, Jakarta. Saat ini jumlah pendaftar ada 4.401 orang, malam ini terakhir pendaftaran," ujar Kepala Desa Banua Halat Kanan sekaligus panitia pelaksana Ahmad Suriansyah.


Peserta tertua dan termuda ada yang berumur 100 tahun lebih dan tujuh hari. Kegiatan tersebut, kata dia, sejak era 2000 ini tidak hanya diikuti oleh anak-anak, namun juga orang dewasa.


Peserta yang ikut dalam perayaan kegembiraan di momentum kelahiran Nabi Muhammad itu, kata dia, ada juga yang menunaikan hajat atau janji diri setelah tujuan hidup berhasil.


Besok, kata dia, pelaksanaan Ba'ayun Maulud dimulai setelah masyarakat di lima desa di wilayah itu selesai melaksanakan kegiatan maulid di rumah masing-masing.


Kegiatan ini terakhir dilaksanakan pada 2019 atau sebelum COVID-19 melanda, tahun itu tercatat menyerap 4.960 peserta dari berbagai daerah di Indonesia datang ke Tapin.


Sekilas tentang Ba'ayun Maulud ini, kata dia, pada 2008 tradisi itu tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI), dengan peserta terbanyak se-Indonesia pada kegiatan budaya yang pernah ada.


"Waktu itu ada sekitar 1.500 orang yang ikut Ba'ayun Maulud," ujarnya.


Menyusul itu, pada 2015 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan Ba'ayun Maulud mendapat penghargaan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.


Oleh : Muhammad Fauzi Fadilah

Editor: Yakop

Minggu, 07 Agustus 2022

Petani Di Kledung Temanggung Gelar "Ruwat Rigen" Jelang Panen Tembakau

Bupati Temanggung M. Al Khadziq (kiri) menyiramkan air ke rigen dalam ruwat rigen yang diselenggarakan petani di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Minggu (7/8/2022).
Bupati Temanggung M. Al Khadziq (kiri) menyiramkan air ke rigen dalam ruwat rigen yang diselenggarakan petani di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Minggu (7/8/2022).

BorneoTribun, Temanggung - Petani di lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu, menggelar tradisi "ruwat rigen" menjelang panen tembakau.

Ruwat rigen diawali dengan arak-arakan peserta dari 13 desa di Kecamatan Kledung dari lapangan Desa Kledung menuju Rest Area Kledung yang dipimpin oleh masing-masing kepala desa. Setiap desa membawa rigen serta nasi tumpeng dan ingkung.

Rigen adalah anyaman bambu berbentuk segi empat yang digunakan petani untuk mengeringkan tembakau.

Ketua Panitia Ruwat Rigen Basori Setyawan mengatakan ruwat rigen merupakan tradisi masyarakat petani tembakau. Sebelum melaksanakan panen tembakau, mereka mengadakan ruwat rigen.

Rigen dibersihkan dengan mencucinya dengan air dari Sendang Kamulyan, katanya.

Ia menyampaikan tujuan dari kegiatan ini sebenarnya masyarakat ingin berkumpul bersama, berdoa kepada Allah SWT agar panen tembakau tahun ini mendapatkan hasil yang maksimal, mendapatkan banyak rezeki, berkah dan berkah.

Pada rigen ruwat, Bupati Temanggung M. Al Khadziq secara simbolis menuangkan air ke rig yang dibawa masing-masing desa.

Bupati Temanggung M. Al Khadziq mengatakan, masyarakat Kecamatan Kledung menggelar hajatan menjelang panen tembakau yang dikemas secara tradisional dengan ruwat rigen.

"Ruwat rigen adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tembakau, segala sesuatu yang berhubungan dengan panen tembakau," katanya.

Ia menjelaskan, rigen merupakan salah satu alat untuk mengolah tembakau. Jadi kegiatan ini sebagai bentuk harapan masyarakat agar panen tembakau tahun ini bisa berjalan lancar, hasilnya bagus dan harganya juga bagus sehingga menjadi rezeki bagi masyarakat.

Khadziq mengatakan bahwa segala upaya dalam bertani tembakau dilakukan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Tradisi seperti ini membuktikan kedekatan masyarakat Temanggung antara ikhtiar dan do'a kepada Allah SWT.

(SDM/ANT)

Rabu, 08 Juli 2020

Gawai Dayak Nosu Minu Podi Ke - XVI Di Sanggau Berlangsung Sederhana


Fhoto : Bupati Sanggau, Paolus Hadi

BORNEOTRIBUN I SANGGAU - Gawai Dayak Nosu Minu Podi ke XVI tingkat Kabupaten Sanggau di Rumah Adat Dori Mpulor berlangsung sederhana,  karena di tengah pandemi Covid19, acara tak bisa berlangsung secara normal, tidak ada pesta rakyat, yang di laksanakan hanya ritual adat yang menandai perayaan puncak event budaya tahunan di Kabupaten Sanggau itu.

Rangkaian Gawai Nosu Minu Podi ke XVI di tengah pandemi Covid19 kali ini relatif singkat. Diawali dengan ritual Nosu Minu Podi di ladang yang berlokasi tidak jauh dari Dori Mpulor, dilanjutkan dengan ritual Mpokant Podagi di rumah adat Dayak dan penanaman berbagai jenis pohon terutama pohon Ulin atau kayu Belian.

Sekjend Dewan Adat Dayak Kabupaten Sanggau, Urbanus, mengatakan,
"Ritualnya kami berdoa kepada Tuhan, tetapi doanya menggunakan bahasa Dayak. Jadi benih padi yang diambil dari ladang itu diangkat semangatnya setinggi-tingginya lalu dibawa ke lumbung yang ada rumah adat ini dengan iringan doa sepanjang perjalanan ". Paparnya.

Sesampai di lumbung, benih padi kembali didoakan agar ketika nanti ditanam, bibit ini menghasilkan padi yang subur dengan hasil yang melimpah.

Kendati Gawai Dayak Nosu Minu Podi ke XVI dilaksanakan secara sederhana, namun Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Sanggau Yohanes Ontot mengharapkan, ini tidak menyurutkan semangat masyarakat Dayak untuk terus melestarikan tradisi yang sudah dilakukan turun temurun tersebut.

"Inti gawai ini kan Nosu Minu Podi, nah acara yang lain-lain dilakukan setelah acara inti. Dalam kondisi pandemi Covid19 ini, acara pesta rakyat bersama masyarakat adat Dayak dari 15 kecamatan se Kabupaten Sanggau tidak bisa dilaksanakan ". Kata Yohanes Ontot.

Ia meminta masyarakat adat tidak berkecil hati karena Gawai Dayak Nosu Minu Podi tahun ini hanya ritual adat saja. Sebab menurutnya, sebagai masyarakat adat yang punya tanggung jawab melindungi seluruh komponen adat di Kabupaten Sanggau, masyarakat Dayak harus mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.

Sementara itu, Bupati Sanggau Paolus Hadi mengungkapkan Gawai Dayak sejalan dengan visi misi pemerintah daerah untuk menjadikan kabupaten ini semakin berbudaya. Karenanya, Gawai Dayak menjadi salah satu event kebudayaan yang rutin dilaksanakan setiap 7 Juli.

"Kita (Pemerintah Daerah) sudah memfasilitasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan adat istiadat serta budaya, termasuk Gawai Dayak. Gawai Dayak tingkat kabupaten, ini untuk menutup seluruh rangkaian gawai di Kabupaten Sanggau ". Tuturnya.

"Dengan situasi sekarang, kita dihadapkan dengan pandemi Covid19, kita tidak melaksanakan pesta gawai seperti biasa.  Artinya, kegiatan-kegiatan yang sudah baku dilakukan setiap tahun tidak dilaksanakan. Yang dilaksanakan yaitu ungkapan syukur secara adat dan secara agama ". Tambah Bupati.


Penulis : Libertus / Tim
Editor    : Herman




Sabtu, 04 Juli 2020

Hindari Covid-19, Masyarakat Bumi Cidayu Gelar Tradisi Mulang Hajat


Fhoto : Pelaksanaan Ritual Mulang Hajat

BORNEOTRIBUN I NANGA TAMAN, SEKADAU - Masyarakat Kecamatan Nanga Taman Bumi Cidayu Kabupaten Sekadau melaksanakan tradisi mulang Hajat, yang dilakukan tiga bulan yang lalu berhajat menghindari covit19. Jumat, 3/7/20.

Hadir dalam kegiatan mulang Hajat tokoh masyarakat Nanga taman berbagai elemen masyarakat Kapolsek yang diwakili Danramil yang wakil camat Nanga taman yang diwakili.

" Mulang hajatnya, kemarin sudah minta hajat waktu ". kata P. Onem ketua DAD kecamatan Nanga taman.

Menurutnya, mulang hajat merupakan bentuk ucapan syukur karena proses puji syukur kehadirat Tuhan masyarakat Nanga taman sehat.

Menurut Paulus Onem, terlaksananya acara mulang Hajat ini berkat kerja sama masyarakat Nanga taman dari DAD, MABM, MABT dan masyarakat Bumi Cidayu dari berbagai lapisan.
 
" Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan. Hingga saat ini masyarakat nanga taman belum ada yang positif, tapi kita harus waspada karena mahluk ini halus, kecil dan tidak nampak ". kata Onem.

Menurut Pak Onem walaupun kita sudah news normal tapi kita harus mengikuti aturan protokol kesehatan  menjalani aturannya.


Penulis : Mussin
Editor    : Herman

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pemilu 2024

Lifestyle

Tekno